Anda di halaman 1dari 14

MsAKALAH

FIQIH

“Hukum Ahli Waris yang Membunuh Orang Tuanya”

Dosen Pengampu : Syarifuddin M.Ag

Di Susun Oleh :

1. Fitri Sri Rahayu


2. Hara Novina Putri

UIN SUSKA RIAU

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

TEKNIK INFORMATIKA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
hidayah dan INAYAH-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Fiqih tentang Hukum Ahli Waris yang Membunuh Orang Tuanya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembutaan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala masukkan dan kritikan untuk makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Contents
II.1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
I.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 4
I.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
I.3. Tujuan Masalah ................................................................................................... 5
II.2. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
II.1. Pengertian Ahli Waris ......................................................................................... 6
II.2. Penyebab terhalangnya menerima Ahli Waris dari Orangtua ............................ 6
II.3. Pendapat Ulama tentang pembunuhan yang bisa menjadi penghalang Hak
Waris dari orangtuanya .................................................................................................. 9
II.4. Pembunuhan yang masih bisa Menerima Ahli Waris ....................................... 10
II.5. Hukum Ahli Waris yang membunuh Oranguanya............................................. 10
II.3. PENUTUP ............................................................................................................... 13
III.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
III.2. Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14
II.1. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar adanya perpecahan, bahkan


pertumpahan darah, antara sesama saudara atau kerabat dalam masalah harta
waris. Sehubungan dengan hal itu, Allah telah menciptakan tentang aturan-aturan
membagi harta waris secara adil dan baik. Hamba Allah diwajibkan melaksanakan
hukum-Nya dalam semua aspek kehidupan. Siapa saja yang membagi harta waris
tidak sesuai dengan hukum Allah maka Allah akan menempatkan mereka di
neraka selamalamanya.

Dalam ilmu kewarisan, anak berhak untuk menerima harta waris sebagaimana
dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 174 ayat 2 bahwa apabila semua ahli waris
ada maka yang mendapat warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda atau duda.
Namun seiring dengan perkembangan zaman saat ini, secara realitas, tak bisa
dipungkiri peristiwa-peristiwa yang diluar dugaan terjadi, misalnya anak yang
tega menyakiti orangtuanya hingga masuk rumah sakit hingga peristiwa anak
yang tega membunuh orangtuanya

Firman Allah :

“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka,
sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-
Nisaa’: 14)

Ayat di atas diperjelas dengan sabda Rasulullah yang artinya:

“Bagilah harta waris (pusaka) antara ahli waris menurut kitabullah Al-Qur’an.
“(HR. Muslim dan Abu Daud)

I.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Ahli Waris ?
2. Bagaimana seseorang bisa terhalang menerima Ahli Waris dari
orangtuanya?
3. Apa saja pendapat ulama tentang pembunuhan yang bisa menjadi
penghalang Hak Waris dari orangtuanya?
4. Bagaimana pembunuhan yang masih bisa menerima Hak Waris ?
5. Apa hukum Ahli Waris yang membunuh orang tuanya ?

I.3. Tujuan Masalah

1. Pengertian Ahli Waris


2. Penyebab terhalangnya menerima Ahli Waris dari orangtua.
3. Pendapat Ulama tentang pembunuhan yang bisa menjadi penghalang Hak
Waris dari orangtuanya.
4. Pembunuhan yang masih bisa menerima Hak Waris.
5. Hukum Ahli Waris yang membunuh orang tuanya.
II.2. PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Ahli Waris

Definisi Ahli Waris adalah orang-orang yang karena sebab(keturunan, perkawinan


/perbudakan) berhak mendapatkan bagian dari harta pusaka orang yang meninggal
dunia.

Tetapi jangan salah, karena tidak semua yang dikategorikan keluarga adalah
otomatis tergolong ahli waris. Dari sisi hubungan kekeluargaan, terdapat dua
macam perbedaan status hak waris:

1. Ahli Waris: Keluarga yang saling mewarisi.

2. Ulul Arhaam: Mempunyai hubungan keluarga tapi tidak saling mewarisi


langsung; atau dengan kata lain, dia mewarisi jika tidak ada golongan Ahli waris.

