Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu produk bisa dikatakan berkualitas jika sudah memenuhi faktor-


faktor yang telah distandarkan, karena hal ini akan berhubungan dengan performa
mesin dari pemakai produk tersebut, misalnya pengaruh ketidakbulatan akan
menimbulkan getaran mandiri sehingga jika sampai hal tersebut terjadi maka
dapat menyebabkan kebisingan dan juga menyebabkan komponen cepat aus.
Maka untuk itu sebagai calon insinyur, dibutuhkan kemampuan pengukuran
kebulatan terhadap produk yang mempunyai kontur melingkar, yang akan
dilakukan pada praktikum kali ini.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengenal dan mengetahui alat ukur dan alat bantu pengukuran
kebulatan.
b. Mengetahui toleransi kebulatan dan kesamaan sumbu (koaksialitas).

1.3 Manfaat

Dengan praktikum ini praktikan bisa mengenal dan mengetahui alat ukur
kebulatan serta mampu menganalisa ketidakbulatan dengan metoda pengukuran
kebulatan menggunakan Blok V.

Laboratorium Metrologi Industri 81


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI DASAR

Pengukuran kebulatan dilakukan untuk menganalisa ketidakbulatan


dengan menggunakan metode kebulatan dibantu alat ukur bantu seperti blok V
dan Dial Indicator.
Bulat adalah titik – titik yang berada pada bentuk geometris yang
mempunyai jarak yang sama terhadap satu titk acuan yaitu titik pusat. Kebulatan
adalah toleransi yang diizinkan dari bidang referensi bulat.
Toleransi kebulatan adalah daerah toleransi yang berada pada bidang
penampang yang dibatasi oleh dua buah lingkaran di mana selisih radius sebagai
harga toleransi.

Gambar D.2.1 Toleransi Kebulatan

 Peranan kebulatan dalam industri :


1. Membagi beban sama besar
2. Mempelancar pelumasan
3. Menentukan ketelitian putaran
4. Menentukan umur komponen
5. Menentukan kondisi suaian

Laboratorium Metrologi Industri 82


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

 Empat lingkaran referensi :


1. Lingkaran dalam maksimum, yaitu lingkaran terbesar yang dapat dibuat
dalam profil tanpa memotong profil.

Gamabar D.2.2 Lingkaran Dalam Maksimum

2. Lingkaran luar minimum, yaitu lingkaran terkecil yang dapat dibuat profil
tanpa memotong profil tersebut.

Gamabar D.2.3 Lingkaran Luar Minimum

3. Lingkaran daerah minimum, yaitu daerah di antara lingkaran dalam


maksimum dan lingkaran luar minimum.

Gamabar D.2.4 Lingkaran Daerah Minimum

Laboratorium Metrologi Industri 83


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

4. Lingkaran kuadrat terkecil, yaitu lingkaran yang didapat dari rata-rata


untuk menghasilkan lingkaran lurus.

Gamabar D.2.5 Lingkaran Kuadrat Terkecil

 Dampak dari ketidakbulatan :


1. Keausan pada bantalan
2. Benturan pada alat perkakas
3. Tekanan alat pemegang
4. Getaran mandiri

2.2 TEORI ALAT UKUR

Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
1. Dial Indicator

Gamabar D.2.6 Dial Indicator

Kecermatan pembacaan skala pada dial indicator adalah 0,01; 0,005; atau
0,02 mm dengan kapasitas ukur yang berbeda. Dial Indicator merupakan

Laboratorium Metrologi Industri 84


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

alat ukur pembanding yang banyak digunakan di industri pemesinan.


Prinsip kerja secara mekanis dimana gerak translasi dari sensor diubah
menjadi gerak rotasi. Dial indicator dapat digunakan untuk :
 Memeriksa kebulatan ( benda ukur diletakkan pada blok V )
 Mengukur toleransi kesalahan putar
 Mengetahui kelurusan suatu garis
Dalam pemakaiannya dial indicator biasanya dipasangkan pada dudukan
seperti stand magnetic.
2. Stand magnetic
Stand magnetic merupakan alat ukur untuk meletakkan dial indicator
dalam proses pengkuran.

Gamabar D.2.7 Stand Magnetic

3. Blok V
Blok V merupakan alat ukur bantu dalam proses pengukuran yang
berfungsi untuk tempat meletakkan benda ukur agar tidak bergeser – geser
saat dilakukan pengukuran yang tepat dan jelas.

