Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS INFEKSI

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. R
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 7 tahun
Alamat : Jl. Maccini Sawah
Agama : Islam
Status Perkawinan : belum kawin
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : pelajar
Suku Bangsa : Makassar
Tanggal Pemeriksaan : 5 februari 2018

ANAMNESIS
Keluhan Utama : timbul borok di kepala

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan

keluhan utama timbul borok warna cokelat di kepala sejak 1 bulan yang lalu,

makin melebar. Terasa agak gatal dan lama-kelamaan rambut di sekitar borok

tersebut makin rapuh dan mudah rontok. Pada area borok dan tepi-tepinya tampak

botak. Sudah berobat ke puskesmas, dan diberi obat minum (lupa nama obatnya),

keluhan tidak berkurang. Sudah pernah diberi obat salep yang dibeli sendiri di

toko.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, DM (-), HT (-),

Riwayat Atopi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada

keluarga

1
Riwayat Sosial :

Higiene, seperti kebiasaan mandi dan cuci rambut kurang terjaga. Ada hewan

peliharaan di rumah.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
Status Gizi:
Berat badan : 17 kg
Tinggi badan : 110 cm
Status gizi : Underweight
Hygiene : Kurang
Vital Sign:
Nadi : 90 x/i
Pernapasan : 24 x/i
Suhu : 36,8oC

Status Dermatologi
 Pada regio : kapitis
 Efloresensi: pada pemeriksaan fisik terdapat lesi macula eritematosa batas
tegas, skuama tebal, krusta kecoklatan, alopesia (+), di tepinya tampak
rambut berwarna keabuan dan rapuh, tampak gambaran wheat field.

2
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala:
Ekspresi wajah : normal
Bentuk dan ukuran : normal
Rambut : lesi sesuai dengan status dermatologi
Edema : (-)
Malar rash : (-)
Parese N. VII : (-)
Nyeri tekan kepala : (-)
Massa : (-)
Mata:
Simetris
Alis normal
Exopthalmus : (-/-)
Nistagmus : (-/-)
Strabismus : (-/-)
Ptosis : (-/-)
Edema palpebra : (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemia (-/-)
Sclera : icterus (-/-)
Pupil : isokor Ø 3 mm, bulat, refleks pupil (+/+)
Kornea : normal
Lensa : normal, katarak (-/-)
Pergerakan bola mata ke segala arah normal

3
Nyeri (-) pada penekanan
Telinga:
Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan
Lubang telinga : normal, secret (-/-)
Nyeri tekan : (-/-)
Peradangan pada telinga : (-)
Pendengaran : kesan normal
Hidung:
Simetris
Deviasi septum : (-/-)
Perdarahan : (-/-)
Secret : (-/-)
Penciuman : kesan normal
Mulut:
Simetris
Bibir : kering (-), sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed
lips breathing (-)
Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-)
Lidah : glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-)
Gigi : karang gigi (-)
Mukosa : normal
Leher:
Deviasi trakea : (-)
Kaku kuduk : (-)
Scrofuloderma : (-)
Pembesaran KGB : (-)
Pembesaran kel. thyroid : (-)
Thoraks
Inspeksi:
 Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi:
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Perkusi:
 Sonor seluruh lapang paru.

4
 Batas paru-hepar à Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
 Batas paru-jantung:
 Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
 Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
 Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
 Pulmo:
 Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
 Rhonki (-/-).
 Wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi:
 Bentuk: simetris
 Umbilicus: masuk merata
 Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianpasienis (-), venektasi (-),
ikterik (-), massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-),
petekie (-), purpura (-), ekimpasienis (-), spider nevy (-)
 Distensi (-)
 Ascites (-)
Auskultasi:
 Bising usus (+) normal
 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)
Perkusi:
 Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
 Nyeri ketok (-)
 Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
 Nyeri tekan epigastrium (-)
 Massa (-)

5
 Hepar/lien/ren: tidak teraba
 Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)

Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dievaluasi.

6
ASSESMENT
Tinea Capitis

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
 Dermatitis seboroik
 Dermatitis atopik
 Impetigo
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sistemik:
 Griseofulvin 20-25mg/kgBB/hari
Pengobatan topikal (sebagai ajuvan)
 Ketozonacole shampoo 2-3 kali seminggu
Simptomatik:
 Cetirizin 1 dd 1 tab.

PROGNOSIS PASIEN
- Ad vitam : bonam

- Ad functionam : bonam

- Ad sanationam : bonam

7
TINJAUAN PUSTAKA

TINEA CAPITIS

A. DEFINISI

Tinea capitis adalah salah satu kelainan di sistem dermatologi yang


menyerang rambut. Penyakit ini digolongkan sebgai mikosis superfisialis atau
dermatofitosis dan disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit
kepala, alis dan bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut
dan akar folikel rambut. Kelainan ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-
merahan, alopesia bahkan kadang-kadang ditandai gejala yang lebih berat,
yaitu kerion.1
Tinea kapitis adalah infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, alis, dan
bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut dan akar folikel
rambut. Penyakit ini termasuk ke dalam mikosis superfisialis.5
B. EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian tinea kapitis di dunia cukup tinggi. Sebuah penelitian di


Australia menunjukkan bahwa penduduk etnis Arab paling sering terkena
tinea kapitis (42%), disusul etnis Nuer dan Dinka (22%) dan Aganistan
(14%).2 Sementara itu, penelitian tinea kapitis di India didapatkan bahwa
terdapat 4,9 % orang dewasa erkena tinea kapitis.3

Prevalensi tinea kapitis di Indonesia cukup tinggi. Di Surabaya , kasus


baru tinea kapitis antara tahun 2001-2006 insidensinya antara 0,31%-1,55%
dengan tipe kerion adalah yang tersering (62,5%), disusul tipe grey patch
(37,5%), sementra tipe black dot tidak ditemukan (0%).4

Walaupun penyakit ini jarang menimbulkan kematian namun salah satu


infeksinya bisa mengakibatkan penyakit sistemik yang menyebar dan
memerlukan penanganan yang lebih sulit lagi.

