PENDAHULUAN
dunia yakni sekitar 200 juta lebih. Dari total penduduk Indonesia yang berjumlah
240 juta sebanyak 88% masyarakat Indonesia beragama Islam, 10% umat
kristiani, Hindu, Budha dan lainnya sekitar 2%. Kenyataan jumlah umat Islam itu
menjadi unik karena para pendiri republik ini tidak memilih Islam sebagai dasar
negara.1
Sebagian para pendiri bangsa Indonesia yang beragama Islam ternyata lebih
memilih Pancasila sebagai dasar Negara dan sekaligus sebagai pedoman dalam
berpenduduk muslim terbanyak di dunia namun the founding father (para pendiri)
republik ini yang umumnya Muslim- tidak memilih Islam sebagai dasar Negara.
Mereka ternyata lebih memilih Pancasila sebagai dasar Negara dan sekaligus
itu didasarkan integrasi antara Negara dan agama tidaklah mudah diwujudkan,
begitu kompleks.2
1
Budhy Munawar Rachman, Argumen Islam untuk Sekularisme-Islam Progresif dan
Perkembangan Diskursusnya . Jakarta, Grasindo PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010, hlm,
18
2
Ibid.
Mereka ternyata lebih memilih Pancasila sebagai dasar Negara yang
Kenyataan itu tebukti dari rapat PPKI tahun 1945. Lembaga tersebut
sekarang.
pada pendapat Muhammmad Hatta yang dikenal sebagai seorang demokrat sejati
jujur. Menurut Hatta, sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan prinsip
pembimbing bagi cita-cita kenegaraan di Indonesia. Prinsip spiritual dan etik ini
memberikan bimbingan kepada semua yang baik bagi rakyat dan bangsa
Indonesia. Sejalan dengan prinsip dasar ini, sila kedua” kemanusiaan yang adail
dan beradab”, adalah kelanjutan dari sila pertama dalam praktik. Begitu juga
dengan sila ketiga dan keempat sedangkan sila kelima, “Keadilan Sosial bagi
menempatkan sila” Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama ini, Negara
Dengan Pancasila tersebut, bangsa Indonesia yang berbagai latar belakang dapat
pendiri bangsa memilih Pancasila sebagai dasar Negara dan sekaligus sebagai
merupakan pilihan rasional mengingat integrasi antara agama dan Negara sulit
dalamnya, yang berisi tentang ketuhanan kemanusiaan yang adil dan beradab dan
lain sebagainya.
dikenal dengan sapaan Gusdur. Beliau dikenal sebagai tokoh Muslim Indonesia
Pancasila sebagai fonomena politik. Beliau tidak memilih Islam sebagai bentuk
dan dasar Negara secara formal, walaupun beliau adalah tokoh muslim Indonesia
di kalangan pesantren atau organisasi NU dan dijadikan salah satu sumber dalam
dalam penelitian ini adalah adanya pilihan dari Abdurahman sebagai tokoh
memahami konsep kenegaraan menurut Tokoh Agama Islam. Dengan kata lain
penelitian ini mencoba memahami konsep dasar negara menurut tokoh Agama.
Hal ini relevan dengan kajian keberagamaan (religious studies), karena penelitian
ini mengkaji agama sebagai gejala budaya berupa pemahaman dari subyek
ungkapkan, “Simply put, religious studies provides training and practice (each an
Alasan lainnya adalah karena penelitian ini termasuk kajian agama dengan
cara dideskripsikan dan difungsikan oleh penganut agama atau tokoh agama.
Sebagaimana lebih lanjut Capps uraikan, “We have identified four basic
questions, and three others that have special enduring relationships with religious
studies. The four basic questions are: (1) What is religion? (2) How did religion
come into being? (3) How shall religion be described? and (4) What is the
dapat berperan dalam kehidupan atau gejala sosial dan politik. Fenomenanya
Lebih lanjut kajian mengenai pemikiran dari tokoh agama merupakan bagian
dari kajian Ilmu Perbandingan Agama. Sebagaimana Ninian Smart seorang ahli
Indonesia.
3
Walter H. Capps, Religious Studies: The Making of a Discipline (USA: Fortress Press
Minneapolis, 1995), p. xiv.
4
Ibid.p.xvii.
5
Ibid, p. 308.
B. Rumusan Masalah
pada deskripsi analisis mengenai persepsi atau nilai-nilai dibalik pemahaman yang
kajian agama sebagai pemahaman,6 dan kajian agama sebagai sistem budaya
merupakan salah satu tokoh muslim Indonesia yang memahami Pancasila sebagai
Wahid tentang Pancasila ini dinyatakan dalam tiga rumusan pertanyaan. Ketiga
Abdurahman Wahid?
6
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan Agama (Bandung:
Pustaka Setia. 2000), cet. ke-1, hlm.72.
7
Clifford Geertz, From the Native’s Point of View: On the Nature of Anthropological
Understanding, Paul Rabinow dan Wiliam M Sulivan (Ed.), Interpretive Sosial Science A Reader
(California: University of California Press. 1979), p. 228.
C. Guna dan Tujuan Penelitian
penting dan menambah pustaka. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk
menambah pustaka atau referensi dalam kajian agama dari penganutnya yang
khususnya ide Islam memiliki orientasi nilai spiritual di satu sisi, dan di sisi lain
menjadi penting.
ritual dan tokoh agama atau umat. Sebagaimana menurut Joachim Wach bahwa
pengalaman keberagamaan dapat diungkapkan dalam bentuk pemikiran,
dan budaya yang dinamis, maka potensi pertentangan akan selalu ada pada setiap
konflik telah dialami bangsa ini pada era setelah jatuhnya Soeharto. Peristiwa-
Aceh, Papua Barat; Kerusuhan Muslim dan masyarakat Kristen di Maluku dan
antar penganut Islam dan Kristen. Pertentangan kedua penganut ini telah terjadi di
Indonesia sejak lama. Persaingan kedua penganut agama ini menyangkut masalah
bantuan asing, penyebaran agama dan pendirian tempat ibadah. Salah satu
8
Joachim Wach, 1978. Ilmu Perbandingan Agama. Terjemahan Djamannuri (Ed), Jakarta: PT.
