I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pemanfaatan sumberdaya
alam secara optimal dengan menyeimbangkan ketersediaan sumberdaya alam dan
kebutuhan manusia saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan generasiyang akan
datang (WCED 1987). Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tuntutan
kebutuhan manusia menyebabkan manusia mengeksploitasi sumberdaya alam
tanpa memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan. Sebagai
akibatnya, terjadi penurunan kualitas lingkungan (Muta'ali2012). Pembangunan
berkelanjutan memiliki tiga makna yakni a) pemanfaatan sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengabaikan kebutuhan generasi di
masayang akan datang; b) pemanfaatan sumber daya alam tidak melebihi daya
dukung lingkungan; danc) mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam.
Masalah kependudukan merupakan masalah penting didunia,terutama bagi
negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu
permasalahan kependudukan itu adalah pertambahan penduduk yang pesat.
Pertumbuhan penduduk yang pesat akan mendorong perubahan penggunaan lahan
antara lain untuk tempat tinggal dan fasilitas pembangunan. Luas daratan
permukaan bumi relatif tetap sedangkan kebutuhan manusia akan ruang tempat
tinggal terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk dunia saat ini sekitar 7.1 milyar dan Indonesia memiliki
jumlah keempat terbanyak didunia yakni 238 juta jiwa. Jumlah penduduk dunia 1
milyar terjadi pada tahun 1804 dan membutuhkan waktu 123 tahun untuk
mencapai 2 milyar. Namun pada abad ke 20 waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai 6 milyar hanya 72 tahun. Berarti pertumbuhan penduduk dunia dari
waktu ke waktu semakin relatif cepat. Demikian juga yang terjadi diIndonesia,
antara tahun1950 sampai dengan tahun 2010 pertumbuhan penduduk sekitar 1.4–
2.6 persen/tahun (Kodoatie2013). wilayah perkotaan, dimana perubahan
penggunaan lahan berlangsung dengan sangat dinamis(Pribadi et al.2006).
United Nations Development Programme/UNDP (1997) menjelaskan bahwa
ada dua permasalahan pokok dalam bidang permukiman yang dalam jangka
panjang masih akan dihadapi Indonesia, yaitu: (1) pembangunan permukiman
baru untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk. Diperkirakan 1.75juta unit
rumah dan sekitar 30000 ha tanah permukiman tiap tahun harus dibangun untuk
mengakomodasi pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2020 dan (2)
pengelolaan permukiman yang telah ada untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia dan sumberdaya sosial yang hidup didalamnya.
Seiring meningkatnya aktivitas semburan api (erupsi), Gunung Sinabung
telah mencapai status “awas” atau di level empat. Gunung yang tertidur selama
1600 tahun ini diperkirakan akan meletus. Keadaan ini membuat sebagian besar
masyarakat yang tinggal di Kabupaten Karo semakin cemas. Apalagi ribuan
warga telah diungsikan dari tempat tinggal mereka.
Sampai saat ini, tumpahan debu vulkanik Gunung Sinabung menyebabkan
rusaknya lahan pertanian dan perkebunan. Petani mengalami rugi besar. Kepala
Dinas Pertanian Karo Agustoni Tarigan mengatakan, erupsi Sinabung pada
September dan Oktober lalu menyebabkan penurunan hasil pertanian Karo
terutama sayur-mayur hingga 30 persen. Penurunan produksi sayur dan buah-
buahan menyebabkan kerugian Rp 70 miliar (Tempo.co, 12/11/2013). Salah satu
upaya pemerintah dalam penanggulangan bencana dengan penempatan
masyarakat korban gunung sinabung di lokasi baru.
Dengan terjadinya dinamika permukiman akibat perubahan penggunaan
lahan, salah satu masalah yang timbul diKaupaten Karo adalah banyaknya daerah-
daerah yang tidak sesuai untuk permukiman dimanfaatkan oleh penduduk untuk
mendirikan perumahan.
2. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah dinamika perkembangan kawasan permukiman
baru di Pasca erupsi gunung sinabung Kabupaten Karo?
2) Bagaimanakah daya dukung lingkungan lahan untuk pengembangan
kawasan permukiman di Kabupaten karo ?
3) Apakah kawasan permukiman baru memiliki risiko bencana di
Kabupaten Karo ?
4) Apakah arahan kebijakan pembangunan permukiman berkelanjutan di
Kabupaten Karo?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan, menganalisis, dan
mendeskripsikan tentang :
1) Dinamika perkembangan kawasan permukiman diKabupaten Karo
2) Penentuan daya dukung lingkungan untuk pengembangan
kawasan permukiman baru di Kabupaten Karo .
3) Zonasi risiko bencana kawasan permukiman baru di Kabupaten Karo.
4) Arahan kebijakan pembangunan permukiman berkelanjutan di
Kabupaten Karo.
