DEMAM TIFOID
Disusun oleh:
Andreas Tedi S. Karo-Karo
Pembimbing:
dr. Rudi, Sp. A
dr. Erva Anggriana, MAP
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus yang berjudul “Demam Tifoid”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Hj. Nurmin Baso M, Sp. Rad , selaku direktur RSUD dr. Abdul Rivai Berau.
2. dr. Rudi, Sp. A, selaku pembimbing ilmu Bedah.
3. dr. Erva Anggriana, MAP selaku koordinator pembimbing internsip Kab. Berau
Periode Mei 2017.
4. dr. Widia Narulita dan dr. Datik, selaku pembimbing internsip Kab Berau Periode
Mei 2017.
5. Rekan sejawat dokter internsip angkatan 2017 yang telah bersedia memberikan
saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
6. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis membuka
diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Oktober, 2017
Penulis
2
PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang
negara-negara yang sedang berkembang lainnya. Hal ini berhubungan erat dengan
keadaan sanitasi, kebiasaan higiene yang tidak memuaskan dan tingkat pendidikan
yang rendah.3,4
No. 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan
sehingga dapat menimbulkan wabah.1 Penderita anak biasanya berumur di atas satu
tahun. Sebagian besar penderita (80%) yang dirawat di Rumah Sakit Cipto
Etiologi demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi, basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, dan tidak berspora.5 Ada dua sumber penularan
Salmonella typhi, yakni pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering adalah
pembawa. Orang-orang tersebut mengekskresi 109 sampai 1011 kuman per gram tinja.
Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan yang
tercemar oleh pembawa merupakan sumber penularan yang paling sering. Pembawa
adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi
Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.1
1 3
2
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 sampai 14 hari. Gejala yang timbul
amat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di
daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu, gambaran penyakit bervariasi dari
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sangat
demam tifoid.1 Adapun gejala klinis yang umumnya terjadi adalah demam 5 hari atau
Berikut dilaporkan sebuah kasus demam tifoid pada seorang anak laki-laki
berumur 9 tahun 5 bulan yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin
Banjarmasin.
4
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
II. ANAMNESIS
3 5
4
Sekitar 8 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak tampak lesu, sering
masuk Rumah Sakit, anak mulai panas, tidak mendadak, muncul perlahan
Oleh ibunya, anak diberi obat penurun panas, panas turun beberapa saat
sepanjang hari, meningkat terutama pada malam hari dan tidak begitu
panas pada pagi dan siang hari. Pada waktu malam hari penderita tekadang
mengigau, tidak berkeringat dan tidak ada kejang. Kurang lebih 3 hari
sebelum masuk Rumah Sakit, anak mengeluh nyeri di daerah ulu hati, anak
juga mengalami mual dan muntah, serta tidak ada buang air besar hingga
dalam sehari. Isi muntahan berupa air yang diminum, dan terkadang berisi
apa yang dimakan. Nafsu makan anak menurun sejak terjadinya demam,
namun minum masih kuat. Buang air kecil normal seperti biasa, berwarna
kuning muda, dan tidak ada sakit waktu buang air kecil. Anak tidak ada
mengeluh nyeri otot atau nyeri pinggang, serta tidak ada riwayat bepergian
ke luar kota.
6
5
Riwayat natal :
Lingkar kepala : -
Tempat : Rumah
aktif
5. Riwayat perkembangan :
Tiarap : 6 bulan/tahun
Merangkak : 9 bulan/tahun
Duduk : 9 bulan/tahun
Berdiri : 11 bulan/tahun
Berjalan : 13 bulan/tahun
kelas.
7
6
6. Riwayat imunisasi
7. Makanan :
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai 4 bulan, dilanjutkan bubur saring
sampai 9 bulan, berisi sayuran, serta lauk (hati ayam, ikan, dan lain-lain)
yang dihancurkan. Hingga sekarang, kecuali pada saat sakit, anak makan
nasi ditambah lauk, tidak suka sayur, sebanyak 1 piring dan biasanya
habis.
