Tugas Kelompok 1
Tugas Kelompok 1
(PARTUS LAMA)
WULANDARI (173112540120300)
LINA HERLINA (173112540120370)
TRI ANDRIYANINGRUM (173112540120429)
IRMAWATI (173112540120436)
TRI OKTAVIA (173112540120442)
RECI DARMASARI (173112540120444)
RISKIANE SAMHAR (173112540120450)
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
Makalah yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan.
Makalah ini berjudul “Partus Lama” Tujuan dalam menyusun Makalah ini adalah
Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penyusun kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan...…………………………........………………...……..…..25
3.2 Saran…………………………………………………………………….26
DAFTAR PUSTAKA…...………………………..……..………….…………...27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power),
yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan
kontraksi diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan
lahir (passage) dan faktor penolong serta faktor psikis. (Mochtar, 1998)
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu
menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir,
(Kusumawati, 2006)
1
dilaporkan bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah
jadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi
2006).
1.3 Tujuan
2
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi
3. Bagi Pembaca
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan
partus terlantar. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi.
baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
Partus kasep menurut Harjono merupakan fase terakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).
(Mochtar, 1998).
Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk
menjadi penyebabnya yaitu, serviks gagal membuka penuh dalam jangaka waktu
Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan dengan
his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks,
4
Persalinan pada primi tua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang
mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan
keyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi
permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama
Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikomplek dan tentu saja bergantung
penatalaksanaannya.
2. Letak sungsang
3. Letak lintang
4. Kelainan-kelainan panggul
3. Kelainan his
kerintangan pada jalan lahir yang lazin terdapat pada setiap persalinan, tidak
6. Hidrosefalus
5
7. Makrosemia
8. Anensefalus
9. Kembarsiam
10. Primitua
1. Pada ibu
mekonium.
2. Pada bayi
6
D. Tanda Dan Gejala Partus Lama
adekuat.
Ibu:
persalinan.
Janin:
7
Abstrak
menyebabkan rasa sakit dan stres. Tahap pertama dan tahap kedua menghasilkan
diketahui lebih lama dari tahap lainnya. Penelitian ini mengusulkan yoga hamil
untuk mengurangi durasi tahap pertama dan kedua. Penelitian ini menggunakan
Kuningan pada tahun 2014. Responden yang berusia 25-35 tahun harus berada di
bahwa yoga hamil memendekkan tahap pertama dan kedua dari persalinan lama
dalam primigravida. Panjang rata-rata tahap pertama pada wanita hamil yang
melakukan yoga hamil adalah 4,89 (0,676) jam dan yang tidak mendapatkan yoga
hamil sebanyak 5,61 (0,698) jam. Sedangkan rata-rata panjang tahap kedua pada
8
wanita hamil yang melakukan yoga hamil adalah 0,25 (0,045) jam dan yang tidak
sebagai tahap pertama (tahap pembukaan), tahap kedua (bayi tahap pengeluaran),
tahap ketiga (tahap plasenta) dan tahap keempat (tahap setelah persalinan)
memakan waktu lama, mencapai 13 atau 14 jam di primigravida, karena itu, rasa
sakit dan risiko lainnya termasuk kecemasan, ketegangan, ketakutan dan bahkan
panik, akan dialami lebih lama (Wiknjosastro, 2008). Dalam sebuah penelitian
melahirkan yoga dapat meningkatkan berat badan lahir dan mengurangi kejadian
prematur dan komplikasi, dan menurunkan stres psikologis dan cedera fisik
dan nyeri (Narendran et.al., 2005; Michalsen et. al., 2005; Beddoe et. al., 2009).
telah diketahui meningkatkan aliran darah dan nutrisi janin secara adekuat dan
spontan (Beddoe et. al., 2009). Selain itu, hamil yoga dapat meringankan edema,
kram, terjadi pada bulan terakhir kehamilan, dan ketegangan di sekitar serviks dan
saluran lahir, dan menyesuaikan posisi dan gerakan bayi untuk memfasilitasi
9
Yoga hamil termasuk latihan untuk bernapas, gerakan, kontrol gerakan, dan otot
persalinan (Martini et. Al., 2008; Chuntharapat et. al., 2008). Berdasarkan survei
persalinan lama yang tidak diinginkan, terutama di tahap I dan II, disebabkan oleh
proses panjang mengejan, dan menyebabkan kejadian seperti: edema serviks dan
vagina, trauma, prolaps uterus, perdarahan dan tekanan pada bayi. Penting untuk
angka kematian ibu. Ini penting untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan efektivitas yoga hamil untuk mengurangi persalinan lama dalam hal ini
Judul Jurnal :
Latar Belakang :
Persalinan abnormal adalah salah satu masalah
obstetri darurat umum yang berkontribusi lebih dari
dua-pertiga dari operasi caesar yang tidak
10
direncanakan. Di Etiopia, meskipun ketidaknormalan
tenaga kerja dan komplikasinya seperti fistula obstetri
sangat lazim, tidak ada penelitian yang diterbitkan
yang menentukan prediktor kelainan persalinan.