Rajawali Press, Cet. Ke-5, hlm, VIII.
9
David Brown and Ian Wilson. Ethnicized Violence in Indonesia: The Betawi Brotherhood Forum
in Jakarta (Asia Research Center-Perth Western Australia:Working Paper No.145 July 2007),
hlm.2.
di daerah Jawa Barat. Sebagaimana hasil temuan Wahid Institut10 bahwa
Jawa Barat 32 kasus (34 %), Jakarta 15 kasus (16 %), Jawa Timur 14 kasus (15
%), dan Jawa Tengah 13 kasus (14 %). Menurut lembaga ini bahwa di Jawa Barat,
isu yang paling mengancam kehidupan beragama adalah isu yang termasuk dalam
Yahudi dan Kristen, atau kelompok dan individu yang diduga sesat.
tentang cara memandang dasar Negara menurut tokoh Muslim yang memiliki
pengikut lebih dari 40 juta orang. Apabila terdapat penelitian-penelitian lain yang
berkaitan dengan tema tersebut telah dilakukan peneliti lain, penelitian ini dapat
keberagamaan dan konsep dasar negara. Penelitian ini diharapkan juga memberi
gejala teks.
Model interaksi itu tidak hanya interaksi institusi agama dengan politik, tetapi
10
Annual Report Kebebasan Beragama dan Kehidupan Keagamaan di Indonesia Tahun 2009
(Jakarta: The Wahid Institute, 2009), hlm. 14.
kelompok muslim dengan non muslim. Dialog keberagamaan ini diharapkan dapat
yang menjadi bagian tak tepisahkan dengan tanggung jawab global. Sebagaimana
diantaranya; pertama, dunia tidak akan bertahan tanpa adanya etika dunia (No
survival without a world ethic); kedua, tidak ada perdamaian dunia tanpa
perdamaian keberagamaan (No world peace without religious peace); ketiga, tidak
tersebut dianggap penting, dan perlu mendapat perhatian, karena upaya tersebut
relevan dengan upaya memelihara integrasi bangsa yang plural termasuk isu-isu
agama.
11
Hans Kung, Global Responsibility in Search of A New World Ethic (New York:
Crossroad.1991), Translated John Bowden, p. vii-xii.
wilayah yang memiliki perbedaan identitas budaya dan Agama. Perilaku
kekerasan dan konflik sosial terutama bernuansa agama yang dilakukan sebagian
masyarakat akan muncul jika salah satu dari unsur-unsur masyarakat tidak
berjalan dengan baik. Beberapa analisis dikemukakan para ahli bahwa peristiwa
kekerasan dan konflik sosial ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, akar
sejarah dan budayanya, perbedaan ekonomi, peran politik negara yang patrimonial
dan pemaksaan. Ada pula yang mengatakan bahwa gabungan dari beberapa faktor
ekonomi atau pun ideologi. Lebih Jelas Huntington tunjukkan bahwa sudah
berpuluh tahun adanya garis pemisah antara kebudayaan tirai besi bangsa Eropa
atau Kristen Barat di satu pihak dengan umat Islam dan kelompok ortodoks di
pihak lain.12
dia sebagai bapak pluraslisme tidak akan pernah lenyap, walaupun dia telah
12
Samuel P.Hutington, Benturan Antar Peradaban (Yogyakarta: Qalam. 2000), Terjemahan M.
Sadat Ismail, hlm. 10-11.
meninggal. Sebagaimana Bellah13 ahli sosologi agama jelaskan bahwa masyarakat
tradisional yang memiliki arti yang berbeda-beda dalam setiap peristiwa tertentu,
yang mengarah pada upaya integrasi bangsa dianggap penting pula dalam
multikulturalisme atau Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu penelitian ini
diharapkan menjadi salah satu referensi yang berguna untuk melihat isu
tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk memahami,
13
Robert N Bellah, Beyond Belief –Esei-esei tentang Agama di Dunia Modern (Jakarta:
Paramadina. 2000), Terjemahan Rudi Harisyah Alam, cet. ke-1, hlm. 222.
2. Posisi Pancasila dalam kehidupan beragama dan aliran kepercayaan
D. Studi Pustaka
beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa” dalam buku
Berbangsa dan Bernegara” disunting oleh Oetojo Oesman dan Alfian. Di dalam
berbangsa dan bernegara. Di buku ini beliau menjelaskan peran muslim dalam
proses pembangunan.
Demokrasi) yang disunting oleh M. Syafi‟i Anwar dan diterbitkan The Wahid
E. Kerangka Pemikiran
mengatur kehidupan beragama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
bangsa. Secara teoritis, akomodasi dapat dipahami sebagai keadaan dan proses14.
Selain itu secara teoritis integrasi bangsa merujuk pada pemahaman integrasi
sosial yaitu pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat;
Integrasi bangsa akan tercapai bila terdapat kesamaan latar belakang sejarah,
pengalaman serta perjuangan yang sama dalam mencapai hasrat untuk bersatu.
kultur etnis yang ada, bekemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan
timbulnya kebangkitaa etnis, adanya upaya upaya yang kuat dalam melawan
14
Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat (Jakarta:
Rajagrafindo Persada. 1993), hlm, 76.
