Anda di halaman 1dari 44

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

(PARTUS LAMA)

Disusun Oleh : Kelompok 6 kelas B3

WULANDARI (173112540120300)
LINA HERLINA (173112540120370)
TRI ANDRIYANINGRUM (173112540120429)
IRMAWATI (173112540120436)
TRI OKTAVIA (173112540120442)
RECI DARMASARI (173112540120444)
RISKIANE SAMHAR (173112540120450)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan

Kegawatdaruratan.

Makalah ini berjudul “Partus Lama” Tujuan dalam menyusun Makalah ini adalah

untuk mengetahui informasi yang lebih dalam Partus Lama.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang

telah membantu kami dalam menyelesaian makalah ini.Selain itu, penulis

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Maret 2018

Penyusun kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar B elakang ………………………………………………………1

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………...2

1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Pembelajaran di Laboratorium………………………...4

2.2. Tujuan Dan Kegunaan Pembelajaran Laboratorium…………………...4

2.3. Metode Pembelajaran di Laboratorium………………………………...6

2.4. Cara Konvensional Pembelajaran Di Laboratorium……………………7

2.5. Peningkatan pembelajran di Laboratorium……………..…….….…..9

2.6. Pelaksanaan Praktikum………………..……………………………..10

2.7. Evaluasi Pembelajaran Praktikum…………………………………..12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...…………………………........………………...……..…..25

3.2 Saran…………………………………………………………………….26

DAFTAR PUSTAKA…...………………………..……..………….…………...27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan

berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada

ibu,atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi

oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power),

yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan

kontraksi diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan

lahir (passage) dan faktor penolong serta faktor psikis. (Mochtar, 1998)

Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka

proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu

dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang

menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir,

kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat

berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan

spontan normal jugadi pengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya

ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana

yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta

rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat

(Kusumawati, 2006)

Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003

1
dilaporkan bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah

sebesar 31%, perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angkake

jadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi

selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasarkan survei ini, maka

pelayanan kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan

harus dibenahi dengan berbagai pendekatan (Kusumawati, 2006)Kusumawati,

2006).

1.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi partus lama?

2. Apa etiologi partus lama?

3. Bagaimana gejala klinik dari partus lama?

4. Bagaimana tanda dan gejala dari partus lama?

5. Apa akibat dari partus lama?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi partus lama

2. Untuk mengetahui etiologi partus lama

3. Untuk mengetahui gejala klinik dari partus lama

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari partus lama

5. Untuk mengetahui akibat dari partus lama

2
1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis

Sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah ASKEB V. Sebagai indikator

untuk mengukur kemampuan penulis.

2. Bagi Institusi

Sebagai referensi untuk mengukur kemampuan mahasiwa.

3. Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan dan wawasan Mengenai Penanganan

Kegawatdaruratan Partus Lama/Macet dan Rujukannya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Pembelajaran Di Laboratorium

. Definisi Partus Lama

Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan

partus terlantar. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi.

Bila persalinan berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi

baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian

ibu dan anak.

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,

dan lebih dari 18 jam pada multi.

Partus kasep menurut Harjono merupakan fase terakhir dari suatu partus yang

macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi,

infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).

(Mochtar, 1998).

Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk

nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)

Sebagian besar partus lama menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang

menjadi penyebabnya yaitu, serviks gagal membuka penuh dalam jangaka waktu

yang layak. (Harry, 2010)

Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan dengan

his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks,

turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir.

4
Persalinan pada primi tua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang

mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan

keyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi

permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama

menurut penelitian adalah 2,8-4,9%.

B. Etiologi Partus Lama

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikomplek dan tentu saja bergantung

pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan

penatalaksanaannya.

Faktor-faktor penyebab antara lain :

1. Kelainan letak janin

2. Letak sungsang

3. Letak lintang

4. Kelainan-kelainan panggul

Dapat disebabkan oleh : gangguan pertumbuhan, penyakit tulang dan sendi,

penyakit kolumna vertebralis, kelainan ektremitas inferior. Kelainan panggul

dapat menyebabkan kesempitan panggul.

3. Kelainan his

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan pada jalan lahir yang lazin terdapat pada setiap persalinan, tidak

dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan

4. Pimpinan partus yang salah

5. Janin besar atau ada kelainan kongenital.

6. Hidrosefalus

5
7. Makrosemia

8. Anensefalus

9. Kembarsiam

10. Primitua

11. Perut gantung, grande multi.

12. Ketuban pecah dini

C. Gejala Klinik Partus Lama

1. Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan

cepat, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle

tinggi, edema vulva ,edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat

mekonium.

2. Pada bayi

Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif.

Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijauan, berbau.

Caput sucsadaneum yang besar

Moulage kepala yang hebat

Dalam Kandungan (KJDK)

Kematian Janin Intra Partal (KJIP). (Mochtar, 1998).

6
D. Tanda Dan Gejala Partus Lama

1. Ibu tampak kelelahan dan lemah.

2. Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.

3. Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.

4. Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi

adekuat.

5. molding sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

E. Akibat Partus Lama

Ibu:

Akibat untuk ibu adalah penurunan semangat, kelelahan, dehidrasi,

asidosis, infeksi dan resiko ruptura uteri. Perlunya intervensi bedah

meningatkan mortalitas dan morbiditas. Ketoasidosis dengan sendirinya

dapat mengakibatkan aktivitas uterus yang buruk dan memperlama

persalinan.

Janin:

Akibat untuk janin meliputi trauma, asidosis, kerusakan hipoksik,

infeksi dan peningkatan mortalitas serta morbiditas perinatal.