II.2. Penyebab terhalangnya menerima Ahli Waris dari Orangtua

Halangan untuk menerima warisan atau disebut dengan mawani al-irts, adalah
hal-hal yang menyebabkan gugurnya hak ahli waris untuk menerima warisan dari
harta peninggalan al-muwarrits.

a. Pembunuhan

Pembunuhan yang dilakukan ahli waris terhadap al-muwarrits, menyebabkanya


tidak dapat mewarisi harta peninggalan orang yang diwarisinya. Demikian
kesepakatan mayoritas (Jumhur) Ulama. Golongan Khawarij – yang memisahkan
diri dari ‘Ali ibn Thalib dan Mu’awiyah hampir dikalahkan dengan mengangkat
mushaf – menentang pendapat ini. Alasan mereka, ayat-ayat mawarrits seperti
dalama Qs Al-nisa’ ayat 11-12 hanya memberi petunjuk umum.
Artinya :

Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.


Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], maka
bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu
seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa,
bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang
ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Artinya :

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai
anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para
isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh
seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-
laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan
anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang
saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak
memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu
sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Penyantun. Oleh karena itu, petunjuk umum ayat-ayat tsb harus diamalkan
sebagaimana adanya.(b)

Ada pun dasar hukum yang melarang ahli waris yang membunuh untuk mewarisi
harta peninggalan si mati (orang tua) adalah sabda Rasulullah Saw.diantaranya
adalah:

a. Riwayat Ahmad dari Ibn’Abbas:

“Rasulullah Saw.bersabda: “Barangsiapa membunuh seorang korban, maka


sesungguhnya ia tidak dapat mewarisinya, walaupun korban tidak mempunyai ahli
waris selain dirinya sendiri. (Begitu juga) walaupun korban itu adalah
orangtuanya atau anaknya sendiri. Maka bagi pembunuh tidak berhak menerima
warisan.” (Riwayat Ahmad)

b. Riwayat al-Nasa’i

“Rasulullah Saw.bersabda : “Tidak ada hak bagi pembunuh sedikit pun untuk
mewarisi.” (Riwayat al-Nasa’i).

Bila ada orang yang berhak menerima waris, tetapi orang itu membunuh orang
yang akan mewariskan, misalnya ada anak yang tidak sabar menanti warisan
ibunya, sehingga ia membunuh ibunya, maka anak tersebut tidak berhak
mengambil pusaka ibunya.

II.3. Pendapat Ulama tentang pembunuhan yang bisa


menjadi penghalang Hak Waris dari orangtuanya

Pendapat yang berkembang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pendapat yang kuat dikalangan ulama Syafi’iyah menetapkan bahwa


pembunuhan dalam bentuk apapun menghalang hak kewarisan.
b. Menurut Imam Malik dan pengikutnya, pembunuhan yang menghalang hak-
hak kewarisan ialah pembunuhan yang disengaja;
c. Menurut ulma Hanbali pembunuhan yang menghalang hak kewarisan adalah
pembunuhan yang tidak dengan hak dalam segala bentuknya;
d. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa pembunuhan yang menghalangi hak
kewarisan ialah pembunuhan disengaja yang dikenal sanksi qishash.
e. Ulama mazhab Syi’ah berpendapat bahwa pembunuha yang menghalangi hak
kewarisan hanyalah pembunuh yang sengaja.
f. Dikalangan ulama Islam hanya golongan Khawarij yang tidak menjadikan
pembunuhan sebagai penghalang kewarisan. alasan yang mereka kemukakan
adalah keumuman Al-Qur'a’ tentang hak kewarisan sedangkan Hadis Nabi
diatas tidak cukup kuat untuk membatasi keumuman Al-Qur’an.

II.4. Pembunuhan yang masih bisa Menerima Ahli Waris

a. Menurut Imam Malik dan pengikutnya pembunuhan yang tidak disengaja


tidak menghalang hak kewarisan.
b. Menurut ulma Hanbali pembunuhan yang secara hak tidak menghalangi hak
kewarisan, karena pelakunya telah diampuni dari sanksi akhirat.
c. Ulama mazhab Syi’ah berpendapat bahwa pembunuhan yang tidak berlaku
padanya qishash meskipun disengaja tidak menghalang hak kewarisan,
seperti pembunuhan anak yang belum dewasa kepada orangtuanya.
d. Ulama Hanafiyah, bahwa pembunuhan yang hak tidak menghalang hak
kewarisan