15
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). hlm 56.
Dengan demikian kerangka teori dalam penelitian ini berperan sebagai
tentang Pancasila. Pemahaman kerangka teori ini sesuai dengan peran teori
sebagai persfektif atau paradigma yang dijadikan sebagai sudut pandang untuk
memahami atau menafsirkan dan memaknai setiap fenomena, baik benda, tulisan
digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma content analisis atau analisis
dengan teks, dan analisis isi yang melibatkan pertimbangan fenomena di dalam
F. Metodologi Penelitian
penulis dalam penelitian ini. Kajian dalam metode penelitian ini mencakup jenis
16
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2001), cet. ke-1, hlm.129.
17
Jane Stokes, How to Do Media and Cultural Studies: Panduan untuk melaksanakan Penelitian
dalam Kajian Media dan Budaya, terjemahan Santi Indra Astuti (Bandung: Bentang, 2006), cet.
ke- 1, hlm, 59.
data yang diperlukan, sumber pengambilan data, teknik pengumpulan data, teknik
ini sesuai dengan obyek kajian, dan tujuan penelitian. Objek penelitian dalam
dalam penelitian ini adalah Sosiologi, Antropologi Budaya dan filsafat yang
Data yang dikumpulkan dipilih dan dipilah adalah data yang benar-benar
dapat menjawab rumusan atau fokus permasalahan. Terdapat tiga jenis data yang
berkaitan dengan penelitian ini yaitu data latar belakang Abdurahman Wahid, data
pendidikan, aktifitas dan hasil karya yang dikerjakan. Data tentang pemikiran
Pancasila yaitu posisi dan fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
Bahan-bahan yang penulis gunakan adalah buku-buku, artikel dan situs Web,
termasuk dalam dua kategori. Buku, artikel dan situs Web yang ditulis
dan situs web yang ditulis orang lain atau orang tertentu berkaitan dengan
Kedua sumber tersebut merupakan bahan yang dikaji untuk menemukan jawaban-
dilakukan penulis. Pertama, penulis menentukan beberapa buku, artikel dan situs
Wahid mengenai Pancasila. Kedua, apabila relevan judul buku, artikel dan situs
web tersebut dengan data yang diperlukan, maka penulis memindai kandungan-
dan situs web. Dalam langkah ini penulis juga mencatat judul, penulis dan
mengidentifikasi beberapa buku, artikel dan situs web yang dianggap menjawab
pertanyaan penelitian. Penulis membaca buku, artikel dan situs web yang telah
diidentifikasi sebagai sesuatu yang relevan dan dianggap penting dalam menjawab
pertanyaan penelitian.
4. Analisis Data
atau memaknai data yang diperoleh. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini
secara umum dibedakan dalam tiga tahap yaitu pengolahan atau reduksi data,
deskriftif analisis dan penafsiran data. Dalam pengolahan data, penulis memeriksa
seluruh data yang masuk untuk dipilih dan dipilah berdasarkan sub-sub pokok
penyajiannya.
Secara umum, data yang telah diolah dapat diuraikan dengan deskriptif
analisis ini cenderung berupa kata-kata bukan angka (non statistik). Penulis
Abdurahman Wahid kedalam dua hal yaitu posisi dan fungsi Pancasila dalam
Wahid tersebut. Penulis tidak hanya membaca hasil tulisan Abduraham Wahid
orang lain tersebut dapat dianalisa dan ditafsirkan menjadi konsep tertentu.
memaknai hasil analisis data tersebut. Penafsiran atau pemaknaan hasil analisis
didasarkan atas rumusan masalah yang difokuskan lebih spesifik yang telah
konfirmasi tulisan lain. Setelah penulis melakukan teknik konfirmasi ini, penulis
pemahaman Abdurahman Wahid berdasarkan buku, artikel dan situs web yang
penulis baca.
langkah penelitian telah dilakukan dengan tepat, hasil penafsiran dapat dijamin
dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi. Dengan demikian penulis
yang cukup sejak studi eksplorasi sampai penulisan laporan sekitar 6 bulan,
pengamatan secara terus menerus terhadap buku, artikel dan situs web, triangulasi
digunakan. Karena penelitian ini termasuk penelitian kualitatif maka alat ukur
18
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005),
Cet. ke-21, Edisi Revisi, hlm. 327.
yang digunakan adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu teknik tinjauan
hasil temuan data tersebut dengan pembingbing atau tulisan orang lain. Walaupun
subjektif itu dapat dianggap objektif atau penelitian ini dapat dianggap memiliki
kepastian.
besar penulisan laporan hasil penelitian itu diantaranya; Bab Pertama mengenai
Pendahuluan. Uraian dalam bab ini membahas tentang, latar belakang masalah,
teori dan metodologi penelitian. Bab Kedua membahas tentang tinjauan teoritis
menganalisis gagasan Islam yang dipahami oleh Abdurahman Wahid, posisi dan
dalam saran penelitian ini menyangkut hal-hal yang perlu dilakukan oleh peneliti
lain dalam penelitian selanjutnya yang belum ditemukan oleh penulis dalam
penelitian ini. Selain itu dalam saran penelitian ini penulis mengungkapkan pula
literatur.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG
AGAMA DAN PANCASILA
termasuk etnis dan agama. Ungkapan kesadaran spiritual yang berbentuk ide-ide
banyak dan memiliki dasar Negara yang bernama Pancasila. Menurut Greg Barton
Tuhan tetapi juga memberikan suatu model Negara kepada kaum sekular modern
Dengan demikian tokoh agama dan pemikirannya menjadi hal penting dalam
hubungan agama dan Pancasila menjadi perlu dideskripsikan secara teoritis. Oleh
karena itu dalam bab ini secara teoritis penulis mendeskripsikan kopnsep agama,
19
Greg Barton, Biografi Gus Dur The Authorized Biografhy of Abdurahman Wahid, Terjemahan
Lie Hua, LKiS, Yogyakarta, cet. ke-2, 2010, hlm. xxii.