7
Abstrak

Memperpanjang pengalaman persalinan pada primigravida saat persalinan

menyebabkan rasa sakit dan stres. Tahap pertama dan tahap kedua menghasilkan

diketahui lebih lama dari tahap lainnya. Penelitian ini mengusulkan yoga hamil

untuk mengurangi durasi tahap pertama dan kedua. Penelitian ini menggunakan

penelitian eksperimental menggunakan desain quasi-experimental. Ada 18 wanita

primigravida yang terlibat baik dalam kelompok dan kelompok eksperimen.

Wanita hamil dipilih menggunakan teknik consecutive sampling di Kabupaten

Kuningan pada tahun 2014. Responden yang berusia 25-35 tahun harus berada di

usia kehamilan lebih dari 35 minggu. Sebagai hasilnya, kami mengungkapkan

bahwa yoga hamil memendekkan tahap pertama dan kedua dari persalinan lama

dalam primigravida. Panjang rata-rata tahap pertama pada wanita hamil yang

melakukan yoga hamil adalah 4,89 (0,676) jam dan yang tidak mendapatkan yoga

hamil sebanyak 5,61 (0,698) jam. Sedangkan rata-rata panjang tahap kedua pada

8
wanita hamil yang melakukan yoga hamil adalah 0,25 (0,045) jam dan yang tidak

mendapatkan yoga hamil adalah 1,7 (0,410) jam.

persalinan lama dapat menyebabkan kematian ibu sejak komplikasi

selama persalinan (Kampono, 2013). Penyampaian terdiri dari empat tahap

sebagai tahap pertama (tahap pembukaan), tahap kedua (bayi tahap pengeluaran),

tahap ketiga (tahap plasenta) dan tahap keempat (tahap setelah persalinan)

(Wiknjosastro, 2008). Tahap pertama dan kedua pengiriman pada primigravida

memakan waktu lama, mencapai 13 atau 14 jam di primigravida, karena itu, rasa

sakit dan risiko lainnya termasuk kecemasan, ketegangan, ketakutan dan bahkan

panik, akan dialami lebih lama (Wiknjosastro, 2008). Dalam sebuah penelitian

yang dilakukan oleh Cheng, dkk (2010) di Budiarti (2011) mengungkapkan

bahwa memperpanjang persalinan meningkatkan risiko perdarahan postpartum,

korioamnionitis, dan perawatan intensif neonatal meningkat. Yoga sangat

dianjurkan untuk wanita hamil untuk membantu proses persalinan. Sebelum

melahirkan yoga dapat meningkatkan berat badan lahir dan mengurangi kejadian

prematur dan komplikasi, dan menurunkan stres psikologis dan cedera fisik

selama kehamilan dan persalinan, termasuk kecemasan

dan nyeri (Narendran et.al., 2005; Michalsen et. al., 2005; Beddoe et. al., 2009).

telah diketahui meningkatkan aliran darah dan nutrisi janin secara adekuat dan

mempengaruhi panggul ibu dan organ reproduksi lainnya selama kelahiran

spontan (Beddoe et. al., 2009). Selain itu, hamil yoga dapat meringankan edema,

kram, terjadi pada bulan terakhir kehamilan, dan ketegangan di sekitar serviks dan

saluran lahir, dan menyesuaikan posisi dan gerakan bayi untuk memfasilitasi

(Siska, 2009;Stoppard, 2008).

9
Yoga hamil termasuk latihan untuk bernapas, gerakan, kontrol gerakan, dan otot

pelatihan dapat meningkatkan daya selama melahirkan (Chandra, 2005).

Damayanti (2006) mengungkapkan hubungan yang signifikan antara latihan

selama kehamilan dan kejadian persalinan lama.

Latihan selama kehamilan mempengaruhi panjang tahap pertama dan kedua

persalinan (Martini et. Al., 2008; Chuntharapat et. al., 2008). Berdasarkan survei

awal antenatal bioskop di Nusaherang desa, kabupaten Kuningan, ada tingkat

persalinan lama yang tidak diinginkan, terutama di tahap I dan II, disebabkan oleh

proses panjang mengejan, dan menyebabkan kejadian seperti: edema serviks dan

vagina, trauma, prolaps uterus, perdarahan dan tekanan pada bayi. Penting untuk

mencari tahu alternatifnya mengurangi durasi pengiriman untuk mengurangi

angka kematian ibu. Ini penting untuk melakukan penelitian yang berkaitan

dengan efektivitas yoga hamil untuk mengurangi persalinan lama dalam hal ini

kabupaten terutama di tahap pertama dan kedua di primigravida.

Format Resume Jurnal II

Judul Jurnal :

Predictors of labor abnormalities in university


hospital: unmatched case control study

Latar Belakang :
Persalinan abnormal adalah salah satu masalah
obstetri darurat umum yang berkontribusi lebih dari
dua-pertiga dari operasi caesar yang tidak

10
direncanakan. Di Etiopia, meskipun ketidaknormalan
tenaga kerja dan komplikasinya seperti fistula obstetri
sangat lazim, tidak ada penelitian yang diterbitkan
yang menentukan prediktor kelainan persalinan.

Tujuan :
untuk menentukan prediktor ketidaknormalan
persalinan di antara wanita yang melahirkan di rumah
sakit studi.