8. Riwayat keluarga :
Ikhtisar keturunan : (Gambar skema keluarga dan beri tanda keluarga yang
Susunan keluarga
8
7
Anak tinggal bersama kedua orang tua dan seorang adik di sebuah rumah
kontrakan yang terbuat dari kayu, ventilasi dan pencahayaan cukup. Air
Kesadaran : komposmentis/apatis/somnolen,stupor/koma
GCS : 4–5–6
2. Pengukuran
Suhu : 37,7 OC
Lingkar kepala : -
9
8
Kelembaban : Cukup
Lain-lain : -
Lain-lain : -
Lain-lain : -
Pupil : Diameter : 3 mm / 3 mm
Simetris : Isokor
Kornea : Jernih
10
9
Serumen : Minimal
Lain-lain : -
Gigi-geligi : Lengkap
Pucat / tidak
Tremor / tidak
Kotor / tidak
kemerahan
11
10
5. Leher :
6. Toraks :
wheezing
b. Jantung :
12
11
Lokasi : -
Punctum max : -
Penyebaran : -
7. Abdomen :
Lain-lain : -
Ukuran : -
Lokasi : -
Permukaan : -
Konsistensi : -
13
12
8. Ekstremitas :
Neurologis
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Normal Normal Normal Normal
Klonus - - - -
Reflek fisiologis + + + +
Reflek patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tanda meningeal - - - -
Urin : -
Feses : -
V. RESUME
Nama : An. H
14
13
Berat badan : 25 kg
Pemeriksaan Fisik
Pernapasan : 25 kali/menit
14
Suhu : 37,7 OC
15
Kepala : Mesosefali, UUB dan UUK sudah menutup
Mulut : Mukosa bibir basah dan merah muda, oral thrush (+)
VI. DIAGNOSA
Campak
Meningitis
Tuberkulose Paru
Malaria
VII. PENATALAKSANAAN
16
- Istirahat total
selama 10 – 14 hari
- Diet lunak, rendah serat, tidak merangsang, tinggi kalori, tinggi protein
- Biakan darah
- Tes tourniquet
- Biakan LCS
- Tes Mantoux
- Biakan urin
IX. PROGNOSIS
16
X. PENCEGAHAN
17
- Menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan
- Imunisasi aktif
18
PEMBAHASAN
typhi, kuman gram negatif berbentuk batang yang hanya ditemukan pada manusia.7
Salmonella termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang memiliki lebih dari 2300
serotipe. Salmonella typhi merupakan salah satu Salmonellae yang termasuk dalam
jenis gram negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak bersporulasi, termasuk
dalam basil anaerobik fakultatif dalam fermentasi glukosa, mereduksi nitrat menjadi
nitrit.8
terdapat di masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang baik. Kuman
Salmonella typhi masuk ke tubuh melalui mulut bersama dengan makan atau
mukosa usus dan masuk peredaran darah melalui aliran limfe. Selanjutnya, kuman
menyebar ke seluruh tubuh. Dalam sistem retikuloendotelial (hati, limpa, dll), kuman
Meskipun melalui peredaran darah kuman menyebar ke semua sistem tubuh dan
menimbulkan berbagai gejala, proses utama ialah di ileum terminalis. Bila berat,
seluruh ileum dapat terkena dan mungkin terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman
17 19
18
atau bersembunyi pada satu tempat dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar klinis, yaitu anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Klinis didapatkan adanya demam, lidah tifoid, meteorismus, dan
hepatomegali serta roseola. Diagnosis ini disokong oleh hasil pemeriksaan serologis,
yaitu titer Widal O positif dengan kenaikan titer 4 kali atau pemeriksaan
Pasien sejak 8 hari sebelum masuk Rumah Sakit tampak lesu, mengeluh pusing,
dan terlihat tidak bersemangat. Gejala ini diduga merupakan gejala prodromal pada
masa inkubasi Salmonella typhi, yakni perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
Empat hari kemudian, pada pasien ini didapatkan demam, tidak mendadak,
muncul perlahan, tidak terlalu tinggi, dan pada sore hingga malam hari demam lebih
tinggi dibandingkan pada pagi dan siang hari, dan berangsur-angsur meningkat setiap
harinya. Tipe demam demikian sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat infeksi
Salmonella typhi.10
Pada malam hari, pasien sering mengigau dalam tidurnya, tidak berkeringat.
