Anda di halaman 1dari 11

penggunaan pengacara asing di Indonesia malah

semakin menurun.
Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin Oke jabatan dibuka, sektor diperluas, tetapi syarat
meningkat menjelang pemberlakuan pasar bebas diperketat. Jadi buka tidak asal buka, bebas tidak
Asean pada akhir 2015 mendatang. asal bebas.Dita Indah Sari

Ini akan mempengaruhi banyak orang, terutama "Pengacara-pengacara kita, apalagi yang muda-muda,
pekerja yang berkecimpung pada sektor keahlian sudah cukup unggul. Selama ini kendala kita kan cuma
khusus. Berikut lima hal yang perlu Anda ketahui dan bahasa. Tetapi sekarang banyak anggota-anggota kita
antisipasi dalam menghadapi pasar bebas Asia yang sekolah di luar negeri," katanya. Di sektor
Tenggara yang dikenal dengan sebutan Masyarakat akuntansi, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia,
Ekonomi Asean (MEA). Tarko Sunaryo, mengakui ada kekhawatiran karena
banyak pekerja muda yang belum menyadari adanya
Apa itu Masyarakat Ekonomi Asean? kompetisi yang semakin ketat. "Selain kemampuan
Bahasa Inggris yang kurang, kesiapan mereka juga
sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum
Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean
siap kalau mereka bersaing dengan akuntan luar
sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan
negeri."
Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Ini
dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa
menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi Bagaimana Indonesia mengantisipasi arus tenaga
asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat kerja asing?
dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan
dan meningkatkan kesejahteraan. Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Dita Indah Sari, menyatakan tidak ingin "kecolongan"
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan dan mengaku telah menyiapkan strategi dalam
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya menghadapi pasar bebas tenaga kerja.
memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa
dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia "Oke jabatan dibuka, sektor diperluas, tetapi syarat
Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. diperketat. Jadi buka tidak asal buka, bebas tidak asal
bebas," katanya. "Kita tidak mau tenaga kerja lokal
Bagaimana itu mempengaruhi Anda? yang sebetulnya berkualitas dan mampu, tetapi karena
ada tenaga kerja asing jadi tergeser.
Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka
arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar Sejumlah syarat yang ditentukan antara lain kewajiban
tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, berbahasa Indonesia dan sertifikasi lembaga profesi
akuntan, dan lainnya. Staf Khusus Menteri Tenaga terkait di dalam negeri.
Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan
bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan Apa keuntungan MEA bagi negara-negara Asia
aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi Tenggara?
perekrutan tenaga kerja asing.
Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau
"Pembatasan, terutama dalam sektor tenaga kerja ILO menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja
profesional, didorong untuk dihapuskan," katanya. mendatangkan manfaat yang besar. Selain dapat
"Sehingga pada intinya, MEA akan lebih membuka menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini
peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang
jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau yang hidup di Asia Tenggara. Pada 2015 mendatang,
minim tenaga asingnya." ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja
profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta.
Apakah tenaga kerja Indonesia bisa bersaing
dengan negara Asia Tenggara lain? Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas
menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara
Sejumlah pimpinan asosiasi profesi mengaku cukup tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta.
optimistis bahwa tenaga kerja ahli di Indonesia cukup Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak
mampu bersain. Ketua Persatuan Advokat Indonesia, perusahaan yang akan menemukan pegawainya
Otto Hasibuan, misalnya mengatakan bahwa tren kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja
karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi.
PELUANG, TANTANGAN, DAN RISIKO BAGI INDONESIA DENGAN ADANYA
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015? Sudah seharusnya kita bersiap menghadapi ketatnya
persaingan di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan
membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu momentum
yang baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah
wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka
akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi
tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang
memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property
Rights (IPR),taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang
adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah
terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi;
menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik
berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata,
dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme
UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar,
pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan dengan
membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu,
akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global
melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang
berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga
tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif
untuk terintegrasi secara global.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil
kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan
ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam
rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan
bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN.
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan
cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor
yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia
berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian,
karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan
muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan
mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas.
Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct
Investment(FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi,
penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih
mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk.
Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan
eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk
ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-
negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat
merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat
untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat
banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu,
akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi
tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko
ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah
bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri
yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika
Online, 2013).
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala
ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki
banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu,
para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat
mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas
negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan)
perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan
di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di tahun 2015 mendatang.
Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Tantangan Reformasi Birokrasi

Kepala ASEAN Studies Center Universitas Gadjah Mada


Masyarakat Ekonomi ASEAN (selanjutnya disingkat EA) akan segera diluncurkan akhir tahun 2015 ini.
Disadari atau tidak, MEA akan sangat terkait dengan kompetisi yang makin tajam di kawasan Asia
Tenggara. Kendati idealnya MEA dirancang untuk memberikan manfaat bagi semua negara anggota
ASEAN, Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan memaparkan bahwa MEA merupakan
persaingan antar negara.