Metodologi :

Desain penelitian adalah kontrol kasus yang tak


tertandingi termasuk 844 wanita (408 kasus dan 436
kontrol). Kasus diidentifikasi ketika seorang wanita
didiagnosis memiliki salah satu kelainan persalinan
pada jangka panjang (fase laten berkepanjangan,
gangguan fase aktif, tahap kedua berkepanjangan,
gangguan keturunan dan persalinan yang terhambat).
Analisis regresi logistik subkelompok dilakukan
dengan mengambil berbagai jenis abnormalitas tenaga
kerja sebagai variabel dependen

Hasil :
Hampir setengah dari kasus (48,6%) ditemukan
memiliki gangguan fase aktif. Persalinan macet
sendiri menyumbang sekitar 16,8% dari kasus. Usia
kehamilan rata-rata kasus dan kontrol hampir
sebanding. Lebih dari seperempat kasus dan kontrol
datang ke rumah sakit pada tahap kedua persalinan.
Lebih dari dua pertiga dari kasus (67,4%) melahirkan
dengan seksio sesaria. Analisis regresi logistik
menunjukkan asosiasi independen dari keseluruhan
keabnormalan tenaga kerja dengan ketidakmampuan
panggul. Analisis subkelompok, bagaimanapun,

11
mengungkapkan bahwa beberapa faktor obstetrik
dikaitkan dengan satu atau lebih jenis kelainan tenaga
kerja.

Kesimpulan :
Gangguan fase aktif adalah jenis abnormalitas
persalinan yang paling umum. Kasus terlambat di
laporkan ke rumah sakit. Malposisi, pelvis yang tidak
memadai dan kontraksi uterus yang tidak adekuat
adalah beberapa prediktor dari jenis abnormalitas
persalinan yang spesifik.
Kata kunci: "Kontrol kasus", "Abnormalitas
Ketenagakerjaan", "Ethiopia"

Kelebihan : 1. Penelitian ini telah menunjukkan hubungan


independen dari persalinan yang terhalang dengan
tempat tinggal di pedesaan, kurangnya perawatan
antenatal, pelvis berkontraksi dan malposisi kepala
janin, yang mirip dengan laporan lain
2. selain menciptakan kesadaran pada seluruh paket
layanan medis untuk wanita hamil, terlepas dari
area tempat tinggal, availing layanan obstetrik
komprehensif untuk wanita pedesaan di daerah
penelitian dapat mengurangi atau mencegah
terjadinya persalinan yang terhambat dan
sekuelnya.
3. Studi ini telah menunjukkan bahwa gangguan fase
aktif menyumbang hampir setengah dari total
kasus yang termasuk dalam analisis ini
4. penelitian ini membandingkan kasus
(ketidaknormalan tenaga kerja) dan kontrol
(biasanya perkembangan persalinan) yang entah
bagaimana semua datang ke rumah sakit studi dari
komunitas yang sama dan cenderung memiliki
perilaku pencarian kesehatan yang sebanding.

12
5. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tahap
pertama persalinan laten yang berkepanjangan
dikaitkan dengan usia ibu> 35 tahun, nulipara,
oksipito posisi janin posterior, berat lahir janin> 4
kg, dan meconium bernoda cairan ketuban [1, 2, 8,
9]. Dalam penelitian ini dan beberapa penelitian
lain [8, 6, 23], bagaimanapun, fase kerja laten
yang berkepanjangan tidak menunjukkan
hubungan dengan usia ibu, berat lahir, dan status
panggul
Kekurangan :
1. Karena mayoritas perempuan pedesaan memiliki
kebiasaan bekerja dan melahirkan di rumah,
peserta studi sampel sebagian besar berasal dari
daerah perkotaan yang tidak dapat mewakili
populasi umum di wilayah penelitian
2. ada kemungkinan ketepatan rendah dalam
membuat diagnosis kelainan persalinan karena
sifat penilaian subjektif kemajuan persalinan
(variasi antar dan intra-pengamat).
3. beberapa persalinan normal yang dikategorikan
sebagai kontrol mungkin sudah memiliki satu jenis
kelainan persalinan, yang mungkin diabaikan
karena beberapa alasan
4. karena perubahan kecil tapi progresif karena
durasi kemajuan tenaga kerja dan karena
penundaan signifikan yang diamati pada kedua
kasus dan kontrol, beberapa kasus bisa didiagnosis
pada tahap awal persalinan dan beberapa kontrol
bisa menjadi didiagnosis sebagai kasus jika
mereka telah melaporkan ke rumah sakit sebelum
persalinan maju ke tahap akhir.
5. sifat retrospektif dari penelitian ini juga
merupakan batasan untuk melakukan analisis lebih
lanjut dengan memasukkan variabel lain

13
2.2 Tujuan Dan Kegunaan Pembelajaran Laboratorium

Dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam

proses pembelajaran di laboratorium, maka pembelajaran dilaboratorium

sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai

berikut :

