Anda di halaman 1dari 5

Hiruk-Pikuk Perjuangan PK26

“kata bukanlah sekedar kata, ia mengandung makna”


“Kata bukanlah sekedar kata, ia mengandung makna”, demikian sebait kalimat yang
diucapkan oleh budayawan Sujiwo Tejo, ketika mengisi salah satu sesi pada program
Persiapan Keberangkatan (PK) ke-26. Demikian juga halnya dengan sebuah nama, ia
mengandung makna dan harapan dari sang pemberi nama. Gardapati Pertiwi, nama
yang kami sepakati untuk mewakili angkatan kami, PK-26. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa Gardapati Pertiwi memiliki makna pengawal yang akan
senantiasa menjaga tanah air hingga akhir hayat. PK yang diselenggarakan oleh LPDP
untuk penerima beasiswa merupakan salah satu wadah untuk menempa peserta agar
lebih menjiwai Indonesia, hal tersebut juga berlaku bagi pasukan Gardapati Pertiwi
yang mengikuti program PK angkatan ke-26 pada 24-29 januari 2015.
Rangkaian program PK dimulai kurang lebih tiga minggu sebelum pelaksanaan PK-26
yaitu 27 Desember 2014, yang disebut sebagai masa Pra-PK. Tugas pertama yang
diberikan oleh panitia adalah pemilihan ketua angkatan, hal yang paling mendasar
dalam suatu perkumpulan. Bukan hal yang mudah untuk mengumpulkan sekitar 90
orang yang belum saling mengenal, bahkan belum pernah bertatap muka; namun juga
bukan merupakan hal yang sulit, terlebih di era saat ini dimana komunikasi dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat. Dari lima peserta yang mencalonkan diri, dilakukan
proses voting melalui milis, dua peserta yang memiliki jumlah suara paling banyak
dinyatakan lolos untuk maju ke putaran kedua. Pada putaran kedua masing-masing
kandidat mendapatkan pertanyaan dari peserta PK-26 terkait visi dan misi serta
komitmen mereka untuk memimpin PK-26, berdasarkan hasil musyawarah pada 30
Desember 2014, akhirnya saudari Meranti yang terpilih. Pada 6 Januari 2015, jumlah
peserta yang mengikuti PK-26 ditetapkan menjadi 122 peserta, data tersebut didapatkan
setelah proses komunikasi yang panjang antara pengurus angkatan dengan peserta.
Peserta dibagi dalam 8 kelompok untuk memudahkan proses komunikasi dan
koordinasi, nama kelompok diambil dari jenis-jenis kopi di Indonesia, seperti Wamena,
Luwak, Sidikalang, Flores, Kintamani, Arang, Gayo dan Toraja. Selama masa pra-PK
ini peserta mendapatkan berbagai penugasan, tugas yang diberikan ada yang bersifat
individu, kelompok, dan angkatan.
Sebagian besar dari peserta PK26 sudah mempunyai pekerjaan, sebagian lagi
sudah kuliah di Perguruan Tinggi dalam negeri namun baru mendapat kesempatan
untuk ikut PK dan sebagian lagi sedang dalam persiapan (pelatihan bahasa inggris)
sebelum kuliah. Mengerjakan tugas-tugas kantor atau tugas kuliah di pagi hari dan
mungkin hingga malam hari, setelah itu dilanjutkan dengan mengerjakan tugas-tugas
pra-PK menjadi rutinitas keseharian menjelang masa-masa PK itu. Hal yang lebih berat
mungkin dirasakan bagi peserta tambahan, yang baru diinformasikan 7 hingga 10 hari
lebih lambat dari pada yang lain, karena harus mengumpulkan tugas dengan deadline
yang sama dengan peserta lainnya.
Satu hal yang menarik dari tugas pra-PK ini adalah antara peserta yang satu
dengan yang lainnya belum pernah bertatap muka langsung, sehingga belum
mengetahui karakter masing-masing. Namun pembagian tugas angkatan dan kelompok
bisa berjalan dengan baik. Modal kepercayaan kepada teman bahwa yang bersangkutan
bisa mengerjakan tugas yang diberikan adalah kunci dalam pembagian tugas ini.
Sebagian besar kegiatan PK di handle bukan oleh panitia, namun oleh peserta PK
seperti persembahan pembukaan yang berupa tari-tarian, olahraga setiap pagi, ice
breaking, stand up comedy, upacara bendera, social creative contribution, acara
penutupan dan lai-lain. Semua itu harus dirancang sendiri oleh tim-tim (peserta PK)
yang nota bene antara tim itu hanya mengenal satu sama lain melalui email atau
whatsApp.
Perjuangan para Gardapati Pertiwi belum selesai hingga PK26 resmi dibuka.
Agenda PK26 disusun oleh panitia, namun bukan berarti peserta tinggal mengikuti
susunan acara yang ada. Justru di masa-masa inilah perjuangan peserta lebih berat.
Hari pertama bisa dibilang merupakan hari yang sangat berat. Hari di mana
peserta PK26 beradaptasi dengan atmosfir PK yang benar-benar sangat berbeda hampir
180 derajat dengan rutinitas keseharian. Kegiatan hari itu diisi dengan membuat yel-yel
kelompok, jargon angkatan, membahas tata tertib dan mendengarkan materi.
Keseluruhan agenda hari itu berakhir pada pukul 22.00 WIB. Agenda panitia selesai
bukan berarti peserta bisa langsung beristrahat dengan tenang. Masih ada banyak
agenda lain. Rapat angkatan tidak bisa dianggap sepele, sangat susah untuk menyatukan
persepsi dari 122 kepala untuk menjadi sebuah kesepakatan yang bisa diterima oleh
semua pihak. Dalam rapat angkatan itu mekanisme pemilihan ketua angkatan yang baru
merupakan salah satu agendanya. Setelah memilih ketua angkatan yang baru masih ada
agenda lain. Yah.. tugas kelompok menanti. Semua kelompok memisahkan diri mencari
tempat yang tenang untuk mengerjakan daily report yaitu resume setiap materi,
e-newspaper, chipstory dari live tweet dan posting agenda PK di Facebook. Dalam
waktu yang bersamaan semua kelompok juga harus mendiskusikan konsep dance
kontemporer yang akan ditampilkan pada keesokan harinya. Dalam situasi seperti ini
skill management waktu dan kepemimpinan sangat dibutuhkan. Di sinilah laboratorium
untuk mempraktekkan langsung ilmu manajemen yang mungkin peserta sudah peroleh
dalam beberapa pelatihan atau seminar di tempat masing-masing. Hari itu peserta hanya
tidur rata-rata satu setengah jam hingga bangun lagi dini hari untuk berolahraga. Pada
hari-hari berikutnya, oleh instruksi ketua angkatan, pengerjakan tugas kelompok tidak
lagi dikerjakan di tempat yang terpisah dengan kelompok lain, namun dalam satu
ruangan (auditorium) untuk lebih memudahkan kordinasi.
Lima orang dalam satu kelompok melakukan pelanggaran (entah itu terlambat,
tidak mematikan HP, atau kedapatan tidur selama sesi berlangsung) maka ketua
kelompok harus diganti. Demikian juga ketika lima kelompok berganti ketua, maka
ketua angkatan pun harus berganti. Selama masa PK26 berlangsung, dari tanggal 24
sampai 29 januari 2015, sebanyak 4 kali ketua angkatan diganti sehingga total ketua
angkatan PK26 hingga akhir adalah 5 orang. Mereka adalah Meranti, Ananta, Yudistira,
Senoyoda hingga yang terakhir Sony. Masing-masing memimpin angkatan hanya dalam
durasi 1 hari bahkan ada di antaranya yang hanya dalam hitungan jam, karena terpilih
pada malam hari dan harus diganti lagi pada dini hari. Berdasarkan informasi, PK26
memecahkan rekor dengan ketua angkatan terbanyak (hahaha). Panitia sangat jeli dalam
melihat kesalahan peserta, kesalahan kecil saja yang dilakukan oleh peserta dapat
berdampak besar terhadap angkatan. Mengapa? Karena akumulasi dari pelanggaran
individu peserta akan mengakibatkan pergantian ketua angkatan. Waktu yang
seharusnya digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas lain harus tersita dengan
pemilihan ketua angkatan yang baru. Oleh karena itu, dalam PK ini yang dibutuhkan
adalah kesadaran dari masing-masing individu peserta PK26 agar sebisa mungkin
meminimalisir kesalahan.
Setiap peserta PK26 wajib menahan ego masing-masing. Mematikan handphone
dan menahan rindu untuk berkomunikasi kepada orang-orang yang dikasihi adalah
wajib. Sebenarnya ada waktu untuk menyalakan handphone dan menghubungi mereka,
tapi percayalah, jika anda menjadi peserta PK26 anda akan memilih untuk tidak
menghubungi mereka, bahkan membiarkan handphone tetap mati, bisa jadi menjadi
pilhan terbaik. Setiap menit bahkan detik selama PK26 sangat berharga, baik untuk
rapat angkatan, kelompok maupun mengerjakan tugas. Bahkan kadang peserta harus
rela untuk melewatkan makan siang saking padatnya jadwal.
Hari ketiga PK26, tepatnya tanggal 26 januari 2015. Salah satu agendanya
adalah social creative contribution (SCC) yang diimplementasikan melalui penanaman
mangrove di taman ekowisata mangrove Jakarta dengan mengusung tema “Menanam
Bakau, Menanam Masa Depan”. Kegiatan SCC ini akan dibahas khusus dalam satu
topik tulisan. Keesokan harinya, selasa 27 januari 2015, satu hari full diisi dengan
kegiatan outbond di Kandank Jurank Doank, yang berlokasi di Tangerang. Peserta
berangkat pukul 04.45 am dan pulang pukul 23.00 pm WIB. Beragam permainan
dipersiapkan oleh tim dari Kandank Jurank Doank, yang kesemuanya bukan sekedar
permainan namun mempunyai nilai-nilai tertentu dari setiap jenis permainan.
Keseluruhan kegiatan outbond ini, termasuk nilai-nilai yang ditanamkan akan dibahas
dalam satu topik tulisan.
Malam menjelang hari penutupan PK26 merupakan hari yang paling sibuk dari
semua hari. Setelah selesai mendengarkan materi pada pukul 22.30 WIB, berbagai
kegiatan sudah menunggu untuk dikerjakan. Tugas kelompok untuk membuat daily
report yang biasanya dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok, hari itu hanya
boleh dikerjakan oleh maksimal dua orang saja dengan deadline waktu yang sama.
Sedangkan yang lain harus ikut terlibat dalam membuat ornamen-ornamen untuk
dekorasi tenda dan panggung penutupan. Di setiap pojok ruangan semua tampak sibuk
dan sangat serius dengan peralatan gunting, benang, balon, pipet, poster dan sebagainya.
Sebagian sibuk mengetik daily report di depan monitor laptop. Sebagian lagi ada di
halaman wisma mendekorasi tenda dan panggung, sedangkan sisahnya sibuk latihan
menari untuk acara penutupan. Tidak ada satu peserta pun yang terlihat santai malam
itu. Bagus tidaknya atau berkesan atau tidaknya PK26 sangat ditentukan oleh sukses
atau tidaknya acara di esok hari.
Menjelang pukul 03.00 am beberapa peserta terlihat sudah menutup mata dengan
mulut terbuka di depan layar laptop, ada pula yang duduk dengan kepala di atas meja
sambil memegang gunting namun dengan mata tertutup. Hal yang wajar mengingat hari
sebelumnya selama seharian full dari pukul 04.45 am hingga pukul 23.30 pm
melakukan outbond di kandank jurank doank. Walaupun demikian, bukan berarti
mereka tertidur hingga acara penutupan dimulai. Hanya sekitar 30 menit, maksimal 1
jam peserta yang tertidur bangun lagi dan begantian dengan peserta yang lain untuk
beristrahat. Bahkan dari 122 peserta itu ada yang tidak tidur sama sekali. Waktu, tenaga,
pikiran dan perasaan yang dikorbankan semuanya terbalaskan dengan suksesnya acara
penutupan PK26. Tidak ada yang sia-sia, semua tampak bahagia dengan hasil kerja
kerasnya. Penutupan PK26 diwarnai dengan nuansa pakaian tradisional nusantara dari
Sabang sampai Merauke. Tak hanya itu, juga disuguhkan aneka kuliner khas daerah dan
souvenir yang dibawah oleh masing-asing peserta.
PK26 telah selesai,banyak pelajaran berharga yang diperoleh oleh semua
peserta, baik melalui materi yang dibawakan oleh beberapa tokoh-tokoh penting
Indonesia maupun melalui setiap proses di PK26. PK26 sesungguhnya barulah tahap
awal dari perjuangan para ksatria cendekia bumi pertiwi. Perjuangan akan terus
berlanjut melalui pendidikan yang akan ditempuh baik di dalam maupun di luar negeri.
Semua peserta kelak akan mempunyai beragam profesi dan keahlian masing-masing.
Namun dengan ikrar yang sama bahwa semua akan kembali ke tanah air bersinergi demi
membangun Indonesia yang gemilang, Indonesia emas 2045.

Anda mungkin juga menyukai