Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah : Kapita Selekta Kimia

MODUL PEMBELAJARAN

LAJU REAKSI

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5

MURNIYATI (4151131027)

NURMIAN SARI PURBA (4152131011)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
A. LAJU REAKSI
Reaksi kimia berjalan pada tingkat yang berbeda. Beberapa diantaranya berjalan
sangat lambat, misalnya penghancuran kaleng aluminium oleh udara atau penghancuran botol
plastik oleh sinar matahari yang memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan berabad-abad.
Beberapa reaksi lain berjalan sangat cepat misalnya nitrogliserin yang mudah meledak. Selain
itu beberapa reaksi dapat berjalan cepat atau lambat bergantung pada kondisinya, misalnya
besi mudah berkarat pada kondisi lembab, tetapi di lingkungan yang kering, misalnya di
gurun besi berkarat cukup lambat.

(a) (b)
Gambar 1
Perkaratan besi merupakan contoh reaksi lambat (a) sedangkan ledakan merupakan contoh
reaksi cepat (b).

1. Pengertian Laju Reaksi


Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju
atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap satuan waktu. Satuan
waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 (∆𝑠)
Kecepatan (v) =
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (∆𝑡)

Bagaimanakah cara menyatakan laju dari suatu reaksi? Dalam reaksi kimia,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan makin sedikit, sedangkan
produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah konsentrasi
pereaksi atau bertambahnya jumlah konsentrasi produk untuk setiap satuan waktu. Satuan
konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol. L-1). Satuan waktu
yang digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju reaksi mempunyai satuan molaritas per
detik ( M / detik atau mol / L.detik )
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ∆[𝑀]
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑣) = =
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ∆𝑡

Gambar 2
Laju reaksi A → B, ditunjukkan dengan berkurangnya molekul A dan bertambahnya molekul
B dalam satu satuan waktu.
maka :
[ A] [ B ]
Laju reaksi ( v ) =  atau v = 
t t

Pendefinisian laju reaksi lebih lanjut dapat kita perhatikan pada persamaan stoikiometri
berikut.
aA+bB→cC+dD
Bila laju reaksi diungkapkan sebagai berkurangnya pereaksi A atau B dan bertambahnya
produk C atau D tiap satuan waktu, maka persamaan lajunya adalah

−∆[𝐴] −∆[𝐵] ∆[𝐶] ∆[𝐷]


𝑣= = = =
∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡

Keterangan :
Tanda minus (-) menunjukkan konsentrasi pereaksi makin berkurang, tanda positip (+)
menunjukkan konsentrasi produk makin bertambah dan ∆ menunjukkan perubahan
konsentrasi pereaksi atau produk.
Sebagai contoh, untuk reaksi:
2H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O (l)
Laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi H2 dan O2 atau laju
bertambahnya H2O, dan ditulis:
−∆[𝐻2 ]
𝑣𝐻2 =
∆𝑡
−∆[𝑂2 ]
𝑣𝑂2 =
∆𝑡
∆[𝐻2 𝑂]
𝑣𝐻2 𝑂 =
∆𝑡

2. Hubungan Laju Reaksi dan Koefisien Reaksi


Dalam suatu reaksi kimia, laju reaksi suatu zat berbanding lurus dengan perbandingan
koefisien suatu zat. Untuk reaksi pA + qB → rC + sD laju reaksi (v) dapat dinyatakan
−∆[𝐴] −∆[𝐵] ∆[𝐶] ∆[𝐷]
sebagai , , atau .
∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡
Contoh pada reaksi :
2H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O (l)
Sesuai dengan persamaan reaksi diatas, setiap 2 mol H2 yang bereaksi (habis), maka bereaksi
pula 1 mol O2. Artinya laju berkurangnya H2 adalah dua kali laju berkurangnya O2. Oleh
karena itu, laju reaksi dinyatakan sebagai berikut.