Dalam hal ini, negara dan segenap aparatur birokrasi di dalamnya akan menjadi katalisator. Mereka akan
menentukan nasib setelah MEA efektif diberlakukan per 31 Desember 2015. Pertanyaan yang perlu
diajukan, apakah Indonesia akan menjadi pemenang bersama dengan kesepuluh anggota ASEAN lainnya
ataukah justru Indonesia hanya akan menjadi pasar? Berbagai pendekatan telah dilakukan dalam mengukur
kesiapan masyarakat menjelang MEA. Namun, ironisnya, belum ada yang berhasil menggambarkan secara
komprehensif kesiapan pemerintah sendiri.

Dalam menghadapi MEA, cara bekerja birokrasi harus berubah. Catatan ASEAN Community Progress
Monitoring System (ACPMS) 2012 memaparkan proporsi ekspor Indonesia dalam produk berteknologi
tinggi berada jauh di bawah rata-rata ASEAN. Artinya, kapabilitas pengembangan teknologi Indonesia
masih cukup rendah dan hanya mengandalkan ekspor bahan mentah. Selain itu, ongkos ekspor Indonesia
menduduki posisi ke-3 termahal di ASEAN dan untuk impor justru termurah ke-3 di ASEAN. Tanpa
intervensi yang tepat dari pemerintah, MEA hanya akan menguntungkan importir untuk pasar domestik dan
eksportir komoditas tanpa nilai tambah.

Memenangkan Peluang
Memenangkan peluang MEA membutuhkan adaptasi dan ketangkasan (operational agility). Ketangkasan
yang dimaksud adalah bagaimana merespon perubahan lansekap ekonomi maupun ketidakpastian dengan
pergerakan cepat (Kasali, 2013). Berbeda dengan sebelumnya, birokrasi publik di era baru MEA
dihadapkan pada situasi yang bersifat VOCA (Volatility(bergejolak), Uncertainty (memiliki tingkat
ketidakpastian yang tinggi), Complexity (saling berhubungan, saling tergantung dan rumit)
dan Ambiguity (menimbulkan keragu-raguan). Oleh karena itu capaian kinerja birokrasi tidak lagi harus
bersifatrule based namun harus bergerak maju ke arah yang lebih dinamis.

Situasi dalam VOCA membutuhkan setidaknya pendekatan berpikir ke depan (thinking ahead) yakni
kapabilitas untuk mengidentifikasi perkembangan, memahami implikasi perubahan sosial ekonomi dan
menentukan investasi kebijakan strategis maupun menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi
masyarakat untuk memanfaatkan peluang dan meminimalisasi ancaman (Neo & Chen, 2007).
Secara fundamental, arah pengembangan birokrasi pasca-2015 perlu untuk memahami dinamika relasi
antara birokrasi dan pasar misalnya. Paradigma lama yang menekankan pada minimalisasi peran birokrasi
untuk merespon globalisasi telah usang. Shin (2005) menjelaskan fenomena integrasi ekonomi, seperti
MEA, memiliki 2 dimensi utama yakni mobile factorsdan non-mobile factors.

Dimensi pertama terfokus pada pilar investasi. Kemudahan teknologi dan integrasi perbankan membuat
modal dengan cepat berpindah. Sementara itu, pada dimensi kedua, kualitas non-mobile factors seperti
respon sektor publik terhadap tantangan perbaikan pelayanan, percepatan infrastruktur dan harmonisasi
regulasi menjadi hal krusial yang menentukan kemana mobile factors tadi berpindah.
Dalam kasus ini, Indonesia merupakan negara dengan proses pengurusan investasi terburuk di ASEAN.
Indonesia juga tercatat sangat restriktif dalam memfasilitasi mobilitas investor dalam wilayah domestiknya
(Soesastro & Atje dalam Basu Das, 2012). Kondisi ini, disadari atau tidak, kan menurunkan daya tarik
Indonesia dalam sektor investasi.
Competitive and Representative Government
Bagaimana menyikapi beberapa tantangan tersebut? Selama ini, reformasi birokrasi cenderung hanya
dipahami dalam tataran teknis. Meskipun penting, kitat patut mempersoalkan bagaimana arah dan cara kerja
reformasi birokrasi yang berjalan selama ini terkait dengan tantangan eksternal yang muncul. Artinya,
dalam menghadapi MEA, perlu adanya pembenahan paradigma aparatur birokrasi agar mampu bersiap
menghadapi dan merespons transformasi ekonomi kawasan.

