Melindungi Produk Kopi
dari Tiap Daerah
Dari sekitar 300 jenis kopi yang ada di Indonesia, baru 21 jenis yang
sudah terdaftar sebagai produk Indikasi Geografis. Aplikasi pendaftaran
Indikasi Geografis akan diselenggarakan secara online.
D
irektorat Jenderal Kekayaan
Intelektual (DJKI), Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumham), akan
memperingati Hari Kekayaan
Intelektual Sedunia pada 26 April nanti.
Tema nasional yang diusung tahun ini adalah
‘’Generasi Indonesia yang Inovatif, Kreatif, dan
Berkarakter’’. Tema ini sejalan dengan tema
yang diusung oleh World Intellectual Property
Organization (WIPO), yakni: ‘’Powering
Change: Women in Innovation and Creativity’’.
Acara peringatan itu antara lain akan
diisi dengan peluncuran Aplikasi Layanan
Kekayaan Intelektual Online, pemberian
Anugerah KI (WIPO Awards 2018), dan
penyerahan sertifikat Indikasi Geografis
(IG) untuk Kopi Lintong, Kopi Arabika Flores
Manggarai, dan Beras Raja Uncak. Selain itu
juga akan digelar Intellectual Property Expo
2018. Dalam kegiatan ini akan dipamerkan
produk kekayaan Intelektual, pasar Produk
Indikasi Geografis (IG), layanan satu hari untuk
pendaftaran cipta online dan perpanjangan
merek online, berbagai lomba kreatif, serta
talkshow.
Dr. Freddy Harris, SH.,LL.M.,
Direktur Jenderal (Dirjen)
Kekayaan Intelektual
DJKI juga menyelenggarak an
kompetisi fotografi dan videografi tentang
produk IG, untuk mendukung program DJKI
Kemenkumham yang menetapkan 2018
sebagai Tahun Indikasi Geografis. Dalam
rangka Tahun IG ini, tiap Kantor Wilayah
Kemenkumham diminta untuk melakukan
inventarisasi kekayaan komunal di wilayah
kerjanya, dan mendaftarkan minimal satu
produk IG.
Direktur Jenderal (Dirjen) Kekayaan
Intelektual, Dr. Freddy Harris, SH, LLM,
menjelaskan bahwa pihak DJKI juga
terus berupaya mempermudah
masyarakat dalam me­
ngajukan permohonan
IG. Untuk itu, dalam
waktu dekat DJKI akan
meluncurkan aplikasi
pendaf taran IG
secara online.
‘’Sebelumnya, proses pendaftaran kopi
sebagai produk IG bisa lama sekali. Nanti,
dengan sistem online, proses pendaftaran kopi
sebagai produk IG bisa selesai dalam sehari,’’
kata Freddy Harris.
Perlindungan Nama Geografis
Indikasi Geografis (IG) adalah sebuah
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu
barang dan/atau produk, yang karena faktor
lingkungan geografis termasuk faktor alam,
faktor manusia, atau kombinasi dari kedua
faktor tersebut, memberikan reputasi, kualitas,
dan karakteristik tertentu pada barang atau
produk yang dihasilkan. Kekhasan produk
ini dihasilkan oleh faktor alam, faktor sumber
daya manusia, dan/atau kombinasi keduanya.
Jika suatu produk sudah terdaftar sebagai IG,
maka tidak ada yang boleh memakai nama
geografis pada produk sejenis. ‘’IG menjamin
keaslian asal suatu produk, dan jaminan ini
berguna untuk menghindarkan konsumen
dari pemalsuan produk dan menjaga
reputasi produsen atau penjual,’’
Dirjen Kekayaan Intelektual, Freddy
Harris memaparkan.
Freddy menuturk an
bahwa pada tataran internasional,
sistem IG tertuang dalam norma
persetujuan Trade -Related
GATRA/ ERRY SUDIYANTO
Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPs), yang merupakan
pengembangan dari aturan
mengenai Appellation of Origin (AO)
sebagaimana diatur dalam The Paris
Convention for the Protection

Arabika Gayo
Kopi Liberika Meranti
Beberapa jenis kopi yang telah terdaftar sebagai Indikasi Geografis
of Industrial Property 1883 (Konvensi Paris
1883). Di Indonesia, IG diatur dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis.
Saat ini, sebanyak 63 produk di
Indonesia sudah terdaftar sebagai IG, dan 21 di
antaranya adalah produk kopi. Jenis kopi yang
sudah terdaftar antara lain adalah: kopi Arabika
Gayo, Sumatera Arabika Simalungun Utara,
Robusta Lampung, Arabika Java Preanger,
Java Arabika Sindoro-Sumbing, Arabika Ijen
Raung, dan Arabika Kintamani Bali, Arabika
Kalosi Enrekang, Arabika Toraja, Arabika Flores
Bajawa, Liberika Tungkal Jambi dan Kopi
Robusta Semendo asal Sumatera Selatan,
Liberika Rangsang Meranti, Provinsi Riau,
Arabika Sumatera Mandhailing, Kopi Robusta
Empat Lawang, serta Robusta Temanggung.