Hal ini dimungkinkan adanya gangguan kesadaran yang merupakan salah satu gejala
Selain demam, pasien juga mengalami mual dan muntah, di mana muntah
terjadi dari 2 hingga 4 kali dalam sehari, isi muntahan berupa air dan kadang-kadang
berupa apa yang dimakan, dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tidak
ada buang air besar disertai menurunnya nafsu makan. Pada demam tifoid, dalam
20
19
minggu pertama perjalanan penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya, yakni demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Dan pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.1
Jika perjalanan penyakit demam tifoid pasien terus dimonitor, maka biasanya
pada minggu kedua didapatkan gejala-gejala yang lebih jelas. Gejala yang timbul
pada minggu kedua berupa demam, bradikardi relarif, lidah yang khas (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis, roseolae
Oleh karena dari gejala yang diperoleh pada pasien ini belum terlalu jelas,
maka ada beberapa penyakit infeksi akut lain yang dapat dijadikan sebagai diagnosa
banding, yaitu :
1. Campak
(bercak koplik) yang merupakan tanda patognomonis untuk campak. 2,6 Dari
pasien hanya ditemukan gejala demam, anoreksia dan malaise, tetapi gejala
Pada minggu pertama penyakit ini biasanya tidak ditemukan gejala umum yang
khas, hanya terdapat demam antara 2 hingga 7 hari tanpa adanya manifestasi
perdarahan. Akan tetapi, pada uji tourniquet didapatkan hasil yang positif.2
21
20
3. Meningitis
Penyakit ini mempunyai gejala untuk anak berumur lebih dari 2 tahun adalah
panas, menggigil, muntah, dan nyeri kepala. Selain itu juga adanya kejang,
kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig.11 Pada pasien tidak didapatkan
4. Tuberkulose paru
dapat berupa demam yang sering (sub febril), anoreksia, berat badan menurun,
keringat malam, hemoptoe jarang sekali. Yang terpenting adalah adanya sumber
penularan atau kontak di lingkungan pasien.6,12 Pasien pada kasus ini memiliki
status gizi yang normal dan tidak ada keringat malam ataupun hemoptoe.
5. Malaria
Adanya demam yang turun naik atau intermitten disertai dengan menggigil,
malaria.13 Akan tetapi pada pasien ini tidak didapatkan menggigil serta tidak
Penyakit ini memiliki beberapa gejala seperti demam tanpa diketahui sebabnya,
nyeri perut atau pinggang, tidak dapat menahan kencing, polakisuria, disuria,
enuresis, air kemih berbau dan berubah warna.14 Pada pasien ini tidak
ditemukan nyeri perut atau pinggang, serta tidak adanya kelainan dalam buang
air kecil.
22
Agar semua diagnosa banding tersebut di atas dapat disingkirkan, maka perlu
Biakan darah, pemeriksaan darah rutin, dan tes serologis Widal dilakukan guna
meningeal. Tes Mantoux digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya infeksi
tuberkulose. Pemeriksaan darah rutin dan hapusan darah tepi berfungsi untuk
Dari keseluruhan diagnosa banding yang ada, diagnosa klinis adalah suspect
demam tifoid. Di mana pada periksaan penunjang berupa biakan darah, pemeriksaan
darah rutin dan tes serologis Widal diharapkan dapat menegakkan diagnosa klinis
pasien ini.
PENUTUP
23
22
Telah dilaporkan sebuah kasus diduga demam tifoid pada seorang anak laki-
laki berusia 9 tahun 5 bulan dengan berat badan 25 kg yang dirawat di bangsal ruang
anak RSUD Abdul Rivai Berau. Diagnosa demam tifoid ditegakkan berdasarkan
anamnesa yang dilakukan pada ibu dan ayah kandung pasien dan dari hasil
pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien, yakni demam selama 4 hari,
remitten, disertai rasa mual dan muntah, dengan frekuensi 2 – 4 kali dalam sehari
dengan isi air atau makanan yang dimakan. Selain itu pasien selama 3 hari terakhir
tidak ada buang air besar. Status gizi anak sendiri tergolong normal. Dapat
disimpulkan bahwa anak diduga mengalami infeksi akut oleh kuman Salmonella
typhi.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Juwono R. Penyakit tropik dan menular : Demam tifoid. Dalam: Noer MS,
Waspadji S, Rachman AM, et al, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1996. h. 435-442.
2. Kaspan MF, Soejoso DA, Soegijanto S, et al. Penyakit tropik dan menular:
Demam tifoid. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, penunting.
Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu kesehatan anak. Surabaya: Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h. 187-189.
3. Sumarno, Nathin MA, Ismael S. Tumbelaka WAFJ. Masalah Demam Tifoid pada
Anak. Medika 1980; 20.
9. Jonggu MCH. Demam Tifoid dengan Renjatan Septik. MKUH volume 7. 1986:
16-18.
12. Santosa G dan Makmun MS. Pulmologi: Tuberkulosis paru. Dalam: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi
25
lab/UPF ilmu kesehatan anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soetomo. 1994. h. 238-240.
13. Zulkarnain, Iskandar. Malaria berat (malaria pernisiosa). Dalam: Noer MS,
Waspadji S, Rachman AM, et al, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 1996. h.
504-507.
14. Noer MS. Nefrologi: Infeksi saluran kemih. Dalam: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu
kesehatan anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h.
191-121.
26