Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih
baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Melestarikan kesaktian Pancasila itu, perlu usaha secara nyata dan
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara
serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di
pusat maupun di daerah.
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas, muncul
beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kondisi SMP N 36 Semarang dalam proses
pembelajaran dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila?
2. Bagaimanakah tingkat kemampuan siswa SMP N 36 Semarang dalam
menguasai materi pelajaran Pendidikan Pancasila dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari?

1
C. Tujuan Observasi
Tujuan dilakukannya observasi tentang Pendidikan Pancasila di SMP
N 36 Semarang yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kondisi SMP N 36 Semarang dalam proses
pembelajaran dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa SMP N 36 Semarang
dalam menguasai materi pelajaran Pendidikan Pancasila dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Pelaksanaan Observasi
Observasi dilakukan selama satu hari di SMP N 36 Semarang yaitu
pada:
Tanggal : 30 November 2013
Waktu : Pukul 08.00-11.30 WIB
Tempat : Perpustakaan SMP N 36 Semarang

E. Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut.
1. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data
pustaka yang dilakukan dengan cara membaca sumber-sumber tertulis
yang berkaitan dengan masalah pendidikan baik buku, e-book, maupun
artikel yang di-share di internet.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan informasi
dengan tanya jawab secara bertatap muka dengan responden. Penulis
melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada nasasumber yang berkaitan dengan Pendidikan Pancasila yaitu
dengan dua guru Pendidikan Kewarganegaraan, satu guru Ilmu

2
Pendidikan Sosial, dan tiga siswa SMP N 36 Semarang sebagai
narasumber.

F. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca tentang pendidikan Pancasila sehingga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya.

G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca memahami makalah ini, penulis
membuat Sistematika Penulisan sebagai berikut.

BAB I, Pendahuluan

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan


Masalah, Tujuan Penulisan, Pelaksanaan Observasi, Manfaat
Penulisan, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika
Penulisan.

BAB II, Landasan Teori

Bab ini menjelaskan Pengertian Pancasila, Pendidikan Pancasila,


dan Manfaat Mempelajari Pendidikan Pancasila.

BAB III, Pembahasan

Bab ini menjelaskan Kondisi Proses Pembelajaran Pendidikan


Pancasila di SMP Negeri 36 Semarang, Faktor yang
mempengaruhi Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila di
SMP Negeri 36 Semarang, dan Pendidikan Pancasila Penting
dalam Proses Pembelajaran dan Perlu ditanamkan pada Siswa.

3
BAB IV, Penutup

Bab ini menjelaskan simpulan dari seluruh isi makalah dan saran
penulis kepada pembaca.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah


memiliki pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar
negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan
negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya
terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan secara
objektif. Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga
harus dipahami secara kronologis. Oleh karena itu, untuk memahami
Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun
peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup
pengertian sebagai berikut.
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta
dari India (bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa
adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa
sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara
laksikal yaitu “panca” artinya lima, “syila” vokal I pendek artinya
batu sendi, alas atau dasar, “syiila” vokal i pendek artinya peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting ataau yang senonoh. Kata-kata
tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa
diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh
karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan
adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang
memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah
“dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila”

5
dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang
penting.
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang
BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu
masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah
tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia
yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga
orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno
berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar
negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila”
yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari
salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak
disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus
1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk
Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan
lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi
nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi
bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”,
namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah
disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas
interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon
rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta
sidang secara bulat. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah
melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat
perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang

6
merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18
Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik
Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945
terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang
terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat. Dalam
bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 inilah yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar
negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili
seluruh rakyat Indonesia.
(Pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html)

