BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
1.1.3 Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu Stemi karena berkembanganya banyak
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner
terjadi secara cepat pada lokasi nyeri vaskular.
Pada sebagia besar kasus infark terjadi jika plak arterosklerosis
mengalami fisus rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis sehingga terjadi trombus mural pada lokasi rupture
yang memicu trombogenesis, terjadi histologi menunjukkan plak koroner
cenderung mengalami rupture jika memvibrous cap yang tipis dan intinya
kaya lipid.
Infark miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat
mengenai endokardium sampai epikardium, disebut infark transmural,
namun bisa juga mengenai daerah subendokardial, disebut infark
subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan, infark sudah adapat
terjadi eubendokardium, dan bila lanjut terus menerus rata-rata dalam 4
jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan infark miokard ini dari
endokardium ke epikardium menjadi komplit dan irreversible dalam 3-4
jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit, proses remodeling
miokard yang mengalami injuri terus berlanjut sampai beberapa minggu
atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami
dilatasi (Price 2011 : 45).
3
4
2) Enzim-enzim Jantung
Pemerikasaan seri enzim-enzim jantung diperoleh dari gambaran
contoh darah tiap delapan jam selama 1-2 jam ketika terjadi cedera
jaringan makan banyak protein terlepas dari bagian dalam sel otot
jantung ke dalam sirkulasi, enzim-enzim yang harus diobservasi adalah
kreatinkinase (CK), laktat dehidrogenase (LDH), dan transaminase
oksaloasetat glutamik serum (SGOT).
3) Vektokardiografi
Pengukuran noninvasif aksi listrik untuk kecepatan dan arah
konduksi dan gangguan seperti hipertropi ventrikel kanan dan ventrikel
jantung serta blok jantung.
4) Angiografi
Diagnostik invasif dengan memasukkan kateterisasi jantung yang
memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar dan
pengukuran langsung terhadap ventrikel kiri.
5) Skintografi Talium
Memungkinkan untuk imaging miokrad setelah injeksi talium 201,
suatu “Cold spot” terjadi pada gambaran yang menunjukkan area
iskemmia.
1.1.7 Penatalaksanaan Medis
1) Syok Kardiogenik
(1) Terapi oksigen jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat
tanda syok diberikan norepineprin.
(2) Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok
diberikan dopamin dosis 5-15 mg/kg BB/ menit.
(3) Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda
syok diberikan dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.
6
harus diberikan shock kedua 200-300 j dan jika perlu shock ketiga
360j.
(2) Fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel pulseleter yang retaksi
terhadap shock elektrik diberikan terapi amiodoran 300 mg atau 5/kg.
IV bolus dilanjutkan pengulangan shock unsynchoronized (klas II a).
1.1.8 Komplikasi
1) Disfungsi Ventrikuler
2) Gangguan Hemodinamik
3) Gagal jantung
4) Syok kardiogenik
5) Perluasan IM
6) Emboli sistemik
7) Perikarditis
8) Ruptur
9) Otot papilar
10) Kelainan septal ventrikel
11) Disfungsi katup
12) Aneurimia Ventrikel
13) Sindroma Infark Pasca miokardiak
9
DAFTAR PUSTAKA