II.5. Hukum Ahli Waris yang membunuh Oranguanya

a. Hukum Undang-undang Warisan Mesir mengambil pendapat ini dalam pasal


lima belas, yang bunyinya :
"Di antara penyebab yang menghalangi pewarisan ialah membunuh orang yang
mewariskan dengan sengaja, baik pembunuh itu pelaku utama, serikat, ataupun
saksi palsu yang kesaksiannya mengakibatkan hukum bunuh dan
pelaksanaannya bagi orang yang mewariskan, jika pembunuhan itu
pembunuhan yang tidak benar atau tidak beralasan; sedang pembunuh itu orang
yang berakal dan sudah berumur lima belas tahun; kecuali kalau dia melakukan
hak membela diri yang sah.”

Contoh kasus :misalnya A adalah anak durhaka, A telah menganiaya


orangtuanya hingga jatuh sakit. Orangtuanya memiliki banyak harta untuk
diwariskan. Beberapa tahun kemudian orangtua si A meninggal karena sakit
akibat penganiayaan si A, pertanyaannya apakah si A berhak menerima harta
warisan tersebut?

b. Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 173 dijelaskan tentang Seorang terhalang
menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap, dihukum karena:

- dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya


berat para pewaris;

- Anak durhaka dilihat dari perspektif Kompilasi Hukum Islam pasal 173 huruf
a bahwa mencoba membunuh atau menganiaya berat menyebabkan seseorang
akan terhalang untuk mewarisi.

- Perbuatan durhaka seorang anak yang telah menyakiti orang tuanya secara
fisik, psikis dan dipertegas pula dalam huruf b telah melakukan suatu tindakan
kejahatan yang telah mendapat hukuman penjara atau hukuman berat maka ini
akan menghalanginya menerima kewarisan dari orangtuanya.

- Sebagian ulama menyatakan bahwa aturan ini berlaku umum untuk semua
bentuk pembunuhan, baik pembunuhan disengaja maupun tidak disengaja.
Keterangan ini merupakan pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-
Syafi’i. (Subulus Salam, 2:148)
c. Dalam perspektif hukum pidana, seseorang yang Secara sengaja (dolus) dan tidak
sengaja (alpa) tindakan menghilangkan nyawa seseorang adalah bentuk kesalahan
tindak pidana sebagaimana ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang
ditujukan terhadap nyawa orang lain yang diatur dalam buku II bab XIX, yang
terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal 350 11. Hal ini sejalan dengan
hukum Islam. Anak yang membunuh orangtuanya, sudah jelas dan nyata anak
tersebut masuk dalam kategori anak durhaka yang terhalang untuk menerima
kewarisan.
II.3. PENUTUP
III.1. Kesimpulan

Durhakanya seorang anak yang tidak sampai membunuh orangtuanya, menjadi


pertanyaan besar? Apakah berhak menerima harta waris? Penulis berpendapat bahwa
dalam al-Qur’an dan hadits telah dijelaskan bahwa “Malaikat bahkan Allah pun
melaknat orang yang berbuat durhaka kepada orangtuanya serta akan disempitkan
rezekinya. Kompilasi Hukum Islam tentang perbuatan seseorang dalam hal ini
seorang anak yang mencoba atau dengan sengaja menganiaya berat pewaris, adalah
terhalang dalam menerima warisan, sehingga dengan demikian perbuatan anak yang
tidak mencintai orangtuanya tidak berhak mewarisi.wallahu a’lam.

III.2. Saran

Janganlah jadi anak durhaka yang tega membunuh orangtuanya hanya demi
warisan dari orangtua, jangan jadikan harta/warisan menutup mata kita dan tergiur
akan dunia. Sebaiknya ikhlas kan saja apa yang diputuskan oleh orangtua untuk
kita dalam hal urusan warisan, mungkin itu yang terbaik bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://almanhaj.or.id/2020-orang-yang-tidak-berhak-mendapat-harta-waris.html

Sistem-Pembagian-Waris-Menurut-Hukum-Islam-dan-BW-(Hukum-20Perdata)-
20_-Jatimurah's-Blog.html

Buku Hukum Kewarisan Islam Oleh Prof. Dr. Amir Syarifuddin

Buku Pengantar Studi Mawaris Oleh Drs. H. ALI ABRI, MA

Buku Fiqih Mawaris Oleh Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M. A

Anda mungkin juga menyukai