Tujuan :
untuk menentukan prediktor ketidaknormalan
persalinan di antara wanita yang melahirkan di rumah
sakit studi.
Metodologi :
Hasil :
Hampir setengah dari kasus (48,6%) ditemukan
memiliki gangguan fase aktif. Persalinan macet
sendiri menyumbang sekitar 16,8% dari kasus. Usia
kehamilan rata-rata kasus dan kontrol hampir
sebanding. Lebih dari seperempat kasus dan kontrol
datang ke rumah sakit pada tahap kedua persalinan.
Lebih dari dua pertiga dari kasus (67,4%) melahirkan
dengan seksio sesaria. Analisis regresi logistik
menunjukkan asosiasi independen dari keseluruhan
keabnormalan tenaga kerja dengan ketidakmampuan
panggul. Analisis subkelompok, bagaimanapun,
11
mengungkapkan bahwa beberapa faktor obstetrik
dikaitkan dengan satu atau lebih jenis kelainan tenaga
kerja.
Kesimpulan :
Gangguan fase aktif adalah jenis abnormalitas
persalinan yang paling umum. Kasus terlambat di
laporkan ke rumah sakit. Malposisi, pelvis yang tidak
memadai dan kontraksi uterus yang tidak adekuat
adalah beberapa prediktor dari jenis abnormalitas
persalinan yang spesifik.
Kata kunci: "Kontrol kasus", "Abnormalitas
Ketenagakerjaan", "Ethiopia"
12
5. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tahap
pertama persalinan laten yang berkepanjangan
dikaitkan dengan usia ibu> 35 tahun, nulipara,
oksipito posisi janin posterior, berat lahir janin> 4
kg, dan meconium bernoda cairan ketuban [1, 2, 8,
9]. Dalam penelitian ini dan beberapa penelitian
lain [8, 6, 23], bagaimanapun, fase kerja laten
yang berkepanjangan tidak menunjukkan
hubungan dengan usia ibu, berat lahir, dan status
panggul
Kekurangan :
1. Karena mayoritas perempuan pedesaan memiliki
kebiasaan bekerja dan melahirkan di rumah,
peserta studi sampel sebagian besar berasal dari
daerah perkotaan yang tidak dapat mewakili
populasi umum di wilayah penelitian
2. ada kemungkinan ketepatan rendah dalam
membuat diagnosis kelainan persalinan karena
sifat penilaian subjektif kemajuan persalinan
(variasi antar dan intra-pengamat).
3. beberapa persalinan normal yang dikategorikan
sebagai kontrol mungkin sudah memiliki satu jenis
kelainan persalinan, yang mungkin diabaikan
karena beberapa alasan
4. karena perubahan kecil tapi progresif karena
durasi kemajuan tenaga kerja dan karena
penundaan signifikan yang diamati pada kedua
kasus dan kontrol, beberapa kasus bisa didiagnosis
pada tahap awal persalinan dan beberapa kontrol
bisa menjadi didiagnosis sebagai kasus jika
mereka telah melaporkan ke rumah sakit sebelum
persalinan maju ke tahap akhir.
5. sifat retrospektif dari penelitian ini juga
merupakan batasan untuk melakukan analisis lebih
lanjut dengan memasukkan variabel lain
13
2.2 Tujuan Dan Kegunaan Pembelajaran Laboratorium
berikut :
b. Keterampilan afektif
c. Keterampilan psikomotor
14
3. Menumbuhkembangkan bahan ajar
pratikum
percobaan
data
mendalam
melakukan percobaan
15
20. Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teori
metologi ilmiah
sesuatu.