Gamabar D.2.8 Blok V

Laboratorium Metrologi Industri 85


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB III

METODOLOGI

3.1 ALAT DAN BAHAN


 Objek Ukur
 Dial Indicator
 Blok V
 Stand Magnetic
3.2 SKEMA ALAT

Gamabar D.3.1 Skema pengukuran kebulatan

3.3 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Objek ukur diberi tanda pada pinggirnya dan diberi nomor urut searah
jarum jam (1 s/d 12).
2. Letakkan Objek ukur pada blok V, atur sensor jam ukur sehingga
menempel pada perrnukaan objek ukur diposisi 1 (pada posisi tertentu
didekat garis melingkar pada objek ukur).
3. Atur ketinggian sensor jam ukur sehingga jarum penunjuk skala bisa
bergerak ke kiri dan kekanan (± ½ penyimpangan maksimum jarum kecil)
lalu set posisi nol.
4. Putar (angkat objek ukur) dengan hati-hati sehingga sensor jam ukur
kurang lebih berada di posisi 2, baca kedudukan jam ukur.

Laboratorium Metrologi Industri 86


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

5. Ulangi prosedur no 4, sampai seluruh posisi objek ukur diperiksa.


6. Ulangi pengukuran dengan cara membalikkan putaran objek ukur (dari
nomor 12 s/d 1).
7. Buat grafik kebulatan dari objek ukur pada kertas grafik koordinat polar.
Cari harga ketidakbulatan dengan dua metoda analisa lingkaran referensi
yaitu lingkaran luar minimum (Minimum Circumscribed circle), lingkaran
dalam maksimum (Maximum inscribe Circle). Apakah terdapat perbedaan
hasil dari kedua metoda tersebut?

Laboratorium Metrologi Industri 87


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB IV

DATA DAN PERHITUNGAN

4.1 Tabel Data Percobaan

Tabel D.1 Data Pengukuran Kebulatan

Posisi 1 Posisi 2
No Simpangan Dial Indikator (  m) No Simpangan Dial Indikator (  m)
Naik Turun Rata - rata Naik Turun Rata - rata
1 0 0 0 1’ 0 0 0
2 -7 +18 +5,5 2’ +1,5 +11 +6,25
3 -5 +3 -1 3 +6 +14,5 +10,25
4 +7 +3,5 +5,25 4’ +16 +9 +12,5
5 +7,5 +15 +11,25 5’ +10 +6,5 +8,25
6 -4 +15 +5,5 6’ +4,5 +9 +6,75
7 -4 +9 +2,5 7’ +7,5 +9 +8,25
8 +7 +4 +5,5 8’ +8 +4,5 +6,25
9 +7 +15 +11 9’ +5,5 +8,5 +7
10 -3 +15 +6 10’ +6 +15,5 +10,75
11 -8 +7 -0,5 11’ +11 +13 +12
12 +9 +4 +6,5 12’ +14 +7 +10,5

Laboratorium Metrologi Industri 88


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

4.2 Perhitungan

Data Pengukuran

data1  data2
r=
2

Pengukuran A Pengukuran A’

00 00
1. r =  0 m 1’. r =  0 m
2 2

 7  18 1,5  11
2. r =  5,5 m 2’. r =  6,25 m
2 2

53 6  14,5
3. r =  1 m 3’. r =  10,25 m
2 2

7  3,5 16  9
4. r =  5,25 m 4’. r =  12,5 m
2 2

7,5  15 10  6,5
5. r =  11,25 m 5’. r =  8,25 m
2 2

 4  15 4,5  9
6. r =  5,5 m 6’. r =  6,75 m
2 2

49 7,5  9
7. r =  2,5 m 7’. r =  8,25 m
2 2

74 8  4,5
8. r =  5,5 m 8’. r =  6,25 m
2 2

7  15 5,5  8,5
9. r =  11 m 9’. r =  7 m
2 2

 3  15 6  15,5
10. r =  6 m 10’. r =  10,75 m
2 2

8 7 11  13
11. r =  0,5 m 11’. r =  13 m
2 2

94 14  7
12. r =  6,5 m 12’. r =  10,5 m
2 2

Laboratorium Metrologi Industri 89


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

4.3 Grafik

4.3.1 Grafik kebulatan

Grafik pengujian posisi 1

Gamabar D.4.1 Grafik Lingkaran Dalam Maksimum Posisi 1

Laboratorium Metrologi Industri 90


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Gamabar D.4.2 Grafik Lingkaran Luar Minimum Posisi 1