A. Agama
1. Pengertian Agama
Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta dan terdiri dari dua suku kata
yaitu hurup “a” yang berarti tidak, dan “gama” berarti kacau atau berantakan.
Secara sederhana arti kata agama itu adalah tidak kacau atau tidak
berantakan. Dengan kata lain arti kata agama itu adalah teratur atau peraturan.21
Pada umumnya di Indonesia digunakan istilah ‘agama’ yang sama dengan artinya
dengan istilah asing ‘religie’ atau ‘godsdienst’ (Belanda) atau ‘religion’ (Inggris).
seorang ahli agama bahwa terdapat 50 definisi agama yang telah dikumpulkan,
dan beberapa mahasiswa Fakultas Ushuluddin dari sebuah perguruan tinggi telah
berjumlah banyak.
Penulis di bab ini hanya menunjukkan beberapa definisi dan fungsi agama
menurut beberapa ahli. Untuk memahami istilah agama, sebelumnya perlu juga
diketahui bahwa terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan kata agama dari
bahasa asing yaitu kata “relegere”, “religion, “religie” atau “religi” dan “din”. Arti
20
Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama; Bagian I, PT. Citra Aditiya Bakti, Bandar Lampung,
1993, hlm. 16.
21
Moenawar Chalil, Definisi dan Sendi Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm.19.
22
Djam‟anuri. (editor), Agama Kita Persfektif Sejarah Agama-Agama Sebuah Pengantar Kurnia
Kalam Semesta, Yogyakarta, 2000, cet. ke-1, hlm. 27.
kata “relegere” adalah mengumpulkan dan membaca. Agama memang merupakan
kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam Kitab Suci
yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari kata
mengikat bagi manusia.23 Kata “religie” berasal dari bahasa Latin. Sedangkan
istilah “religi” berasal dari bahasa Belanda dan kata “religion” berasal dari bahasa
Inggeris.24
menjelaskan,
Di dalam bahasa Inggris istilah agama itu disebut “religion” yang berarti
agama, sedang „religious‟ berarti bersifat keagamaan. Dalam bahasa Arab disebut
Anshari bahwa dalam arti teknis dan terminologis ketiga istilah tersebut berinti
23
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta, 1984, jilid ke-1,
hlm. 10.
24
Endang Saifudin, Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama , Bina Ilmu, Surabaya, 1982, hlm. 124
25
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pustaka, Bandung, 1983), hlm, 9.
26
ibid.
sejarahnya sendiri.27 Dengan demikian, walaupun yang berbeda itu hanya latar
belakang sejarahnya, namun tentu saja dari perbedaan itu dapat menimbulkan
tersebut.
Perkataan kata “ad-Dien” berasal dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur‟an
yang sendiri berarti “millah”, “madzhab” dan “tadbier”. Muhammad Adnan pun
millah yang dapat disaring dalam perkataan peraturan dari Allah swt.28 Lebih jelas
Harun Nasution menjelaskan kata “din” bahwa dalam bahasa Semit kata itu
berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata itu mengandung arti
Dalam ilmu Sharaf (tata bahasa Arab) kata “dien” itu termasuk masdar dari
kata kerja daana- yadinu. Secara istilah, kata itu memiliki arti bermacam-macam
dan agama.30 Tetapi secara umum kata “din” itu diartikan dengan undang-undang
atau peraturan Tuhan yang mesti ditaati dan dipatuhi oleh manusia.
27
ibid.
28
Muhammad Adnan, Tuntutan Iman dan Islam, Jakarta, 1970, hlm.9.
29
Harun Nasution, hlm. 9
30
Moenawar Chalil, hlm. 13.
Secara singkat Harun Nasution menjelaskan bahwa intisari dari pengertian
istilah-istilah yang berkaitan dengan agama itu adalah ikatan.31 Menurut Harun,
agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
karena ikatan itu bersumber dari suatu kekuatan yang lebih tinggi daripada
manusia dan kekuatan itu bersifat gaib yang tak dapat dipahami dengan
pancaindera manusia. Mungkin ikatan itu cenderung dipahami secara rasional dan
Nasution kekuatan gaib, keyakinan manusia, respon yang bersifat emosionil dari
Para ahli agama lain menjelaskan mengenai pengertian agama, termasuk para
keyakinan adanya kekuatan ghaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh
terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.
31
Harun Nasution, hlm. 10.
32
Harun Nasution, Islam …, hlm. 11.
33
Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam I, Bulan Bintang, Jakarta, 1964, hlm. 17.
lainnya, serta menimbulkan sikap mental tertentu, seperti rasa takut, rasa optimis,
Asal keyakinan keagamaan itu berpijak pada sesuatu kodrat kejiwaan, yaitu
keyakinan kuat atau rapuh kelanjutan hidup sesuatu agama itu tergantung pada
masalah tentang berapa dalam dan berapa jauh keyakinan keagamaan itu meresap
pada jiwa setiap penganutnya. Kalangan agamawan berpendapat bahwa agama itu
berasal dari kodrat maha pencipta, yang memberikan bimbingan kepada manusia
pembaharuan agama.35
Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting, karena saling
mempengaruhi antara lembaga budaya dalam tabiat manusia serta sistem nilai,
ekonomi, hukum-hukum dan politik agama tidak terlepas dari suatu intitusi
disikapi dengan cara menciptakan wajah baru dari ajaran agama. Dengan
demikian agama bukanlah sekedar wacana yang memiliki psikologi dan spiritual
34
Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi Agama, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakara, 2005, hlm 1.