Pembenahan paradigma tersebut dapat dilakukan dengan memperkenalkan cara pandang competitive and
representative government sebagai bagian dari Reformasi Birokrasi di Indonesia. Cara pandang tersebut
menghadirkan kembali negara pada pemerintahan yang kompetitif, namun tetap memiliki kapasitas untuik
merepresentasi kepentingan publik. Pemerintahan yang kompetitif berarti pemerintaan yang mampu
beradaptasi dengan konstelasi global maupun regiona. Sementara itu, pemerintahan yang representatif
berarti pemerintahan yang yang konsisten mengutamakan kepentingan masyarakat dan mendorong
partisipasi publik di dalam penyelenggaraan pemerintahan (lihat Hameiri, 2010).

Tantangan bagi birokrasi Indonesia, dalam konteks ini, tidak hanya bekerja untuk merespon tuntutan
regionalisasi ekonomi ASEAN. Pada dasarnya, birokrasi juga dituntut untuk hadir meminimalisasi ekses
pasar. Dengan kata lain, birokrasi perlu menyeimbangkan antara tuntutan scorecard liberalisasi di tingkat
regional dengan implementasi paket-paket kebijakan untuk mencegah eksternalitas pasar.

Berkaca pada pendekatan yang dianut pemerintah saat ini, perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap
kecenderungan pendekatan mekanis yang berujung pada birokratisasi reformasi birokrasi perlu. Reformasi
birokrasi harus mampu lepas dari kekangan tumpukan dokumen bukti kinerja. Lebih dari itu, birokrasi perlu
baham betul apa sebenarnya titik peluang, tantangan dan kerawanan MEA bagi unit kerjanya masing-
masing.

Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan titik tolak bagi birokrasi untuk berani keluar dari pakemnya.
Inovasi, dengan demikian, menjadi sangat penting. Sudah saatnya standar pelayanan birokrasi
mengakomodasi input dan ekspektasi sektor privat.
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan Januari 2007. Pada KTT tersebut para pemimpin
sebuah istilah yang sering kita dengar akhir-akhir ASEAN besepakat untuk mengubah ASEAN
ini, istilah ini seringkali muncul diberbagai menjadi daerah dengan perdagangan bebas baik
macam media baik cetak maupun elektronik. barang maupunjasa, investasi, tenaga kerja
Mungkin kita lebih dahulu mengenai istilah profesional, dan juga aliran modal (dana).
Masyarakat Ekonomi Eropa yang telah lahir lebih
dari 5 dekade yang lalu. Secara umum keduanya Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN
hampir sama yang membedakannya hanyalah Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak
mereka di Eropa sedangkan kita di Asia Tenggara terlepas dari dampak positif dan manfaat dari
(ASEAN). Untuk memahami pengertian dan diberlakukannya perdagangan bebas diwilayah
pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN, regional Asia Tenggara tersebut.Mungkin saat
mari kita perhatikan pembahasannya berikut ini, ini dampak positifnya belum begitu terasa
silahkan disimak informasinya yang berikut baik- karena MEA baru saja diberlakukan yaitu pada
baik. tahun 2015, namun diharapkan manfaat
besarnya akan terasa pada tahun-tahun
Sekilas Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN selanjutnya. Dan dibawah ini adalah beberapa
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa dampak positif ata manfaat dari Masyarakat
disingkat menjadi MEA secara singkatnya bisa Ekonomi ASEAN itu sendiri.
diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi
ASEAN yang artinya semua negara-negara yang 1. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan
berada dikawasan Asia Tenggara (ASEAN) mendorong arus investasi dari luar
menerapkan sistem perdagangan bebas. masuk ke dalam negeri yang akan
Indonesia dan seluruh negara-negara ASEAN menciptakan multiplier effect dalam
lainnya (9 negara lainnya) telah menyepakati berbagai sektor khususnya dalam bidang
perjanjian MEA tersebut atau yang dalam bahasa pembangunan ekonomi.
Inggrisnya adalah ASEAN Economy Community 2. Kondisi pasar yang satu (pasar tunggal)
atau AEC. membuat kemudahan dalam hal
Kurang lebih dua dekade yang lalu tepatnya pembentukan joint venture (kerjasama)
Desember 1997 ketika KTT ASEAN yang antara perusahaan-perusahaan diwilayah
diselenggarakan di Kota Kuala Lumpur, ASEAN sehingga akses terhadap bahan
Malaysia disepakati adanya ASEAN Vision 2020 produksi semakin mudah.
yang intinya menitikberatkan pada pembentukan 3. Pasar Asia Tenggara merupakan pasar
kawasan ASEAN yang stabil, makmur, dan besar yang begitu potensial dan juga
kompetitif dengan pertumbuhan ekomoni yang menjanjikan dengan luas wilayah sekitar
adil dan merata serta dapat mengurangi 4,5 juta kilometer persegi dan jumlah
kemiskinan dan kesenjangan sosial. penduduk yang mencapai 600 juta jiwa.
4. MEA memberikan peluang kepada
Beberapa waktu kemudian tepatnya pada bulan negara-negara anggota ASEAN dalam
Oktober 2003 ketika KTT ASEAN di Bali, hal meningkatkan kecepatan
Indonesia menyatakan bahwa Masyarakat perpindahan sumber daya manusia dan
Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tujuan dari modal yang merupakan dua faktor
integrasi ekonomi regional dikawasan Asia produksi yang sangat penting.
Tenggara yang akan diberlakukan pada tahun 5. Khusus untuk bidang teknologi,
2020. Namun demikian nyatanya kita mengetahui diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
bahwa tahun 2015 ini merupakan awal tahun ASEAN ini menciptakan adanya transfer
diberlakukannya MEA. Hal tersebut sesuai teknologi dari negara-negara maju ke
dengan Deklarasi Cebu yang merupakan salah negara-negara berkembang yang ada
satu hasil dari KTT ASEAN yang ke-12 pada diwilayah Asia Tenggara.
Pengertian Dan Karakteristik Masyarakat dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar,
Ekonomi ASEAN (MEA) inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan
artian adanya system perdagaangan bebas antara terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan
Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
Economic Community (AEC). membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi
tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan
Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah
Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif
ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-
sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis,
yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat
kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020). kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah
awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi
Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para ASEAN,
pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN
integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan
Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja,
ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Laos, Myanmar dan VietNam melalui Initiative for
Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
bekerja secara yang kuat dalam membangun
Komunitas ASEAN pada tahun 2020. Bentuk Kerjasamanya adalah :

Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN 1. Pengembangan sumber daya manusia dan
yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di peningkatan kapasitas;
Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan 2. Pengakuan kualifikasi profesional;
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target
yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan. 3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro
ekonomi dan keuangan;
Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007,
4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang
kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas 5. Meningkatkan infrastruktur
ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN
Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan 6. Pengembangan transaksi elektronik melalui
menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan e-ASEAN;
Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah
Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk untuk mempromosikan sumber daerah;
mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi
ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah 8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta
ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas untuk membangun Masyarakat Ekonomi
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan ASEAN (MEA).
aliran modal yang lebih bebas. Pentingnya perdagangan eksternal terhadap
ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas
ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat
Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi
ke depan, karakteristik utama Masyarakat
ASEAN (MEA)
Ekonomi ASEAN (MEA):
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi 1. Pasar dan basis produksi tunggal,
tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam
Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi 2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk 3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi
melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu 4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi
yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi global.
ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai
Pro-kontra Pasar Bebas ASEAN (MEA) di Indonesia
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang MEA, alangkah baiknya kita mengetahui dahulu apa itu
pengertian pasar bebas. Adapun pengertian Pasar bebas yang tertera di wikipedia ialah pasar ideal di mana
seluruh keputusan ekonomi, dan aksi oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah
sukarela, dan oleh karena itu tanpa mencuri. Sedangkan yang dimaksud ekonomi pasar bebas ialah ekonomi
di mana pasar relatif bebas.