a. Keterampilan kognitif yang tinggi

1) Berlatih agar mendapatkan teori

2) Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintegrasikan

3) Berlatih agar teori dapat diterapakan pada permasalahan nyata

b. Keterampilan afektif

1) Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri

2) Belajar bekerja sama

3) Belajar mengkomunikasikan informasi melalui bidangnnya

4) Belajar menghargai bidangnya

c. Keterampilan psikomotor

1) Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan

2) Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu

2.2.1 Kegunaan pembelajaran di laboratorium

1. Mengajarkan materi teori yang tidak bisa diajarkan di tempat lain

2. Menyajikan danmenjelaskan bahan ajar

14
3. Menumbuhkembangkan bahan ajar

4. Meningkatkan kemampuandalam mengikuti petunjuk

5. Membiasakan mahasisiwa dengan peralatan dan perlengkapan

pratikum

6. Membiasakan mahasisiwa merancang dan mengkontruksi peralatan

percobaan

7. Meningkatkan keahlian pengamatan

8. Meningkatkan keahlian dalam mengumpulkan dan interprestasi

data

9. Meningkatkan kemampuan menjelaskan hasil percobaan

10. Meningkatkan kemampuan menulis secara koheren dan

argumentasi yang bagus dan terarah

11. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri

12. Mendorong kemndirian berpikir

13. Merangsang pemikiran yang mendalam mengenai interprestasi

mendalam

14. Meningkatkan keahlian mahasiswa memecahkan masalah dengan

variabel yang berjumlah besar

15. Mendorong inisiatif, semangat berusaha, dan pemberdayaan akal

16. Meningkatkan tanggung jawab dan kendala personal untuk

melakukan percobaan

17. Menanamkan kemampuan mengukur secara tepat seksama

18. Menumbuhkembangkan kepercayaan pada kemampuan diri

19. Menumbuhkembangkan keahlian

15
20. Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teori

21. Menanamkan kemampuan merancang percobaan

22. Melatih penulisan laporan teknik

23. Memuaskan keingintahuan peserta didik

24. Menumbuh kembangkan sikap ilmiah dan pehaman tentang

metologi ilmiah

2.3 Metode Pembelajaran Di Laboratorium

Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses

pembelajaran melalui pendekatan pengalaman, karenanya para

dosen/instruktur perlu memberi bimbingan terhadap mahasiswa dalam

melakukan pratikum agar mahasiswa dapat mengungkapkan percobaan

mereka secara kritis dan dapat menggali kemandirian untuk menemukan

sesuatu.

Peran dosen/ instruktur dan mahasiswa dalam memperoleh pengalaman

dalam proses pembelajaran dituliskan sebagai berikut :

Mahasiswa Dosen/instruktur
- Secara aktif mencari pengalaman - Merencanakan dna membagi
- Menggambarkan/menguji ide dan tugas-tugas
asumsi-asumsi - Mengamati, memberi umpan
- Membagi pengalaman, balik, membimbing dan
menjelaskan, memilih cara kerja membantu
- Membangun rasa percaya diri - Memberi bantuan jika
diperlujkan dan membantu
menghubungkan dengan
kenyataan
- Mendorong, mendukung, dan
memastikan

16
Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adfalah mahasisiwa belajar

sendiri dan saling belajar dengan mahasisiwa lain dalam tim. Meskipun

secara prinsip dalam pembelajaran di laboratorium mahasisiwa belajar

dengan cara mereka sendiri, tetapi dosen menyediakan percobaan, tugas,

instruksi, dan petunjuk pelaksanaan.

2.4 Cara Konvensional Pembelajaran Di Laboratorium

a. Peragaan (Demonstration)

Peragaan umumnya dirancang untuk mengilustrasikan garis besar prinsip-

prinsip teoritik dalam perkuliahan. Peragaan sebaiknya dilakukan secara

singkat di akhir kuliah. Dengan peragaan ini prinsip-prinsip yang

berkaitan denga materi perkuliahan dapat tidak mudah dilupakan. Oleh

karena itu peragaan sebaiknya dilakukan diawal kuliah, karena prinsip-

prinsip dari materi tersebut belum diketahui oleh mahasiswa.

b. Latihan (exercises)

Latihan adalah percobaan terstruktur agar mahasiswa dapat mengikuti

suatu instruksi dengan tepat, memperoleh kemampuan observasi,dan

menjadi terampil. Latihan dimaksudkan juga untuk menjelaskan teori dan

dengan sarana yang relatif terbatas dapat menanmkan informasi ilmu

pengetahuan baru. Latihan yang diulang-ulang secara terus menerus

dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengerti tujuan pembelajaran

tersebut.

c. Penyelidikan terstruktur (structured enquiries)

17
Penyelidikan terstruktur merupakan bagian dari percobaan terstruktur

dimana mahasiswa diminta mengembangkan prosedur sendiri

danmenginterpretasikan hasilnya. Mereka harus terampil dalam

pemecahan masalah juga terampil dalam interpretasi, observasi, dan

pekerjaan tangan.

d. Penyelidikan secara terbuka (open ended enquries)

Penyelidkan secara terbuka dimaksudkan agar mahasiswa dapat

mengidentifikasi sebuah problema, memformulasikan penyelesaian,

mengembangkan/menyusun pelaksanan percobaan, menginterpretasikan

hasil dan mengetahui penerapannya. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk

lebih meingkatkan keterampilan pemecahan masalah dengan derajat lebih

tinggi dan untuk peningkatan kaeahlian meneliti dengan derajat yang lebih

rendah.

e. Proyek (project)Proyek didasarkan pada percobaan jangka waktu panjang.

Belajar dilapangan, atau rangkaian percobaan yang biasanya sebagai tugas

akhir untuk syarat lulus.

2.5 Peningkatan Pembelajaran Di Laboratorium

Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang diperlu

diperhatikan dalam peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu

a. Tujuan atau sasaran

Tujuan dan sasaran dari setiap sesi pratikum perlu dirumuskan dengan

jelas. Hal ini untuk meminimalisasikan kemungkinan terjadi suatu keadaan

yaitu sasaran yang kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting

tidak tercapai.

18
b. Petunjuk pelaksanaan

Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak

membingingkan. Hal ini harus dirancang agar mahasisw dapat menangkap

dengan jelas gambaran penting tentang peralatan atau bahan-bahan yang

diperlukan.

c. Asisten laboratorium terlatih

Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan tugas

dengan baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu mahasiswa

dalam melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk

2. Menyelesaikan permasalan yang muncul

3. Mengatur peralatan

4. Memeriksa fungsi peralatan

5. Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan

6. Mencatat metode atau hasil

7. Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau dengan

hasil percobaan lainnya.

d. Cara memfasilitasi

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran di laboratorium

sedapat mungkin membuat mahasiswa belajar mansiri dan saling belajar

dengan temannya. Banyak cara untuk memfasilitasi hal tersebut dapat

tercapai.

e. Pertanyaan dan daftar pengecekan untuk evaluasi diri

19
Mahasiswa harus didorong untuk membaca dan berfikir tentang semua

aspek aktivitas di laboratorim. Daftar pengecekan untuk evaluasi diri

dapat digunakan sebagai alat bantu yang sangat berguna dalam hal

peningkatan pembelajaran di laboratorium. Hal ini dapat digunakan oleh

mahasiswa untuk menguji apakah tugas telah dilakukan dengan benar.