8
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan bentuk penampakan klinis, Tinea Kapitis dibagi dalam 4
bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya
dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi
abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari
akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan
sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit
melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies
mikrosporum dan trikophyton.
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites.
Infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik)
yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung
rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna
kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot". Biasanya bentuk ini
terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi
juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi
penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat
yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang
berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah
ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan
suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini
terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T.
Violaseum.

9
4. Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk
cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor".
Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi.
Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang
permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum
dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-
penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus
dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis
vulgaris dan Dermatitis seboroika.

D. ETIOLOGI
Tinea kapitis umumnya disebabkan spesies dermatofit, kecuali E.
Floccosum, T. Concentricum dan T. Mentagrophytes var. Interditale. Setiap
negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis.
Perubahan waktu juga dapat menyebabkan adanya spesies baru karena
penduduk migrasi. Sebuah studi terbaru pada tahun 2012 di maroko
menunjukkan bahwa penyebab terbesar tinea kapitis didominasi oleh dua
spesies, yaitu Trichophyton violaceum (60,8%) dan Microsporum canis
(21,6%).
Trichophyton violaceum memiliki badan nodular, mikrokonidia berbentuk
piriform, makrokonidia yang berbentuk ireguler dan jarang terlihat serta
adanya klamidiospora asimetris.
Microsporum canis memiliki struktur makrokonidia yang panjang,
berdinding tebal, kepala asimetris di ujung dengan sedikit makrokonidia di
bagian lateral. M. canis memiliki hifa berbentuk seperti raket, badan nodular,
dan dapat memiliki klamidiospora.

10
E. Patofisiologi
Microsporum canis dan T. Tonsurans ditularkan melalui kontak antara
anak dengan anak dan mengakibatkan terbentuknya pitak berbentuk oval.
Rambut patah dengan panjang yang berbeda-beda dan permukaan kulit kepala
bersisik dan berkrusta dengan banyak pustula M. Canis biasanya ditularkan
dari anak kucing ke anak-anak dan menimbulkan pitak-pitak radang purulen
yang dapat menimbulkan alopesia permanen. Lesi yang meradang dapat
membentuk massa besar, lunak, dan yang disebut kerion.
a. Grey Patch Ringworm7
warna
warna rambut
rambut mudah patah,
mudah patah,
menyerang
menyerang alopesia
alopesia
menjadi
menjadi abu-
abu- terlepas
terlepas
rambut
rambut setempat
setempat
Jamur
Jamur abu
abu (rontok)
(rontok)
Masuk
Masuk
(Microsporum
(Microsporum (meninfeksi)
(meninfeksi) membentuk
membentuk
))
papul
papul merah
merah melebar
melebar bercak
bercak pucat,
pucat, bersisik
bersisik gatal
gatal
kecil di folikel
kecil di folikel
rambut
rambut
b. Black Dot Ringworm7

rambut patah sisa: ujung


T. tonsurans, T. infeksi rambut
menggambarkan rambut penuh
violaceum (muara folikel)
black dot spora
c. Kerion7
produksi
produksi
aktivasi
aktivasi jaringan
jaringan patut
patut alopesia
alopesia
sitokin
sitokin TNF
TNF aktivasi
aktivasi selsel NK
NK
Microsporum
Microsporum makrofag
makrofag menonjol
menonjol menetap
menetap
dan
dan INFγ
INFγ
canis,
canis, M.M.
gypseum merangsang
merangsang pelepasan
pelepasan
gypseum adhesi
adhesi infiltrasi
infiltrasi jaringan
jaringan parut
parut alopesia
alopesia
produksi
produksi sitokin
sitokin bahan
bahan inflamasi
inflamasi
IL-1, TNF-α endotel
endotel netrofil
netrofil menonjol
menonjol menetap
menetap
IL-1, TNF-α fungisidal ROI
fungisidal ROI

11
d. Tinea favosa7
Trichophyton
schoenleinii,
schoenleinii, T.
T.
violaceum, T.
violaceum, T.
infeksi
infeksi kulit
kulit kepala
kepala tinea
tinea favosa
favosa
mentagrophytes
mentagrophytes varvar
quinkeanum,
quinkeanum,
Microsporum canis
Microsporum canis

bau busuk (mousy


bau busuk (mousy odor)
odor) krusta
krusta cawan
cawan (spatula)
(spatula) bintik
bintik kecil,
kecil, merah
merah

rambut putus-putus, jaringan parut, alopesia


tidak
tidak mengkilat
mengkilat permanen
permanen

F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis8
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila :
Pada anak-anak dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal
posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk
pustul atau abses, dissecting cellulitis atau black dot.
2. Pemeriksaan penunjang8
a. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.
ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena
adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia
memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu M. gypsium
dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa
memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur
yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.

12
b. Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa basah
digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan
rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain
skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya
potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut
dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang
menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-
rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada
pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu
pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat
dibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi
endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium
didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.
c. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan
diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk
menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau
pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur. Spesimen yang
didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud
dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte test
medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya. Dengan
DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan
fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit
positif.
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip managemen untuk tinea kapitis yaitu terdiri dari pengobaan
sistemik, pengobatan topikal dan tindakan preventif. Tujuan pengobatan
adalah untuk mencapai klinis dan kesembuhan secepat mungkin serta
mencegah penyebaran.9,11