Setelah kita mengetahui pengertian pasar bebas secara umum, maka pengertian atau sebab munculnya pasar
bebas di ASEAN akan kami paparkan setelah ini. Kita yakin bahwa sejauh ini masih banyak masyarakat
Indonesia belum tahu apa itu yang namanya MEA, padahal akhir tahun 2015 akan segera diresmikan.
Mengapa demikian ?

Karena program ini kurang disosialisasikan kepada khalayak umum. Jika program ini sudah diiklankan
kepada masyarakat, niscaya para pengusaha kecil & besar, pengrajin, petani, buruh, investor Indonesia akan
mempersiapakan diri untuk menghadapinya. Dan dengan begitu masyarakat Indonesia dinyatakan siap dan
percaya diri untuk bersaing di kancah pasar bebas ASEAN.

Kemunculan pasar bebas atau lebih sering kita sebut MEA (masyarakat ekonomi Asian) digagas pada tahun
1992. Pada tahun itu semua negara ASEAN berkumpul guna membentuk suatu komunitas, menciptakan
keamanan dan perdamaian dan ekonomi yang kuat sehingga bisa berkompetisi dengan negara-negara yang
ada di Asia bahkan di dunia. Para pemimpin ASEAN sepakat membentuk pasar tunggal di kawasan Asia
Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Dengan adanya ini maka perdagangan yang ada di kawasan Asia
Tenggara dengan mudah berjalan, tanpa adanya syarat-syarat atau pungutan yang menyulitkan. Bahkan
orang Vietman bisa melamar pekerjaan di Alfamart dengan mudah layaknya warga negara indonesia.
Begitu pun sebaliknya warga Indonesia bisa melamar pekerjaan di negara ASEAN dengan mudah pula.

Perlu diketahui bahwa pembentukan MEA itu sendiri dilakukan agar daya saing negara-negara ASEAN
meningkat serta dapat menyaingi India & China bahkan mungkin Uni Eropa yang sudah lebih dulu dibentuk
dan berjalan. Negara ASEAN terdiri dari 10 negara: Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Thailand,
Cambodia, Laos, Myanmar, Singapore, Vietnam, dan Indonesia. Adapun China & Jepang kini menjadi
mitra ASEAN.

Jika kita tilik bahwa dengan adanya MEA ini akan membawa manfaat bagi kita & negeri ini. Tapi hingga
saat ini masih terjadi pertikaian antara pro dan kontra akan adanya MEA yang dilaksanakan pada
penghujung 2015 mendatang. Banyak kalangan yang setuju dan tidak setuju dengan kemunculan MEA
lantaran adanya beberapa sebab, faktor, dan dampak yang terjadi.

Dari segi pro dapat dikatakan bahwa Indonesia sudah sangat siap menghadapi MEA, dikarenakan oleh
beberapa faktor atau manfaat dari adanya MEA terebut, di antaranya ialah:

a. Informasi akan semakin mudah dan cepat diperoleh.


b. Akan tercipta dan meningkatnya lapangan pekerjaan.
c. Melalui impor-ekspor yang terjadi pada saat dilaksanakan MEA, kebutuhan negeri akan terpenuhi serta
dapat menambah pendapatan negara.
d. Dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, negara, serta bisa menstabilkan ekonomi negara.
e. Kegiatan produksi negeri akan semakin meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas.
f. Menambah devisa negara melalui bea masuk dan bea lain atas ekspor dan impor.
Sebenarnya masih banyak manfaat dari apa yang sudah di atas akan adanya MEA baik bagi masyarakat
sendiri maupun negara. Pemerintah indonesia nyatanya memang sudah percaya diri dan siap menghadapi
MEA nanti. Indonesia juga dipastikan bahkan dapat memimpin di barisan garda depan ekonomi ASEAN.
Hal ini terbukti dengan adanya langkah-langkah yang sudah dipersiapkan pemerintah beberapa tahun lalu.
Langkah-langkah tersebut di antara ialah:

a. Bahwa selama tahun 2010 pemerintah sudah menggalakkan pembenahan insfratuktur. Perbaikan
infrastruktur yaitu dengan melalui perbaikan sarana akses jalan raya, transportasi, pengembangan teknologi
& informasi, perbaikan & pengembangan bidang energi listrik. Akhir-akhir ini juga pemerintah telah
bekerja keras membangun jalan tol di berbagai kota di Jawa maupun luar Jawa serta pembenahan jalan raya
lainnya di berbagai wilayah di Indonesia. Jusuf Kalla mengatakan bahwa syarat menghadapi MEA ialah
dengan adanya infrastuktur yang ada kini harus memadai.

b. Peningkatan sumber daya manusia (SDM). Mungkin peningkatan SDM merupakan hal yang harus patut
diperhatikan. Bagaimanapun nantinya kita akan menghadapi orang-orang Singapura, Malaysia, Thailand,
Brunei, yang notabene memang mempunyai kemampuan & skill yang cukup bagus. Tapi kita sebagai putra
bangsa Indonesia tidak usah khawatir. Pemerintah kini telah menggalakkan pendidikan dengan
memperbaiki dan mengevaluasinya guna menghadapi MEA bahkan globalisasi supaya kita bisa bersaing
kelak.

c. Penguatan daya saing ekonomi. Hingga kini pemerintah telah meluncurkan master plan percepatan &
perluasan ekonomi Indonesia supaya bisa terwujud ekonomi yang stabil, kuat, serta berkualitas. Perlu Anda
ketahui semenjak MEA dibentuk, pemerintah terus berusaha memperbaiki kualitas ekonomi di negeri ini.
Sampai saat ini ekonomi Indonesia kian tahun kian berkembang, terbukti dari tahun 1990 kenaikan ekonomi
Indonesia hanya 15% dan pada tahun 2010 ekonomi indonesia mengalami kenaikan menjadi 37%. Tak
ketinggalan pendapatan produk domestik bruto PDB mengalamin kenaikan dari PDB per kapita
berkembang US$ 965 pada tahun 1998, sementara pada tahun 2011 menjadi US$ 3,601

d. Peningkatan sektor usaha masyarakat kecil menengah atau lebih sering disebut dengan UMKM.
Beberapa tahun ini nyatanya memang pemerintah berusaha menigkatkan UMKM. Pemerintah pun berusaha
pula mengalokasikan dana kepada mereka, memberikan bantuan, pelatihan dan berbagai usaha lain agar
usaha mereka tidak gulung tikar, lebih-lebih mereka siap bersaing di kancah ekonomi ASEAN.

Dari beberapa langkah yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia sudah siap dan
percaya diri untuk menghadapi MEA di penghujung tahun 2015 nanti. Lebih-lebih jika dilihat dari
dampaknya, MEA memiliki manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan negara
kita. Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional Imam Panbagyo dalam DJKPI.com beliau menyatakan
bahwa “dalam menghadapi MEA, Indonesia sudah menyatakan kesiapannya, ekonomi Indonesia sendiri
sudah mencapai 83% pada penghujung 2015 nanti.

Lain lagi di pihak kontra. Di kontra Indonesia memang dinyatakan belum siap menghadapi MEA.
Sepertinya arus produk asing pada pasar bebas yang akan datang dari berbagai negara nanti akan
membanjiri negeri ini. Sangat dikhawatirkan jika masyarakat Indonesia belum siap & tidak dapat
membendung produk asing yang membanjiri, maka akibatnya banyak pengusaha yang akan gulung tikar,
dan ini tentu berpengaruh pada ekonomi Indonesia. Jika kita tilik dengan adanya berbagai gonjang-ganjing
masalah yang di negeri kini, apakah masyarakat serta pemerintah Indonesia sudah siap menghadapi MEA?
Sepertinya persiapan untuk menghadapi pasar bebas ASEAN belum matang. Problematika yang ada di
negeri kita sekarang ini membuat kita kurang percaya diri untuk menghadapinya. Kenaikan harga beras,
BBM, listrik, mungkin itu salah satu faktor ekonomi Indonesia masih dinyatakan belum meningkat. Belum
lagi masalah politik yang sedang semrawut sehingga menyebabkan pemerintah memperhatikan sektor
ekonomi yang ada.

Adanya MEA pun memiliki dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi indonesia, di antaranya ialah:

a. Dengan adanya pasar bebas maka negara lain dapat menjual barang produksinya dengan mudah di negeri
ini, lebih-lebih jika barang yang ada dari negara lain dijual dengan harga yang murah tapi berkualitas bagus
dan laku keras, akibatnya beberapa sektor industri dalam negeri tidak mampu bersaing bahkan bisa
mengalami kerugian yang sangat besar. Jika masyarakat Indonesia tidak mampu bersaing, akan terjadi
pengangguran bahkan kemiskinan akan bertambah.

b. Orang asing dapat mengekploitasi alam Indonesia dengan mudah. Jika hal itu terjadi, maka hilanglah
kekayaan alam kita satu per satu dan ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar.