−∆[𝐻2 ] −∆[𝑂2 ] 1 −∆[𝐻2 ] −∆[𝑂2 ]


= 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 =
∆𝑡 ∆𝑡 2 ∆𝑡 ∆𝑡

1 ∆[𝐻2 ] ∆[𝑂2 ] 1 ∆[𝐻2 𝑂]


𝑣=− = − =
2 ∆𝑡 ∆𝑡 2 ∆𝑡

3. Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi


a. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan yang menghubungkan antara reaksi dan konsentrasi reaktan dengan
konstanta laju dapat dituliskan dalam bentuk persamaan reaksi persamaan laju reaksi.
Persamaan ini hanya dapat dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan. Berdasarkan data
tersebut ,dapat ditentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi.
Persamaan laju reaksi dapat dituliskan sebagai konsentrasi awal setiap zat,
dipangkatkan orde reaksinya. Orde reaksi bukanlah koefisien reaksi (walaupun keduanya
mungkin memiliki nilai yang sama). Perhatikan persamaan reaksi berikut :
pA + qB → rC + sD
Dimana A dan B adalah pereaksi, C dan D adalah produk dan a,b,c,d adalah koefisien
penyetaraan reaksi, maka hukum lajunya dapat dituliskan sebagai berikut:
Laju reaksi (𝒗) = 𝒌 [𝑨]𝒙 [𝑩]𝒚
dengan,
k = tetapan laju, dipengaruhi suhu dan katalis (jika ada)
x = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi B
[A],[B]= konsentrasi pereaksi A dan pereaksi B (M)
𝒗 = laju reaksi (M s-1)

Pangkat x dan y ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan tidak
selalu sama dengan koefisien p dan q. Semakin besar harga ‘k’ reaksi akan berlangsung lebih
cepat. Kenaikan suhu dan penggunaan katalis umumnya memperbesar harga k. Secara formal
hukum laju adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi v sebagai fungsi dari konsentrasi
semua komponen spesies yang menentukan laju reaksi.

b. Orde Reaksi
Salah satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi adalah konsentrasi, namun
seberapa cepat hal ini terjadi? Menemukan orde reaksi merupakan salah satu cara
memperkirakan seberapa besar konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju reaksi tertentu.
Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari
konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Sebagai contoh, (𝒗) = 𝒌 [𝑨]𝒙 [𝑩]𝒚 , bila
x=1 kita katakan bahwa reaksi tersebut adalah orde pertama terhadap A. Jika y=3, reaksi
tersebut orde ketiga terhadap B. Orde total adalah jumlah orde semua komponen dalam
persamaan laju: n + m + ...
Pangkat x dan y ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan tidak
selalu sama dengan koefisien p dan q. Hal ini berarti, tidak ada hubungan antara jumlah
pereaksi dan koefisien reaksi dengan orde reaksi. Secara garis besar, beberapa macam orde
reaksi diuraikan sebagai berikut:
1. Reaksi Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan
konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan terdapat
dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.
Contohnya pada persamaan reaksi :
2𝑁𝐻3(𝑔) → 𝑁2(𝑔) + 3𝐻2(𝑔)
Oleh karena itu, persamaan laju dapat dinyatakan dengan 𝑣 = 𝑘[𝑁𝐻3 ]0 . Artinya, laju reaksi
tidak bergantung pada konsentrasi 𝑁𝐻3 . Hal ini dapat digambarkan pada grafik reaksi orde
nol pada gambar berikut :

2. Reaksi Orde Satu


Apabila besarnya laju reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi
maka reaksi kimia tersebut dikatakan memiliki orde satu. Contohnya pada persamaan reaksi :
2𝐶𝑂2(𝑔) → 2𝐶𝑂(𝑔) + 𝑂2(𝑔)
Maka persamaan lajunya dapat dinyatakan dengan :
𝑣 = 𝑘[𝐶𝑂2 ]
Artinya, jika konsentrasi pereaksi 𝐶𝑂2 dinaikkan dua kali dari konsentrasi semula maka laju
reaksi akan meningkat dua kali semula. Hal ini dapat digambarkan pada grafik reaksi orde
satu pada gambar berikut :

3. Reaksi Orde Dua


Apabila besarnya laju reaksi merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi
pereaksi maka reaksi kimia tersebut dikatakan memiliki orde dua.
Contohnya pada persamaan reaksi :
2𝐻𝐼(𝑔) → 𝐻2(𝑔) + 𝐼2(𝑔)
Maka persamaan lajunya dapat dinyatakan dengan :
𝑣 = 𝑘[𝐻𝐼]2
Artinya, jika konsentrasi pereaksi HI dinaikkan dua kali semula maka laju reaksi akan
meningkat empat kali semula. Hal ini dapat digambarkan pada grafik reaksi orde satu pada
gambar berikut :

4. Penentuan Orde Reaksi dan Persamaan Laju Reaksi Berdasarkan Data


Percobaan
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi secara kuantitatif hanya dapat diketahui dari
hasil eksperimen. Sebagai contoh, penentuan persamaan laju dengan metode laju awal. Mari
kita perhatikan reaksi antara hidrogen (gas) dengan nitrogen mono oksida (gas) yang secara
kinetika dapat diamati dari perubahan tekanan campuran yang berkurang, karena empat
molekul pereaksi menghasilkan tiga molekul produk menurut reaksi.
Contoh soal 1
2H2 (g) + 2 NO (g) → 2 H2O (g) + N2 (g)
Dari reaksi pada suhu 8000C diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Laju reaksi NO dan H2 pada suhu
Eksperimen Konsentrasi molar awal Laju awal
NO H2
1 0,006 0,001 0,025
2 0,006 0,002 0,050
3 0,006 0,003 0,075
4 0,001 0,009 0,0063
5 0,002 0,009 0,025
6 0,003 0,009 0,056
Dari data eksperimen 1 dan 2 terlihat, bahwa pada konsentrasi NO konstan (0,006M),
jika konsentrasi H2 dilipat duakan, laju reaksi juga naik dua kali lipat. Bila konsentrasi H2
dinaikan tiga kali, laju reaksi juga bertambah menjadi tiga kali lipat (eksperimen 1 dan 3).
Dengan demikian, perubahan laju semata-mata disebabkan oleh perubahan konsentrasi H2.
Eksperimen 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa pada konsentrasi H2 konstan (0,009M),
jika konsentrasi NO dinaikan dua kali dan tiga kali lipat, maka laju reaksi naik menjadi empat
kali dan sembilan kali lebih besar. Jadi, perubahan laju reaksi semata-mata disebabkan
perubahan konsentrasi NO.
Bagaimana cara menentukan persamaan laju reaksi dari datapercobaan di atas?
Dari persamaan reaksi 2H2 (g) + 2 NO (g) → 2 H2O (g) + N2 (g) dapat ditulis persamaan lajunya
sebagai:
𝑣 = 𝑘 [𝐻2 ]𝑥 [𝑁𝑂] 𝑦
Orde reaksi terhadap H2, yaitu x dapat ditentukan dengan membandingkan percobaan 1 dan
2, atau percobaan 2 dan 3, atau percobaan 1 dan 3:

𝑣2 𝑘 0,002 𝑥 0,006 𝑦 0,050


= ( ) ( ) =
𝑣1 𝑘 0,001 0,006 0,025
2𝑥 = 2
𝑥=1
Jadi, laju reaksi sebanding dengan konsentrasi H2 pangkat satu. Orde reaksi terhadap H2 = 1

Orde reaksi terhadap NO, yaitu y dapat ditentukan dengan membandingkan percobaan 4 dan
5, atau percobaan 4 dan 6, atau percobaan 5 dan 6:
𝑣5 𝑘 0,009 𝑥 0,002 𝑦 0,025
= ( ) (0,001) = 0,0063
𝑣6 𝑘 0,009

2𝑥 = 4
𝑥=2
Jadi, laju reaksi sebanding dengan konsentrasi NO pangkat dua. Orde reaksi terhadap NO= 2.
Secara matematis, persamaan laju reaksi dapat dituliskan:
𝒗 = 𝒌 [𝑯𝟐 ][𝑵𝑶]𝟐

Contoh soal 2
Gas nitrogen monoksida dan gas brom bereaksi pada 00 C menurut persamaan reaksi
2NO (g) + Br2(g) → 2NOBr (g)
Laju reaksinya diikuti dengan mengukur pertambahan konsentrasi NOBr dan diperoleh data
sebagai berikut:
Percobaan [NO] M [Br2] M Kecepatan awal pembentukan
ke NOBr (M detik-1)
1 0,1 0,1 1,2 x 10-3
2 0,1 0,2 2,4 x 10-3
3 0,2 0,1 4,8 x 10-3
4 0,3 0,1 1,08 x 10-4
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap gas NO
b. Orde reaksi terhadap gas Br2
c. Orde reaksi total
d. Rumus laju reaksinya
e. Tetapan kecepatan laju reaksi
Penyelesaian :
a. 𝑣 = 𝑘 [𝑁𝑂]𝑥 [𝐵𝑟2 ]𝑦
Pada percobaan ke 1 dan 3, [Br2] tetap; 2x = 4 , maka x = 2
Orde reaksi terhadap gas NO = 2

b. Pada percobaan ke 1 dan 2, [NO] tetap; 2y = 2, maka y = 1


Orde reaksi terhadap gas Br2 = 1
c. Orde reaksi total = 2 + 1 = 3
d. Rumus laju reaksi 2NO (g) + Br2(g) → 2NOBr (g)
𝒗 = 𝒌 [𝑵𝑶]𝟐 [𝑩𝒓𝟐 ]
e. Pada percobaan ke 1
𝒗 = 𝒌 [𝑵𝑶]𝟐 [𝑩𝒓𝟐 ]
𝑣 1,2 × 10−3 1,2 × 10−3 𝑀 𝑑𝑒𝑡 −1
𝑘= = = = 1,2 𝑀−2 𝑑𝑒𝑡 −1
[𝑵𝑶]𝟐 [𝑩𝒓𝟐 ] (0,1)2 (0,1) 10−3 𝑀−3
B. TEORI TUMBUKAN
Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain jika partikel-partikelnya saling bertumbukan.
Tumbukan yang terjadi akan menghasilkan energi untuk memulai terjadinya reaksi.
Terjadinya tumbukan tersebut disebabkan karena partikel-partikel zat selalu bergerak dengan
arah yang tidak teratur.
Tumbukan antar partikel yang bereaksi tidak selalu menghasilkan reaksi. Hanya
tumbukan yang menghasilkan energi yang cukup serta arah tumbukan yang tepat, yang dapat
menghasilkan reaksi. Tumbukan seperti ini disebut tumbukan yang efektif. Jadi, laju reaksi
tergantung pada 3 hal :
a. Frekuensi tumbukan
b. Energi partikel reaktan
c. Arah tumbukan
Tidak semua tumbukan terjadi walaupun orientasi molekulnya tepat karena partikel-
partikel memerlukan suatu energi minimum untuk bereaksi. Energi minimum yang harus
dimiliki oleh partikel reaktan, sehingga menghasilkan tumbukan yang efektif disebut energi
pengaktifan atau energi aktivasi ( Ea ).Semua reaksi, baik eksoterm maupun endoterm
memerlukan Ea. Reaksi yang dapat berlangsung pada suhu rendah berarti memiliki Ea yang
rendah. Sebaliknya, reaksi yang dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, berarti memiliki
Ea yang tinggi.
Ea ditafsirkan sebagai energi penghalang ( barrier ) antara reaktan dengan produk.
Reaktan harus didorong agar dapat melewati energi penghalang tersebut sehingga dapat
berubah menjadi produk.

