1. Pendahuluan
Bijih timah berupa mineral kassiterit ( SnO2) merupakan bahan logam yang
sudah lama digunakan oleh manusia. Sejak abad 1800 SM di Mesir, Amerika
dan Afrika. Endapan (deposit) timah di Indonesia ditemukan oleh penjelajah
Portugal sekitar abad 16 karena di Portugis terdapat deposit yang sama.
Secara geologi, sumber timah Indonesia merupakan bagian jalur timah Asia
Tenggara (The South East Asia Tin Belt), jalur timah terkaya di dunia yang
membentang dari selatan Cina – Thailand – Birma –Malaysia hingga Indonesia.
Timah Indonesia jalur timah ini 2/3 bagian tertutup oleh laut, sedangkan daratan
berupa deretan pulau-pulau yang bertebaran sejak dari arah barat laut, Pulau
Karimun, Kundur, Singkep, Bangka hingga Belitung dan jejak granit bertimah
terakhir terdapat di Pulau karimata di timur Pulau Belitung.
Pulau-pulau ini terbentuk oleh proses erosi residual dan merupakan sisa bagian
yang resisten dari mountain ranges yang berlangsung pada masa-masa
terbentuknya paparan sunda (Sunda Self).
Teori ini menjelaskan bahwa di dalam pusat bumi terdapat arus konveksi
yang mengakibatkan terjadinya pergerakan lempeng. Dalam teori ini
diasumsikan bahwa terdapat 2 jenis lempeng yaitu lempeng samudra dan
lempeng benua yang bergerak dan membentuk sature.
Saat fase pembentukan busur magmatik, pada daerah zona subduksi yang
terletak di bawah permukaan busur magmatik, terjadi pergesekan antara
lempeng samudera dan lempeng benua (zona Beniof) yang mengakibatkan
terjadinya peleburan parsial (partial melting) magma. Diferensiasi magma
akan terus berjalan hingga terbentuk mineralisasi di daerah busur magmatik.
Reid R. Keays (1982) mencatat bahwa batuan yang banyak mengandung
mineral bijih umumnya berkomposisi asam (felsic) dan menengah
(intermediate), sedangkan batuan yang berkomposisi basa dan ultrabasa
hanya menghasilkan sedikit mineral bijih
2.2 Tinjauan Mineralisasi Umum
Komposisi mineral yang umum dijumpai terdiri dari feldspar, kuarsa, mika,
kadang-kadang mineral-mineral jarang, mineral logam seperti timah,
wolfram, molibdenit, tungsten, bismuth, thorium, dan besi.
Larutan sisa magma berupa volatil dan cairan akan membentuk endapan
metasomatik kontak (Bateman, 1981). Komponen utamanya (unsur-unsur
volatil) akan bergerak menerobos batuan yang ada di atasnya. Proses
sublimasi gas dalam volatil dan reaksi yang terjadi antara unsur volatil
dengan batuan akan membentuk mineral. Endapan mineral ini disebut
endapan pneumatolitik berupa endapan mineral logam dan non logam.
Mineral logam yang terbentuk terdiri dari dua kelompok yang khas :
1. Mineral logam yang terbentuk pada temperatur tinggi
Mineral umum : magnetit, hematit, wolfram, dan kasiterit.
2. Mineral logam yang terbentuk pada temperatur rendah
Mineral umum : arsenopirit, pirit, pirhotit, sfalerit, kalkopirit, dan galena.
Larutan hidrotermal (Bateman, 1981) adalah suatu larutan cair yang panas
yang berasal dari kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa
komponen-komponen pembentuk mineral logam. Sebagai contoh endapan
yang terbentuk yaitu urat, berbagai macam stockwork, endapan volkanik
ekshalatif, dll. Cairan ini merupakan larutan sisa magma yang dihasilkan
pada akhir proses pembekuan magma.
Busur pluton yang menjulur dari Asia lewat Muangthai, Semenanjung Malaya
hingga kepulauan Bangka dan Belitung mengandung cebakan timah yang terkaya
di dunia. Keterdapatan cebakan timah tak terpisahkan dengan adanya dua jalur
tektonik di Indonesia bagian Barat.
3.1 Primer
Kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granit biotit, yang
diperkirakan terjadi 222 juta tahun lalu pada masa Triassik Atas. Sebagai
Host Rock adalah batuan dinamo metamorphic yang berumur permokarbon
dan yang berumur Trias Bawah, yang terdiri dari komposisi batu pasir,
kwarsit, shales, fossileferous limestone, chert, konglomerat dan diabas
Mekanisme pembentukan ini diringkas 3 tahap sbb :
1. Sumber terjadinya meneralisasi timah adalah Intrusi granit. Terjadi 3 fase
dalam pembentukannya yaitu :
a. Fase-Pneumatolitik, terbentuk dari hasil ubahan greissen, turmalin,
kaolin yang mengandung fluorit, wolframit dari beberapa mineral
sulfida (pirit dan kalkopirit). Kasiterit yang terjadi pada fase ini berupa
butiran halus dan kasar.
b. Fase kontak pneumatolitik-hidrotermal, terbentuk batuan metamorf
seperti : batuan tanduk pada batuan sedimen yang mengandung
kassiterit.
c. Fase hipotermal-mesotermal, tertentu umumnya kuarsa yang kaya
SnO2.
2. Jalan-jalan yang dapat dilalui gas dan larutan serta perangkap
akumulasi melalui celah-celah, rekahan, patahan dan bidang perlapisan.
Perangkap ini dapat terjadi oleh kontraksi akibat pendinginan atau ruang
antar mineral (batuan sedimen) sehingga struktur geologi sangat berperan
dalam hal ini.
Hasil proses ini kemudian dikenal sebagai endapan Timah. Deposit timah
terdapat dalam bentuk primer dan sekunder. Disebut timah primer karena
masih berada jalur sumber dan belum mengalami deposisi ulang seperti
transportasi, pelapukan dan sedimentasi.
Endapan timah sekunder terjadi oleh proses pelapukan terdiri atas dua
macam :
a. Elluvial, yang terbentuk oleh pelapukan ‘in situ’ dan letaknya tak jauh
dari batuan asalnya. Biasanya diendapkan pada lereng-lereng bukit
dengan kedalaman beberapa meter dari permukaan tanah. Bijih
timah pada endapan ini berbutir kasar dan meruncing.