35
Zakiah Drajat, Perbandingan Agama I, Bumi Aksara. Jakarta, 1991, hlm. 1.
36
Joesoef Soy‟eb, Agama-agama Besar di Dunia, PT. Al-Husna Zikra, Jakarta, 1996, hlm. 16.
37
Amin Abdullah, Studi Agama, Pustaka Pelajar Offset, 2000, hlm. 11.
Selain itu Ahmad Abdullah Al-Masdoesi menjelaskan pengertian agama
Mukti Ali yang dikenal sebagai ahli Ilmu Perbandingan Agama Indonesia
memahami agama sebagai kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan
manusia di dunia dan di akhirat. Hampir mirip dengan Mukti Ali, Sidi Gazalba
kudus, dihayati sebagai hakikat yang baik, hubungan itu menyatakan diri dalam
sangat sakral, dalam agama adanya suatu bentuk yang suci, manusia akan insaf
38
Ahmad Abdullah Al-Masdoosi, Living Religion of The world , Karchi, 1962, p. 7-8.
39
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Pustaka Antara, Jakarta, 1962), hlm.
22.
40
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,Balai Pustaka, Jakarta, 1985), cet.
ke-8, hlm. 18.
Kekuasaan inilah yang dianggap sebagai asal atau khalik segala yang ada.
sebagaimana dikutif oleh Nasruddin Razak bahwa religi dijelaskan sebagai Belief
penyembahan kepada Tuhan atau kepada Dzat yang Maha Mengatasi. Kamus
tercatat bahwa religi adalah Belief in existence of supernatural rulling power the
43
creator and controller of the continues to exist after the death of body. Artinya
fitrahnya secara utuh.44 Ogburn dan Nimhoff yang dikenal sebagai ahli psikologi
41
Hilman Hadikusuma, Antropologi.., hlm. 123.
42
Nasruddin Razak, Dienul Islam, Al- Ma‟arif, Bandung, 1981, hlm. 60.
43
Ibid., hlm, 61.
44
Hidayat Nataatmaja, Karsa Menegakkan Jiwa Agama, Iqro, Bandung, 1990, hlm. 129.
45
Rasyidi, Empat Kulia Agama Islam di Perguruan Tinggi, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, Cet. ke-
2, hlm. 50.
oleh Hasanudin bahwa agama adalah perasaan kejiwaan manusia yang berdasar
dan bersumber pada Tuhan.46 Hal yang mirip juga diungkapkan oleh William
James bahwa agama merupakan perasaan dan pengalaman batin insan secara
Selain itu dijelaskan pula bahwa agama merupakan suatu kata yang dapat
Seorang ahli ilmu jiwa agama, Zakiah mengungkapkan pendapat ahli ilmu agama
bahwa agama adalah kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia, yaitu
kekuasaan yang disangka oleh manusia untuk dapat mengendalikan, menahan atau
agama adalah kepercayaan kepada yang hidup abadi, di mana diakui bahwa
dengan fikiran dan kemauan Tuhan, alam ini diatur dan kelakuan manusia
jiwa atau lebih tepat keadaan emosi yang berdasarkan kepercayaan akal
kerahasiaan diri kita dengan alam semesta. Thoules menambahkan bahwa ketiga
definisi tersebut terdapat dalam pandangan ilmu jiwa umum, karena perasaan itu
Seorang tokoh lainnya yang berhaluan atheis seperti Karl Mark menyatakan
bahwa agama atau religion is the sigh of the pressed creature, the heart of heart
less world, just as at is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the
46
A.H. Hasanuddin, Cakrawala Kulia Agama, Al-Ikhlas, Surabaya, 1982, hlm, 81.
47
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1985, hlm. 30.
48
Ibid., hlm. 36.
people.49Mark memahami bahwa agama adalah keluh kesah makhluk tertindas,
hati nurani dari dunia yang tidak berhati, tepat sebagaimana ia adalah jiwa dari
keadaan yang tidak berjiwa. Ia adalah candu masyarakat. Pendapat Mark ini
dilihatnya di Erofa.
Tokoh agama lainnya yaitu Goulson menyatakan bahwa agama adalah hasil
pun menurut Khan, agama adalah hasil produksi alam bawah sadar manusia dan
dari keyakinan tidak hanya terbatas pada ajaran dan doktrin saja, tetapi juga
refleksi dalam tindakan kolektivitas umat. Hal itu dipertegas oleh penjelasan
Pertama, emosi keagamaan, yaitu aspek keagamaan yang mendasar, yang ada
dalam lubuk hati manusia, yaitu menyebabkan manusia beragama menjadi religius
atau tidak religius. Kedua, sistem kepercayaan, yang mengandung satu sistem
keyakinan tentang adanya wujud dan sifat Tuhan, tentang keberadaan alam gaib,
makhluk halus, dan kehidupan abadi setelah kematiaan. Ketiga, sistem upacara
atau Ritual keagamaan, yang dilakukan oleh para penganutnya, yaitu sistem
49
Karl Mark and F. Engels, On Religion, p. 42.
50
C.A. Goulson, Science and Christian Belief, Moskow, 1970, p. 4.