Dari paparan di atas, jika kita tak mampu menghadapi pasar bebas, kita akan kalah saing dengan negara
lain. Ketua panitia pelaksana pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Prof. Dr. Edy Suandi Hamid,
M.Ec dan ratusan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia menyatakan pada seminar nasional ISEI bahwa”
banyak pihak yang menilai bahwa Indonesia saat ini belum siap menghadapi regionalism di tingkat ASEAN
karena daya saing ekonomi nasional dan daerah masih belum kuat. Oleh karenanya jika hal ini terjadi,
imbasnya pada kerugian dan penurunan ekonomi negara. Beberapa faktor yang menyatakan ketidaksiapan
Indonesia menghadapi MEA ialah SDM yang belum siap. Jika SDM yang Indonesia miliki tidak bisa
bersaing dengan tenaga kerja asing yang memiliki skill & lebih kreatif, maka dapat dipastikan akan terjadi
banyak pengangguran. Faktor lainnya ialah minimnya sosialisasi akan MEA pada masyarakat. Hal ini
memang terbukti masih banyaknya masyarakat Indonesia belum mengetahui tentang pasar bebas ASEAN
atau MEA sehingga mereka pun tak sadar serta tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Dari semua kesimpulan di atas, faktanya memang Indonesia masih belum siap menghadapi MEA di
penghujung tahun 2015 ini lantaran beberapa faktor. Tapi tak menutup kemungkinan dari semua rencana
dan usaha & kepercayaan diri yang telah tertanam bisa membuat kita semakin yakin untuk menghadapinya.
Kita pun putra bangsa Indonesia tak boleh gentar untuk berani bersaing di kancah internasional. Percayalah
bahwa kita dapat menghadapi pasar bebas ASEAN tuk bawa tanah air kita memimpin di garda paling depan
di kancah internasional.

Di satu sisi (kubu pro) yakin bahwa MEA adalah jalan menuju pembangunan ekonomi yang hebat,
sedangkan di lain sisi justru mempertanyakan dan cenderung meragukan keberhasilan dari refleksi konsep
MEA tersebut.

Saya pikir, menjadi tidak “cool” ketika kita harus berkutat disana. Ikut andil dalam kedua kubu yang
berseteru. Yang jelas adalah realita hari ini berbicara, bahwa :

Pertama, MEA telah disepakati


Kedua, MEA dipastikan akan terselenggara.
Berdasarkan hal tersebut maka paradigma yang seharusnya kita bangun adalah “menjadi kelompok bagian
yang diuntungkan dalam MEA ini”.
Memandang Persaingan dan Peluang
Persaingan merupakan gelombang pertama yang akan menerjang ketenangan ekonomi nasional pasca ter-
implementasinya MEA. Menanggapi hal ini, sepatutnya timbul kesadaran kolektif antara pemerintah,
individu dan maupun kelompok untuk dapat menangani atau menyelesaikan perkara ini. Sinergitas antar
komponen diatas sangat diperlukan. Karena lawan persaingan kita bukan lagi orang dalam melainkan pihak
asing. Tentu kita (indonesia ; red) tidak ingin menjadi objek pembangunan di kawasan ASEAN tanpa
memperoleh keuntungan yang maksimal (didominasi asing). Berdasarkan hal tersebut maka menjadi suatu
kewajiban bagi ; pertama pemerintah untuk memfasilitasi seluruh hal yang dapat meningkatkan daya saing
warga negaranya dalam berkontestasi pada MEA ini. Baik itu berupa pengkayaan ilmu pengetahuan,
penyuntikan modal (bagi kelompok UKM), mempromosikan produk dalam negeri, dan sebagainya.
Kemudian itu tidak cukup. Hal tersebut perlu juga direspon positif oleh masing-masing individu dan
kelompok, yaitu dengan cara mereka mengoptimalkan seluruh kesempatan yang ada, mengerahkan seluruh
kemampuan yang dimiliki, terus memperkaya kompetensi, berinovasi, melakukan efisiensi (untuk
kelompok UKM) dan hal-hal positif lainnya sehingga persaingan ini bukan lagi menjadi momok yang
menyeramkan untuk kita hadapi.

Karena selalu ada udang dibalik batu. Begitu-pun dengan MEA. Dibalik ketatnya persaingan, muncul
banyak peluang yang akan berdampak positif jika hal ini dieksekusi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai