Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH ARTIKEL KIMIA DARI INTERNET DENGAN MODEL INKUIRI

TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SISWA SMA KELAS


XI PADA MATERI LAJU REAKSI

DISUSUN OLEH :

BAIQ WULAN DAYANTI

E1M015016

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang erat kaitannya
dengan lingkungan. Pembelajaran kimia di SMA perlu ditingkatkan dalam
pemahaman siswa terhadap pemanfaatan dan penerapannya di masyarakat.
Pembelajaran kimia yang sekarang dilaksanakan di SMA lebih didominasi oleh
guru sehingga siswa cenderung hanya pasif mendengarkan dan menerima
pemahaman yang hanya bersifat verbalistik yang akibatnya siswa sulit
memahami dan mengaplikasikan konsep serta teori yang diberikan guru dalam
kehidupan sehari-hari. Pelajaran kimia sering dihubungkan dengan kebosanan,
keengganan, dan kegagalan bagi sebagian siswa. Kimia juga diklasifi kasikan
ke dalam kelompok mata pelajaran yang sulit dan abstrak sehingga banyak
siswa takut untuk mempelajarinya. Dengan suasana yang demikian, siswa akan
sulit menerima materi yang diajarkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah
kurang variatifnya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga
pembelajaran kimia kelas tidak menarik para siswa (Nurhadi 2004:13).
Sehingga diprlukan pemngembangan suatu metode yang baik dalam
menentukan menemukan solusi yaitu dengan model inkuiri. Pembelajaran dengan
model inkuiri siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Inkuiri
(Safitri et al, 2015: 33). Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan
penerapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran. Penelitian yang dilakukan Sariati
(2013) menunjukkan bahwa penerapan hierarki inkuiri berpengaruh terhadap
kemampuan literasi sains siswa. Hasil temuan Erviani (2013), Dahlia (2013), dan
Rohayati (2013) pada bidang Biologi.
Saat ini masyarakat dunia sedang memasuki era baru, era terjadinya
percepatan perubahan dalam berbagai aspek atau bidang termasuk dalam bidang
pendidikan. Tuntutan abad 21 menjadikan sistem pendidikan harus sesuai dengan
perubahan zaman. Literasi sains menjadi sangat penting untuk dimiliki peserta
didik sebagai bekal untuk menghadapi tantangan perkembangan abad 21. Hal
tersebut sejalan dengan kutipan Treacy et al., (2010): “Scientific literacy is directly
correlated with building a new generation of stronger scientific minds that can
effectively communicate research science to the general public”.
Pemahaman sains yang meliputi pemahaman terhadap alam meliputi
penguasaan ilmu dasar sains seperti kimia, biologi, fisika dan pemahaman tentang
hakikat sains sebagai suatu penyelidikan ilmiah menjadi fokus utama dalam kajian
literasi sains (Depi, 2014). Trowbridge & Bybee (1996) merekomendasikan model
pembelajaran siklus belajar dalam melatihkan kemampuan literasi sains. Menurut
Rusilowati (2013) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan memahami
konsep dan prinsip sains serta mempunyai kemampuan berpikir ilmiah untuk
memecahkan masalah sehari-hari kaitannya dengan sains. Hartati (2015)
menyatakan bahwa literasi sains penting untuk dikuasai oleh peserta didik dalam
kaitannya dengan cara peserta didik itu dapat memahami lingkungan hidup,
kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan, serta perkembangan
ilmu pengetahuan. National Science Education Standards (NSES) menyatakan
bahwa seseorang yang melek sains akan memiliki pemahaman terhadap enam unsur
utama dari literasi sains, yaitu: (1) sains sebagai inkuri, (2) konten sains, (3) sains
dan teknologi, (4) sains dalam perspektif pribadi dan sosial, (5) sejarah dan sifat
sains, dan (6) kesatuan konsep dan proses (herdiani, 2013).
OECD (Organisation for EconomicCo-operation and Development)
merupakan organisasi internasional yang concern pada perkembangan dunia
pendidikan internasional. OECD secara periodik melakukan Programme for
International Student Assesstment (PISA) setiap tiga tahun sekali. Salah satu aspek
yang dinilai pada program ini adalah literasi sains peserta didik. Indonesia
merupakan salah satu negara yang secara konsisten ikut dalam penilaian PISA.
Namun, hasil yang didapatkan masih jauh dari kata memuaskan, prestasi Indonesia
selalu berada di bawah standar internasional yang telah ditetapkan bahkan
cenderung mengalami penurunan. Menurut data literasi Indonesia pada Tahun
2000-2012 menunjukkan bahwa secara umum literasi sains pesertadidik Indonesia
rendah. Kondisi ini mendorong perlunya dilakukan upayaupaya perbaikan terhadap
pembelajaran sains di sekolah secara bertahap d esinambungan. Upaya perbaikan
kualitas pembelajaran di sekolah perlu didukung informasi tentang sejauh mana
capaian literasi sains peserta didik ditinjau dari aspek-aspeknya dan juga harus
disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia itu sendiri. Beberapa
penelitian telah dilakukan terkait dengan penerapan Levels of Inquiry dalam
pembelajaran.
Berdasarkan pengertian mengenai literasi sains dalam PISA,
kemampuan-kemampuan literasi sains harus dilatihkan dengan pembelajaran yang
berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari, kemudian fenomena
tersebut ditelaah dan dianalisis melalui suatu kegiatan ilmiah yang nantinya akan
menimbulkan kesimpulan dengan konsep yang utuh. Pembelajaran yang dilakukan
harus memiliki aktivitas sains melalui kegiatan ilmiah. Isu-isu mengenai fenomena
sain dapat ditampilkan dan diselesaikan dengan penyelidikan dalam kegiatan ilmiah
yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian diperlukan suatu pembelajaran yang
dikemas sedemikian rupa sehingga dapat melatihkan literasi sains siswa dengan
baik. Suatu pembelajaran yang dapat melatihkan kemampuan-kemampuan literasi
sains yang berkaitan dengan fenomena-fenomena sains dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan ilmiah adalah pembelajaran inkuiri. Hal ini sejalan dengan
ungkapkan Fang & Wei (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang efektif untuk melatihkan literasi sains.
Penelitian yang dilakukan Sariati (2013) menunjukkan bahwa penerapan
hierarki inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa. Berikut
disajikan penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan metode praktikum berbasis
kehidupan sehari-hari serta kemampuan literasi sains diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Asyhari (2017) menunjukkan bahwa pembelajaran saintifik
dapat meningkatkan profil kemampuan literasi sains siswa pada aspek pengetahuan
dan aspek kompetensi pada materi pencemaran lingkungan. Penelitian yang
dilakukan oleh Aryani (2017) menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan
literasi sains domain kompetensi sebesar 22% dan pengetahuan sebesar 34% dan
persentase kedua domain tersebut masih tergolong rendah dari jumlah siswa
keseluruhan SMPN 3 Batu.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana pengaruh artikel kimia dengan model inquiry terhadap
kemampuan literasi siswa kelas XI IPA MAN 7 MATARAM”.

3. Batasan Masalah dan Definisi Operasional


a. Batasan masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam penelitian ini, maka
perlu dibatasi agar sesuai dengan jangkauan pengetahuan dan agar penulis menjadi
lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Adapun batasan
masalah

pada penelitian ini antara lain, adalah :

1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa


kelas XI terhadap pokok bahasan laju reaksi pada KD 3.6 dan 3.7. Tanpa
mengetahui pengerauh dari mata pelajaran lain.
2. Tingkat kemampuan literasi siswa diukur dengan lembar observasi adaptasi
dari indikator PISA yang sudah dikembangkan.
3. Data penelitian ini diambil dari siswa SMA 7 Mataram dengan sampel
penelitian kelas XI IPA
4. Materi dalam penelitian ini adalah materi laju reaksi yang menyangkut
mengukur laju reaksi, persamaan laju reaksi, teori tumbukan dan
hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan aplikasi laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Definisi Operasional

Kemampuan literasi sains merupakan kemampuan untuk menggunakan


pengetahuan sains dalam upaya memecahkan masalah dan pengambilan
keputusan terhadap fenomena lingkungan sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki terkait konsep dan aplikasi laju reaksi yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Aspek literasi sains diantaranya adalah aspek indikator pisa yang
sudah diadopsi pada materi laju reaksi. Literasi sains yang dimaksud dalam
penelitian ini menitikberatkan pencapaian literasi sains kimia siswa pada
materi laju reaksi.
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh artikel kimia dengan model inquiry terhadap kemampuan
literasi siswa kelas XI IPA MAN 7 MATARAM.
5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk memperoleh pengalaman bagi peneliti
sesuai dengan bidang ilmu dan juga sebagai penunjang profesi guru apabila
peneliti nantinya terjun ke dunia kerja sebagai guru.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan koreksi terhadap proses belajar mengajar yang telah
berlangsung, agar nantinya guru dapat memperbaiki matode mengajarnya
sehingga dapat membuat pelajaran kimia yang selama ini dianggap susah
menjadi lebih mudah dan juga mudah dipahami oleh siswa
3. Bagi Siswa
Sebagai bahan masukan agar para siswa nantinya dapat lebih giat lagi dalam
belajar mata pelajaran kimia khususnya bagi pokok materi yang dianggap
mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi.
4. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai masukan agar kepala sekolah dapat mengambil tindakan perbaikan
yang lebih baik untuk kedepanya, terutama bagi pokok materi yang dianggap
mempunyai tingkat kesukaran yang tinggi bagi para siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian disusun dalam rangka mencapai tujuan penelitian, sehingga


perlu dipersiapkan hal-hal seperti waktu dan tempat penelitian, jenis dan desain
penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian,
teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan penentuan teknik analisis data yang
akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Waktu dan Lokasi Penelitian


2. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini disebut quasi experiment (eksperimen semu). Desain yang
digunakan dalam eksperimen semu ini yaitu posttest only control group design.
Variabel Penelitian Variabel pada penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
1). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki
pengaruhnya, yaitu penggunaan artikel kimia dari internet yang dikenakan pada
kelompok eksperimen dan model pembelajaran praktikum konvensional (ceramah,
diskusi, sumber belajar dengan buku) yang dikenakan pada kelompok kontrol.
2). Variabel terikat adalah variabel yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas,
yaitu kemampuan literasi sains.

4. Subjek Penelitian
4.1 populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas SMA 7 MATARAM yang berjumlah 107
siswa.
4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2014:118). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Penentuan kelas
sampel berdasarkan nilai ujian akhir sekolah kimia Tahun Pelajaran 2017/2018
pada ketiga kelas populasi. Ketiga kelas terlebih dahulu diuji homogenitas rerata
nilai menggunakan ANAVA dan didapatkan nilai Fhitung < Ftabel sehingga ketiga
kelas dikatakan homogen. Penentuan sampel menggunakan simple random
sampling .
5. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap utama, yakni tahap perencanaan dan
pelaksanaan penelitian.
 Tahap Perencanaan Penelitian
Tahap perencanaan penelitian ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
 Observasi Data Sekolah
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan observasi
terhadap objek yang akan diteliti, objek pada penelitian ini adalah siswa maka
observasi dilakukan di sekolah. Bentuk observasi yang dilakukan adalah observasi
tidak langsung yang dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan guru mata
pelajaran kimia dan siswa kelas XI. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan
data awal siswa dan karakteristik siswa dan karakteristik pembelajaran yang
digunakan di sekolah. Dari hasil wawancara ini diperoleh karakteristik siswa yang
akan dijadikan objek penelitian dan juga data-data nilai siswa.
 Analisis Materi Pelajaran Kimia
Analisis materi bertujuan untuk melihat sejauh mana kesesuaian materi
dengan metode yang akan dikembangkan. Selanjutnya baru bisa dilakukan
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kompetensi Dasar yang
akan dikembangkan menjadi RPP adalah KD 3.6 dan 3.7.
 Analisis Silabus dan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum melakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap silabus mata pelajaran kimia
dimana materi pokok yang diambil adalah laju reaksi.
 Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian merupakan salah satu komponen penting yang
diperlukan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berupa instrumen pilihan ganda yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan
indikator literasi sains.
 Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dalam mengetahui
tingkat penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi, instrumen yang telah
disusun terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya sehingga dapat
diperoleh soal-soal yang valid dan reliabel.
 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur.
 Validitas Isi
Untuk instrumen yang berkaitan dengan kemampuan literasi sains diuji
dengan menggunakan pengujian validitas konstrak (construct validity). Untuk
menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts).
Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan
dengan ahli (Sugiyono, 2014).
 Validitas Butir Soal
Untuk instrumen soal posttest dianalisis validitasnya menggunakan validitas isi
dan validitas eksternal.
 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan atau keterandalan.
Menurut (Arikunto, 2010), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa
sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
1) Uji coba instrumen untuk menguji validitas dan reliabilitas soal.
2) Melakukan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta
pelaksanaan posttest
6. Teknik Pengumpulan Data
Metode penumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode
observasi. Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi
untuk mengukur kemampuan seseorang. Tes dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan yang memiliki respon/jawaban benar atau salah. Metode tes digunakan
untuk mengukur hasil belajar dan kemampuan literasi sains siswa. Kemampuan
literasi sains siswa juga diamati dengan metode observasi.
7. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
statistik parametris. Statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel
yang akan dianalisis harus terdistribusi normal (Sugiyono, 2013). Untuk
mengetahui apakah data hasil belajar dalam penelitian ini terdistribusi normal,
maka dilakukan uji normalitas data. Normalitas data dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Chi kuadrat (Sugiyono, 2012).
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ )2
𝑥2 = ∑ 𝑓ℎ

