Zainal Arifin,
Universitas Pendidikan Indonesia
zainalarifin@gmail.com
Abstrak
Pada awal millenium ketiga ini dunia pendidikan Indonesia khususnya pendidkan kejuruan,
dihadapkan pada tantangan global, dalam mengadapi persaingan tenaga kerja di wilayah regional Asia, baik
dalam konteks Asean Free Trade Association (AFTA) maupun Asean Free Labor Association (AFLA). Isu
penting saat ini adalah seberapa besar penyelenggaraan pendidikan kejuruan (SMK) relevan dengan
kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan dunia usaha maupun industri. Ketidaksesuaian (mismatch) ini
telah menjadi isu utama yang menyebabkan polemik berkepanjangan antara dunia usaha, dunia industri dan
dunia pendidikan. Salah satu upaya untuk mewujudkan keselarasan SMK dengan dunia industri yang perlu
dikembangkan baik oleh lembaga pendidikan maupun dunia usaha dan masyarakat adalah mengembangkan
jejaring kerjasama (cooperation networking) yang saling menguntungkan khususnya dalam mencapai tujuan
bersama. Penelitian ini bertujuan ingin memperoleh gambaran empirik tentang kerjasama kemitraan antara
SMK dengan dunia industri dalam perencanaan strategi, implementasi, efektifitas, hasil dan manfaat
kerjasama kemitraan dalam pengembangan sekolah. Pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif
naturalistik, dengan metode deskriptif dan studi kasus, serta tehnik penelitian menggunakan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umumnya semua SMK di Kota Yogyakarta telah melakukan
kerjasama kemitraan dengan industri pasangan khususnya dalam pelaksanaan program PKL/PSG. Sebagai
wujud dari kerjasama kemitraan dengan dunia industri SMK telah memiliki skenario pengembangan
kerjasama kemitraan yang dituangkan dalam RIPS, sebagai wujud implementasi manajemen stratejik, dan
kerjasama kemitraan dalam pengembangan sekolah. Namun sebagian besar SMK belum mampu
memberdayakan semua potensi industri pasangan untuk pengembangan sekolah, khususnya dalam
pengembangan sumber belajar yang dibutuhkan dalam pengembangan PBM dan unit produksi dan jasa
sebagai implementasi production base education dan work base education belum dapat diimpelementasikan.
Kata Kunci : Manajemen stratejik, kerjasama kemitraan, Sekolah Menengah Kejuruan, SMK
Abstract
This study is aimed to obtain empirical overview of partnership between the vocational school and the
industries in strategic planning, implementation, effectiveness, outcomes and benefits of partnership in
development of the school. The study applies qualitative naturalistic approac, with descriptive methods and
case studies, obtained data by using interviews, observation and documentation. To analyzed data, the
researcher used SWOT analysis and ethical-emic, in order to determine the strategic aspects, which then
became the development of alternative conceptual model of partnership, namely the development of conceptual
models developed a vision to empower all school stakeholders, especially the user, developing and revitalizing
the structure function of the development team.
The research shows that most of vocational schools, in the city of Yogyakarta, have cooperating
partnerships with industry partners, especially in the implementation of PKL/PSG (industrial job training).
Most of SMK have not been able to empower all potential industry partners for school development cooperation
programs of the most prominent is the implementation of the PKL/PSG, job training for teachers and
technicians, curriculum validation, competency assessment and employees recruitment. While the development
of learning resources needed in the development of the learning process and the unit of production and services
as a production base implementation of work base education and production base education, has not been able
implemented, and there is only one has been able to empower industry partners in the development of school.
The implications of this research, it is expected to the develop the alternative conceptual models of partnership
can be implemented in vocational schools, so as to be driven and the driver in the development of the school.
Key Word : Strategic management, partnership cooperation, vocational school, job training
SMK
OUT - PUT
PLAN DO CHECK ACTION IMPACT
IMPROVEMENT
IMPROVEMENT
mutu dan
KESENJANGAN ANALISIS Kualitas PBM
POTENSI & relevansi
TENAGA KERJA Kompetensi
PELUANG MANAJEMEN STRATEGIK KERJASAMA SMK
TRAMPIL & KOMPETEN KERJASAMA Lulusan
YANG DIBUTUHKAN KEMITRAAN SMK - DUDI
SMK - DUDI Sarana dan
Peningkatan
Fasilitas
FORMULASI Daya Serap
IMPLEMENTASI EVALUASI Belajar
STRATEGI Lulusan SMK
Budaya dan
pada DUDI
Iklim Kerja
DUNIA INDUSTRI
FEED BACK
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian tentang Efektivitas Manajemen Strategi Kerjasama Kemitraan (colaboration partnership) Pendidikan Kejuruan dengan Dunia Industri
Telah menjadi keyakinan semua bangsa yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai
di dunia bahwa pendidikan memiliki peran yang tujuan-tujuan masa mendatang (Wahyudi, 1996;
sangat besar dalam kemajuan bangsa (Suyanto, Hunger & Wheelen, 1999; Jhones, 1995; Jauch,
2007). Sebagai sebuah usaha yang terencana 1994; Budiman, 1988). Proses manajemen
institusi pendidikan mengemban tiga fungsi, strategik adalah cara yang akan dilakukan para
pertama, pendidikan berfungsi menumbuhkan penyusun strategi menentukan tujuan-tujuan dan
kreativitas peserta didik, kedua, pendidikan juga membuat keputusan-keputusan strategic
berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada peserta (Nawawi, 2003; Certo and Peter, 2002). Keputusan
didik; dan ketiga, pendidikan berfungsi strategik adalah juga alat untuk mencapai tujuan.
meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta Keputusan ini meliputi definisi bisnis, produk yang
didik. (Noeng Muhadjir, 1987: 20-25). Pendidikan dibuat, pasar yang dilayani, fungsi-fungsi yang
meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga dilaksanakan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih utama yang diperlukan perusahaan untuk
mendalam yaitu pemberian pengetahuan, melaksanakan keputusan-keputusan tadi agar
pertimbangan dan kebijaksanaan. tujuan perusahaan dapat dicapai.
Pendidikan juga merupakan landasan
untuk membentuk, mempersiapkan, membina dan Kerjasama Kemitraan (colaboration
mengembangkan kemampuan sumber-daya partnership)
manusia yang sangat menentukan dalam Sejalan dengan berkembangnya
keberhasilan pembangunan dimasa yang akan permasalahan dan besarnya tuntutan terhadap
datang, serta menumbuhkan persatuan dan dunia pendidikan khususnya dalam mengikuti
kesatuan bangsa dengan peradaban masyarakat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
yang tinggi. Pendidikan tidak hanya berperan maka lembaga pendidikan khususnya SMK
secara nasional tetapi juga dalam globalisasi dunia. dituntut untuk lebih mengembangkan potensi yang
Tujuan Pendidikan Nasional dimilikinya melalui kerja sama dengan para
berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 pemangku kepentingan (stakeholder). Kerja sama
pasal 3 sebagai berikut : “Pendidikan nasional diperlukan dalam upaya menumbuh-kembangkan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan jaringan guna meningkatkan kemampuan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang pemanfaatan sumber daya serta penguasaan ilmu
bermartabat dalam rangka mencerdaskan pengetahuan dan teknologi.
kehidupan bangsa, bertujuan untuk Menurut Tracey Allen (2007) dan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marilyn J. Amey (2007), hasil konkrit dari
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada kerjasama kemitraan tersebut diharapkan dapat
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, memberikan manfaat terutama dalam mendukung
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi pelaksanaan program pendidikan akademik dan
warga negara yang demokratis serta bertanggung profesional. Menurut Ian Smith (2006), Henrietta
jawab.” Bernal et, all. (2004) kerjasama kemitraan pada
dasarnya merupakan pelaksanaan kegiatan yang
Manajemen Stratejik dilaksanakan oleh dua belah pihak atau lebih yang
Manajemen strategik menurut Igor memiliki kedudukan atau tingkatan yang sejajar
Ansoff & Edward J. Mc Donnell (1990) adalah dan saling menguntungkan. Kerjasama kemitraan
suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu ini dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan
perubahan tanggung jawab besar para manajer yang telah disepakati bersama.
utama, bagaimana menempatkan dan Sekolah perlu membangun sinergi
menyesuaikan organisasinya supaya berhasil dengan dunia industri, salah satunya dengan
secara meyakinkan dalam menghadapi lingkungan membuat program kerjasama kemitraan antara
yang berubah cepat, sehingga organisasinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan dunia
survive. Disamping penyesuaian terhadap industri. Jika fungsi-fungsi strategis stake holder
perubahan lingkungan organisasi, dalam sekolah benar-benar dijalankan, maka kerjasama
manajemen strategik terkandung upaya-upaya kemitraan antara sekolah dan masyarakat dalam
berupa pembuatan (formulating), penerapan penyelenggaraan pendidikan akan saling
(implementing) dan evaluasi (evaluating) tentang menunjang. Kerjasama kemitraan (colaboration
keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi partnership) menurut Rosalind Foskett (2005)
Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 64
dapat dipahami secara sederhana sebagai sebuah pendidikan khususnya SMK ketika menjalin suatu
ikatan kerja sama antara personal atau organisasi kemitraan dengan masyarakat maka ia juga harus
sehingga menghasilkan manfaat bersama. Menurut memberikan dorongan kepada masyarakat.
Greg Wise (1998) komponen penting dari Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja
kerjasama kemitraan (colaboration partnership) bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja
dengan masyarakat agar berhasil dengan baik untuk” masyarakat, oleh karena itu sekolah
adalah tim yang bertanggung jawab, komitment kejuruan perlu memberikan dorongan atau
setiap stake holder dan tujuan bersama yang pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul
hendak dicapai. partisipasi aktif masyarakat.
Dengan pendidikan berbasis
Kerjasama Kemitraan dalam Kerangka masyarakat (Community Based Education) yang di
Community Base Education (CBE) maksud memungkinkan siswa belajar dimana saja,
Membangun pendidikan yang dengan siapa saja, tentang apa saja, dalam
berkualitas tidak terlepas dari upaya-upaya untuk komunitas. Dengan membangun pendidikan
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan berbasis masyarakat (Community Based
partisipasi masyarakat, demikian juga dengan Education) diharapkan dapat memberikan peluang
sekolah kejuruan perlu membangun dan membina bagi lembaga pendidikan agar semakin
jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang meningkatkan perananya dengan memberikan
terkait (stake holder), misalnya: lembaga profesi, kemudahan kepada administrator sekolah untuk
asosiasi industri lainnya, dunia usaha, industri, memanfaatkan berbagai potensi yang ada di dalam
donatur / sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat.
masyarakat, dan tokoh masyarakat.
Sejak bergulirnya otonomi daerah telah Pendidikan Kejuruan
merubah paradigma pembangunan untuk Sekolah menengah kejuruan merupakan
memberikan peluang terhadap partisipasi program strategis untuk menyediakan tenaga kerja
masyarakat semakin besar dalam pengembangan tingkat menengah (Purwoko, 2010). Sejalan
komunitas (community development). Peran serta dengan kebutuhan untuk mendapatkan SDM yang
masyarakat menjadi ciri utama dalam konsep berkualitas maka pemerintah melalui sekolah
otonomi ini, sehingga sekolah sebagai sebuah menengah kejuruan (SMK) menyelenggarakan
organisasi sebaiknya menjadikan moment ini pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan
sebagai peluang untuk dapat memperkuat jaringan lulusan yang memiliki bekal penunjang bagi
dan dapat mengintegrasikan seluruh jaringan dan penguasaan keahlian profesi dan bekal
kelompok sosial yang ada dalam masyarakat ke kemampuan pengembangan diri untuk mengikuti
dalam suatu wujud kerja sama yang saling perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menguntungkan (simbiosis mutualism) (Louis L . dalam bidang tertentu (Calhoun and Finch, 1976;
Warren and Henry A. Peel, 2001). Sukamto, 1988; Slamet, 1996).
Dalam model pengembangan Pendidikan kejuruan merupakan salah
komunitas (community development) terkandung satu jenjang pendidikan pada tingkat menengah
makna bahwa semua anggota komunitas memiliki dalam sistem pendidikan dua jalur yang diterapkan
komitment dalam proses mengembangkan di Indonesia (Slamet, 1996). Ada beberapa definisi
kepentingan bersama meliputi advancement, tentang pendidikan kejuruan. (1) Menurut Evans
betterment, capacity building, empowerment, and Herr (1978), Pendidikan kejuruan adalah
enchancement and nurturing. Menurut Michael bagian dari pendidikan untuk menjadikan individu
Baker et. All, (1997 : 3) dan Kith and Girling lebih mampu bekerja dalam satu kelompok kerja
(1991: 259). Community base education adalah dibanding dengan lainnya; (2) batasan lain
konsep pemberdayaan (empowerment) dan diberikan oleh Home Committee on Education and
kemitraan (partnership). Konsep pemberdayaan Labour, (Oemar, 1990: 24) adalah suatu bentuk
dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pengembangan bakat, pendidikan dasar
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang
membentuk interaksi transformatif kepada mengarah pada dunia kerja yang dipandang
masyarakat, antara lain: adanya dukungan, sebagai latihan keterampilan; (3) sedangkan
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan Suharsimi (1988: 5) mendefinisikan pendidikan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru kejuruan sebagai pendidikan khusus yang
Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki direncanakan untuk menyiapkan peserta didiknya
interrelasi yang kuat dan mendasar. Lembaga untuk memasuki dunia kerja tertentu atau jabatan
Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 65
di keluarga, atau meningkatkan mutu para pekerja; daya serap lulusan SMK pada dunia kerja rata-rata
(4) Menurut Brown (1979: 16) menyatakan bahwa mencapai 72,7% untuk SMK Negeri dan 40,82%
Program Pendidikan Teknik Kejuruan untuk SMK Swasta, lama tunggu sejak lulus lebih
didefinisikan sebagai " ...prepared to take part in dari 6 (enam) bulan. Disamping itu masih terdapat
the world of work, either pemannently or during a lulusan yang belum mendapatkan pekerjaan
period of further education ..... able to earn a sebanyak 21,96%, dan hanya sebesar 4,72%
living is invaluable to anyone, and the nation’s lulusan SMK yang menlanjutkan studi ke
work force can be greatly improved by the addition perguruan tinggi, sebanyak 18,85% dari tiap
of skilled teenagers”. angkatan lulusan SMK berwirausaha.
Dari beberapa pengertian di atas, jelas Implementasi kebijakan sekolah kejuruan
bahwa pendidikan kejuruan berorientasi pada dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
pekerjaan sehingga programnyapun dipersiapkan Sekolah (MPMBS) yang memberikan otonomi
untuk dunia kerja, namun bukan semata-mata lebih besar kepada sekolah, memberikan
memberikan pelajaran keterampilan kerja kepada fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada
individu untuk mendapatkan kehidupan yang sekolah, dan mendorong partisipasi secara
layak karena relevan dengan kebutuhan langsung warga sekolah dan masyarakat dalam
masyarakat, melainkan juga memberi bekal peningkatan mutu pendidikan sejak tahap
bagaimana bekerja yang efekfif dan efisien serta perencanaan, implementasi maupun dalam
menyiapkan kompetensi-kompetensi yang perlu evaluasi dan tindaklanjutnya. Beberapa kegiatan
dimiliki seseorang setelah menyelesaikan yang melibatkan industri dalam perencanaan
pendidikan tersebut. biasanya dilakukan sekolah dalam bentuk rapat
Dengan demikian keberadaan dan workshop penyusunan dan validasi kurikulum,
pendidikan kejuruan berupaya untuk pelaksanaan PKL/PSG bagi siswa kelas XI,
meningkatkan keterampilan kerja semaksimal pelatihan dan magang bagi guru dan teknisi, uji
mungkin sehingga memberikan kesempatan bagi kompetensi bagi siswa kelas XII, pengembangan
para lulusannya untuk siap memasuki dunia kerja. unit produksi dan jasa yang diselenggarakan di
Hal ini seperti yang dikemukakan Calhoun dan sekolah, dan pengembangan kelas khusus industri.