51
Waheeduddin Khan, Islam Menjawab Tantangan Zaman, Pustaka, 1983, Bandung, hlm. 6.
kepercayaan yang bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusia dengan
Tuhan atau realitas mutlak. Keempat, umat atau kelompok keagamaan, yaitu
2. Fungsi Agama
manusia. Dalam hal ini fungsi agama ialah menyediakan dua hal. Pertama, suatu
cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh manusia, dalam
arti dimana frustasi dapat dialami sebagai sesuatu yang mempunyai makna.
Kedua, sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal di luar
52
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, UI-Press, Jakarta, 1987, hlm. 81.
53
Thomas E. O‟dea, Sosiologi Agama; Suatu Pengenalan Awal, Rajawali Pers, Jakarta, 1996, hlm.
25-26.
54
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, PT. Raja Grafindo Presada, Jakarta, 1996, Hlm
3.
Bila agama dipandang sebagai pengalaman yang suci manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan alam, tanpak sejumlah fungsi
dalam kehidupan manusia baik dalam kehidupan pribadi ataupun kehidupan sosial
fungsi-fungsi itu bersifat penjelas dan jawaban atas pertanyaan yang perinsipil
yang tampaknya telah mengusik hati manusia sejak zaman purba, agama bersifat
sebagai penetram hati, pengasah tradisi, pemandu sosial dan juga sebagai
pemandu budaya.55
Menurut Robet. B. Taylor bahwa sifat agama ada lima fungsi dalam
(reassurance) sebab, manusia lahir untuk susah maka penyembuhan dicari yang
yang sudah terjadi hal-hal itu ditopang, disahkan atau diberi sanksi oleh
kepercayaan agama. Fungsi agama yang keempat sebagai pengikat sosial (social
yang sama, hal itu terutama berlaku pada kebudayaan yang mempunyai
seperangkat kepercayaan dan praktik agama yang sama bagi seluruh anggota.56
55
H. A. Hidayat, Pemikir Islam (Tentang Teologi dan Filsafat), CV. Pustaka Setia, Bandung 2006,
hlm. 23.
56
Ibid, hlm. 26-27.
Agama dapat dipahami sebagai fakta sosial, karena ia menyangkut nilai dan
Agama dalam konteks ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat dimana
tafsirkan oleh para ahli arkeologi. Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama
sistem sosial. Akan tetapi masalah agama berbeda dengan masalah pemerintahan
dan hukum.57
Agama melukiskan sebagai kebutuhan dasar dan untuk membela diri terhadap
memiliki agama. Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku
sesudah mati dan mengingkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan
masyarakat dan perdamaian batin individu; sesuatu yang memuliakan dan yang
membuat manusia beradab. Akan tetapi, agama pula telah di tuduh sebagai
57
Thomas F. O‟dea, Sosiologi Agama.., hlm.1.
58
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT. Rosdakarya, Bandung, 2000, Hlm 119.
59
Adeng Muhtar Ghazali, Ilmu Studi Agama, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2005, Hlm 43.
Manusia pada dasarnya percaya akan adanya kekuatan ghaib, yang sangat
luar biasa atau supranatural yang berpengaruh terhadap individu atau kelompok
sehingga menimbulkan sikap mental, rasa takut, pasrah yang akhirnya akan
agama terdapat peraturan hukum yang harus dipahami oleh manusia. Agama
menguasai seseorang hingga membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan
tidak bisa diramalkan, kematian juga berada di luar jangkauan kekuatan manusia.
ada seorang-pun yang mengetahui kapan kematian itu akan terjadi, hal ini
sesudah mati. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama. Terutama karena
agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas untuk
60
Ibid., hlm. 120.
61
Harun Nasuton, Islam ..., 2008, Hlm 9.
62
Elizabet K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm.
77.
mutlak. Hanya manusia agama (homo religious) dapat mencapai titik itu, entah itu
didapat manusia pada saat ia berhubungan atau merasa hubungan dengan Yang
Maha Mutlak.64
3. Klasifikasi Agama
Selain itu ada pula agama dikelompokkan berdasarkan sifatnya yaitu agama
primitif dan agama yang telah meninggalkan fase keprimitifan.66 Agama yang
penialian utama pada tujuan perorangan sebagai ukuran dari kemurnian iman.
63
D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1984, hlm 39-40.
64
Joachim Wach, Ilmu …, hlm. 34.
65
Djam‟anuri, hlm. 27.
66
Harun Nasution, hlm.11
67
Joachim Wach, Ilmu… hlm.155.
Sedangkan Djam‟anuri memilih pengklasifikasian berdasarkan bukan wahyu
dan wahyu, atau agama bukan semit dan semit.68 Kelompok agama yang termasuk
bukan wahyu atau bukan semit terbagi empat kelompok berdasarkan asal usul
Sedangkan kelompok agama yang termasuk agama wahyu atau agama semit
4. Agama Islam
sebagai ulama, cendekiawan dan tokoh Muslim, maka agama yang dijadikan
bahan pemabahasan dalam skripsi ini termasuk kelompok agama Islam. Agama
Islam ini pada masa awalnya memiliki karakteristik yaitu kejayaan dalam bidang
politik.69 Kejayaan politik itu menurut Madjid terbukti dalam catatan sejarah
sejak periode Nabi di Madinah dan dibawah pimpinan Sahabat Nabi. Dengan
Islam ini berbeda dengan agama Kristen dan Buddhisme, karena Islam tidak
kebenaran yang satu dan sama, tetapi juga sebagai masyarakat yang total.
68
Djam‟anuri, hlm. 28.
69
Nurcholish Madjid, Kata Pengantar, dalam buku: Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila
sebagai Dasar Negara, LP3ES, Jakarta, Cet. Ke-3, 1996, hlm. xvii.
