Kelompok 11
Kelompok 11
FIQIH
Di Susun Oleh :
TEKNIK INFORMATIKA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
hidayah dan INAYAH-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Fiqih tentang Hukum Ahli Waris yang Membunuh Orang Tuanya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembutaan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala masukkan dan kritikan untuk makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Contents
II.1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
I.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 4
I.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
I.3. Tujuan Masalah ................................................................................................... 5
II.2. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
II.1. Pengertian Ahli Waris ......................................................................................... 6
II.2. Penyebab terhalangnya menerima Ahli Waris dari Orangtua ............................ 6
II.3. Pendapat Ulama tentang pembunuhan yang bisa menjadi penghalang Hak
Waris dari orangtuanya .................................................................................................. 9
II.4. Pembunuhan yang masih bisa Menerima Ahli Waris ....................................... 10
II.5. Hukum Ahli Waris yang membunuh Oranguanya............................................. 10
II.3. PENUTUP ............................................................................................................... 13
III.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
III.2. Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14
II.1. PENDAHULUAN
Dalam ilmu kewarisan, anak berhak untuk menerima harta waris sebagaimana
dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 174 ayat 2 bahwa apabila semua ahli waris
ada maka yang mendapat warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda atau duda.
Namun seiring dengan perkembangan zaman saat ini, secara realitas, tak bisa
dipungkiri peristiwa-peristiwa yang diluar dugaan terjadi, misalnya anak yang
tega menyakiti orangtuanya hingga masuk rumah sakit hingga peristiwa anak
yang tega membunuh orangtuanya
Firman Allah :
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka,
sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-
Nisaa’: 14)
“Bagilah harta waris (pusaka) antara ahli waris menurut kitabullah Al-Qur’an.
“(HR. Muslim dan Abu Daud)
Tetapi jangan salah, karena tidak semua yang dikategorikan keluarga adalah
otomatis tergolong ahli waris. Dari sisi hubungan kekeluargaan, terdapat dua
macam perbedaan status hak waris:
Halangan untuk menerima warisan atau disebut dengan mawani al-irts, adalah
hal-hal yang menyebabkan gugurnya hak ahli waris untuk menerima warisan dari
harta peninggalan al-muwarrits.
a. Pembunuhan
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai
anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para
isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh
seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-
laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan
anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang
saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak
memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu
sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Penyantun. Oleh karena itu, petunjuk umum ayat-ayat tsb harus diamalkan
sebagaimana adanya.(b)
Ada pun dasar hukum yang melarang ahli waris yang membunuh untuk mewarisi
harta peninggalan si mati (orang tua) adalah sabda Rasulullah Saw.diantaranya
adalah:
b. Riwayat al-Nasa’i
“Rasulullah Saw.bersabda : “Tidak ada hak bagi pembunuh sedikit pun untuk
mewarisi.” (Riwayat al-Nasa’i).
Bila ada orang yang berhak menerima waris, tetapi orang itu membunuh orang
yang akan mewariskan, misalnya ada anak yang tidak sabar menanti warisan
ibunya, sehingga ia membunuh ibunya, maka anak tersebut tidak berhak
mengambil pusaka ibunya.
b. Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 173 dijelaskan tentang Seorang terhalang
menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap, dihukum karena:
- Anak durhaka dilihat dari perspektif Kompilasi Hukum Islam pasal 173 huruf
a bahwa mencoba membunuh atau menganiaya berat menyebabkan seseorang
akan terhalang untuk mewarisi.
- Perbuatan durhaka seorang anak yang telah menyakiti orang tuanya secara
fisik, psikis dan dipertegas pula dalam huruf b telah melakukan suatu tindakan
kejahatan yang telah mendapat hukuman penjara atau hukuman berat maka ini
akan menghalanginya menerima kewarisan dari orangtuanya.
- Sebagian ulama menyatakan bahwa aturan ini berlaku umum untuk semua
bentuk pembunuhan, baik pembunuhan disengaja maupun tidak disengaja.
Keterangan ini merupakan pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-
Syafi’i. (Subulus Salam, 2:148)
c. Dalam perspektif hukum pidana, seseorang yang Secara sengaja (dolus) dan tidak
sengaja (alpa) tindakan menghilangkan nyawa seseorang adalah bentuk kesalahan
tindak pidana sebagaimana ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang
ditujukan terhadap nyawa orang lain yang diatur dalam buku II bab XIX, yang
terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal 350 11. Hal ini sejalan dengan
hukum Islam. Anak yang membunuh orangtuanya, sudah jelas dan nyata anak
tersebut masuk dalam kategori anak durhaka yang terhalang untuk menerima
kewarisan.
II.3. PENUTUP
III.1. Kesimpulan
III.2. Saran
Janganlah jadi anak durhaka yang tega membunuh orangtuanya hanya demi
warisan dari orangtua, jangan jadikan harta/warisan menutup mata kita dan tergiur
akan dunia. Sebaiknya ikhlas kan saja apa yang diputuskan oleh orangtua untuk
kita dalam hal urusan warisan, mungkin itu yang terbaik bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/2020-orang-yang-tidak-berhak-mendapat-harta-waris.html
Sistem-Pembagian-Waris-Menurut-Hukum-Islam-dan-BW-(Hukum-20Perdata)-
20_-Jatimurah's-Blog.html