Keterangan:
2
χ = harga chi-kuadrat
fo= frekuensi observasi
fh= frekuensi harapan
2 2
Kriteria: Jika χ ≤χ pada taraf signifikan yang digunakan sebesar 5% maka
hitung tabel

data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians


Uji homogenitas sampel dimaksudkan untuk menegaskan bahwa kedua
kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah homogen. Uji homogenitas dilakukan
terhadap hasil posttest pada kedua kelas untuk mengetahui jenis persamaan uji-t
yang akan digunakan dan untuk menganalisis perbedaan hasil kemampuan literasi
sains nantinya. Uji homogenitas terhadap hasil posttest dicari menggunakan rumus
uji-F, yaitu (Sugiyono, 2013).
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Varians masing-masing kelas diperoleh dengan rumus (Sugiyono, 2013).
2

  X  X 

S2 
n 1
Keterangan:
F = indeks homogenitas yang dicari
S2 = varians
X = nilai siswa
= rata-rata
n = jumlah sampel
Nilai Fhitung dengan Ftabel dibandingkan pada taraf signifikan 5%. Dengan kriteria
pengujian, jika Fhitung ≤ Ftabel, maka data dapat dikatakan homogen, dan sebaliknya
apabila harga Fhitung> F tabel, maka data dikatakan tidak homogen (Sugiyono, 2013).

3. Uji Beda (Uji-t) untuk Hipotesis


Sebelum uji hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu hipotesis
penelitian dinyatakan dalam analisis statistik yaitu:
HO :Kemampuan literasi sains siswa yang diajar dengan menggunakan artikel kimia
di internet dengan model inkuiry tidak lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan metode konvensional pada materi laju reaksi siswa kelas XI SMA 7
MATARAM.
Ha: Kemampuan literasi sains siswa yang diajar dengan menggunakan artikel kimia
di internet dengan model inkuiry lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan metode konvensional pada materi laju reaksi siswa kelas XI SMA 7
MATARAM.
Tes “t” atau “t” test adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah
mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (Sugiyono, 2013). Untuk melihat pengaruh perlakuan
atau untuk membuktikan hipotesis kedua yang diajukan pada penelitian ini, maka
data hasil kemampuan literasi sains siswa diolah dengan menggunakan rumus uji-t
(uji beda). Rumus uji-t yang akan digunakan sesuai dengan homogenitas varians
yang ditentukan dengan uji-F dari kedua kelompok data yang akan dianalisis.
Terdapat dua alternatif rumus uji-t yang akan digunakan dalam menguji hipotesis,
yaitu Separated Varians dan Polled Varians.
Rumus Separated Varians:

X1  X 2
t
 S12 S 22 
  
 n1 n2 

Rumus Polled Varians:

X1  X 2
t
n1  1S12  n2  1S 22  1 1
n1  n2  2  n  n 
 1 2 

Keterangan:

X1 = rata-rata sampel 1

X2 = rata-rata sampel 2

S12 = varians sampel 1

S 22 = varians sampel 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2

Kriteria pengujian jika thitung ≤ ttabel dengan taraf signifikan 5% maka Ho diterima,
untuk thitung> ttabel maka Ho ditolak. Nilai t dapat diperoleh dari tabel distributif
(Sugiyono, 2013).
Kriteria pengujian hipotesis alternatif diterima jika t hitung> t tabel. Penggunaan rumus
uji-t yang akan digunakan didasarkan pada pedoman sebagai berikut (Sugiyono,
2012):
1. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen maka dapat digunakan
rumus Separated Varians atau Polled Varians. Untuk melihat harga ttabel dk =
n1+n2-2.
2. Bila n1≠n2 dan varians homogen maka dapat digunakan rumus Polled Varians.
Untuk melihat harga ttabel digunakan dk = n1+n2-2.
3. Bila n1 = n2 dan varians tidak homogen maka dapat menggunakan rumus
Separated Varians atau Polled Varians dengan dk = n1-1 atau dk = n2-1.
4. Bila n1≠n2 dan varians tidak homogen maka digunakan rumus Separated
Varians, harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga ttabel dengan dk
(n1-1) dan dk (n2-1) dibagi dua dan ditambahkan dengan harga t yang kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Aryani, a. K. (2017). Literasi Sains dan Hasil Belajar pada Konsep Klasifikasi
Makhluk Hidup, Materi Serta Perubahannya dalam Pembelajaran Berbasis
Proyek dengan Peer Assessment. DISERTASI dan TESIS Program Pascasarjana
UM.
Asyhari, A., & Clara, G. P. (2017). Pengaruh Pembelajaran Levels of Inquiry Terhadap
Kemampuan Literasi Sains Siswa. Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains,
6(2), 87-101.
Depi, S. S. (2014). KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA
SMA PADA KONTEN INTERAKSI ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN
KONTEKS INKJET PRINTER (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan
Indonesia).
Edi Wibowo, Mungin, dkk. 2007. Paduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES
Press.
Fang, Z., & Wei, Y. (2010). Improving middle school students’ science literacy through
reading infusion. The Journal of Educational Research, 103(4), 262-273.
Hartati, R. (2016). Peningkatan Aspek Sikap Literasi Sains Siswa SMP Melalui
Penerapan Model Problem Based Learning Pada Pembelajaran IPA Terpadu.
Edusains UIN Syarif Hidayatullah, 8(1), 90-97.
Nurhadi, A. R. (2016). PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KONTEKS
PELUMAS MEDIA MAGNETIK UNTUK MEMBANGUN LITERASI KIMIA
SISWA SMA (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Safitri, A. (2015). Pengembangan Modul Kimia SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing pada
Materi Larutan Penyangga (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG).
Salamah, P. N., Rusilowati, A., & Sarwi, S. (2017). Pengembangan Alat Evaluasi
Materi Tata Surya untuk Mengukur Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP.
UPEJ Unnes Physics Education Journal, 6(3), 7-16.
Sariati, D. (2013). Analisis Keterampilan Proses pada Penggunaan Hierarki Inkuiri dan
Dampaknya terhadap Literasi Sains Siswa SMP (Doctoral dissertation,
Universitas Pendidikan Indonesia).
Shafie, A., Barnachea, J. J., & Herdiana, R. (2008). Students’ learning experience on the
final year project for Electrical and Electronics Engineering of Universiti
Teknologi PETRONAS.
Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk penelitian. Bangung : alfabeta
Treacy, D. J., & Kosinski-Collins, M. S. (2011). Using the Writing and Revising of
Journal Articles to Increase Science Literacy and Understanding in a Large
Introductory Biology Laboratory Course. Atlas Journal of Science Education,
1(2), 29-37.
Trowbridge, L. W., & Bybee, R. W. (1996). Teaching Secondary Schooll Science
Strategies For Developing Scientific Literacy. Englewood; New Jersey;
Columbus; Ohio: Merrill an Imprint of Prentice Hall

Anda mungkin juga menyukai