Tentu masih banyak jenis kopi lainnya
yang belum terdaftar. DJKI mencatat lebih dari
300 jenis kopi yang ada di Indonesia, meliputi
jenis robusta, arabika, dan liberika. Dalam
catatan Freddy Harris, produksi kopi Indonesia
mencapai 6,6% dari produksi kopi dunia,
dengan perkiraan luas lahan perkebunan
kopi mencapai 1,3 juta hektar. ‘’Indonesia
adalah produsen kopi ketiga terbesar di dunia,’’
katanya.
Freddy mengimbau masyarakat,
pemerintah daerah, dan Kantor Wilayah
Kemenkumham agar bersinergi untuk segera
mendaftarkan produk kopi --dan produk
lainnya, di daerahnya untuk mendapatkan
sertifikasi IG-- untuk kepentingan para petani
Kopi Arabika Kintamani Bali
Kopi Toraja
dalam meningkatkan persaingan produknya di
pasar global.
Beberapa produk kopi yang mendapat
sertifikat IG terbukti telah banyak yang
menembus pasar internasional dan makin
diminati oleh konsumen di negara lain.
Contohnya adalah produk IG Kopi Toraja, dan
Kopi Gayo. Menurut Freddy, Kopi Arabika Toraja
dan Kopi Arabika Gayo, sebelum terdaftar
sebagai produk IG, harga jualnya sekitar
Rp 25.000 per kilogram. Setelah terdaftar,
harganya melonjak menjadi Rp 120.000 per
kilogram.
Kopi Gayo telah didaftarkan sebagai
produk IG ke Uni Eropa pada Januari 2016,
dan kini kopi itu telah menembus pasar Eropa
dengan perlindungan penuh sistem IG. Hal
ini terwujud berkat upaya yang sungguh-
sungguh dari para pemegang kepentingan
Kopi Gayo Arabika, dengan dukungan dari DJKI
Kemenkumham.
Kopi Gayo Arabika kini terdaftar sebagai
Indikasi Geografis di Uni Eropa, dan produk ini
dilindungi di 28 negara anggota Eropa. Nama
geografis produk ini tidak boleh digunakan
langsung atau tidak langsung oleh pihak lain
sebagai merek dagang pada kopi, minuman
kopi, atau untuk jasa menyediakan minuman
kopi (kafe), yang dapat merugikan nama IG
dan produk Kopi Gayo Arabika. Negara-negara
anggota Uni Eropa akan mengambil langkah-
langkah administratif dan peradilan yang
tepat untuk mencegah atau menghentikan
penggunaan tidak sah dari nama IG yang
dilindungi, oleh pihak yang tidak berhak.
Menurut Freddy Harris, selain
mendapatkan perlindungan bagi IG Indonesia
di Uni Eropa, pendaftaran Kopi Gayo Arabika
juga akan memungkinkan menguatnya
hubungan dan kesamaan pemahaman antara
Uni Eropa dan Indonesia tentang hal-hal yang
berhubungan dengan IG .
Syarat mendaftarkan Produk IG
Dirjen Freddy Harris berharap, akan
semakin banyak lagi produk kopi Indonesia
yang terdaftar sebagai produk IG. Freddy
menjelaskan, pendaftaran produk IG bisa
dilakukan oleh para petani, kelompok tani,
bersama pemerintah daerah atau pemangku
kepentingan lainnya.
‘’Untuk mendapatkan sertifikat
Indikasi Geografis, pemohon harus membuat
uraian produk yang diajukan, mulai dari
karakteristik kopi, kategori kopi, dan harus
menguraikan hubungan kopi dengan daerah
yang menghasilkannya, batas wilayah yang
tercakup Indikasi Geografis, serta dapat
membedakannya dengan produk kopi yang
berasal dari daerah lain,’’ kata Freddy.
‘’Pemohon juga harus menguraikan
proses pengolahan kopi, metode yang
digunakan untuk menguji kualitas, faktor
alam, dan faktor manusia yang mempengaruhi
karakteristik dan kualitas kopi, serta label yang
akan digunakan, serta sejarah dan tradisi terkait
wilayah geografis yang diakui oleh masyarakat
sekitar,’’ ia menambahkan. Jika syarat-syarat
sudah terpenuhi, maka selanjutnya akan
dilaksanakan pemeriksaan yang dilakukan oleh
tim ahli.
Sertifikasi produk IG tentu memberikan
banyak manfaat. ‘’Poin penting bagi suatu
produk kopi yang sudah terdaftar sebagai IG
adalah: tidak ada yang boleh memakai nama
geografis pada produk kopi yang sejenis.
Sebab, sertifikat IG sudah menjamin keaslian
asal suatu produk, berikut kualitas produk
itu sendiri,’’ Freddy memaparkan. Jaminan ini
berguna untuk menghindarkan konsumen
dari pemalsuan produk dan menjaga reputasi
produsen atau penjualnya.
Kopi yang sudah terdaftar sebagai
produk IG diharapkan akan memiliki nilai
tambah dan produknya akan lebih bisa
bersaing terutama di pasar global. Sebab,
dengan sertifikat IG, produsen dapat
meyakinkan konsumen, terutama di luar negeri
mengenai keaslian kopinya, karena dijamin
terhindar dari pemalsuan. Dengan demikian,
peluang ekspor kopi Indonesia juga diharapkan
akan mengalami peningkatan yang tentu juga
meningkatkan pendapatan para petani untuk
meningkatkan kesejahteraannya. n
ADV
4 APRIL 2018 GATRA