2.6 Pelaksanaan Pratikum

a. Rencana pembelajaran pratikum

Dalam pembelajaran pratikum diperlukan prosedur yang disusun secara

logis dan sesuai untuk melatih keterampilan, agar tujuan benar-benar

dapat tercapai.

b. Metodologi pratikum

Metode pratikum mencakup semua kegiatan yang harus dipelajari dalam

pratikum. Mahasiswa harus melaksanakan tugas-tugas pratikum secara

berangsur meningkat dalam kesukaran. Dengan tugas-tugas tersebut

mahasiswa melatih diri. Dalam berlatih mahasiswa akan memerlukan

petunjuk-petunjuk yang heuristik.

c. Penyusunan tugas problema

Suatu tuga pratikum harus mencakup suatu problema pada tingkat

kemampuan mahasiswa, yang memungkinkan melatih semua keterampilan

yang penting dalam pratikum tersebut. Kemampuan mahasiswa berbeda

maka suatu tugas tidak dapat sesuai untuk semua mahasiswa. Karena itu,

para asisten harus menyesuaikannya, misalnya suatu tugas dapat dibuat

lebih mudah atau lebih sukar.

20
d. Organisasi pratikum

Pratikum harus berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari, yang

bertujuan untuk mendalaminya.

e. Bimbingan pada pratikum

Pelaksanaan pratikum memerlukan organisasi yang baik dan cara

bimbingan yang tepat, sehingga mahasiswa apat belajar dari

kesalahannya. Terutama bimbingan harus diarahkan agar

mahasiswa sibuk secara sadar. Bimbingan hanya akan berjalan baik, bila

kelompok mahasiswa tidak terlalu besar.

2.7 Evaluasi Pembelajaran Laboratorium

2.7.1 Pengertian

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu

evaluation. Dalam buku Essentional of Education karangan Edwin

Wand dan Gerald W Brown, dikatakan bahwa Evaluation refer to

the act or prosess to determining the value of something. Jadi

menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau

suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. (Djamarah,

2006).

21
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus

dilakukan oleh seorang guru atau dosen dalam kegiatan

pembelajaran. Evaluasi adalah suatu proses mengukur dan menilai

(Uno, 2006). Sedangkan Bloom dalam Daryanto (2007)

mengungkapkan bahwa evaluasi sebagaimana dapat dilihat adalah

pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan

apakah dalam keyataan terdapat perubahan dalam diri siswa dan

menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri siswa.

Oerman (2006) juga mengatakan bahwa evaluasi

pembelajaran adalah proses penting untuk mengukur hasil belajar,

kinerja, menentukan kompetensi untuk berlatih, dan tiba pada

keputusan lainnya tentang mahasiswa.

Evaluasi hasil pembelajaran adalah suatu proses mulai dan

menentukan obyek yang diukur, mengukurnya, mendapatkan hasil

pengukuran, mentransformasikan ke dalam nilai, serta mengambil

keputusan lulus tidaknya seorang siswa, efektif tidaknya seorang

dosen mengajar ataupun baik buruknya interaksi antara dosen dan

mahasiswa dalam proses belajar mengajar. (Uno, 2006)

Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006) berpendapat

bahwa evaluasi hasil pembelajaran merupakan suatu proses untuk

menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau

pengukuran hasil belajar.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah bagaimana

pengajar dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah

22
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar

(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh

mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang

dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan

instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan

itu dapat dinyatakan dengan nilai (Kiranawati, 2008).

2.7.2 Tujuan Evaluasi

Menurut Ahmadi tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi,

yaitu tujuan umum dan tujuan yaitu:

1. Tujuan Umum dari Evaluasi adalah:

a) Mengumpulkan data-data yang menbuktikan taraf kemajuan

murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

b) Memungkinkan pendidik menilai aktivitas atau pengalaman

yang didapat.

c) Menilai metode mengajar yang digunakan

2. Tujuan Khusus dari Evaluasi adalah:

a) Merangsang kegiatan mahasiswa.

b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.

c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan dan bakat mahasiswa yang bersangkutan.

d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan

mahasiswa yang diperlukan orang tua dan lembaga

pendidikan.

23
e) Untuk memperbaiki mutu pelajaran atau cara belajar dan

metode mengajar.

Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru

dan siswa, maka menurut Ahmadi evaluasi mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1) Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada

guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar

mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi

murid.

2) Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan

atau hasil belajar dari setiap peserta didik. Antara lain

digunakan dalam rangka pemberian kemajuan belajar

murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas,

serta penentuan kelulusan seorang peserta didik.

3) Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar

mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan

dan karakteristik lainnya yang dimiliki oleh peserta

didik.

2.7.3 Sistem Evaluasi Pembelajaran Praktikum

1. Lingkup Evaluasi

Kegiatan evaluasi pembelajaran praktik berfokus kepada

proses pencapaian kompetensi dan keberhasilan program.

Lingkup evaluasi mencakup input, proses dan output.

24
a. Input ( masukan ) meliputi perencanaan tentang mahasiswa

baik jumlah, pembagian kelompok, buku panduan belajar,

alat penilaian pencapaian kompetensi dan pembimbing.

b. Proses meliputi kejelasan tujuan kompetensi yang akan

dicapai, tingkat keberhasilan, kendala dan faktor

pendukung,

c. output adalah hasil pelaksanaan pembelajaran praktik

dengan indikator keberhasilan pencapaian kompetensi dan

keberhasilan kegiatan pembelajaran praktik.