II. TINJAUANPUSTAKA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan atas dua jenis,
yaitu data primerdan data sekunder. Data primer dihasilkan dari pengukuran dan
pengumpulan dari lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen,
informasi, dan catatan resmi yang berasal dari berbagai instansi terkait. Menurut
Umar (2016), Umar et al (2017), Umar dan Dewata (2017), Umaretal (2017)
menyatakan bahwa beberapa kebutuhan peta dalam penelitian zona rawan
bencana dan kesesuaian lahan dapat dihasilkan dari beberapa sumber, antara lain:
(1) peta lereng dihasilkan dari Digital Elevation Model (DEM) menggunakan citra
Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 1 Arc Second dengan skala 1 :
25.000; (2) peta jenis tanah diturunkan dari Peta Jenis Tanah (PPT) (1990) skala
1:250.000 yang diperbesar menjadi skala 1:25.000; (3) Peta bentuk lahan
dihasilkan dari land system skala 1:250.000 yang dibuat oleh Regional Physical
Planning Program for Transmigration (1990) diperbesar menjadi skala 1:25.000;
(4) Data curah hujan bersumber dari BMKG Sicincin periode 1975-2017
diinterpolasi menjadi peta ishyet skala 1:25.000; (5) Penggunaan lahan bersumber
dari citra landsat 8+ETM tahun 2016 dan dikoreksi dengan citra Quick Bird
0.65m tahun 2013 di interpretasi menjadi peta tutupan lahan dengan skala
1:25.000; (6) Peta geologi bersumber dari Badan Geologi Bandung tahun tahu
2007 skala 1;250.000 diperbesar menjadi skala 1;25.000; dan (7) peta elevasi
bersumber dari citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 1 Arc Second
yang dirubah menjadi DEM (Digital Elevasion Model).
1. Petalereng CitraShuttleRadarTopographyMission(SRTM)1Arc
Second
2. Petajenistanah PetaJenisTanah(PPT)Bogortahun1990skala1
3. Petasistemlah RegionalPhysicalPlanningProgramfor
landsystem :250.000
1990skala1:250.000
an/
4. Datacurahhuja Transmigrationtahun
BMKGSicinperiode1975-2017
5. Petageologi BadanGeologiBandungtahuntahun2007skala1;250.0
6. nTutupanlahan Landsat7+ETMtahun2016dandikoreksidengancitraQ
00
Bird0.65mtahun2010.
7 Elevasi uick
CitraShuttleRadarTopographyMission(SRTM)1Arc
Second
Sumber: Umar (2016),Umar,et.al (2017),Umar dan Dewata (2017),Umar,et al
(2017).
kebutuhan (ά) lahan untuk permukiman 300m2 untuk 6 jiwa. Untuk penentuan
indek daya dukung permukiman (DDPm) dengan ketentuan nilai DDPm lebih
besar dari 1 (DDPm>1), sebaliknya jika nilai DDPm dibawah 1(DDPm<1) maka
tidak terdapat kemampuan wilayah untuk mendukungkawasan permukiman./
DDPm = (1)
α
Tahap selanjutnya, yakni penentuan zona risiko bencana dan kebijakan
arahan pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan. Untuk menentukan
risiko bencana RTRW yang telah disusun oleh pemerintah daerah dilakukan
pengkajian risiko bencana.Risiko bencana pada penelitian dihasilkan dari indek
kerawanan dan kerentanan (persamaan2). Dalam penentuan indek kerawanan
dilihat dari beberapa indikator, yaitu: lereng, geologi, jenis tanah, curah hujan,
morfologi, dan penggunaan lahan. Selanjutnya untuk menentukan kerawanan
indikator yang digunakan adalah kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio
orang cacat, rasio pendidikan, dan rasio umur
Buol,S.W.,F.D.Hole.,andR.J.Cracken.1980.SoilGenesisandClassification.
Canuti,P.,N.Casagli,andR.Fanti.2003.LandslideHazardforArchaeological
Harun,U.R.1992.DinamikaPenggunaanSumberdayaLahandi
JawaBarat1970-
Kustiawan,I.1997.PermasalahanKonversiLahan
PertaniandanImplikasinya terhadapPenataanRuang
Wilayah.StudiKasus:WilayahPanturaJawa Barat. JurnalPWK.8: 49-
60
Muta'ali,L.,2012.DayaDukungLingkunganuntukPerencanaan
Pengembangan Wilayah.Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Martono,D.N.,Surlan,danB.T.Sukmana.2005.AplikasiDataPengindera
an JauhuntukMendukung PerencanaanTataRuang diIndonesia.
http://io.ppi.jepang.org/article
Pribadi,D.O., D.Shiddiq,dan
M.Ermyanila.2006.ModelPerubahanTutupan LahandanFaktor-
Faktoryang Mempengaruhinya.JurnalTeknologi Lingkungan.Pusat
Pengkajian danPenerapan TeknologiLingkungan.7:
35-51
[RI]RepublikIndonesia.2007.Undang-undangRepublikIndonesiaNomor24
Sadyohutomo,M.(2008).ManajemenKota
danWilayahRealitasdanTantangan.
Sitorus,S.R.P.
2006.PengembanganLahanBerpenutupanTetapsebagaiKontrol
terhadapFaktor ResikoErosidan BencanaLongsor.Makalah.Lokakarya
PenataanRuang sebagaiWahanauntukMeminimalkanPotensiKejadian
BencanaLongsor. Jakarta. 7 Maret 2006
Syahrin,A.2003.Pengaturan
HukumdanKebijakanPembangunanPerumahan
danPermukimanBerkelanjutan.PustakaBangsa Press
Suryani,R.L.danA.Marisa.2005.Aspek-AspekyangMempengaruhi Masalah
PermukimandiPerkotaan.ProgramStudiArsitektur.FakultasTeknikUS
U. Medan
VirdinJ.W.2001.UnderstandingtheSynergiesbetweenClimateChangeand
Desertification. UNDP