Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITAN

1.1 Landasan Teori dan Konsep

1.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu

pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan

pembangunan. Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi

pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja,

dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai

pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga

kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering

digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui

pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan

sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi Todaro dan Michael P (dalam

Bhinadi, 2003).

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang

bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja

diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan

daerah lainnya, negara satu dengan negara lain. Namun secara umum ada suatu

kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan

(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).


Pengertian pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan

ekonomi (economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Bruto

(PDB) yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sadono

Sukirno, 2000). Pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya

pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan

manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses

yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan

kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Sedangkan berdimensi jamak dalam

hal ini artinya membahas komponen-komponen non ekonomi (Todaro dan Michael P

, 2000).

Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan

perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan

lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan ekonomi,

pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todoro dan

Michael P, 2000). Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,

pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-

upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses

perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan

(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditunjukkan bagi pemantapan


stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan oleh keadaan pembangunan secara

kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus

mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab

masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang

sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

1.1.2 Pengertian Pembangunan Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup

pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih

baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan

perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu

untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap

kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya

manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini

mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah

tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan

merangsang kegiatan ekonomi menurut Arsyad Lincolin (dalam Dwi Suryanto 2011:

23).
Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

melibatkan pembentukan instuisi baru, pembangunan alternatif baru, perbaikan

tenaga kerja baru yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi

barang-barang baru, dan tranformasi pengetahuan (Adisasmita 2005 dalam Manik

2009 : 32).

1.1.3 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan kapasitas dalam jangka panjang dari

negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh

adanya kemajuan teknologi institusional (kelembagaan) dan idiologis terhadap

berbagai tuntutan keadaan yang ada. (Simon Kuznetz dalam Todaro, 2004: 99).

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan

kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-

jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena

pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor

produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan

menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh

masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan


masyarakatsebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat, dengan kata lain

bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat

kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data

Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market

value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang

dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu

tahun). Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan

ekonomi, kedua istilah ini mempunyai arti yang sedikit berbeda. Kedua-duanya

memang menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Tetapi

biasanya, istilah ini digunakan dalam konteks yang berbeda. Pertumbuhan selalu

digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang menggambarkan tingkat

perkembangan sesuatu negara, yang diukur melalui persentasi pertambahan

pendapatan nasional riil. Istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan

perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Dengan kata lain, dalam

mengartikan istilah pembangunan ekonomi, para ahli ekonomi bukan saja tertarik

kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada

modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian

yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan

pembagian pendapatan ( Sadono Sukirno, 2006: 423).

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas

produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan

nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jumlah balas jasa riil


terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada

tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar

hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat

bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi

mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke

periode lainnya. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan

meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-

faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang

modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga

kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan

meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Sadono Sukirno (dalam Dwi

Suryanto, 2011: 22).

Suatu perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika

jumlah barang dan jasa meningkat. Jumlah barang dan jasa dalam perekonomian

suatu negara dapat diartikan sebagai nilai dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai

PDB ini digunakan dalam mengukur prsentase pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Perubahan nilai PDB akan menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa

yang dihasilkan selama periode tertentu. Selain PDB, dalam suatu negara juga dikenal

ukuran PNB (Produk Nasional Bruto) serta Pendapatan Nasional (National Income).

Definisi PDB yaitu seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor atau
lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu domestik atau agregat.

Salah satu kegunanaan data-data pendapatan Nasional adalah untuk menentukan

tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara dari tahun ke tahun.

Dalam perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pada harga-harga yang berlaku

pada tahun tersebut. Apabila menggunakan harga berlaku, maka nilai pendapatan

nasional menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Perubahan tersebut dikarenakan oleh pertambahan barang dan jasa dalam

perekonomian serta adanya kenaikan-kenaikan harga yang berlaku dari waktu ke

waktu. Pendapatan nasional berdasarkan harga tetap yakni perhitungan pendapatan

nasional dengan mengunakan harga yang berlaku pada satu tahun (tahun dasar) yang

seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-

tahun berikutnya. Nilai pendapatan nasional yang diperoleh secara harga tetap ini

dinamakan pendapatan nasional riil.

Perhitungan pertumbuhan ekobomi biasanya menggunakan data PDB triwulan

dan tahunan. Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam satu periode

(Rahardja Prathama, 2000 : 178), yaitu :

Gt = ………………………………..….(1)

Dimana :

Gt = Pertumbuhan Ekonomi t ( Triwulan atau Tahunan)

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t ( berdasarkan harga konstan)

PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya


Jika interval lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi

dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial :

PDBRt = PDBRo (1+r)²…………………………………………(2)

Dimana :

PDBRt = PDBR periode t

PDBRo = PDBR periode 0

r = Tingkat Pertumbuhan

t = Jarak Periode

1.1.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-

barang modal, luas tanah dan kekayaan alam,serta tingkat teknologi yang digunakan.

Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor,

ahli-ahli ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh

pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang

semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti

pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya,

apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian
modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat

keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan

ekonomi terwujud, keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila

penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan

ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka

kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat

kemakmuran yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan

telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stasionary State). Pada keadaan ini

pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut

pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu

menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat

kekurangan penduduk produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan

perkapita maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan

tetapi apabila penduduk sudah semakin banyak hukum hasil tambahan yang semakin

berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mulai

mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan

perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah

akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal

telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita

mencapai nilai yang maksimum, jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan

penduduk optimum.
2) Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik

Teori pertumbuhan Neo Klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow dari

Amerika Serikat dan TW. Swan dari Australia menurut teori ini tingkat pertumbuhan

berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja

dan peningkatan teknologi. Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik

menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna dalam

keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Teori pertumbuhan

Neo-Klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda dibandingkan dengan teori

Klasik yaitu dari segi penawaran menurut teori ini pertumbuhan ekonomi bergantung

kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan pandangan ini dapat

dinyatakan dengan persamaan:

Y=TKtα Lt 1-α....................................................................................(3)

dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan T adalah

teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi (total factor productivity) ditentukan

secara eksogen model neoklasik Solow terkadang juga disebut model pertumbuhan

eksogen (exogeneous growth model). Usaha untuk memperbaiki kekurangan model

Solow, dinyatakan dengan memecah total faktor produktivitas dengan memasukkan

variabel lain dimana variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model

pertumbuhan yang demikian disebut model pertumbuhan endogen (endogeneous

growth model).
Model pertumbuhan endogen menganggap bahwa perdagangan internasional

penting sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dalam model ini

perdagangan internasional diukur melalui aktivitas ekspor dan impor, yaitu:

Y = F (Ai, Ki, Li)..........................................................................(4)

dimana : Y adalah output, Aadalah indeks produktivitas, K adalah modal, L adalah

tenaga kerja, i adalah tahun, sedang indeks produktivitas (A) adalah fungsi dari

ekspor (X) dan impor (M), yakni:

Ai= F (Xi, Mi)..............................................................................(5)

2.1.5 Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dan telah menetapkan

batas usia kerja menjadi 15 tahun atau lebih. Tenaga Kerja atau Man Power adalah

seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika

ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi

dalam aktivitas tersebut. (Subri, Mulyadi, 2003: 59).

Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang

selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara

tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan

angkatan kerja diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya

bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan mereka yang tidak
melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak

bekerja atau mencari pekerjaan. Disnaker (dalam Avanda Fahri Atahrim, 2013)

Motivasi tenaga kerja bekerja pada suatu industri berbeda-beda dari satu kelas

ke kelas lainnya. Bagi karyawan yang berada pada kelas atas dan menengah mereka

bekerja untuk (1) menghilangkan kebosanan, (2) menambah penghasilan keluarga,

(3) memenuhi keinginan untuk berkreativitas dan (4) meneruskan hobi. Pada

karyawan tingkat rendah umumnya mereka bekerja untuk: (1) kebiasaan bekerja sejak

dulu, (2) keinginan mempertahankan standar hidup, (3) desakan ekonomi keluarga.

Scheider (dalam Abdi, 2007).

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara

tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan

ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat

produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar

domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah

benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak

positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. (Todaro, 2000).

Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas dan keterampilan tenaga kerja, banyak

ekonomi percaya bahwa kualitas input tenaga kerja yakni keterampilan, pengetahuan

dan disiplin tenaga kerja merupakan elemen paling penting dalam pertumbuhan

ekonomi. Suatu negara yang mampu membeli berbagai peralatan canggih tapi tidak

mempekerjakan tenaga kerja terampil dan terlatih tidak akan dapat memanfaatkan

barang-barang modal tersebut secara efektif. Peningkatan melek huruf, kesehatan dan
disiplin serta kemampuan menggunakan komputer sangat meningkatkan

produktivitas tenaga kerja. (Samuelon dan Nordhaus, 2001).

2.1.6 Tabungan

Tabungan merupakan bagian dari pendapatan suatu periode tertentu yang

tidak habis dikonsumsi pada periode bersangkutan. Tabungan suatu negara dapat

dibagi menjadi tabungan domestik dan tabungan luar negeri (dalam Triyanto, 2009:

31).

Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto) merupakan pendapatan total

dalam sebuah perekonomian sekaligus pengeluaran total atas output barang dan jasa

dalam perekonomian yang sama (Mankiw,2003 : 92).

Y = C + I + G+ Nx………………………………………………………….(6)

Dimana : Y = GDP

C = Konsumsi

I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah

Nx = Ekspor bersih

Pendapatan total yang tersedia dalam perekonomian setelah dipakai untuk

konsumsi dan pembelian pemerintah disamakan dengan tabungan nasional.

S = I, maka Y – C – G = S…………………………………………….…..(7)
Anggap bahwa T adalah jumlah pajak yang dibayar rumah tangga kepada pemerintah,

maka :

S = ( Y- T – C ) + ( T – G )…………………………… ………………….(8)

Tabungan swata merupakan jumlah pendapatan yang tersisa yang dibagi

pemerintah setelah dipotong belanja pemerintah belanja pemerintah sehingga apabila

pajak yang diterima lebih besar dari pengeluaran untuk membeli barang dan jasa, hal

tersebut mejandi surplus anggaran hal ini merupakan tabungan publik. Tabungan

merupakan salah satu jenis pembiayaan dalam negeri. Tabungan dihimpun dan

diciptakan dengan cara menghemat atau menekan konsumsi baik pemerintan maupun

swasta dan masyarakat (dalam Triyanto, 2009 : 32).

2.1.7 Investasi

1) Pengertian Investasi

Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus

meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber

dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (Sadono Sukirno, 2000) :

a. Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga

kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan

nasional serta kesempatan kerja.

b. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah

kapasitas produksi.
c. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

2) Jenis-jenis Investasi

Jenis-jenis Investasi berdasarkan ke khususan tertentu dari kegiatannya dibagi

dalam beberapa kelompok yaitu ( dalam Harapan, 2009: 18).

1. Investasi Baru

Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik

sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan

produksi, tetapi harus menggunakan sistem produksi baru.

2. Investasi Peremajaan

Investasi jenis ini umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang

kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos

produksi yang sama dengan alat yang digantikannya.

3. Investasi Rasionalisme

Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan

ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang

digantikannya.

4. Investasi Perluasan

Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama.

Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.

5. Investasi Modernisasi
Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses

baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru.

6. Investasi Diversifikasi

Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai

dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan.

Jenis- jenis investasi berdasarkan pelaku terbagi dua yaitu :

1) Investasi yang terdorong (Induced Invesment), yakni investasi yang tidak

diadakan akibat adanya penambahan perminntaan, pertambahan permintaan

yang di akibatkan pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan

bertambah, maka tambahan permintaan akan di gunakan untuk konsumsi,

sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan.

Sudah pasti apabila ada tambahan permintaan, maka akan mendorong

berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi

tambahan permintaan tersebut.

2). Investasi otonom (Outonomou Invesment), yaitu investasi yang di laksanakan

atau diadakan secara bebas, artinya investasi yang di adakan bukan karena

pertambahan permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau

menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung

kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau daerah, investasi otonom

berarti pembentukan modal yang tidak di pengaruhi oleh pendapatan

naasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak


menentukan jumlah investasi yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan.

(Sadono Sukirno,2004: 108).

2) Sumber-sumber dana Investasi

a. Investasi oleh masyarakat swasta nasional

b. Investasi oleh pihak asing

Investasi oleh masyarakat lebih banyak di lakukan dengan tujuan

mendapatkan keuntungan atau motif bisnis begitu juga dengan investasi asing

atau penanaman modal luar negeri dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau

motif bisnis di lain sisi kita mendapatkan dampak positifnya.

3) Pengaruh Investasi Dalam Perekonomian

Investasi dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh

kepada perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni

daerah, karena dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada

kegiatan ekonomi tertentu. Investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses

produksi akan menciptakan lapangan kerja, menciptakan barang-barang dan jasa

untuk di pasarkan kepada konsumen, dan interaksi antara produsen dalam hal ini

investasi, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang

atau jasa, dan pada giliranya akan menciptakan kemejuan perekonomian dalam

suatu negara. Adanya fluktuasi dalam investasi seperti yang terlihat dalam ’’

business cycle’’ merupakan salah satu dampak dari adanya investasi di dalam

suatu perekonomian. Pengeluaran investasi merupakan topik utama dalam

ekonomi makro karena dua alasan berikut:


a. Fluktuasi investasi sangatlah besar sesuai dengan perubahan GDP (Gross

Domestc Product), misalnya karena adanya business cycle.

b. Pengeluaran investasi menentukan tingkat pertambahan stok kapital dalam

perekonomian dimana stok kapital ini sangat menentukan tingkat

pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang ( Nangan, 2005 :131 )

2.1.8 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari

kebijakan fiskal, yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya

perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran

pemerintah setiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam

rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu

atau mendorong pertumbuhan ekonomi (Sadono Sukirno, 2000)

Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat

dibedakan menjadi sebagai berikut : UU Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Suparmoko, 2004).

Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada

pertumbuhan ekonomi. Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah

tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan


penduduk. Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah

diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah (Kuncoro, 2004).

Hubungan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap

pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan

tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi

pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus

menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan

sebagainya (Mangkoesoebroto, 2002: 170).

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,

namun pada tahap ini peran investasi swasta sudah semakin besar. Peran pemeirntah

tetap besar pada tahap menengah, oleh karena itu peran swasta yang semakin besar

ini banyak menimbulkan kegagalan pasar (market failure), dan juga menyebabkan

pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih

banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan

ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang sudah semakin rumit

(complicated). Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan

sektor industri, makin tinggi tingkat pencemaran udara dan air, dan pemerintah harus

turun tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap

masyarakat. Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang

lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dalam suatu proses

pembangunan menurut Musgrave, rasio investasi swasta dalam persentase terhadap


GNP semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase terhadap

GNP akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow

berpendapat bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari

penyediaan prasarana pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program

kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan dan sebagainya

(Mangkoesoebroto Guritno, 2002: 170).

Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari pengamatan

atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara, tetapi tidak

didasari oleh suatu teori tertentu. Selain itu tidak jelas, apakah tahap pertumbuhan

ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap, atau beberapa tahap dapat terjadi secara

simultan.

1. Hukum Wagner, Wagner melakukan pengamatan terhadap negara-negara

Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19 yang menunjukkan

bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin

meningkat. Peacock dan Wiseman, mereka mengemukakan pendapat lain

dalam menerangkan perilaku perkembangan pemerintah. Mereka

mendasarkannya pada suatu analisis “dialektika penerimaan-pengeluaran

pemerintah”. Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya

dengan mengandalkan penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak

menyukai pembayaran pajak yang kian besar.

2. Peacock dan Wiseman mereka mengemukakan pendapat lain dalam

menerangkan perilaku perkembangan pemerintah, mereka mendasarkannya


pada suatu analisis “dialektika penerimaan-pengeluaran pemerintah”.

Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan

mengandalkan penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak menyukai

pembayaran pajak yang kian besar. Mengacu pada teori pemungutan suara

(voting), mereka berpendapat bahwa masyarakat mempunyai batas toleransi

pajak, yakni suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya

pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala

yang membatasi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak secara tidak

semena-mena atau sewenang-wenang. Mengacu pada teori pemungutan suara

(voting), mereka berpendapat bahwa masyarakat mempunyai batas toleransi

pajak, yakni suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya

pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala

yang membatasi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak secara tidak

semena-mena atau sewenang-wenang. Menurut Peacock-Wiseman,

perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak meningkat yang

meskipun tarif pajaknya mungkin tidak berubah, pada gilirannya

mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat pula. Jadi dalam keadaan

normal, kenaikan pendapatan nasional menaikkan pula baik penerimaan

maupun pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal jadi terganggu,

katakanlah karena perang atau ekstemalitas lain, maka pemerintah terpaksa


harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan dimaksud.

Konsekuensinya, timbul tuntutan untuk memperoleh penerimaan pajak lebih

besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana swasta untuk

investasi dan modal kerja menjadi berkurang.

2.1.9 Hubungan Antara Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2004: 93) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga

kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu

pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah

tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran

pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan

apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang benar–benar cepat akan memberikan

dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan

bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada

kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara

produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut

dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor

penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi (dalam Avanda Fahri

Atahrim,2013). Dengan itu dapat diartikan bahwa tenaga kerja berhubungan postif

dengan pertumbuhan ekonomi.


2.1.10 Hubungan Tabungan dengan Pertumbuhan Ekonomi

Tabungan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat

pendapatan suatu daerah yang ditentukan oleh pendapatan disposibel atau pendapatan

setelah dikurangi pajak. Pendapatan disposibel yang digunakan untuk menabung

merupakan pendapatan yang tersisa karena tidak habis digunakan untuk konsumsi.

Secara tidak langsung tabungan masyarakat ditentukan oleh besarnya pendapatan dan

juga besarnya konsumsi. Selain itu, tabungan ini juga ditentukan oleh tingkat suku

bunga. Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan

untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat lebih

terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna

menambah tabungan (Suparmoko,2002). Jika tingkat suku bunga naik, maka

masyarakat akan cenderung untuk menabung dan mengurangi konsumsinya dan

sebaliknya. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa tabungan berhubungan

postif dengan pertumbuhan ekonomi.