13
1. Terapi Topikal7,9
Pengobatan topikal antijamur tidak dianjurkan untuk terapi tunggal dalam
pengobatan tinea kapitis. Namun hal ini mungkin dapat mengurangi
penularan kepada orang lain dengan menurunkan pertumbuhan spora jamur.
Selenium sulfida, shampo ketokonazol dan shampo povidone iodine
digunakan seminggu 2- 3 kali, untuk mengurangi spora jamur dan
infeksivitas. Pada saat menggunakan shampo sebaiknya didiamkan selama 5
menit sebelum dibilas. Penggunaan obat-obat topikal konvensional yang
digunakan misalnya asam salisilat 2-4%, asam benzoat 6-12%, sulfur 4-6%,
vioform 3%, asam undesilenat 2-5% dan zat warna (hijau brilian 1% dalam
cat Castellani) dikenal banyak obat topikal baru. Obat-obat baru ini
diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivat-derivat imidazol,
siklopiroksolamin dan naftifine masing-masing 1%.
2. Terapi Oral
Obat antimitotik digunakan untuk penetrasi folikel rambut. Gold standar
terapi oral untuk tinea kapitis pada empat dekade adalah griseofulvin. Obat
baru yang dapat digunakan untuk alternatif terapi tinea kapitis adalah
flukonazole, ketokonazole, itrakonazole, dan terbinafine.9
a. Griseofulvin7,9-11
Merupakan turunan dari spesies penicillium mold. Griseofulvin sebagai
fungistatik dengan efek inhibitor RNA jamu, DNA, menghambat sintesis asam
nukleat, microtubular assembly, dan merusak sintesis dinding sel. Dosis
rekomendasi untuk tinea kapitis adalah 20mg/kg/hari untuk micronized form dan
15mg/kg/hari untuk ultramicronized form atau 0,5-1 g untuk orang dewasa dan
0,25-0,5 g untuk anak-anak. Lama pengobatan umumnya 6-12 minggu. Terapi
tergantung pada organisme (misalnya infeksi T. tonsurans mungkin 14
memerlukan pengobatan jangka panjang) tetapi bervariasi antara 8 dan 10 minggu
. Efek samping termasuk mual dan ruam pada 8 ± 15 % .Obat ini kontraindikasi
pada kehamilan. Griseofulvin tidak larut dalam air dan absorbsinya buruk dari
saluran pencernaan. Sehingga untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus,
sebaiknya obat dimakan bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak
seperti susu, kacang, mentega. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, namun
keluhan utama ialah sefalgia pada 15% penderita. Efek sampig lainnya dapat

14
berupa gangguan traktus digestinus ialah nausea, vomitus, dan diare. Griseovulvin
juga bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.
b. Antijamur Golongan Azole7,9-11
Obat antijamur golongan azole termasuk ketokonazole, itrakonazole dan
flukonazole. Mereka bekerja dengan menghambat pembentukan ergosterol dalam
jamur dengan inhibitor sitokrom p450-dependent enzymes di dalam membran
sel.Untuk tinea kapitis dosis itraconazole umumnya diberikan 3-5 mg / kg/ hari
selama empat sampai enam minggu atau 2 x 100-200 mg/hari. Itraconazole
memiliki spektrum yang sangat luas terhadap jamur, termasuk aspergillus dan
dermatofit. Kontraindikasi pada pasien dengan gagal jantung
kongestif.Ketokonazole merupakan obat jamur yang bersifat fungistatik dapat
diberikan obat sebanyak 200 mg/hari selama 10 hari- 2 minggu pada pagi hari
setelah makan. Kontraindikasi ketokonazol adalah pada penderita kelainan
hepar.Flukonazol memberikan efek yang efektif terhadap berbagai organisme
yang berbeda termasuk Trichophyton dan spesies Microsporum. Flukonazol,
berbeda dengan antijamur azol lainnya karena sangat larut dalam air dan memiliki
bioavailabilitas yang sangat baik. Dosis flukonazol berkisar 1,5-6 mg/kg/hari.
Penggunaan flukonazol merupakan kontraindikasi dalam kombinasi dengan
astemizol dan terfenadine serta tidak dianjurkanpada pasien dengan penyakit hati
atau disfungsi ginjal atau dikombinasi dengan eritromisin.
c. Terbinafine7,9-11
Terbinafine adalah fungisidal terhadap kedua Trichophyton dan Microsporum spp.
Terbinafine adalah obat allylamine sebagai antijamur spektrum. Terbinafine
bekerja dengan memblok pembentukan ergosterol pada membran sel jamur
dengan menghambat squalene epoksidase yang mengarah ke akumulasi squalene.
Obat ini dimetabolisme di hati dan diekskresikan terutama dalam urin. Terbinafine
tersedia sebagai krim atau dalam bentuk tablet (250mg). Di beberapa negara tablet
pediatrik tersedia (125mg). Dosis 62,5 mg-250 mg sehari tergantung pada berat
badan atau dosis dewasa adalah 250 mg sedangkan pada anak-anak digunakan
berdasarkan pada berat badan yaitu : < 20 kg (62,5 mg/hari), 20–40 kg (125
mg/hari) dan > 40 kg (250 mg/hari). Durasi pengobatan dilakukan selama 4
minggu, namun jika penyebabnya adalah T. tonsurans membutuhkan pengobatan

15
selama satu bulan. Efek samping terinafine ditemukan pada 10% pada penderita
yaitu gangguan gastrointestinal seperti nausea, vomitus, nyeri lambung, diare,
konstipasi, umumnya ringan. Sefalgia ringan dan dilaporkan 3,3-7% gangguan
fungsi hepar.
H. PROGNOSIS
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya
permulaan dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya
penyakit, yaitu yang zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T.
verrucosum). Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan normal penyakit
tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelain anak
selama waktu infeksi. Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan
berlangsung sampai dewasa. T. violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi
tetap, pasien menjadi vektor untuk menyebarkan penyakit dalam keluarga dan
masyarakat, pasien seharusnya cepat diobati secara aktif untuk mengakhiri
infeksinya dan mencegah penularannya.8

16
LAPORAN KASUS NON INFEKSI

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 Tahun
Alamat : Jl. Toddopuli Raya
Agama : Islam
Status Perkewinan : kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Pemeriksaan : 3 Agustus 2017

ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada pergelangan kaki kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : Dialami sejak ± 1 minggu yang lalu saat bangun
tidur pagi hari sehingga tidak dapat berjalan, nyeri hilang timbul, dan memberat
sejak 2 hari terakhir. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri berkurang
dengan minum obat dari dokter (dextral, phenylbutazon. Bengkak (+) turun
dengan istirahat, kemerahan (-).Demam (-), batuk (-), sesak(-), mual-muntah (-),
nyeri ulu hati(-). BAB : baik. BAK.: baik
Riwayat keluhan yang sama (+) dialami sejak ± 4 tahun yang lalu. Riwayat
mengkonsumsi obat-obatan seperti dextral, phenylbutazon, hufamag,
arkafit.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat kolesterol (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+): tante dari ibu

17
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat hiperkolesterol/ Hiperlipidemia (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
Status Gizi:
Berat badan : 75 kg
Tinggi badan : 155 cm
Status gizi : Obes 2
Vital Sign:
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 72 x/i
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 36,8oC

Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala:
Ekspresi wajah : normal
Bentuk dan ukuran : normal
Rambut : lesi sesuai dengan status dermatologi
Edema : (-)
Malar rash : (-)
Parese N. VII : (-)
Nyeri tekan kepala : (-)
Massa : (-)
Mata:
Simetris
Alis normal

18
Exopthalmus : (-/-)
Nistagmus : (-/-)
Strabismus : (-/-)
Ptosis : (-/-)
Edema palpebra : (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemia (-/-)
Sclera : icterus (-/-)
Pupil : isokor Ø 3 mm, bulat, refleks pupil (+/+)
Kornea : normal
Lensa : normal, katarak (-/-)
Pergerakan bola mata ke segala arah normal
Nyeri (-) pada penekanan
Telinga:
Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan
Lubang telinga : normal, secret (-/-)
Nyeri tekan : (-/-)
Peradangan pada telinga : (-)
Pendengaran : kesan normal
Hidung:
Simetris
Deviasi septum : (-/-)
Perdarahan : (-/-)
Secret : (-/-)
Penciuman : kesan normal
Mulut:
Simetris
Bibir : kering (-), sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed
lips breathing (-)
Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-)
Lidah : glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-)
Gigi : karang gigi (-)
Mukosa : normal
Leher:
Deviasi trakea : (-)
Kaku kuduk : (-)
Scrofuloderma : (-)
Pembesaran KGB : (-)
Pembesaran kel. thyroid : (-)
Thoraks

19
Inspeksi:
 Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi:
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Perkusi:
 Sonor seluruh lapang paru.
 Batas paru-hepar à Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
 Batas paru-jantung:
 Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
 Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
 Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
 Pulmo:
 Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
 Rhonki (-/-).
 Wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi:
 Bentuk: simetris
 Umbilicus: masuk merata
 Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianpasienis (-), venektasi (-),
ikterik (-), massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-),
petekie (-), purpura (-), ekimpasienis (-), spider nevy (-)
 Distensi (-)
 Ascites (-)
Auskultasi:
 Bising usus (+) normal
 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)

20
Perkusi:
 Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
 Nyeri ketok (-)
 Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
 Nyeri tekan epigastrium (-)
 Massa (-)
 Hepar/lien/ren: tidak teraba
 Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)

Ekstremitas : Nyeri pada pergelangan kaki kiri

Inguinal-genitalia-anus : tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

ASSESMENT
Artritis Gout

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
 Artritis Reumatiod

PENATALAKSANAAN
 Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah:
 Natrium diklofenak 3x1
 Meloxicam 5 mg 1x1
 Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain :
 Istirahat teratur dan tidur yang cukup
 Diet rendah purin
 Menurunkan berat badan

21
 Makan makanan yang bersih, sehat, dan bergizi.
 Olahraga teratur

Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi


pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan
keluarga pasien).

Pencegahan Primer
1) Istirahat teratur dan tidur yang cukup
2) Diet rendah purin
3) Menurunkan berat badan
4) Makan makanan yang bersih, sehat, dan bergizi.
5) Olahraga teratur

Pencegahan Sekunder
Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain:
1) Istirahat teratur dan tidur yang cukup
2) Diet rendah purin
3) Menurunkan berat badan
4) Makan makanan yang bersih, sehat, dan bergizi.
5) Olahraga teratur

PROGNOSIS PASIEN
- Ad vitam : bonam

- Ad functionam : bonam

- Ad sanationam : bonam

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

22
Kunjungan rumah dilaksanakan untuk melihat keadaan lingkungan
sekitar pasien dan hubungan antara lingkungan dengan penyakit yang
diderita. Dengan demikian pasien dan keluarga dapat memahami bagaimana
pengaruh lingkungan terhadap suatu penyakit dan sebaliknya bagaimana
suatu penyakit dapat mempengaruhi lingkungan.

PROFIL KELUARGA
1. Profil Keluarga :
Ny. A adalah seorang istri dari Bapak S dan memiliki 5 orang
anak yaitu : anak pertama bernama A yang sekarang Kerja diperusahaan
swasta, anak kedua R dan ketiga bernama U keduanya duduk di bangku
SMA, anak ke empat dan kelima duduk dibangku SMP.

2. Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga


Bapak S bekerja sebagai pegawai swasta Istrinya sebagai
seorang wiraswasta (pegawai kantin). Penghasilan sampai saat ini
dirasa mencukupi kebutuhan keluarganya, apalagi istrinya juga bekerja,
sehingga dapat membantu kebutuhan keluarga dan biaya sekolah anak-
anaknya.
Rumah pasien luasnya 8 x10 m2 dan dihuni oleh 7 orang.
Jumlah kamar yang ada sebanyak 3 buah kamar tidur, 1 kamar
digunakan oleh Tn dan Ny. A, sedangkan kamar yang lainnya digunkan
oleh anak-anaknya . Rumah pasien terdiri dari ruang tamu dan ruang
keluarga yang jadi satu, ruang makan dan dapur terpisah. WC terletak
bersebelahan dengan dapur. Rumah tersebut adalah bangunan
permanen, pembangunannya sempurna, dinding rumah bersih sudah
dicat berwarna putih. Isi rumah tidak tertata rapi, namun cukup bersih,
memiliki ventilasi dan pencahayaan yang kurang baik. Sumber air
diperoleh dari sumur yang letaknya di depan rumah. Bapak S memiliki
sebuah sepeda motor yang digunakannya untuk transportasi ke tempat
kerjanya.

