Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas rahmat
hidayah dan izinNya, serta segenap usaha saya, sehingga dapat menyelesaikan laporan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Pergaulan Bebas”.
Pelaksanaan laporan karya tulis ilmiah ini tidak lain bertujuan untuk menghimbau masyarakat
khususnya di kalangan pelajar agar berhati-hati dalam bergaul. Tak lupa pula saya mengucapkan
terima kasih kepada Guru pembimbing Bahasa Indonesia yang telah membimbing saya dalam
mengerjakan laporan karya tulis ilmiah ini.
Laporan ini disusun berdasarkan penelitian, namun dalam penyusunan ini dirasa masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang mendukung dari pembaca sangat
diperlukan. Saya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi siswa-siswi dan semua pembaca
karya ilmiah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Ini sangat mengkawatirkan bagi bangsa Indonesia krisis moral yang terjadi dikalangan remaja
yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.
2.2 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis
Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap
perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua
dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut sebagai
masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada perhatian dan
bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai,
pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan
orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik yg
sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir. Usia
remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan tahun kedua setelah kita
melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari tantang kemandirian dan
bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum dari
pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap; pertumbuhan
yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia
remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan hormonal,berupa
perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu, dan penonjolan-
penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.
Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah berfungsi
secara lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir
berkembang secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa.
Tekanan darah meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa.
Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun,
tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan mental belum sempurna dan
terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah mencapai
ukuran dewasa dan fungsinya sudah berkembang secara maksimal.
Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum memasuki usia
dewasa.
Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg
sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper sepenuhnya kita
bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa
“ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang
lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang
untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau
kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan
Norton, selam ini kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa
kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar
“derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri kita.
Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara
masa kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan
secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk menghadapi masa
remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan
kewajiban-kewajiban dan kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan
baru yg lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki
sedikit peran dan pengaruh.
Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah “puber”
kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan
menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan
fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-rambut kemaluan,
yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari
masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun.
Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses
kematangn jenis kelamin.
Terlihat pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita
dalam lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada
orangtua, pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.
Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai
adolescentia atau adolesensia.
Beberapa tokoh psikologi menekankan pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja
pada perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya.
Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap
penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan terjadinya
perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek kognitif
seseorang.
Tokoh lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses
perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F. Neidhart juga
melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari kedudukan ketergantungannya
dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.
Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas
dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan
penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami
perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.
Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja”
dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12
sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa peralihan sampai
tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat
dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan
dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak
permpuan sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.
Informasi tentang seks yang salah turut memperkeruh suasana. Akibatnya remaja cenderung
ingin mencoba dan akhirnya terjerumus kepada sex bebs (free sex).
2. Lemahnya Keimanan.
Hampir semua, bila tidak mau dikatakan semua, perilaku seks bebas, tahu akan beban dosa yang
mereka terima. Tapi entah kenapa, bagi mereka hal itu 'dibelakangkan' dan menjadikan nafsu
sebagai pemimpin. Ini menunjukkan lemahnya rasa keimanan mereka.
3. Tidak adanya pendidikan sex yang benar, tepat dan dilandasi nilai-nilai agama.
4. Lemahnya pengawasan orang tua.
5. Salah dalam memilih teman
6. Seks bebas menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan suatu hal
yang amat ditekankan dan dianggap perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita.
7. Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
8. Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
9. Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah
merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
10. Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan
maupun sesama manusia.
11. Tuhan akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan
tidak terjaga.
12. Pelaku seks bebas akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak percaya.
13. Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dicium oleh orang-orang yang memiliki ‘qalbun
salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.
2.4 Jalan Keluar
- Menanamkan Nilai Ketimuran
- Mengurangi menonton televisi
- Banyak beraktifitas positif
- Menanamkan keimanan yang kokoh
- Sosialisasi bahaya pergaulan bebas
- Menegakkan aturan hokum
- Munakahat
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam pergaulan
bebas yang telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini.
Oleh karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian remaja, karang
taruna, dan kegiatan lainnya.
4.2 Saran dan Kritik
A. Saran
Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah
maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
http://abygunlar.blogspot.com/2012/05/dampak-pergaulan-bebas-terhadap-remaja.html
http://lianlubis.wordpress.com/2010/03/18/“dampak-pergaulan-bebas-terhadap-remaja/
Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz publisher
DISUSUN OLEH :
NAMA : nama
KELAS : XI IPA