B. Pendidikan Pancasila
Berbicara tentang pendidikan Pancasila, sebagai matakuliah di
perguruan tinggi dan guna mencapai sasaran yang efektif, kiranya perlu
disampaikan berbagai hal yang terkait, diantaranya manfaat
mempelajari pendidikan Pancasila, mengenai asal usul Pancasila,
landasan pendidikan Pancasila, dan tujuan diberikannya pendidikan
Pancasila. (Pandji Setijo.Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah
Perjuangan Bangsa Edisi Kedua, 2002:9)

7
C. Manfaat mempelajari Pendidikan Pancasila
Bagi para mahasiswa jika mempelajari pendidikan Pancasila pada
umumnya untuk memahami dan memperoleh pengetahuan tentang
Pancasila secara baik dan benar, dalam arti yuridis konstitusional dan
objektif ilmiah. Yuridis konstitusional, mengingat Pancasila dijadikan
dasar negara dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan
penyelenggaraan negara Republik Indonesia termasuk melandasi
tatanan hukum yang berlaku. Artinya, dalam setiap langkah dan
tindakan dari aparat pemerintahan negara yang ada, seperti presiden,
para menteri, dan pejabat negara yang lain termasuk DPR/MPR
seharusnya mengingat dan mempertimbangkan nilai-nilai luhur yang
ada dalam sila-sila Pancasila agar dapat mencerminkan kepribadian dan
budaya bangsa yang akan menjadi panutan bagi rakyat pendukungnya.
Yaitu, penduduk dan warga negara sehingga terdapat keseimbangan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta tegaknya tatanan
hukum, seperti yang diharapkan bersama.
Objektif ilmiah, artinya Pancasila sebagai dasar negara adalah
suatu nilai kerohanian. Yang masuk dalam kategori filsafat itu adalah
pengetahuan. Oleh karena itu, penalaran dan penjabarannya, selain
secara objektif juga ilmiah. Objektif, mengingat Pancasila bukan milik
subjek tertentu, tetapi milik semua manusia, semua rakyat, dan juga
bangsa Indonesia. Untuk sampai kepada pemikiran yang hakiki tentang
Pancasila, manusia harus menggunakan pemahaman secara umum
melalui berbagai sudut pandang. Ilmiah karena ilmu pengetahuan harus
dinalar berdasarkan teori-teori ilmiah atau pengetahuan umum, seperti
bersistem, bermetode, berobjek, dan memiliki kesimpulan sebagai hasil
analisis, dalam Empat Tiang Penyangga Ilmu dalam Filsafat
Pendidikan Nasional Pancasila (Sunaryo Wreksusohardjo, 2002:7).
Ilmiah, berarti dinalar melalui akal sehat atau logika. Logika, berfikir
secara logis. Dalam matematika, misalnya perhitungan empat kali
empat hasilnya enam belas. Lain halnya, dibidang hukum apabila

8
seorang terpidana telah dinyatakan bersalah secara hukum dan telah
mendapatkan keputusan hukum tetap, harus melaksanakan hukumannya
sesuai keputusan yang telah ditetapkan tersebut. (Pandji
Setijo.Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa Edisi
Kedua, 2002:9-10)

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kondisi Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila di SMP Negeri


36 Semarang
Proses pembelajaran Pendidikan Pancasila di SMP 36 Semarang
pada kelas VII, VIII, dan IX baik dari segi siswa maupun guru cukup
baik. Materi yang disampaikan guru kepada siswa sudah berdasarkan
silabus. Dan proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa selama
satu minggu yaitu 2 jam pelajaran. Selain itu guru dalam
menyampaikan materi kepada siswa sangat jelas sehingga mudah
dimengerti oleh siswa.
Dalam proses belajar siswa aktif, dan gurunyapun dalam mengajar
sangat aktif. Siswa mendengarkan apa yang dijelaskan guru, dan
mereka maju seperti contoh untuk menghafal proklamasi. Metode
pembelajaran dari guru yang sering diterapkan adalah ceramah dan juga
menggali kemampuan siswa agar mencari informasi tentang pelajaran
baik dalam buku maupun internet dan jika terdapat kesulitan nantinya
ditanyakan kepada guru. Guru juga sering memotivasi peserta didik
dengan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Setelah menjelaskan satu topik materi, di pelajaran minggu
selanjutnya guru mengulang kembali materi yang minggu lalu dengan
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran tersebut agar
mengingatkan para siswa tentang pelajaran yang lalu. Pada saat ulangan
jika ada yang mencontek maka siswa didiamkan dan setelah ulangan
selesai ditegur secara tertutup agar tidak malu dengan teman-temannya,
ditegur saat ulangan agar tidak mencontek lagi, dan ada juga guru yang
mengambil kertas ulangan dan nilai siswa 0. Nilai Kriteria Ketentuan
Minimal (KKM) untuk pelajaran PKn adalah 75, dan dari ketiga siswa