23
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan wawancara dan kunjungan ke rumah Ny. A
diketahui bahwa orang tua (ibu dan bapak) pasien tidak memiliki
riwayat keluhan yang sama tetapi pasien mengaku memiliki seorang
tante dari ibu yang memiliki keluhan yang sama dan sekarang sudah
sembuh dengan berobat teratur.
4. Pola Konsumsi Makanan Keluarga
Pola konsumsi keluarga tersebut kurang baik karena keluarga
Ny. A tidak makan teratur dikarenakan Ny. A dan suaminya pulang ke
rumah pada sore hari. Meskipun pola makannya tidak teratur, tetapi
makanan dimasak oleh Ny. A sesuai selera yang diinginkan. Makanan
sehari-hari keluarga tersebut cukup bervariasi terdiri dari nasi, ikan,
ayam, tahu, tempe, makanan kaleng, mie instan, bakso dan sayur. Ny. A
sendiri tiap hari makan siang (bakso) di tempat kerjanya.

5. Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga


Psikologi hubungan antar anggota keluarga secara umum baik.
Keluarga tersebut sudah terbentuk selama kurang lebih 15 tahun (Bapak
S dan Ibu A sudah menikah Sekitar 15 tahun). Ada kasih sayang,
perhatian dan tanggung jawab dan kepemimpinan kepala keluarga dan
kebersamaan serta keakraban sesama anggota keluarga. Suasana yang
harmonis terjalin di dalam keluarga ini.
6. Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah keluarga sudah cukup baik karena
lingkungan perumahan ini sudah memiliki saluran pembuangan air, dan
pekarangan rumah kurang bersih. Meskipun demikian, Ibu A rajin
membersihkan rumahnya. Lantai rumah dibersihkan setiap hari.
Sehingga suasana di dalam rumah cukup bersih, tidak berdebu,
walaupun barang-barang di dalam rumah ada belum tertata rapi.

24
Pembangunan rumah selesai sepenuhnya. Sampah dibuang di tempat
sampah dan kemudian di bakar.

LAMPIRAN GAMBAR RUMAH PENDERITA

25
Gambar 1: Ruang Tamu Gambar 2 : Ruang Makan

Gambar 3 : Kamar Tidur Gambar 4 : Dapur

Gambar 5 : Kamar Mandi

TINJAUAN PUSTAKA

ARTRITIS GOUT

A. DEFINISI
Artritis gout (pirai) merupakan kelompok penyakit heterogen
sebagai akibat deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau
akibat superasaturasi asam urat didalam cairan ekstraselular dapat timbul
sebagai artropati, nefropati, atau kelainan kulit. Gangguan metabolism

26
yang mendasari gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai
peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl.12,13

B. EPIDEMIOLOGI
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa.
Sebagaimana dikatakan oleh Hippocrates bahwa gout jarang pada pria
sebelum remaja sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopause.
Prevalensi gout bertambah dengan meningkatnya taraf hidup. Di
Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang arthritis pirai.14

C. ETIOLOGI
Gout terjadi ketika kristal asam urat terakumulasi pada sendi dan
menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit yang parah saat gout
menyerang. Kristal asam urat terbentuk ketika seseorang memiliki asam
urat dalam darah dengan kadar yang tinggi.15
Normalnya, asam urat larut dalam darah dan mengalir melalui
ginjal dan menuju urin untuk dikeluarkan. Tapi terkadang tubuh
menghasilkan terlalu banyak asam urat atau ginjal mengeluarkan terlalu
sedikit asam urat ini. Ketika ini terjadi maka kristal asam urat akan
terbentuk di sendi atau jaringan sekitar yang menyebabkan rasa sakit
dan bengkak.15

D. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh antara lain:16
1) Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko gout.
2) Kondisi medis tertentu seperti tekanan darah tinggi atau diabetes dapat
meningkatkan peluang anda terkena gout.
3) Obat tertentu dapat meningkatkan kadar asam urat seperti aspirin atau
thiazide diuretics.
4) Faktor keturunan.
5) Lelaki berumur antara 40 dan 50 tahun lebih banyak terkena gout daripada
wanita. Tetapi setelah menopause wanita akan rentan terkena gout.

E. PATOGENESIS

27
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin.
Normalnya 90% dari hasil metabolit nukleotida adenine, guanine, dan
hipoxantin akan digunakan kembali intuk dibentuk kembali masing-
masing menjadi AMP, IMP, dan GMP oleh adenine
fosforibosiltransferase (APRT) dan hipoksantin guanine
fosforibosiltransferase (HGPRT) dan sisanya akan diubah menjadi
xantin dan menjadi asam urat oleh xanin oksidase. Ekskresi asam urat
di ginjal adalah sekitar 10% dari jumlah yang difiltrasi, berarti
konsentrasi AU/garam asam urat di urin akhir adalah 10-20 Kali lebih
tinggi daripada di plasma.13
Sekitar 90% pasien dengan gout primer memiliki predisposisi
genetik karena ekskresi asam urat di ginjal dapat menyamai
pembentukan asam urat yang normal hanya bila konsentrasi asam urat
di dalam plasma dan filtrasi glomerulus meningkat (hiperurisemia
asimptomatik). Jjika asupan purin meningkat dan berlangsung lama
Kristal natrium urat akan berulangkali mengendap. Jika hiperurisemia
disebabkan oleh kekurangan HGPRT parsial sehingga perbandingan
nukleotida yang digunakan kembali menurun, hal ini menyebabkan
asam urat akan lebih banyak dibentuk. 13
Karena kelarutan urat yang rendah di cairan synovial dan pada
suhu yang rendah, serta karena jari lebih dingin daripada inti tubuh,
Kristal urat lebih sering dibentuk di ujung sendi kaki
(mikrotofi).Konsentrasi asam urat yang meningkat dalam urin
menimbulkan pembentukan batu ginjal.15
Serangan gout terjadi jika Kristal urat secara tiba-tiba dilepaskan
dari mikrotofi, kemudian dikenali oleh sistem imun sebagai benda
asing. Selanjutnya terjadi inflamasi aseptik di sendi dan menarik
neutrofil untuk memfagosit Kristal urat. Jika diikuti dengan pemecahan
neutrofil, Kristal urat yang telah difagosit akan dilepasakn kembali
sehingga mempertahankan proses tersebut. Hal ini menyebabkan
pembengkakan sendi yang sangat nyeri dan berwarna merah gelap pada

28
70-90% serangan pertama yang mengenai sendi bagian proksimal ibu
jari. 15
Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan
perubahan kadar asam urat serum, meninggi atau menurun. Pada kadar
asam urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan.15

F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik gout terdiri atas arthritis gout akut,
interkritikal gout, dan gout menahun dengan tofi.12
 Stadium Artritis Gout Akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan timbul secara cepat
dalm waktu singkat. Gejala timbul saat bangun tidur pagi hari, terasa
sakit yang sangat hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa
hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya
disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena
sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut dan siku.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet
tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat
antidiuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.
 Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi
periode interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak
didapatkan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi
ditemukan Kristal urat.
 Stadium Artritis Gout Menahun
Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan
terdapat poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan
obat, kadang-kadang timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yag paling
sering pada cuping telinga, MTP-1, olekranon,tendon Achilles dan
jari tangan. Pada stadium ini kadang disertai batu saluran kemih
sampai penyakit ginjal menahun.

G. DIAGNOSIS
Diagnosis arthritis gout dapat ditegakkan dengan:14

29
1) Aspirasi Cairan Sendi: Merupakan gold standar penegakkan diagnosis
arthritis gout.
2) Tes Darah: sampel darah diperiksa untuk melihat jumlah sel, kadar
asam urat, fungsi ginjal, dll.
3) Radiologi: Sinar-X terutama digunakan untuk menilai kerusakan
sendi yang mendasari,.

H. PENATALAKSANAAN
Secara umum penanganan arthritis gout adalah pemberian
edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan
dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi atau komplikasi
lain. Pengobatan arthritis gout akut bertujuan menghilangkan keluhan
nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat antar lain: kolkisin,
OAINS, kortikosteroid, atau hormone ACTH. Obat penurun asam urat
seperti allupurinol atau obat urikosurik tidak boleh diberikan pada
stadium akut.16

I. PENCEGAHAN15
1) Makan rendah kolesterol, diet rendah lemak. Orang dengan gout memiliki
risiko lebih tinggi untuk penyakit jantung.
2) Hindari makanan tinggi purin (dalam biokimia dalam makanan yang
dimetabolisme menjadi asam urat), termasuk kerang dan daging merah.
3) Perlahan-lahan menurunkan berat badan. Hal ini dapat menurunkan kadar
asam urat Anda. Kehilangan berat badan terlalu cepat kadang-kadang
dapat memicu serangan gout.
4) Batasi asupan alkohol, terutama bir.
5) Tetap terhidrasi.
6) Tingkatkan asupan produk susu, seperti susu tanpa lemak dan yogurt,
karena mereka dapat mengurangi frekuensi serangan gout.
7) Hindari fruktosa, seperti dalam sirup jagung.
8) Bicarakan dengan dokter Anda jika Anda mengambil diuretik thiazide
(hidroklorotiazid, HCTZ), aspirin dosis rendah, levodopa (Larodopa),
siklosporin (Gengraf, Neoral, Sandimmune), atau asam nikotinat.

30
PROFIL KELUARGA SEHAT

I. IDENTITAS
Nama : Tn M
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jln. Toddopuli Raya Timur
Status dalam keluarga : suami

II. PEMERIKSAAN FISIS


Tinggi badan : 156 cm
Berat badan : 55 kg
Status Gizi menurut IMT : normal
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8oC
Kepala : anemia (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan

31
III. ANGGOTA KELUARGA
1) Identitas
Nama : Ny. N
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan keluarga : istri

Pemeriksaan Fisis
Tinggi badan : 153 cm
Berat badan : 47 kg
Status Gizi menurut IMT : normal
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37oC
Kepala : anemia (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan

2) Identitas
Nama :B

32
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Hubungan keluarga : anak pertama

Pemeriksaan Fisis
Tinggi badan : 152 cm
Berat badan : 50 kg
Status Gizi menurut IMT : normal
Tekanan Darah : mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 16 x/menit
Suhu : 36,6oC
Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan

3) Identitas
Nama :S
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi kebidanan UMI
Hubungan keluarga : anak kedua

Pemeriksaan Fisis
Tinggi badan : 152 cm
Berat badan : 44 kg
Status Gizi menurut IMT : normal
Tekanan Darah : 120/80 mmHg

33
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,2oC
Kepala : anemia (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan

IV. PROFIL KELUARGA


Tn.M tinggal di sebuah lingkungan perumahan yang
ditinggalinya bersama istri (52 tahun) dan kedua anaknya (21 tahun)
dan (19 tahun).
V. STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Tn.M bekerja sebagai Pegawai Swasta di salah satu
perusahaan, sedangkan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga.Tn.M
bekerja dari hari senin-sabtu dari pukul 08.00 sampai 16.00 WITA.
Kondisi rumah yang ditempati Tn.M terbilang cukup baik,
dengan kondisi rumah batu berlantai keramik dengan 3 kamar tidur,
sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan kanannya berbatasan
dengan rumah batu, dan berada di lingkungan perumahan yang cukup
padat. Pekarangan rumahnya ditanami dengan pohon-pohonan misalnya
pohon mangga, pohon lombok dan bunga-bungaan. Tn.M menempati
sebuah kamar dengan luas sekitar 2,8 x 22,3 m2. Perabot tertata rapi dan
kebersihan kamar cukup memuaskan. Rumah itu memiliki 1 kamar
mandi yang terletak di dekat dapur. Kondisi kamar mandi dan dapur
cukup bersih. Ventilasi dan pencahayaan cukup memadai serta
memenuhi syarat. Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencuci dan
memasak diperoleh dari air PAM, dan air galon untuk minum.

VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

34
Menurut Tn.M dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang bermakna, hanya saja ayah dari Tn.M memiliki riwayat
DM dan ibu nya memiliki riwayat hipertensi. Dokter hanya
menyarankan Tn.M untuk mengurangi mengkonsumsi makanan-
makanan yang berlemak, olahraga teratur, banyak istirahat untuk
mengurangi rasa stress.
VII. POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA
Menu makanan keluarga sehari-hari bervariasi, yang biasanya
terdiri dari nasi, ikan, tahu, tempe, sayur-sayuran dimana sudah dapat
mencukupi kebutuhan asupan gizi keluarganya. Hanya saja Tn. M
memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi makanan olahan jeroan
misalnya coto dan sebagainya.
VIII. PSIKOLOGI DALAM HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA
Hubungan Tn.M dengan keluarganya sangat dekat dan
komunikasi berjalan dengan lancar dan selalu melakukan aktivitas
bersama misalnya Tn.M sering membantu menyelesaikan tugas-tugas
anaknya jika ada waktu luang, rekreasi bersama keluarga pada hari
libur.
IX. LINGKUNGAN
Tn.M tinggal di perumahan yang padat penduduk.
Kebersihan lingkungan rumah terjaga, begitu juga lingkungan rumah
tetangga sekitar rumah. Meskipun masih ada beberapa rumah yang
tidak terlalu memperhatikan kebersihan lingkungan rumahnya. Jalanan
di depan rumah dalam keadaan baik dan merupakan paving blok dengan
apotek hidup yang di tanam di sepanjang tepi jalan

35
LAMPIRAN GAMBA PROFIL KELUARGA SEHAT

Gambar: Ruang tamu Gambar: ruangmakan

36
Gambar: kamar tidur Gambar: Kamar mandi

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN RUMAH SEHAT


Rumah sehat adalah tempat tinggal yang menjamin terjaganya
kesehatan para penghuni yang tinggal di dalamnya. Pengertian Rumah
sehat dalam hal ini lebih dari sekedar bangunan tempat tinggal, tetapi
juga lingkungan tempat rumah itu berada juga harus sehat. Rumah sehat
adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan
sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.17

37
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu
rumah:17
1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun
lingkungan sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus
memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan. Di pegunungan
ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin
ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi
(daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah
didaerah pedesaan, kondisi sosial budaya pedesaaan, misalnya
bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah
didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun
harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, hal ini dimaksudkan rumah
dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu
maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap
rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok
pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah
bukan sekadar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan
pemeliharaan seterusnya

2.2 SYARAT RUMAH SEHAT


Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat
penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat
untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung
arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga
sehat dan sejahtera. Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia
untuk bertempat tinggal dan melindungi seseorang dari pengaruh
lingkungan fisik yang berhubungan secara langsung misalnya, hujan, panas
matahari, angin, dan sebagainya.17

38
I. Rumah Sehat Menurut Winslow
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan
keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO
bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula
tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.17
Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow:17
1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis
a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak
berubah.Sebaiknya tetap berkisar antara 18-20oC. Suhu ruangan ini
tergantung pada:
– Suhu udara luar
– Pergerakan udara
– Kelembaban udara
– Suhu benda-benda di sekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan
air-conditioning (AC).
b. Harus cukup mendapat penerangan

Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun


malam hari. Yang ideal adalah penerangan listrik. Diusahakan agar
ruangan-ruangan mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.
Sehingga dibutuhkan ventilasi yang cukup dalam suatu ruangan.
c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan


tetap segar (cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah
harus cukup mempunyai jendela. Luas jendela keseluruhan + 15%
dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga
udara dapat mengalir bebas bila jendela dibuka.
d. Harus cukup mempunyai isolasi suara

39
Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara yang
berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari
sumber-sumber suara yang gaduh, misalnya: pabrik, pasar, sekolah,
lapangan terbang, stasiun bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.

2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis


a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa
keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan
rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga
yang tinggal di rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus
mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya tidak
terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di mana
semua anggota keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang
untuk menerima tamu.
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak
mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-
tempat lain, terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit
a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang
baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit, seperti:
nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya.

40
d. Kamar harus cukup luas. Luas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas
lantai.

II. Bahan Bangunan


a. Lantai: Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari
semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Ubin
atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang
mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di
sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)
dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah
dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.13
b. Dinding : tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi
tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan,
lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup,
maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan
ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.13
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di
pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.18
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang
tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya

41
harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada
ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan
untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.17
III. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah untuk menjaga agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya
O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu, tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban udara dalam
ruangan, karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).18
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ
selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga
agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelambaban (humudity) yang
optimum.19
Ada dua macam ventilasi, yakni:19
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi
secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding, dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain
untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mangalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus
dijaga agar udara tidak kembali lagi, harus mengalir. Artinya dalam
ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

42
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara
penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau
mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan
sebagai berikut: 12
1) Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.
2) Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir
keluar ruangan.
3) Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC. Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar
mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti
blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya.
b) Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan
kerja.
IV. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke
dalam rumah, terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman,
juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam
rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:18
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela)
luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam
ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di
samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.