Finch (1982: 64), ".. The Pinciple have not Semua tugas dan kegiatan yang
changed even though the implementation has berhubungan dengan aktivitas program
brought new approach, there is vocational peningkatan mutu tersebut dilaksanakan oleh team
education provides the skills and knowledge pengembang (development team) sebagai salah
valuable in the labour market”. Selanjutnya satu aspek strategis dari kerjasama kemitraan, yang
Clarke and Winch, (2007 : 9) menyampaikan secara cerdas diharapkan mampu membangun
bahwa pendidikan kejuruan berfungsi untuk masa depan sekolah khususnya SMK yang lebih
mempersiapkan generasi muda dan manusia baik melalui sharing (problem, information,
dewasa untuk bekerja. experience and solution), sehingga dapat
mengembangkan kemampuannya yang lebih besar
Hasil Kajian melalui dinamika internal, menganalisis tugas-
Produktivitas sekolah berarti tugas keseharian, yang diwujudkan dengan
kemampuan sekolah terhadap pencapaian tujuan keampuan memperbaharui diri (self renewal
sekolah tentang (1) prestasi akademik; (2) prestasi capacity), tampil kompetitif dalam suasana
non akademik; (3) angka mengulang; dan (4) organisasi sekolah yang sehat di tengah perubaan
angka putus sekolah. Sehingga akan memberi lingkungan secara cepat, kompleks dan dinamis.
dampak yang lebih baik, terhadap semua lulusan Dalam program kerjasama yang
sekolah untuk (1) mendapatkan kesempatan kerja dilaksanakan dengan dunia industri kriteria yang
sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya; (2) digunakan dalam evaluasi ini adalah besarnya
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke hasil yang yang telah dicapai oleh sekolah
jenjang yang lebih tinggi; dan (3) pengembangan khususnya dalam mengantarkan siswanya untuk
potensi lulusan untuk berwirausaha sesuai dengan memasuki dunia kerja.
potensi yang dimilikinya. Pada bidang non- Berdasarkan temuan-temuan di atas dapat
akademik, capaian sekolah menengah kejuruan ditarik benang merah bahwa SMK belum dapat
(SMK) di Kota Yogyakarta telah menunjukkan mengoptimalkan networking (jejaring kerjasama)
hasil capaian pada setiap lomba yang diikuti baik yang sudah terjalin dengan perusahaan/ industri.
tingkat kota, propinsi maupun nasional. Namun hal Jejaring kerjasama yang sudah dibangun belum
yang lebih penting bagi SMK adalah besarnya secara maksimal dimanfaatkan untuk
Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.XIV No.1 April 2012 66
mengembangkan sekolah, dan juga belum menjadi buah karya bersama antara sekolah
mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh dengan industri, sehingga munculpartisipasi dan
sekolah. Perlu diperhatikan di sini bahwa tanggungjawab dunia usaha untuk
penyelenggaraan SMK mestinya berbasis ICT mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan
(information and communication technology). kebutuhan dunia kerja. Model pengembangan
Dengan kata lain bahwa kerjasama dengan manajemen strategis SMK dalam mengembangkan
industry tersebut dilakukan tidak harus face to visi, misi, tujuan dan target dapat digambarkan
face, akan tetapi dapat dilakukan melalui dunia dalam sebuah model strategis sebagai berikut :
maya.