2. Aspek Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi pembelajaran dilakukan

untuk menilai aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap dengan

menggunakan standart kelulusan yang akurat dan konsisten.

a. Strategi penilaian untuk masing-masing aspek adalah :

1) Penilaian pencapaian kompetensi untuk aspek

pengetahuan

2) Penilaian untuk aspek sikap ditekankan terhadap

sikap dalam pelaksanaan langkah-langkah kegiatan

sesuai dengan standar meliputi perilaku yang

berhubungan dengan pelaksanaan tindakan tertentu.

3) Penilaian pencapaian kompetensi untuk aspek

ketrampilan menggunakan standar kelulusan

25
berdasarkan kompeten atau tidak kompeten. Apabila

ada salah salah satu komponen yang dinilai dalam sub

kompetensi yang tidak dikuasai/tidakkompeten,

mahasiswa diberi umpan balik segera setelah penilaian

selesai, selanjutnya mahasiswa diberikan kesempatan

untuk mengikuti penilaian ulang.

b. Metod penilaian pencapaian kompetensi

Metode penilaian pencapaian kompetensi untuk aspek

pengetahuan dapat berupa ujian tertulis atau ujian lisan .

Metode penilaian untuk aspek sikap dapat dilakukan

melalui observasi dan atau pertanyaan lisan maupun tertulis.

Metode penilaian pencapaian kompetensi untuk aspek

ketrampilan, penilaiannya dilakukan terhadap proses dan

hasil tindakan.

c. Mekanisme penilaian pencapaian kompetensi

Mekanisme penilaian pencapaian kompetensi

merupakan serangkaian kegiatan meliputi :

1) Menentukan unit kompetensi dengan melakukan

identifikasi setiap tujuan mata kuliah

2) Mengembangkan instrumen penilaian

3) Melaksanakan penilaian pencapaian kompetensi

dilakukan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan

26
dapat diselenggarakan jika keseluruhan elemen atau

sub kompetensi pada unit-unit kompetensi telah selesai

dipelajari.

4) Penentuan kelulusan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

menentukan kelulusan adalah : mahasiswa dinyatakan

lulus penilaian aspek ketrampilan jika telah kompeten

untuk setiap unit kompetensi, mahasiswa dinyatakan

lulus aspek pengetahuan dan sikap jika mendapatkan

nilai minimal 60, mahasiswa yang tidak lulus penilaian

pencapaian kompetensi berhak memperoleh balikan

(feedback) atas aspek dan elemen yang dinyatakan

tidak lulus. Dengan demikian mahasiswa dapat

mempersiapkan lebih baik lagi untuk mengikuti

penilaian ulang.

3. Aspek Penilaian

Alat evaluasi berupa format penilaian pencapaian kompetensi.

4. Strategi penilaian program pembelajaran praktik

Penilaian terhadap keberhasilan proram pembelajaran praktik

dilaksanakan secara terus menerus sampai kegiatan pembelajaran

praktek selesai. Penilaian ini meliputi tahap persiapan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Penilaian program

pembelajaran praktik mencakup tingkat keberhasilan mahasiswa,

27
pembimbing, lahan praktik, program dan kendala yang ditemukan

selama pelaksanaan pembelajaran praktik. (Pusdiknakes, 2005:

45-55)

2.7.4 Metode Evaluasi

Metode evaluasi dapat berupa Observasi, Komunikasi ,

tertulis/laporan Komunikasi lisan Simulasi, Evaluasi diri dan

OSCE/OSPE.

1. Observasi

a. Digunakan untuk mengevaluasi penampilan psikomotor,

sikap, prilaku, interaksi baik verbal maupun non verbal.

b. Banyak dipengaruhi oleh latar belakang & ekspetasi

pengamatan dan dapat mempengaruhi reliabilitas dan

objektivitas evaluasi.

c. Perangkat evaluasi

1) Kejelasan aspek yang diobservasi & batasan

nilau(score)

2) Pemberian umpan balik(feed back) dilakukan segera

3) Setelah observasi dilaksanakan& diikuti proses

diskusi

Alat evaluasi berupa daftar penampilan,catatan

anekdot, insiden kritis, skala peringkat dan video tip.

2. Komunikasi Tertulis/Laporan

28
a. Untuk mengevaluasi kognitif dan pemecahan masalah

melalui proses analisa, sintesa& evaluasi.

b. Dilaksanakn dengan cara memberikan penugasan pada

peserta didik untuk menuliskan hasil pengamatan, hasil

rangkaian kegiatan melaksanakan tindakan keperawatan

atau asuhan keperawatan erupa laporan tertulis.

3. Komunikasi Lisan/Oral

a. Terjadi tanya jawab perkembangan klien atau dialog

terhadap pertanyaan yang diajukan penguji.

b. Pembimbing melakukan validasi terhadap data yang telah

dikumpulkan.

c. Menilai alasan terhadap tindakan yang dilakukan

mahasiswa.

d. Menilai kemampuan/ pengetahuan mahasiswa tentang

gangguan yang dialami oleh klien, perkembangan klien dan

tanda dan gejala yang terdapat pada klien.

4. Simulasi

a. Kompleksitas masalah yang disimulasikan dan tindakan

keperawatan yang terkait yang harus dilakukan dapat

terkontrol.

b. Evaluasi dapat berfokus pada prilaku kognitif, psikomotor

atau afektif.

5. Evaluasi Mandiri

29
a. Suatu keterampilan perkembangan yang komplek yang

memerlukan instruksi& praktik, & harus diajarkan pada

peserta didik dengan cara yang sistematik.

b. Harus disertai dengan diskusi pengajar peserta didik untuk

saling mengevaluasi dan membuat keputusan berkaitan

denan pengalaman belajar yang selanjutnya.

c. Paling tepat diunakan untuk evaluasi formatif.

