Deskripsi : Seorang anak diantar orang tuanya datang ke RSUD TGk, Chik Ditiro dengan keluhan kejang 3 jam sebelum masuk ke
Rumah Sakit
Tujuan:
o Mampu mendiagnosis dan memberikan terapi pada kasus kejang demam pada anak
o Mampu memberikan edukasi kepada pasien yang mengalami kasus tersebut
1
Tempat: IGD Tgk. Chik Ditiro Telp: - Terdaftar sejak:
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis / gambaran klinis :
Os datang ke RSUD Tgk, Chik Ditiro diantar oleh keluarganya dengan keluhan kejang 3 jam SMRS. Kejang berlangsung selama
sekitar 3 menit. Saat kejang pasien dalam keadaan tidak sadar. Mata mendelik ke atas, tangan dan kaki kelojotan. Frekuensi kejang 1x,
kejang tidak berulang. Setelah kejang pasien langsung sadar dan menangis.
Sebelumnya Os mengalami demam tinggi sejak siang harinya. Demam naik tinggi mendadak. Saat itu suhu tubuh tidak diukur. Os
juga mengalami muntah sebanyak 3x sejak siang hari. Isi susu tanpa darah, sekitar setengah minuman gelas. Os sempat dibawa ke klinik dan
diberikan obat anti-kejang lewat anus 1x dan obat penurun panas. Kemudian dirujuk ke RS Tgk. Chik Ditiro.
Tidak ada riwayat cedera kepala sebelumnya, batuk pilek, keluar cairan dari telinga. Buang air besar tidak ada keluhan, mencret
tidak ada. Tidak ada keluhan buang air kecil, urin tidak keruh dan tidak berbau.
1. Riwayat penyakit dahulu: Tidak ada riwayat kejang demam sebelumnya atau riwayat sakit lain.
2. Riwayat keluarga: Tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga.
3. Riwayat imunisasi: Imunisasi lengkap.
4. Riwayat tumbuh kembang: sesuai dengan usia pasien.
5. Lain-lain: -
6. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign:
N : 100 kali/menit
2
RR : 24 kali/ menit
T : 38,5 oC
Kepala : normosefal
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
THM : bibir kering (-/-)
Leher : dalam batas normal
Thorax:
Pulmo :
I : simetris, bentuk normal, retraksi interkostal (-/-)
P : pergerakan dinding dada simetris, fremitus dekstra dan sinistra normal
P : sonor pada semua lapangan paru
A : Vesikuler (+/+) pada seluruh parenkim paru, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS IV di linea midclavicula sinistra
A : BJ S1/S2 murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : soepel, peristaltik (+) meningkat, nyeri tekan (-), hepar/lien/renal tidak teraba
Extremitas: edema pretibial -/-, dorsum pedis -/-, eritema marginatum -/-
Status neurologis : tanda rangsang meningeal : dbn, motorik: lateralisasi (-), refleks fisiologis (+2/+2), reflex patologis : babinski (-)
3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Perifer Lengkap
Leukosit : 9.240
Hb : 10.4
PLT : 143.000
Hct : 33.8
GDS : 100 mg/dL
Urinalisis
Kuning jernih
BJ : 1.020
pH : 6.5
Nitrit : (-)
Sediment :
Eritrosit : 0-1/LPB
Leukosit : 1-2/LPB
Epitel : 0-1/LPB
DIAGNOSA KERJA
Kejang demam sederhana
Obs febris ec demam dengue dd infeksi virus
4
TATALAKSANA
- IVFD D5% ¼ NS 40 gtt/i (mikro)
- Paracetamol syrup 4 x I cth (120 mg)
- Domperidon syrup 3 x ¾ cth
- Diazepam supp 5 mg (k/p)
- Kompres hangat
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA:
1) Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, et al, editors. Rekomendasi penatalaksaan kejang demam. UKK Neurologi IDAI. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016
2) Setyabudhy, Mangunatmaja I. Kejang. Dalam: Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2011.p.35.
3) Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2009.p.150
4) Innes RF. Understanding the pathophysiology behind febrile convulsions. Nurs Child Young People. 2015 Mar;27(2):20-3
5
Hasil pembelajaran:
Rangkuman
1. SUBJEKTIF:
Anak umur 20 bulan masuk rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan kejang 3 jam SMRS. Kejang berlangsung selama sekitar 3
menit. Saat kerjang pasien tidak sadar, mata mendelik ke atas, tangan dan kaki kelojotan. Frekuensi kejang 1x kejang tidak berulang.
Setelah kejang pasien langsung sadar dan menangis. Sebelumnya sempat demam tinggi sejak siang harinya. Demam naik tinggi
mendadak. Saat itu suhu tubuh tidak diukur. Os muntah sebanyak 3x sejak siang hari, isi susu tanpa darah, Os sempat dibawa ke klinik
dan diberikan obat anti-kejang lewat anus 1x dan obat penurun panas kemudian dirujuk ke RS Tgk. Chik Ditiro.
2. OBJEKTIF:
Hasil pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien demam (T: 38.5OC), pemeriksaan fisik lain tidak ditemukan
adaya defisit neurologis. Hasil pemeriksaan lab DPL dan urinalisis juga dalam batas normal.
3. ASESSMENT (PENALARAN KLINIS):
Definisi
Kejang Kejang adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di neuron. Kejang demam adalah bangkitan
6
kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh di atas 38 OC) yang tidak
disebabkan oleh proses intrakranial.
Perbedaan antara kejang – penyerupai kejang
Klasifikasi Kejang
Secara umum kejang dibedakan menjadi :
Kejang parsial : sederhana, kompleks, parsial yang menjadi umum
Kejang umum : absans, mioklonik, klonik, tonik, tonik-klonik, atonik
Kejang demam dibedakan menjadi :
Kejang demam sederhana : durasi < 15 menit, bentuk kejang umum (tonik atau klonik), tidak berulang dalam 2 4jam
Kejang demam kompleks : durasi > 15 menit, kejang fokal atau parsial, atau atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang
7
atau >1x dalam 24 jam
Patofisiologi
Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam :
Imaturitas termoregulator di sistem saraf
Peningkatan suhu memicu pelepasan listrik neuron yang ekstrim dan gangguan fusngsi neurologis
Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat
Predisposisi genetik yang menyebabkan kerentanan seseorang untuk terjadi kejang
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tidak rutin dikerjakan pada kasus kejang demam, evaluasi sumber infeksi penyebab demam,
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah darah perifer, elektrolit, gula darah, urinalisis.
Pungsi lumbal : untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
Indikasi: terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal, terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis, pada anak kejang demam yang sebelumnya telah mendapatkan antibiotik sehingga dapat mengaburkan tanda
dan gejala meningitis.
Elektroensefalografi (EEG) : tidak diperlukan untuk kejang demam, kecuali apabila bangkitan bersifat fokal.
Pencitraan : CT scan atau MRI kepala tidak rutin dilakukan pada anak dengan kejang demam sederhana.
Indikasi : kelainan neurologis fokal yang menetap (seperti hemiparesis atau paresis nervus kranialis)
Prognosis
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik
8
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi tidak pernah dilaporkan
Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Faktor Risiko berulangnya kejang demam :
o Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
o Usia < 12 bulan
o Suhu tubuh kurang dari 39OC saat kejang
o Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang
o Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks
Faktor risiko terjadinya epilepsi
Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
Kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu tahun
Tatalaksana
Bila pasien datang dalam keadaan kejang diazepam intravena (dosis: 0.2-0.5 mg/kg dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit) dengan dosis maksimal 10 mg.
Tatalaksana praktis di rumah : diazepam rektal
o 5 mg untuk BB<12 kg dan 10 mg untuk BB>12 kg
o Bila belum berhenti dapat diulang dengan interval 5 menit
9
o Bila kejang masih berlangsung diberikan diazepam intravena masih berlanjut algoritma status epileptikus
Algoritma penanganan kejang akut dan status konvulsif
10
Antipiretik
Antipiretik dapat diberikan.
Paracetamol 10-15 mg/kg/kali tiap 4-6 jam.
Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali 3-4 kali sehari.
Antikonvulsan intermiten
Diberikan dengan salah satu faktor risiko berikut:
Kelainan neurologis berat, seperti serebral palsi
Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
Usia < 6 bulan
Bila kejang terjadi saat suhu tubuh <39OC
Apabila pada episode kejang demam sebelumnya suhu tubuh meningkat dengan cepat
Antikonvulsan rumatan
o Diberikan pada kasus selektif dan dalam jangka waktu pendek
o Indikasi:
o Kejang fokal
o Kejang lama > 15 menit
o Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya serebral palsi, hidrosefalus, hemiparesis.
o Jenis antikonvulsan untuk rumatan
o Diberikan pada kasus selektif dan dalam jangka waktu pendek
o Jenis antikonvultan yang diberikan
11
o Fenobarbital : Dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40-50% kasus). Dosis 3-4 mg/kg/hari dlm 1-2
dosis
o Asam valproat : Pada usia < 2 tahun gangguan fungsi hati. Dosis 15-40 mg/kg/hari dalam 2 dosis
o Indikasi:
o Kejang fokal
o Kejang lama > 15 menit
o Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya serebral palsi, hidrosefalus, hemiparesis.
Edukasi pada orangtua
Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.
Memberitahukan cara penanganan kejang.
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
4. PLAN:
Diagnosis :Dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, maka pasien ini didiagnosis dengan kejang demam simpleks
dan observasi febris.
12
Pengobatan:
13