ISU-ISU STRATEJIK
PENDIDIKAN
KEJURUAN
Competitive advantage
Mutu Pendidikan,
Mismatch pendidikan
Cost, Effectivity, Efficiency
KEBIJAKAN LEVEL MAKRO, MESSO, MIKRO
Community Base Education YANG MENDUKUNG DALAM PENGEMBANGAN
(CBE) KEMITRAAN ANTARA SMK - DUNIA INDUSTRI
Work Base Education (WBE)
Production Base Education
DARI PEMERINTAH - ASOSIASI PROFESI DAN
(PBE) INDUSTRI
DU-DI
Tuntutan :
SDM berkualitas
Pengetahuan
Kompeten
Sikap profesional
Team work
Kepemimpinan
Jiwa enterpreneur
FEED BACK
Gambar Model peningkatan mutu sekolah berbasis kemitraan antara sekolah dengan dunia kerja
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh fakta sharing dengan stake holder dalam kerangka
empirik mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kerjasama dengan dunia industri. SMK harus dapat
kerjasama kemitraan antara SMK dengan dunia melihat capaian mutu pendidikan dengan lebih tajam,
industri. Temuan penelitian menunjukan bahwa khususnya terhadap target dan sasaran pendidikan
kerjasama kemitraan merupakan hal penting yang kejuruan yaitu relevansinya dengan dunia kerja,
perlu dibangun oleh kedua belah pihak untuk mencapai dengan meng implementasikan Manajemen
tujuan yang dicita-citakan bersama. Berdasarkan hasil Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan Strategi untuk meningkatkan partisipasi stake holder
sebelumya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh diantaranya membuat kebijakan baru yang sesuai
SMK untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan harapan stake holder agar semua stake holder
pendidikan yang dalam menghasilkan pendidikan yang dapat melibatkan diri dan memberikan kontribusi dan
bermutu adalah dengan memanfaatkan segala memiliki tanggungjawab terhadap kebijakan yang
sumberdaya yang dimiliki dan melakukan power telah disusun.
DAFTAR PUSTAKA
Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, (2009). Calhoun, Calfrey C and Finch, Alton V. (1982),
Paradigma Pembangunan Pendidikan Vocational Education: concepts and
Nasional (Konsep, Teori dan Aplikasi operation. Belmont: Wadsworth
dalam Analisis Kebijakan Publik), Publishing Co.
Bandung : Widya Aksara Press. Certo, Samuel C., J.Paul Peter, and Edward
Akdon, (2008), Strategic Management for Educational Ottensmeyer, (2002). Strategic
Management (Manajemen Strategik Management, Concepts and
untuk Manajemen Pendidikan). Applications (3rd Edition),
Bandung: Alfabeta. Clarke, Linda and Winch, Christopher. (2007),
Ali, Mohammad, (2009). Pendidikan Untuk Vocational Education : International
Pembangunan Nasional (Menuju Approaches, Development and System,
Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Oxon : Routledge
Berdaya Saing Tinggi). Jakarta : PT. Cohn, Elchanan (1979), The Economics of Education
Imperial Bhakti Utama Ballinger Publishing Company,
Allen, Trace. (2007). Building successful partnerships: Cambridge, Massachusetts
lessons from the Specialist Schools Greg Wise (1998). An EPA/USDA Partnership to
Achievement Programme (SSAP). Support Community-Based Education.
School Leadership and Management Discussion Paper Appendix
Journal, Vol. 27, No. 3, July 2007, pp. Hill, Charles W.L, & Gareth R. Jones. (1992).
301-312. Strategic Manajemen: An Integrated
Ansoff, H.Igor & Edward J. McDonnell (1990), Approach. Second Edition. Boston
Implanting Strategic Management, Toronto: Houghton Company.
Second Edition, Prentice Hall Jac Fitz-enz, (2000). The ROI of Human Capital:
International. Measuring the Economic Value of
Babacan H; Gopalkrishnan N. (2001). Community Employee Performance. New York:
work partnerships in a global context AMACOM
Community Development Journal; Jan Lawrence C. Scharmann. (2007). A Dynamic
2001; 36, 1; Academic Research Library Professional Development School
pg. 3 Partnership in Science Education. The
Bernal, Henrietta (2004). Essential Concepts in Journal of Educational Research.
Developing Community–University Copyright © 2007 Heldref Publications
Partnerships. Public Health Nursing March/April 2007 [Vol. 100(No. 4)]
Vol. 21 No. 1, pp. 32–40. Blackwell Louis L . Warren and Henry A. Peel. (2001).
Publishing, Inc. Collaborative Model For School Reform
Brown, Roberd D. (1979). Industial educational Thought A Rural School/University
facilities, Boston: Allyn and Bacon, Inc. Partnership. Education Journal Vol. 126
No. 2