Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Untuk mengenal dan mengetahui alat ukur dan alat bantu pengukuran
kebulatan.
b. Mengetahui toleransi kebulatan dan kesamaan sumbu (koaksialitas).
1.3 Manfaat
Dengan praktikum ini praktikan bisa mengenal dan mengetahui alat ukur
kebulatan serta mampu menganalisa ketidakbulatan dengan metoda pengukuran
kebulatan menggunakan Blok V.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Lingkaran luar minimum, yaitu lingkaran terkecil yang dapat dibuat profil
tanpa memotong profil tersebut.
Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
1. Dial Indicator
Kecermatan pembacaan skala pada dial indicator adalah 0,01; 0,005; atau
0,02 mm dengan kapasitas ukur yang berbeda. Dial Indicator merupakan
3. Blok V
Blok V merupakan alat ukur bantu dalam proses pengukuran yang
berfungsi untuk tempat meletakkan benda ukur agar tidak bergeser – geser
saat dilakukan pengukuran yang tepat dan jelas.
BAB III
METODOLOGI
1. Objek ukur diberi tanda pada pinggirnya dan diberi nomor urut searah
jarum jam (1 s/d 12).
2. Letakkan Objek ukur pada blok V, atur sensor jam ukur sehingga
menempel pada perrnukaan objek ukur diposisi 1 (pada posisi tertentu
didekat garis melingkar pada objek ukur).
3. Atur ketinggian sensor jam ukur sehingga jarum penunjuk skala bisa
bergerak ke kiri dan kekanan (± ½ penyimpangan maksimum jarum kecil)
lalu set posisi nol.
4. Putar (angkat objek ukur) dengan hati-hati sehingga sensor jam ukur
kurang lebih berada di posisi 2, baca kedudukan jam ukur.
BAB IV
Posisi 1 Posisi 2
No Simpangan Dial Indikator ( m) No Simpangan Dial Indikator ( m)
Naik Turun Rata - rata Naik Turun Rata - rata
1 0 0 0 1’ 0 0 0
2 -7 +18 +5,5 2’ +1,5 +11 +6,25
3 -5 +3 -1 3 +6 +14,5 +10,25
4 +7 +3,5 +5,25 4’ +16 +9 +12,5
5 +7,5 +15 +11,25 5’ +10 +6,5 +8,25
6 -4 +15 +5,5 6’ +4,5 +9 +6,75
7 -4 +9 +2,5 7’ +7,5 +9 +8,25
8 +7 +4 +5,5 8’ +8 +4,5 +6,25
9 +7 +15 +11 9’ +5,5 +8,5 +7
10 -3 +15 +6 10’ +6 +15,5 +10,75
11 -8 +7 -0,5 11’ +11 +13 +12
12 +9 +4 +6,5 12’ +14 +7 +10,5
4.2 Perhitungan
Data Pengukuran
data1 data2
r=
2
Pengukuran A Pengukuran A’
00 00
1. r = 0 m 1’. r = 0 m
2 2
7 18 1,5 11
2. r = 5,5 m 2’. r = 6,25 m
2 2
53 6 14,5
3. r = 1 m 3’. r = 10,25 m
2 2
7 3,5 16 9
4. r = 5,25 m 4’. r = 12,5 m
2 2
7,5 15 10 6,5
5. r = 11,25 m 5’. r = 8,25 m
2 2
4 15 4,5 9
6. r = 5,5 m 6’. r = 6,75 m
2 2
49 7,5 9
7. r = 2,5 m 7’. r = 8,25 m
2 2
74 8 4,5
8. r = 5,5 m 8’. r = 6,25 m
2 2
7 15 5,5 8,5
9. r = 11 m 9’. r = 7 m
2 2
3 15 6 15,5
10. r = 6 m 10’. r = 10,75 m
2 2
8 7 11 13
11. r = 0,5 m 11’. r = 13 m
2 2
94 14 7
12. r = 6,5 m 12’. r = 10,5 m
2 2
4.3 Grafik
20
15
10
Naik
5
Turun
0
0 2 4 6 8 10 12 14
-5
-10
18
16
14
12
10
Naik
8
Turun
6
0
0 2 4 6 8 10 12 14
4.4 Analisa
1. Teori VS Pratikum
Pratikum kali ini yaitu tentang kebulatan, dimana pada teori nilai
kebulatan akan sama setiap titiknya. Dimana jika titik pusat dijadikan titik
acuan. Namun setelah dilakukan dan diamati pada pratikum memiliki profil
yang tidak sama bentuknya terhadap titik pusat acuan. Sehingga terjadi
perbedaan antara nilai atau bentuk profil secara teori dan secara pratikum,
dimana profil yang didapatkan pada pratikum menunjukkan ketidakbulatan
pada profil.
Pada setiap titik seharusnya memiliki nilai yang sama sehingga terjadilah
kebulatan dan akan menunjukkan bahwa benda yang diukur memiliki profil
yang bulat sempurna namun pada pratikum didapatkan nilai yang berbeda
pada setiap titiknya sehingga bentuk profil tidak beraturan.
2. Grafik
Pada grafik didapat titik rata-rata dari nilai naik dan turun. Nilai titik yang
didapatkan di-plotkan pada grafik kebulatan sehingga akan berbentuk profil
yang didapatkan adalah bulat namun pada grafik terdapat profil yang tidak
beraturan.
3. Kesalaahan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan maka dapat kami ambil kesimpulan
sebagai berikut :
Objek ukur tidak bulat walaupun terlihat bulat, ini dapat dilihat dari hasil
pengukuran.