43
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan
diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan
menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-
tengah tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng
kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni
dengan melubangi genteng biasa pada waktu pembuatannya,
kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

V. Luas Bangunan Rumah


Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas
tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang
gerak lainnya. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu
memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 17
a) kebutuhan luas per jiwa
b) kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
c) kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
d) kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
di dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah
apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang.18
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit:
1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka
ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
memudahkan terjadinya penyakit. Penularan penyakit-penyakit

44
saluran pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di antara
penghuni rumah. Dari penelitian berjudul Hubungan Antara
Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis
(TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, yang
dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban
rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan penghuni rumah
dengan kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable suhu
tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian
tuberculosis pada anak.
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena
harus dibagi dalam jumlah yang banyak. Misalnya air.Walaupun
kwalitasnya baik, tapi karena pemakainya banyak maka
kwantitasnya menjadi kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap
hari mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini akan memudahkan
terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit
penykait dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan
lebih mudah terjadi, misalnya: TBC, penyakit-penyakit kulit, dan
penyakit-penyakit saluran pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga
mempunyai kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan
terganggu. Hal ini akan menyebabkan tiap anggota keluarga,
teruama anak-anak muda tida suka tinggal di rumah, yang akan
memudahkan timbulnya kejahatan dan kenakalan anak/remaja,
serta kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Kehidupan
rumah tangga yang tidak harmonis ini di samping menyebabkan
perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga
menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

45
VI. Fasilitas-Fasilitas Dalam Rumah Sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai
berikut:18,19
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga

VII.10 Patokan Untuk Rumah Ekologis Sebagai Rumah Sehat


10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam
perencanaan rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan
berkelanjutan di daerah tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua
seminar dan lokakarya internasional tentang arsitektur ekologis dan
lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas tentang
Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesünder Wohnen durchbiologisches
Bauen. Neubeuren 1982).
Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari,
maka planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang
dibangun seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan
belum pernah sepenting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia
cenderung merusak lingkungan sebagai dasar kehidupannya.18

PEMBAHASAN

Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia untuk bertempat


tinggal dan melindungi seseorang dari pengaruh lingkungan fisik yang
berhubungan secara langsung misalnya, hujan, panas matahari, angin, dan
sebagainya. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah
dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

46
Secara umum, rumah Tn. M sudah memenuhi syarat-syarat rumah
sehat, antara lain dalam hal:
1. Ruang tamu yang tertata rapi, bersih, terdapat ventilasi yang cukup
sehingga ruangan mendapat pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup.
2. Kualitas bahan bangunan yang sudah bagus dalam pembuatan dinding,
tidak ada yang retak-retak. Dinding ruangan cukup kedap suara
3. Lantai rumah menggunakan tehel.
4. Terdapat ruang tamu yang digunakan untuk bersosialisasi dengan
tetangga ataupun kerabat. Terdapat ruang keluarga untuk berinteraksi
antar sesama keluarga.
5. Terdapat tiga buah kamar tidur, dimana satu kamar ditempati oleh kedua
orang tua, dan masing-masing anaknya menempati satu kamar.
6. Kamar mandi selalu dibersihkan, bak mandi dibilas setiap sekali
seminggu. Jarak antara sumber air (sumur bor) dengan jamban kurang
lebih 10 m.
7. Air yang digunakan dalam keluarga menggunakan air PAM, air dimasak
terlebih dahulu sebelum minum.
8. Terdapat tempat pembuangan sampah dan air limbah yang baik.
Beberapa hal yang tidak memenuhi syarat-syarat rumah sehat:
1. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain menempel secara langsung,
tidak terdapat jarak pemisah.
2. Lingkungan rumah yang berada di sekitar perumahan yang padat dan
rentan banjir, memudahkan berkembangnya penyakit menular di musim
penghujan
3. Tidak terdapat alat pemadam kebakaran

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

47
2. McPherson, M.E., Woodgyer, A.J., Simpson, K., & Chong, A>H. 2005.
High Prevalence Of Tinea Kapitis In Newly Arrived Migrants at an
English-Language School, Melbourne. The Medical Journal of
Australia. 189 (1): 13-16. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2017
3. Kumarh L, Dugra, D., Banerjee, U., & Khanna, N. 2003 Kerion in
Elderly Woman. 5 Agustus 2017
4. Suyoso, sunarso. 2012. Tinea Kapitis Pada Bayi dan Anak. Departemen SMF
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
RSU Dr. Soetomo.
5. Kao, G.F. 2013. Tinea Kapitis. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2017
6. Trelia boel, Drg. M.Kes. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf
7. Unandar Budimulja. Mikosis: dalam Prof.Dr. dr. Adhi Djuanda, dkk Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2008; p.92-99)
8. Suyoso, sunarso. 2012. Tinea Kapitis Pada Bayi dan Anak. Departemen SMF
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
RSU Dr. Soetomo.
9. Maha A, Dayel, Iqbal Bukhari. Tinea Capitis. The Gulf Journal of
Dermatology and Venereology.Vol.1. No.1. 2004
10. Brendan P. Kelly. Superficial Fungal Infections : Pediatrics in Review.
American Academy of Pediatrics. 2012;33;e22)
11. Health Protection Agency. Tinea Capitis in The United Kingdom: A report on
its diagnosis, management and prevention. London : Health Protection
Agency, March 2007
12. Tehupeiory E. Artritis Pirai (Artritis Gout). Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam
edisi IV jilid II. Jakarta : FKUI; 2007. Hal. 1208-10.
13. Delp M. Dalam Major Diagnosis Fisik. Jakarta:: EGC; 1996. Hal. 465.
14. Ihsanginanjar. Gout. Available from: http://patofisiologi.wordpress.com
15. Shiel W. Gout and Diet. Available from : http://www.emedicinehealth.com
16. Silbernagl S. Metabolisme. Dalam Setiawan I,Mochtar I, editors. Teks dan
Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC;2007. Hal. 250.
17. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya
Bakti; 2000. Hal.105-8.

48
18. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007. p. 167-172
19. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009 [cited 2009
November]; Available from : URL: http://www.smallcrabonline619-syarat-
syarat-rumah-sehat.htm

49

Anda mungkin juga menyukai