K7112163 Bab2 PDF
K7112163 Bab2 PDF
A. Kajian Pustaka
1. Peningkatan Pembelajaran Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV SD
a. Karakteristik Siswa Kelas IV SD
Pada umumnya anak masuk Sekolah Dasar pada usia 7 tahun,
sehingga siswa kelas IV SD berusia antara 9-10 tahun. Menurut Sumantri
(2012: 2.3-2.35), Karakteristik anak usia SD dapat terlihat dari berbagai
pertumbuhan dan perkembangan, yaitu:
1) Pertumbuhan fisik atau jasmani
Pertumbuhan fisik anak usia sekolah dasar pada setiap
individu berbeda dengan individu lain. Pada anak usia 10 tahun baik
laki-laki maupun perempuan, badannya bertambah berat kurang
lebih 3,5 kg dan tingginya bertambah. Namun setelah remaja anak
perempuan pada usia 12-13 tahun berkembang lebih cepat daripada
anak laki-laki. Menurut Tanner (Sumantri, 1973: 2.3), anak berusia 7
tahun tidak akan banyak berubah sampai berusia 9 tahun, hal ini
dalam keadaan normal.
2) Pertumbuhan intelektual dan emosional
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada
berbagai faktor utama, antara lain kesehatan, gizi, kebugaran
jasmani, pergaulan, dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya
perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif
dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-
temannya. Selain itu perkembangan emosional juga dapat
dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut, dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya
oleh anak yang sedang tumbuh.
9
10
3) Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa selalu meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan
perkembangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan
proses belajar. Bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai
dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua
membimbing anaknya.
4) Perkembangan sosial, moral, dan sikap
Perkembangan sosial anak, berkaitan dengan
pengembangan keterampilan bergaul anak. Sedangkan
perkembangan moral dan sikap anak ditandai dengan imitasi yaitu
peniruan sikap serta tingkah laku orang lain yang disengaja maupun
tidak oleh anak. Kemudian terjadi proses internalisasi karena
pengaruh sosial yang mendalam. Sehingga muncul kecenderungan
untuk menarik diri dari lingkungan sosial, minat, sikap atau
mengarahkan perhatian terhadap lingkungan sosial, minat, sikap
dalam kehidupan sosial.
Menurut Piaget (Sumantri, 2012: 1.16), perkembangan anak usia
7 – 11 tahun berada pada tahap operasional konkret, yaitu kemampuan
berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara
sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini
permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.
Karakteristik kognitif periode operasional konkret menurut
Budiman (2006: 45), adalah dengan ciri-ciri:
1) Pemikiran yang reversibel, artinya dapat dipahami dalam dua arah.
Dengan berpikir reversibel, anak mampu berpikir logis yang dapat
digunakan dalam memcahkan masalah yang dihadapinya.
2) Mulai mengkonversi pemikiran tertentu. Anak usia 7-12 tahun sudah
mengerti adanya konsep kekekalan suatu objek, baik kekekalan
bilangan, substansi, panjang, luas, berat, maupun volume.
11
..... -3 -2 -1 0 1 2 3 .....
Jadi bilangan bulat itu terdiri dari bilangan bulat postif {1,
2, 3, ....}, bilangan nol {0}, dan bilangan bulat negatif {-1, -
2, -3, .....}.
23
Jadi, 3 + 2 = 5
- Penjumlahan bilangan positif dengan negatif
Contoh: 4 + (-3) = ....
Jadi: a – (–b) = a + b
Contoh: 2 – (-3) = .....
Langkah-langkah pengurangan:
Gambarlah garis bilangan.
Melangkah dimulai dari titik 0 ke kiri 5 satuan
sampai di angka -5.
Lalu melangkah 2 satuan ke kanan.
Lihatlah angka lurus dengan posisi terakhir panah,
ternyata angka -3.
Jadi, -5 – (-2) = -3
(c) Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
Menurut Mustaqim dan Astuty (2008: 154),
operasi hitung campuran pada bilangan bulat
dijelaskan sebagai berikut:
Operasi hitung campuran adalah antara
penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.
Contoh:
1. -4 + 12 – 3 = ......
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
2. 3 + (-5)
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
4. -2 + (-2)
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
5. 3–4
4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
6. 2 - (-4)
4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
41
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
e) Skor tim dan rekognisi tim. Pada tiap akhir minggu, guru
menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah
rata-rata unit yang bisa dicakupi oleh tiap anggota tim dan
jumlah tes unit yang berhasil diselesaikan dengan akurat.
Kriteria dibangun dari kinerja tim. Kriteria tinggi ditetapkan
bagi sebuah tim untuk menjadi Tim Super.
f) Kelompok pengajaran. Setiap guru memberikan pengajaran
selama sekitar sepuluh sampai lima belas menit kepada dua atau
tiga kelompok kecil siswa yang terdiri dari siswa-siswa dari tim
berbeda yang tingkat pencapaian kurikulumnya sama. Tujuan
dari sesi ini adalah untuk mengenalkan konsep utama kepada
para siswa.
g) Tes fakta. Seminggu dua kali, para siswa diminta mengerjakan
tes-tes fakta selama tiga menit. Siswa diberikan lembar fakta
untuk dipelajari di rumah untuk persiapan menghadapi tes ini.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization adalah sebagai berikut: (1) guru memberikan tes
awal kepada siswa (placement test), (2) guru membentuk kelompok
(teams), (3) guru menjelaskan materi (teaching group), (4) Siswa
berdiskusi mengerjakan LKS (team study), (5) guru dan siswa
membahas hasil diskusi dengan presentasi (student creative), (6)
guru memberikan penghargaan pada kelompok (team scored and
team recognition), (7) siswa mengerjakan evaluasi secara individual
(fact test), (8) guru memberikan kesimpulan secara keseluruhan
tentang materi yang diajarkan (whole class unit).
3) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI)
a) Kelebihan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) menurut Shoimin (2014: 202), memiliki
49
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelititan ini, diketahui hasil
pembelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Tamanwinangun masih
rendah yakni sebagian besar siswa belum mencapai nilai sesuai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Pelaksanaan pembelajaran Matematika
belum menggunakan model pembelajaran inovatif sehingga pembelajaran masih
berpusat pada guru. Selain itu tidak ada media konkret yang digunakan sehingga
siswa tidak tertarik terhadap pelajaran. Pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran inovatif akan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sesuai
apabila diterapkan untuk pembelajaran Matematika. Media model juga tepat
digunakan untuk pembelajaran Matematika, karena karakteristik siswa kelas IV
SD berada pada tahap operasional konkret.
Proses pembelajaran Matematika tentang bilangan bulat menggunakan
model tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media model bertujuan
agar siswa dapat meningkatkan pemikiran kritis, kreatif, dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi dalam suatu kelompok. Langkah-langkah model tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dengan media model adalah (1) guru memberikan
tes awal kepada siswa (placement test), (2) guru membentuk kelompok (teams)
masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa, (3) guru menjelaskan materi
(teaching group) materi tentang bilangan bulat menggunakan media model, (4)
Siswa mengerjakan LKS (team study) menggunakan media model dengan metode
tutor sebaya, (5) guru dan siswa membahas hasil diskusi dengan presentasi
menggunakan media model (creative student) (6) guru memberikan penghargaan
pada kelompok yang aktif dan menjawab dengan tepat (team scored and team
recognition), (7) siswa mengerjakan evaluasi secara individual dengan media
54
model (fact test), (8) guru memberikan kesimpulan secara keseluruhan tentang
materi yang diajarkan (whole class unit).
Penggunaan media model dalam pembelajaran Matematika tentang
bilangan bulat bertujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan terhadap materi
bilangan yang diajarkan. Media model digunakan bersama dengan garis bilangan
untuk mempermudah siswa memecahkan masalah operasi penjumlahan
pengurangan, hitung campuran bilangan bulat. Dengan demikian media model
dapat meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari bilangan bulat.
Sehingga hasil pembelajaran Matematika dapat meningkat.
Pada penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan 3 siklus, setiap siklus
terdiri dari 2 pertemuan. Adapun materi yang akan diajarkan pada penelitian ini
berkaitan dengan materi operasi penjumlahan bilangan bulat, operasi pengurangan
bilangan bulat, dan operasi hitung campuran bilangan bulat. Pada siklus I akan
diajarkan operasi penjumlahan bilangan bulat. Siklus II akan diajarkan operasi
pengurangan bilangan bulat. Sedangkan siklus III akan diajarkan operasi hitung
campuran bilangan bulat.
Penggunaan model kooperatif tipe TAI dengan media model dalam
peningkatan pembelajaran bilangan bulat pada siswa kelas IV SD, dikemas
melalui skenario yang tepat agar terjadi peningkatan pembelajaran Matematika
tentang bilangan bulat, mencapai KKM sebesar nilai 70 atau 85% dapat diuraikan
melalui bagan 2.3 Kerangka Berpikir di bawah ini.
55
Siklus III:
Pembelajaran akan
dilaksanakan sebanyak
dua kali pertemuan
dengan menggunakan
Diharapkan melalui model kooperatif tipe TAI
KONDISI penggunaan tipe TAI dengan media model
AKHIR dapat meningkatkan tentang operasi hitung
pembelajaran campuran bilangan bulat
bilangan bulat secara
optimal dengan 85%
siswa mencapai nilai
KKM yaitu 70
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, hasil penelitian yang
relevan, dan kerangka bepikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam
penelitian tindakan kelas ini yaitu “Jika penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media model
dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan
pembelajaran bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Tamanwinangun
tahun ajaran 2015/2016”.