Mahasiswa Dosen/instruktur
- Secara aktif mencari pengalaman - Merencanakan dna membagi
- Menggambarkan/menguji ide dan tugas-tugas
asumsi-asumsi - Mengamati, memberi umpan
- Membagi pengalaman, balik, membimbing dan
menjelaskan, memilih cara kerja membantu
- Membangun rasa percaya diri - Memberi bantuan jika
diperlujkan dan membantu
menghubungkan dengan
kenyataan
- Mendorong, mendukung, dan
memastikan
16
Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adfalah mahasisiwa belajar
sendiri dan saling belajar dengan mahasisiwa lain dalam tim. Meskipun
a. Peragaan (Demonstration)
b. Latihan (exercises)
tersebut.
17
Penyelidikan terstruktur merupakan bagian dari percobaan terstruktur
pekerjaan tangan.
tinggi dan untuk peningkatan kaeahlian meneliti dengan derajat yang lebih
rendah.
Tujuan dan sasaran dari setiap sesi pratikum perlu dirumuskan dengan
yaitu sasaran yang kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting
tidak tercapai.
18
b. Petunjuk pelaksanaan
diperlukan.
3. Mengatur peralatan
d. Cara memfasilitasi
tercapai.
19
Mahasiswa harus didorong untuk membaca dan berfikir tentang semua
dapat digunakan sebagai alat bantu yang sangat berguna dalam hal
dapat tercapai.
b. Metodologi pratikum
maka suatu tugas tidak dapat sesuai untuk semua mahasiswa. Karena itu,
20
d. Organisasi pratikum
mahasiswa sibuk secara sadar. Bimbingan hanya akan berjalan baik, bila
2.7.1 Pengertian
2006).
21
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus
22
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar
yang didapat.
pendidikan.
23
e) Untuk memperbaiki mutu pelajaran atau cara belajar dan
metode mengajar.
murid.
didik.
1. Lingkup Evaluasi
24
a. Input ( masukan ) meliputi perencanaan tentang mahasiswa
pendukung,
2. Aspek Penilaian
pengetahuan
25
berdasarkan kompeten atau tidak kompeten. Apabila
hasil tindakan.
26
dapat diselenggarakan jika keseluruhan elemen atau
dipelajari.
4) Penentuan kelulusan
penilaian ulang.
3. Aspek Penilaian
27
pembimbing, lahan praktik, program dan kendala yang ditemukan
45-55)
OSCE/OSPE.
1. Observasi
objektivitas evaluasi.
c. Perangkat evaluasi
nilau(score)
diskusi
2. Komunikasi Tertulis/Laporan
28
a. Untuk mengevaluasi kognitif dan pemecahan masalah
3. Komunikasi Lisan/Oral
dikumpulkan.
mahasiswa.
4. Simulasi
terkontrol.
atau afektif.
5. Evaluasi Mandiri
29
a. Suatu keterampilan perkembangan yang komplek yang
6. OSCE/OSPE
b. Meliputi:
2) Pemeriksaan fisik.
3) Pemeriksaan laboraturium.
4) Identifikasi masalah.
5) Interpretasi data.
7) Mendemonstrasikan prosedur.
8) Kemampuan komunikasi.
30
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini berfokus kepada
pembelajaran praktik.
proses dan out put. Ketiga unsur ini harus dijabarkan dengan
31
Meliputi perencanaan tentang mahasiswa baik jumlah,
2) Unsur proses
praktik.
Kuesioner.
1. Daftar Tilik
32
a. Lagkah menyusun daftar tilik
etika.
atau indikator
masing indikator
dan menafsirkan data tentang dan hasil belajar peserta didik yang
33
dalam ketercapaian kompetensi mahasiswa. Penilaian yang
pengetahuan:
34
ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus
mendapatkan remedial.
lembar observasi
60.
keberhasilan.
35
yang dipersyaratkan untuk dicapai oleh mahasiswa dengan
keselamatan kerja.
kompetensi
mutu
36
4. Sistem penilaian
rumus perhitungan :
78.
- Nilai < 78
telah ditetapkan
bersangkutan
37
Penilaian ulang hanya difokuskan pada aspek dan
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
efektif untuk mencapai tiga ranah secara afektif, kognitif dan psikomotor.
38
Dalam hasil pembelajraran sangat erat kaitannya dengan evaluasi dan
penilaian.
pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh
mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat
nilai.
3.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Marthuen, 1998.
Bloom B cit Morisson GR, Ross SM, and Kemp JE, 2001. Measurement and
40
Dimyati, Mudjiono., 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Cipta, p 5
41