10
nilainya mencapai KKM, bahkan melebihi KKM dan dikategorikan
nilainya baik.
B. Faktor yang mempengaruhi Proses Pembelajaran Pendidikan
Pancasila di SMP Negeri 36 Semarang
Setiap sekolah pasti memiliki masalah tentang proses pembelajaran
baik pelajaran Pendidikan Pancasila maupun pelajaran lainnya.
Di laporan observasi ini akan membahas tentang proses pembelajaran
dan penerapan sikap siswa dalam menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.faktor-faktor yang mempengaruhinya
yaiyu sebagai berikut.
1. Faktor siswa
Masih ada siwa yang mencontek, seperti bertanya dengan teman saat
ulangan karena siswa kurang percaya diri.
2. Faktor lingkungan dan kondisi ekonomi
Lingkungan rumah siswa yang kurang mendukung dan kondisi
ekonomi keluarga golongan ekonomi kebawah baik dalam pergaulan
dengan teman-teman yang tidak baik juga dapat mempengaruhi
pembentukan karakter siswa.

C. Pendidikan Pancasila Penting dalam Proses Pembelajaran dan


perlu ditanamkan pada Siswa
Pendidikan pancasila adalah pendidikan yang mendidik siswa,
moral siswa, untuk menjadikan anak menjadi baik, berbudi pekerti yang
baik, berkewarganegaraan yang baik, patuh pada nilai, norma, dan
hukum yang berlaku. Sangat penting ditanamkan, karena di dalam
Pancasila terdapat pengamalan 45 butir-butir Pancasila, yakni
penerapannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
maupun berbangsa dan bernegara, sehingga nantinya di Indonesia tidak
ada lagi masalah-masalah seperti tawuran dan korupsi.
Sikap yang mengandung nilai-nilai Pancasila yang perlu
ditanamkan pada siswa, yaitu sebagai berikut.

11
a) Sila 1: setiap pagi siswa shalat dhuha (yang sedang pelajaran PAI),
diadakan peringatan-peringatan keagamaan (ketika puasa)
b) Sila 2: apabila ada siswa yang sakit, maka teman-teman dan guru
menjenguk.
c) Sila 3: selalu diadakan kerja bakti bergilir.
d) Sila 4: adanya musyawarah dalam pemilihan ketua OSIS.
e) Sila 5:infaq setiap Jumat untuk mensubsidi siswa yang
membutuhkan, seperti: untuk membelikan siswa makanan jika
tidak makan pagi, membelikan siswa pakaian/sepatu bagi siswa
yang membutuhkan.

12
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas diperoleh kesimpulan, yaitu sebagai
berikut.
1. Kondisi pembelajaran Pendidikan Pancasila di SMP N 36
Semarang cukup baik.
2. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Pendidikan
Pancasila di SMP N 36 Semarang yaitu dari faktor siswa dan faktor
lingkungan serta kondisi ekonomi keluarga golongan menengah
kebawah.
3. Pendidikan Pancasila sangat penting ditanamkan, karena di dalam
Pancasila terdapat pengamalan 45 butir-butir Pancasila, yakni
penerapannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara, sehingga nantinya
di Indonesia tidak ada lagi masalah-masalah seperti tawuran dan
korupsi.

13

Anda mungkin juga menyukai