Energi

Ea Produk
P

H
R
Reaktan

Jalan reaksi
Reaksi Endoterm
1. Energi aktivasi
Kita telah mengetahui bahwa zat-zat di alam ini terdiri atas partikel-partikel (atom,
molekul atau ion). Secara teoritis, partikel-partikel suatu zat selalu bergerak secara acak atau
tidak teratur. Selain itu, kita uga telah mengetahui bahwa suatu zat dapat bereaksi dengan zat
lain yang akan membentuk zat baru. Bagaimana hubungan gerakan partikel-partikel zat
dengan reaksi kimia zat tersebut?
Alasan bagaimana zat-zat dapat mengalami reaksi kimia dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori tumbukan. Menurut teori tumbukan tersebut ketika dua buah zat kimia
bereaksi, maka partikel-partikelnya harus bertumbukan satu sama lain dengan energi yang
cukup untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Dengan kata lain, agar suatu reaksi kimia
berlangsung, maka harus terjadi tumbukan yang efektif antara partikel-partikel zat-zat yang
bereaksi. Tumbukan yang efektif tersebut dapat terjadi apabila partikel-partikel tersebut
mempunyai energi kinetik yang cukup besar, sehingga kemungkinan terjadinya perombakan
(perubahan) pada struktur ikatan antaratom zat.
Energi kinetik minimum yang harus dimiliki partikel untuk menghasilkan
tumbukan efektif yang dapat menghasilkan suatu reaksi kimia disebut energi aktivasi. Jika
pertikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi (Ea) yang kecil, maka zat tersebut mudah
bereaksi, sebaliknya jika partikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi yang besar, maka
zat tersebut sukar bereaksi.
2. Hubungan antara teori tumbukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
a. Konsentrasi
Larutan pekat memiliki konsentrasi yang besar. Molekul-molekul dalam larutan pekat
berjumlah lebih banyak, susunannya lebih rapat sehingga lebih mudah bertumbukan. Hal ini
mengakibatkan tumbukan yang terjadi semakin banyak. Pada larutan encer yang memiliki
konsentrasi kecil, letak antar molekul lebih longgar sehingga tumbukan antar molekul tidak
semudah pada larutan pekat. Selain itu, pada larutan encer jumlah molekulnya lebih sedikit
sehingga jumlah molekul yang bertumbukan lebih sedikit.
b. Suhu reaksi
Jika suatu zat dipanaskan, partikel-partikel zat tersebut menyerap kalor. Pada suhu
yang lebih tinggi, molekul bergerak lebih cepat sehingga energi kinetiknya bertambah.
Peningkatan energi kinetik menyebabkan kompleks teraktivasi lebih cepat terlampaui.
Dengan demikian reaksi berlangsung lebih cepat.
c. Luas permukaan bidang sentuh
Semakin kecil ukuran suatu zat, dalam jumlah massa yang sama luas bidang
sentuhnya semakin besar dan semakin besar luas permukaan pereaksi, laju reaksi semakin
besar.
d. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan
energi aktivasi sehingga kompleks teraktivasi lebih mudah terbentuk. Adapun zat yang
keberadaannya dapat memperlambat laju reaksi disebut inhibitor (katalis negatif). Dalam
suatu reaksi kimia, katalis tidak ikut bereaksi secara tetap sehingga dianggap tidak ikut
bereaksi. Secara umum, katalis yang digunakan dalam reaksi kimia ada tiga jenis, yaitu
katalis homogen, katalis heterogen, dan biokatalis.
Katalis homogen memiliki fase yang sama dengan zat pereaksi. Contoh, gas NO yang
digunakan untuk mengkatalisis reaksi antara gas SO2 dan gas O2. Adapun katalis heterogen
memiliki fase yang berbeda dengan zat pereaksi. Contoh, logam Ni(padatan) dipakai sebagai
katalis reaksi gas C2H4 dan H2 membentuk C2H6. Biokatalis adalah katalis yang
mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup. Biokatalis dikenal dengan
nama enzim.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
BERDASARKAN TEORI TUMBUKAN
Dengan menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan faktor-faktor yang dapat
mempercepat laju reaksi. Laju
reaksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti ukuran partikel/zat
atau luas permukaan sentuh, suhu,
ada tidaknya katalisastor, dan
konsentrasi. Dengan demikian ada
reaksi yang memerlukan waktu
sangat singkat seperti
meledaknyadinamit. Tetap ada pula yang memerlukan waktu yang relatif lama seperti susu
menjadi asam. Proses perkaratan besi yang memerlukan waktu lebih dari sebulan. Perkaratan
akan lebih cepat terjadi pada keadaan lembab karena lebih banyak persediaan oksigen dan
uap air untuk membentuk karat (besi III) oksida terhidrat). Sedangkan dinamit dapat meledak
sendiri jika terjadi pemanasan.

1. Luas Permukaan
Suatu zat padat yang berbentuk serbuk mempunyai permukaan yang lebih luas, yang
lebih luas jika dibandingkan dengan zat tersebut dalam bentuk kepingan yang besar. Dalam
suatu reaksi, bentuk serbuk memiliki bidang sentuhan yang lebih luas bertabrakan dengan
suatu zat lain. Akibatnya, reaksi zat dalam bentuk serbuk akan lebih cepat dari reaksi zat
dalam bentuk kepingan, sebab molekul-molekul dibagian dalam kepingan harus “menunggu”
sebelum bagian luar habis bereaksi, sedangkan molekul-molekul dari serbuk banyak yang
bertabrakan dalam waktu yang bersamaan.
Semakin kecil ukuran materi, jumlah materi semakin banyak maka reaksi akan makin
cepat. Hal ini disebabkan ukuran materi yang kecil menyebabkan luas permukaan sentuh
pada materi semakin luas, sehingga kemungkinan terjadi interaksi/tumbukan antar partikel
yang bereaksi semakin mudah akibatnya reaksi semakin cepat.
Contoh ilustrasi: seandainya ada ruangan yang luasnya sama ruangan A dan B.
Ruangan A diisi 10 orang, ruangan B diisi 20 orang. Jika berlari bersamaan tentu akan lebih
sering terjadi tumbukan di ruangan B.
2. Konsentrasi Pereaksi (Molaritas)
Suatu larutan yang pekat (konsentrasi besar) sudah tentu mengandung molekul-
molekul yang lebih rapat (letaknya lebih berdekatan), jika dibandingkan dengan larutan encer
(konsentrasi kecil). Molekul-molekul yang letaknya berdekatan memiliki kemungkinan yang
lebih besar (lebih mudah dan lebih sering) untuk saling bertabrakan daripada molekul yang
letaknya berjauhan. Itu sebabnya, makin besar konsentrasi suatu larutan yang kita reaksikan,
makin besar pula kecepatan reaksinya. Jika konsentrasi makin besar makin banyak zat
terlarut maka tumbukan antar partikel lebih sering terjadi karena konsentrasi besar maka
partikel akan banyak dan tumbukan antara partikel akan sering terjadi sehingga energi kinetik
semakin besar dan reaksi makin cepat berlangsung.
3. Suhu
Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhu rendah berubah. Kenaikan sekitar
100C akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi dua atau tiga kali. Dengan naiknya
harga tetapan laju reaksi (k), maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Sebagai data percobaan
setiap kenaikan 100C maka laju akan dua kali lebih cepat dibuat rumus:
𝑇−𝑇0
V1 = V0.2( 10
)

𝑇−𝑇0
t0 = t1. 2( 10
)

Dimana : V = laju
T = waktu
T = suhu
4. Katalis
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan suatu zat ke dalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai ternyata tidak
berubah.
a. Katalis ikut bereaksi tetapi pada akhir reaksi akan kembali ke bentuk semula
dan massa awalnya sama dengan massa akhir.
b. Katalis menurunkan harga energi aktivasi atau energi minimal agar reaksi
dapat berlangsung
c. Katalisator negatif adalah memperlambat reaksi atau inhibitor.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, B., (2013), Bimbingan Pemantapan Kimia untuk SMA/MA, Yrama Widya, Bandung.

Kleinfelter, W., (1989), Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Purba, M dan Sunardi., (2012), Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.

Petruucci, R. H., (1992), Kimia Dasar Edisi 4 Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Sutresna, N, Dindin, S, dan Tati, H., (2007), Aktif dan Kreatif Belajar Kimia, Grafindo Media
Pratama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai