Anda di halaman 1dari 2

Apa Dampak Grieving terhadap Lansia?

Berduka atau grieving merupakan emosi subjektif yang dirasakan seseorang ketika mengalami
perubahan atau kehilangan. Berduka tidak hanya melibatkan konten (apa yang dipikirkan, dikatakan,
dan dirasakan), namun juga melibatkan proses (bagaimana cara seseorang berpikir, berbicara, dan
merasakan). Tipe kehilangan yang menjadi dasar munculnya berduka dapat dilihat berdasarkan
hierarki kebutuhan manusia dari Maslow. Ketika kebutuhan dasar ini diambil atau tidak terpenuhi,
maka seseorang akan merasa kehilangan. Tipe kehilangan dilihat berdasarkan teori Maslow di
antaranya yaitu:

- Physiologic loss, contohnya seperti amputasi ekstremitas, mastektomi atau histerektomi,


lumpuh.
- Safety loss, merupakan kehilangan lingkungan yang aman yang ditandai dengan adanya
kekerasan atau bahaya.
- Loss of security and a sense of belonging, yaitu kehilangan orang atau sesuatu yang dicintai
dan dapat mempengaruhi kebutuhan akan cinta dan perasaan dicintai.
- Loss of self-esteem, yaitu kehilangan atau perubahan dalam cara seseorang dihargai dan
dinilai oleh lingkungan atau dirinya sendiri.
- Loss related to self-actialization, merupakan krisis eksternal atau internal yang menghambat
kerja seseorang yang dapat mengancam tidak terpenuhinya tujuan atau potensi seseorang.
Misalnya ketika seseorang ingin melanjutkan studi di luar negeri namun justru tiba di satu
titik dimana dia merasa rencananya tersebut tidak mungkin menjadi kenyataan.

Dalam menghadapi berduka terdapat beberapa respon yang terjadi pada seseorang, yang secara
lebih spesifik diuraikan sebagai berikut.

- Respon kognitif.
Rasa sakit yang dirasakan ketika mengalami berduka biasanya dapat menyebabkan
gangguan atau perubahan dalam keyakinan seseorang, seperti mengenai bagaimana makna
dan tujuan hidup. Berduka seringkali mengubah keyakinan seseorang tentang dirinya dan
dunia, seperti persepsi mengenai kebaikan dunia, makna hidup berkaitan dengan keadilan,
dan sense of destiny atau jalan hidup. Berduka juga dapat menyebabkan perubahan pada
cara berpikir dan bersikap, misalnya menjadi lebih bijak, memahami bahwa keabadian hidup
itu tidak mungkin, melihat dunia lebih realistis, dan mengevaluasi keyakinan agama dan
spiritual.
- Respon emosional
Marah, sedih, dan ansietas merupakan respon emosional yang dominan terhadap
kehilangan. Orang yang berduka secara langsung dapat merasa marah dan benci terhadap
orang yang meninggalkannya, termasuk gaya hidupnya, anggota keluarganya, atau tenaga
kesehatan. kehilangan juga dapat menyebabkan seseorang merasa kehilangan kontrol dan
takut akan kematiannya sendiri. Namun ketika orang yang mengalami kelelahan telah
memahami mengenai kehilangannya yang bersifat permanen, orang tersebut akan mulai
berpikir akan pentingnya bangkit dan membuat perubahan. Seiring dengan penerimaan
kenyataan tersebut, rasa sakit akut yang terjadi saat kehilangan menjadi tidak terlalu besar
dan lebih jarang terasa.
- Respon spiritual
Orang yang mengalami kelelahan akan mengalami perubahan dalam keyakinannya. Orang
yang mengalami kelelahan mungkin menjadi kecewa dan marah kepada Tuhannya.
- Respon behavioral
Respon ini salah satunya yaitu ketika orang yang mengalami kehilangan merasa hampa, dan
seperti mati rasa. Ketika fase disorganisasi ini, usaha-usaha untuk memotivasi aktivitas sosial
dan kerja dapat mendukung individu melewati perubahan meskipun tidak terlalu berdampak
pada awalnya. Namun ketika memasuki fase reorganisasi, keterlibatan seseorang tersebut
dalam aktivitas sosial akan memberikan kepuasan dan makna tersendiri.
- Respon fisiologis
Respon fisiologis meliputi insomnia, sakit kepala, kurang nafsu makan, penuruanan berat
badan, kurang energi, palpitasi, gangguan pencernaan, dan penurunan sistem imun dan
endokrin. Gangguan tidur juga menjadi meningkat frekuensinya dan dapat menjadi
persisten.

Complicated Grieving

Complicated grieving merupakan respon berduka yang berlebihan dan tidak wajar. Hal ini terjadi
ketika seseorang menghindari emosi-emosinya, berduka dalam jangka waktu yang terlalu lama, atau
memiliki ekspresi dan emosi yang tidak sesuai dengan kondisi. Individu yang berduka dapat
kehilangan respon emosinya karena menjadi obsesif dan terlarut dalam kepergian orang atau benda
yang meninggalkannya. Seringkali individu mengalami depresi klinis, ketika mereka tidak dapat ber
progress menghadapi proses berduka. Beberapa karakteristik individu yang rentan mengalami
complicate grieving yaitu:

- Self-esteem yang rendah


- Kurang percaya pada orang lain
- Riwayat penyakit psikis sebelumnya
- Riwayat percobaan bunuh diri
- Tidak ada anggota keluarga atau anggota keluarga yang tidak membantu

Complicated grieving dapat menyebabkan reaksi fisiologis dan emosional. Reaksi fisiologis meliputi
gangguan sistem imun, peningkatan hormon adrenokortikal, penyakit psikosomatik, dan
peningkatan resiko kematian akibat penyakit jantung. Sementara itu, respon emosional meliputi
depresi, ansietas atau panic disorders, dan chronic grief.

Anda mungkin juga menyukai