Laboratorium Metrologi Industri 91


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Grafik pengujian posisi 2

Gamabar D.4.3 Grafik Lingkaran Dalam Maksimum Posisi 2

Laboratorium Metrologi Industri 92


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Gamabar D.4.4 Grafik Lingkaran Luar Minimum Posisi 2

Laboratorium Metrologi Industri 93


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

4.3.2 Grafik Histerisis

20

15

10

Naik
5
Turun

0
0 2 4 6 8 10 12 14
-5

-10

Gamabar D.4.5 Grafik Histerisis Pengukuran Kebulatan Posisi 1

18

16

14

12

10
Naik
8
Turun
6

0
0 2 4 6 8 10 12 14

Gamabar D.4.6 Grafik Histerisis Pengukuran Kebulatan Poosisi 2

Laboratorium Metrologi Industri 94


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

4.4 Analisa

1. Teori VS Pratikum

Pratikum kali ini yaitu tentang kebulatan, dimana pada teori nilai
kebulatan akan sama setiap titiknya. Dimana jika titik pusat dijadikan titik
acuan. Namun setelah dilakukan dan diamati pada pratikum memiliki profil
yang tidak sama bentuknya terhadap titik pusat acuan. Sehingga terjadi
perbedaan antara nilai atau bentuk profil secara teori dan secara pratikum,
dimana profil yang didapatkan pada pratikum menunjukkan ketidakbulatan
pada profil.

Pada pengujian posisi 1 dan posisi 2 menunjukkan perbedaan padahal


seharusnya setiap posisi pada benda memiliki nilai yang sama. Perbedaan ini
berfluktuasi , ada yang pada titik tersebut semakin besar atau semakin kecil
ataupun sama. Sehingga pada garis yang sama tidak rata atau menunjukkan
tonjolan-tonjolan sehinnga tidak sama dan menunjukkan benda tersebut tidak
bulat.

Pada pengujian juga divariasikan arah perputaran pengukuran yaitu searah


jarum jam dan berlawanan arah jarun jam. Seharusnya nilai yang didapatkan
adalah sama namun terjadi perbedaan hal ini menujukkan sifat alat ukur yaitu
histerisis dimana akan terjadi penyimpangan saat dilakukan pengukuran dari 2
arah berlawanan.

Pada setiap titik seharusnya memiliki nilai yang sama sehingga terjadilah
kebulatan dan akan menunjukkan bahwa benda yang diukur memiliki profil
yang bulat sempurna namun pada pratikum didapatkan nilai yang berbeda
pada setiap titiknya sehingga bentuk profil tidak beraturan.

2. Grafik

Pada grafik didapat titik rata-rata dari nilai naik dan turun. Nilai titik yang
didapatkan di-plotkan pada grafik kebulatan sehingga akan berbentuk profil
yang didapatkan adalah bulat namun pada grafik terdapat profil yang tidak
beraturan.

Laboratorium Metrologi Industri 95


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Pada grafik lingkaran dalam maksimum, posisi 1 berbentuk lingkaran


terkecil yang didapat dari 2 titik pada profil sehingga titik pusatnya menjadai
berbeda. Begitupun pada lingkaran luar minimum posisi 1 dan 2 terbentuklah
profil yang menunjukkan ketidakbulatan namun masih pada batas maksimum
dan minimum pada kebulatan tersebut.

3. Kesalaahan

Hal-hal yang terjadi di atas terjadi karena beberapa kesalahan, pertama


pada alat ukur, pengukur yang kurang berpengalaman dalam penggunaan alat
ukur. Kesalahan selanjutnya terjadi pada benda ukur karena benda ukur
tersebut dilumuri dengan vaseline sebelumnya, vaseline masih tersisa yang
mempengaruhi hasil pengukuran. Selanjutnya alat ukur yang belum
terkalibrasi.

Laboratorium Metrologi Industri 96


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang kami lakukan maka dapat kami ambil kesimpulan
sebagai berikut :

 Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan


pada proses pengukuran, salah satunya adalah permukaan yang tidak
homogen dikarenakan adanya korosi dan tergores ataupun kotoran yang
menempel.

 Objek ukur tidak bulat walaupun terlihat bulat, ini dapat dilihat dari hasil
pengukuran.

Laboratorium Metrologi Industri 97

Anda mungkin juga menyukai