2.1.11 Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa cara untuk meningkatkan investasi, diantaranya yaitu:

meningkatkan tabungan dengan mengurangi konsumsi, pemerintah menjual obligasi

dengan bunga menarik sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya, pembatasan

impor barang- barang konsumsi bila memungkinkan membatasai barang- barang

kapital agar ada inovasi di dalam negeri, mengadakan pinjaman luar negeri, dan
memperluas sektor perdagangan luar negeri dengan menaikkan “ terms of trade”

(Suparmoko, 2002: 262).

Investasi adalah komponen yang sangat penting dalam pembangunan

ekonomi. Dari beberapa komponen percepatan pertumbuhan ekonomi seperti

akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan kemajuan teknologi, invesatasi

sebagai akumulasi modal menjadi faktor yang dominan dalam memperbaiki dan

melipatgandakan kualitas sumber daya fisik dan sumber daya manusia (Todaro &

Smith, 2006). Investasi di sektor produktif adalah semua jenis investasi atau

penanaman modal yang menambah sumber daya baru yang nantinya akan

meningkatkan stok modal suatu negara sehingga pada gilirannya nanti akan

meningkatkan tingkat output dan pendapatan nasional (Arsyad Lincolin, 2004: 214).

Pendapatan perkapita merupakan indikator untuk melihat daya beli suatu daerah.

Pendapatan perkapita yang tinggi pada suatu daerah artinya daya beli daerah tersebut

juga tinggi. Hal ini berarti menunjukkan pasar domestik yang efektif terutama untuk

berinvestasi. Oleh karena itu, pendapatan perkapita suatu daerah juga merupakan

salah satu hal yang dipertimbangkan para investor untuk berinvestasi. Dengan kata

lain, dapat diartikan bahwa investasi berhubungan positif terhadap pertumbuhan

ekonomi. (Kuncoro Mudrajad, 2004: 203).

2.1.12 Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut pendapat Keynes dalam (Sadono Sukirno, 2000) bahwa peranan atau

campur tangan pemerintah masih sangat diperlukan yaitu apabila perekonomian


sepenuhnya diatur olah kegiatan di pasar bebas, bukan saja perekonomian tidak selalu

mencapai tingkat kesemptan kerja penuh tetapi juga kestabilan kegiatan ekonomi

tidak dapat diwujudkan. Akan tetapi fluktuasi kegiatan ekonomi yang lebar dari satu

periode ke periode lainnya dan ini akan menimbulkan implikasi yang serius kepada

kesempatan kerja, pengangguran dan tingkat harga.

Pengeluaran pemerintah akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan

perekonomian suatu negara. Kaidah ini dikenal dengan hukum Wagner, yaitu adanya

korelasi positif antara pengeluaran pemerintah dengan pendapatan nasional.

Walaupun demikian, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu berakibat baik

terhadap aktivitas pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, perlu juga dilihat dari

efisiensi penggunaan pengeluaran pemerintah tersebut (Susanti, 2000). Dengan kata

lain dapat diartikan bahwa pengeluaran pemerintah berhubungan positif dengan

pertumbuhan ekonomi.

2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya

Suryanto (2011) dalam skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Tenaga Kerja,

Tingkat Pendidikan dan pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Subosukawonosraten Tahun 2004-2008 menyebutkan bahwa tenaga kerja, tingkat

pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi. Variabel bebas dari penelitian ini adalah tenaga kerja, tingkat pendidikan

dan pengeluaran pemerintah dan variable terikat dari penelitian ini adalah

pertumbuhan ekonomi.
Sintya (2015) dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Investasi dan Ekspor

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali

menyebutkan bahwa investasi dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi, investasi dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja. Variabel bebas dari penelitian ini adalah investasi

dan ekspor dan variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi.

Yesika (2015) dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah

(PAD), Tenaga Kerja dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali

menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah, tenaga kerja dan investasi secara

serempak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi bali dan

pendapatan asli daerah, tenaga kerja dan investasi secara parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi bali. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, tenaga kerja dan investasi dan variabel

bebasnya adalah pertumbuhan ekonomi.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.

Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara

atas masalah yang dirumuskan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut

(Sugiyono, 2009: 96) :


1. Diduga bahwa tenaga kerja, tabungan, investasi dan pengeluaran pemerintah

secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Provinsi Bali Tahun 1996-2013.

2. Diduga bahwa tenaga kerja, tabungan, investasi dan pengeluaran pemerintah

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Bali Tahun 1996-2013.

Anda mungkin juga menyukai