6. OSCE/OSPE

a. Dapat secara bersamaan dievaluasi kemampuan

pengetahuan, psikomotor, keterampilan dan sikap.

b. Meliputi:

1) Pengkajian riwayat penyakit.

2) Pemeriksaan fisik.

3) Pemeriksaan laboraturium.

4) Identifikasi masalah.

5) Interpretasi data.

6) Menetapkan pengelolaan klien.

7) Mendemonstrasikan prosedur.

8) Kemampuan komunikasi.

9) Pemberian pendidikan kesehata

2.7.5 Monitoring dan evaluasi

c. Lingkup monitoring dan evaluasi

30
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini berfokus kepada

pelaksanaan proses pembelajaran praktik dan keberhasilan

program. Pembimbing dari institusi dan lahan praktik

diharuskan untuk melakukan monitoring dan evaluasi seluruh

praktik klinik yang meliputi beberapa unit / ruangan yang

digunakan sebagai lahan praktik. Lingkup monitoring dan

evaluasi antara lain mencakup unsur : mahasiswa, jumlah dan

jenis kasus, fasilitas praktik terutama alat baik jenis, jumlah

dan kondisinya, lingkungan pembelajaran praktik antara lain

lingkungan klien, tata ruang tempat praktik, dinamika dalam

berkomunikasi dan unsur yang mendukung proses

pembelajaran praktik.

Monitoring dan evaluasi keberhasilan program

pembelajaran praktik lebih menekankan kepada pencapaian

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran praktik mulai input,

proses dan out put. Ketiga unsur ini harus dijabarkan dengan

jelas, sehingga tidak terjadi salah persepsi dalam perencanaan

dan pelaksanaannya. Kegiatan monitoring dan evaluasi

terhadap keberhasilan program pembelajaran praktik

dilaksanakan secara terus menerus sampai kegiatan praktik

selesai. Monitoring dan evaluasi keberhasilan program

mencakup 3 ( tiga ) unsur :

1) Unsur masukan (input)

31
Meliputi perencanaan tentang mahasiswa baik jumlah,

pembagian kelompok, buku panduan belajar, alat

penilaian pencapaian kompetensi, pembimbing praktik

dan lahan praktik yang digunakan.

2) Unsur proses

Mencakup kejelasan tujuan dan kompetensi yang akan

dicapai oleh mahasiswa, tingkat keberhasilannya,

kendala yang ditemukan selama proses pelaksanaan

pembelajaran praktik, pembimbing klinik baik dari

institusi maupun lahan praktik, area praktik yang

digunakan dan faktorfaktor pendukung

3) Unsur luaran (Out put)

Unsur luaran adalah hasil pelaksanaan program yang

diukur dengan indikator keberhasilan mahasiswa yang

dinyatakan lulus sesuai dengan tingkat kompetensi yang

ditetapkan, kualitas penampilan pembimbing dalam

pembelajaran praktik serta menilai faktor-fkator yang

mempengaruhi kualitas pencapain kegiatan pembelajaran

praktik.

4) Metoda penilaian : observasi dan wawancara

5) Instrumen penilaian : checklist (daftar tilik) dan

Kuesioner.

2.7.6 Intrumen untuk Evaluasi

1. Daftar Tilik

32
a. Lagkah menyusun daftar tilik

1) Lakukan pengkajian literatur sebanyak mungkin

terkait variabel yang akan diukur

2) Lakukan sitasi sebaik mungkin

3) Pilih sesuai hasil kajian : ketepatan langkah,

kualitas, kemampuan, inisiatif, komunikasi dan

etika.

4) Jabarkan demensi tersebut kedalam sub demensi

atau indikator

5) Buat pertanyaan/atau pernyataan pada masing-

masing indikator

6) Sebaiknya membuat kisi-kisi dahulu sebelum

menyusun perta nyaan/pernyataan.

7) Lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap chek

list yang sudah disusun

2.7.7 Strategi Penilaian

Trianto (2014: 123) mengungkapkan bahwa Penilaian

merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,

dan menafsirkan data tentang dan hasil belajar peserta didik yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Penilaian merupakan serangkaian proses kegiatan

memperoleh informasi dan bukti melalui mengukur, menganalisis,

menafsirkan, dan menginterprestasi untuk mengetahui hasil belajar

33
dalam ketercapaian kompetensi mahasiswa. Penilaian yang

dimaksudkan ialah untuk menilai tiga ranah kompetensi, yaitu

pengetahuan, keterampilan dan sikap.

1. Penilaian pencapaian kompetensi untuk aspek

pengetahuan:

a. Menggunakan standar kelulusan Penilaian Acuan Patokan

(PAP), dengan nilai minimal 60%

PAP adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta

didik dengan suatu standar atau norma absolut. PAP pada

umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif.

Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa yang dapat

dilakukan oleh mahasiswa. Dengan kata lain, kemampuan-

kemampuan apa yang telah dicapai oleh mahasiswa

sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu

keseluruhan program. Jadi, PAP meneliti apa yang dapat

dikerjakan oleh mahasiswa dan bukan membandingkan

seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan

dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria

yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar

atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan

terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.

Misalnya, kriteria yang digunakan 60%, bagi mahasiswa

yang kemampuannya dibawah kriteria yang telah

34
ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus

mendapatkan remedial.

b. Metode penilaian menggunakan daftar pertanyaan dan

lembar observasi

c. Kriteria kelulusan mahasiswa dinyatakan lulus untuk

komponen pengetahuan bila memperoleh nilai minimal

60.

2. Penilaian Aspek Keterampilan

a. Penilaian pencapaian kompetensi untuk aspek keterampilan

menggunakan standar kelulusan berdasarkan kompeten

atau tidaknya kemampuan. Penilaian pencapaian

kompetensi untuk aspek keterampilan adalah 60 %

ditekankan terhadap pelaksanaan langkah – langkah

kegiatan sesuai dengan standar untuk menilai proses

sedangkan untuk menilai hasil dilakukan dengan cara

membandingkan hasil tindakan dengan kriteria

keberhasilan.

b. Strategi penilaian pencapaian kompetensi ini di pergunakan

untuk menilai aspek keterampilan pada tahap pelaksanaan ,

mencakup nilai proses, hasil, atau proses dan hasil,

keamanan dan keselamatan kerja.

c. Penilaian pada tahap pelaksanaan dilakukan oleh tim

pengajar mata kuliah atau bersama – sama dengan

pembimbing lahan praktek terhadap seluruh kompetensi

35
yang dipersyaratkan untuk dicapai oleh mahasiswa dengan

rencana belajar yang telah ditetapkan.

d. Penilaian aspek keterampilan meliputi : persiapan (alat,

pasien/ lingkungan), pelaksanaan (tindakan yang dilakukan

berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan) hasil

tindakan (Kriteria keberhasilan), keamanan dan

keselamatan kerja.

e. Metoda penilaian : observasi

f. Instrument penilaian : lembar penilaian pencapaian

kompetensi

g. Kriteria kelulusan : mahasiswa dinyatakan lulus untuk

mencapai keterampilan bila sudah kompeten / menguasai

semua sub/ elemen kompetensi pada unit tersebut yang

akhirnya dikonversi menjadi angka absolute.

3. Penilaian Aspek Sikap

a. Penilaian dilakukan oleh tim pengajar mata kuliah

bersama-sama dg pembimbing dg lahan praktik.

b. Metode penilaian observasi yg dilakukan pada saat

penilaian keterampilan dan tanya jawab.

c. Instrumen penilaian berupa lembar observasi/check list,

dengan menggunakan skala Likert dan dikonversi kenialai

mutu

d. Penilaian pada askpek sikap diberikan bobot 10 – 20%

36
4. Sistem penilaian

Hasil akhir penilaian pada setiap unit kompetensi

merupakan penggabungan nilai yang diperoleh dari aspek

pengetahuan dan aspek keterampilan serta aspek sikap, dengan

rumus perhitungan :

NILAI AKHIR = (20% x 100) + (60% x 100) + (20% x 100)

Batas kelulusan untuk tiga aspek yang tertera diatas adalah

78.

a. Mahasiswa harus lulus untuk seluruh aspek dan

elemen kompetensi pada setiap unit.

b. Bagi mahasiswa yang tidak lulus penilaian kompetensi

berhak memperoleh perbaikan atas aspek dan elemen

yang dinyatakan tidak lulus.

c. Mahasiswa yang dinyatakan mengikuti HER adalah

- Nilai < 78

- Kehadiran tidak 100%

d. Mahasiswa yang tidak lulus penilaian pencapaian

target kompetensi dapat mengikuti :

1) Proses HER dilakukan dalam jangka waktu yang

telah ditetapkan

2) Ketentuan tempat diatur oleh Koordinator

3) Administrasi ditanggung oleh mahasiswa yang

bersangkutan

37
Penilaian ulang hanya difokuskan pada aspek dan

atau elemen kompetensi yang tidak lulus, walaupun

mahasiswa harus melakukan seluruh proses kegiatan

Apabila setelah dilakukan HER mahasiswa tersebut tetap

tidak lulus, maka harus mengulang dengan mengikuti

ketentuan Batasan kelulusan , 78 (B).

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Metode pembelajaran laboratorium menunjukkan bahwa pratikum

lebih efektif untuk kemampuan pengamatan dan keterampilan teknik. Dalam

rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam proses

pembelajaran di laboratorium, maka pembelajaran dilaboratorium sangat

efektif untuk mencapai tiga ranah secara afektif, kognitif dan psikomotor.

38
Dalam hasil pembelajraran sangat erat kaitannya dengan evaluasi dan

penilaian.

Evaluasi hasil pembelajaran laboratorium merupakan suatu proses

untuk menentukan nilai belajar mahasiswa melalui kegiatan penilaian dan

atau pengukuran hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah bagaimana

pengajara atau pembimbing dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah

dilakukan. Pengajar atau pembimbing harus mengetahui sejauh mana

pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh

mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat

dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan

nilai.

Strategi dalam penilaian pembelajran laboratorium mencakup tiga

ranah kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap dimana setiap

masing-masing kompetensi memiliki kriteria untuk penilaiannya.

3.2 Saran

Karena pembelajaran dengan hanya penjelasan kurang efektif terhadap

proses belajar mengajar maka pembelajaran pratika (laboratorium) bisa

menjadi pendamping untuk teori sehingga teori dapat diterapkan secara

langsung. Pengalaman langsung tersebut dapat melatih keahlian mahasiswa

menjadi lebih baik.

39
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Brown and Atkins, 1998, Effective teaching in Hingher Education, London,

Marthuen, 1998.

Bloom B cit Morisson GR, Ross SM, and Kemp JE, 2001. Measurement and

Evaluating in Teaching, New York: Macmillan International, p 119—123.

Daryanto, 2007, Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka

Direktorat Pendidikan Tinggi, 1982, Pratikum, Jakarta

40
Dimyati, Mudjiono., 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Cipta, p 5

Djuli Onggo, PhD, 2002 http://www.chem.itb/safety/tim keselamatan kerja

Departeman Kimia,Institute Technology Bandung.

41

Anda mungkin juga menyukai