Kata “Islam” berarti “masuk dalam perdamaian” dan orang yang beragama
Islam disebut Muslim. Dengan kata lain seorang Muslim merupakan orang yang
perdamaian manusia dengan Tuhan ditunjukkan dengan sikap tunduk dan patuh
manusia tidak hanya meninggalkan pekerjaan jelek dan menyakitkan orang lain,
tetapi juga berbuat baik kepada orang lain. Kedua hubungan tersebut merupakan
kepada manusia melalui seorang Rasul.70 Dia menegaskan bahwa Islam pada
hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
sebagainya.
Adapun sumber dari ajaran-ajaran tersebut adalah Al-Qur‟an dan Hadits. Dua
sumber ini dianggap sebagai sumber asli dari ajaran-ajaran Islam dalam segala
Sabda Tuhan atau Kalamullah atau disebut wahyu. Sedangkan Hadits merupakan
Terkadang Hadits ini disebut pula Tradisi Islam. Di samping itu ada pula
70
Harun Nasution, hlm. 24.
Kesepakatan (consensus) para ulama dan pendapat ulama dijadikan sebagai
Ajaran Islam yang terpenting adalah ajaran Tauhid. Ajaran Tauhid ini
merupakan pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran Tauhid ini
menjadi dasar untuk ajaran-ajaran lainnya seperti masalah kerasulan, wahyu, kitab
suci Al-Qur‟an, soal percaya kepada ajaran Nabi Muhammad atau soal Mu‟min
dan Muslim, soal yang tidak percaya seperti kafir dan musyrik, hubungan
makhluk (manusia) dengan khalik (pencipta), masalah hari akhir (surga dan
neraka), dan sebagainya. Dalam tradisi Suni ajaran Islam itu terangkum dalam
rukun iman dan rukun Islam. Rukun Iman berkaitan dengan kepercayaan kepada
Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir. Sedangkan rukun Islam
ibadah haji.
Fenomena Agama Islam secara umum kini terbagi dalam kelompok besar
yaitu suni dan syiah. Berbeda dengan klasifikasi dalam Kristen, kelompok Suni
dan Syiah ini tetap dianggap Muslim (beragama Islam) oleh kedua kelompok ini.
Artinya kelompok ini tidak melahirkan agama, melainkan aliran. Berbeda dengan
agama baru.
hanya mengakui kepemimpinan Ali saja sebagai pemimpin mereka. Kaum Suni
memahami bahwa kepala Negara tidak mesti dari keturunan Nabi melalui Fatimah
dan Ali. Kaum Syi’ah justru memahami dan meyakini bahwa hanya keturunan
Nabi yang boleh menjadi kepala Negara. Dari pemahaman ini berkembang pada
pemikiran tentang jabatan kepala Negara jaman sekarang. Di satu sisi, jabatan
kepala Negara dipahami mempunyai sifat turun temurun dari bapak ke anak. Di
sisi lain pengangkatan kepala Negara didasarkan atas kesanggupan serta keahlian
Selain itu dalam aspek teologi, Islam memiliki berbagai aliran, seperti aliran
bercorak liberal, tradisional, tidak terlalu liberal, dan tidak terlalu tradisional.
Dalam aspek hukum Islam atau fiqh terdapat empat kelompok pemahaman
mengenai hukum Islam yaitu, Hanafi, Maliki dan Syafi‟i, dan Hambali.
tekstual atau tradisional dan ada yang bersifat kontekstual yang cenderung
Qur‟an dan Hadits berfungsi sebagai konfirmasi. Salah satu contoh yang
Indonesia secara umum dikenal hanya pada aspek teologi dan aspek hukum. Itu
juga orang Indonesia melihatnya hanya dari satu kelompok saja. Dalam bidang
sebagai kesenangan materi dan kesenangan jasmani. Sedang dalam bidang hukum
Islam, hanya mazhab Safi‟i yang banyak dipelajari orang Indonesia. Sehingga
sempurna.72
memahami Islam dengan tiga cara, yaitu naqli (tradisional), aqli (rasional), dan
kasyfi (mistis).73 Pendekatan-pendekatan ini menurut Mukti Ali sudah ada dalam
fikiran Nabi Muhammad Saw dan terus digunakan oleh ulamg-ulama Islam
setelah beliau wafat. Pasang surut pendekatan ini sering berganti dan berbeda-
71
H.A. Mukti Ali, hlm. 9-10.
72
Harun, hlm. 34.
73
H.A. Mukti Ali, hlm. 9.
beda dilakukan para ulama hingga sekarang. Namun menurut Mukti Ali terdapat
tradisi yang kaku sekarang ini dalam memahami Islam yaitu tradisi yang
Afrika Utara.74
kelompok Masyumi yang terdiri dari kelompok muslim tradisional dan modern.
Tetapi setelah tahun 1952 Masyumi pecah dengan keluarnya NU dari kelompok
terlibat pada pemilihan umum tahu 1955 yang menempati posisi ketiga setelah
PNI dan Masyumi. Sejak saat itu Kekuatan NU menjadi kekuatan yang
karena memiliki nilai kualitas. Peran keluarga tersebut telah mewarnai peran NU
dan penerima gelar Hendratus Syeikh dan Rois Akbar. Wahid Hasyim sebagai
dikenal sebagai Ulama, Cendekiawan dan tokoh Muslim yang pernah menempati
74
Ibid.
sebagai anggota DPR, MPR, Presiden RI ke-4, tokoh agama dunia dan Dewan
B. Pancasila
1. Munculnya Pancasila
Istilah “Pancasila” telah dikenal sejak dulu kala termasuk setelah masuknya
Sansekerta pada masa Kerajaan Majapahit. Buku ini ditulis oleh Prapanca yang
1478). Di buku yang berupa syair pujian itu terdapat istilah Pancasila dalam
penobatan. Menurut Slamet Mulyana,75 pupuh yang ke- 50 sampai dengan ke- 54
merupakan bagian yang indah sekali karena menguraikan keberadaan Raja Hayam
2. Pengertian Pancasila
Pancasila ini berarti lima prinsip atau dasar. Nilai-nilainya telah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
75
Slamet Mulyana, Tafsir Sejarah Negara Kretagama, LKiS, Yogyakarta, Edisi Khusus, 2011,
hlm. 6.
Negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius.
Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi pancasila yang berupa nilai-
nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga bangsa
kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara untuk
Pada saat kerajaan Islam muncul atau setelah Majapahit runtuh masih juga
dikenal nilai-nilai lima dasar atau prinsip itu di dalam masyarakat Jawa, yang
disebut dengan “lima larangan” atau “ lima Pantangan” yang berkaitan dengan
artinya berzina, mabok, artinya meminum minuman keras atau menghisap candu,
dan main artinya berjudi. Semua kata itu tersebut diawali dengan hurup “m” atau
dalam bahasa Jawa disebut “ma”, sehingga lima prinsip moral tersebut dikenal
orang Jawa dengan istilah “ma lima”, atau “M 5” yaitu lima larangan.
Pada saat menjelang dan pasca kemerdekaan secara formal, para pendiri
yaitu sidang BPUPKI pertama, sidang panitia “9”, sidang BPUPKI kedua, dan
76
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, edisi ketujuh, 2003, hlm. 28.
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam siding BPUPKI pertama.
yang dikenal dalam Bahasa Jepang dengan istilah Badan Dokuritsu Syunbi
Tyoosakai terdiri dari satu orang ketua, dua orang ketua muda dan 60 orang
Ketua Muda dan R.P Soeroso sebagai Ketua Muda. Adapun keenampuluh anggota
berdasarkan data dari sekretariat Negara sebagaimana dikutif Kaelan77 adalah Ir.
Asharsoetedjo Moenandar, Oei Tjiang Tjoei, Drs. Muh. Hatta, Oei Tjong Hauw,
P.A.H. Djajadiningrat, Prof. Dr. Soepomo, Prof.Ir. Roeseno. Mr. R.P. Singgih,
Soekardjo Wirjopranoto, Hadji Ahmad Sanoesi, A.M. Asaat, Mr. Tan Eng Hoa,
77
Ibid., hlm. 37.
Dahler, Dr. Soekiman, Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro, R. Otto Iskandar Dinata, A.
Baswedan, Abdul Kadir, Dr. Samsi, Mr.A.A. Maramis, Mr. Samsoedin, Mr. R.
Sastromoeljono.
mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei tahun 1945 sampai
dengan tanggal 1 Djuni 1945 dan kedua dari tanggal 10 Djuli 1945 sampai dengan
Masalah tersebut adalah tentang suatu rancangan rumusan dasar Negara Indonesia
yang akan dibentuk. Dalam sidang tersebut tampil tiga pembicara yaitu
Mei 1945 dan Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945.
poin secara lisan yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri
Rakyat (keadilan Sosial). Namun dalam naskah yang disampaikan Yamin berbeda
susunannya. Hal tersebut dapat dilihat dari naskah yang disampaikan Yamin yaitu
78
Radjiman Wedyodiningrat, Kata Pengantar (1 Djuli 1947), dalam Lahirnya Pancasila, 1960,
tanpa Penerbit, Jakarta, hlm. 9.
dalam permusyawaratan perwakilan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.79
yaitu Teori Negara perseorangan, Teori Negara kelas dan Teori Negara
pemikiran Thomas Hobbes, Jean Jacques Rousseau, Herbert Spencer dan H.J.
hokum (legal Society) yang disusun atas kontrak antara seluruh individu (social
contruct).
Engels dan Lenin. Dalam teori ini Soepomo menjelaskan bahwa Negara
merupakan alat dari satu golongan (suatu klas) untuk menindas kelas lain. Negara
Kapitalis merupakan alat dari kaum borjuis. Menurut teori ini untuk meraih
Adam Muller dan Hegel. Dalam teori ini Soepomo menjelaskan bahwa Negara
dalam teori ini sebagai susunan masyarakat yang integral, segala golongan, bagian
atau anggotanya saling berhubungan erat satu dengan lainnya dan merupakan
79
Kaelan, Pendidikan…hlm. 38.
kesatuan organis. Dalam kehidupan Negara semacam ini terdapat penghidupan
bagi seluruh bangsa. Negara tidak memihak kepada golongan yang paling kuat
atau yang paling besar. Negara menjamin kepentingan dan keselamatan hidup
tanggal 1 Juni 1945 bahwa Pancasila sebagai dasar negara. Pidato ini menjadikan
Kebangsaan dalam rumusan Sila-sila yang lima itu daripada Ketuhanan. Terbukti
sila ketuhanan ditempatkan di sila yang kelima dalam rumusan Pancasila tersebut.
Kelima sila itu bisa disederhanakan menurut soekarno menjadi Tri sila yaitu
Tri Sila tersebut menurut Soekarno bisa disederhanakan menjadi Eka Sila.
Soekarno memberi nama Istilah lain dari Eka Sila itu adalah Gotong Royong.
80
Soekarno, Lahirnya Pancasila, tanpa Penerbit, Jakarta, 1960, hlm. 33-34.
81
Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara, LP3ES, Jakarta, Cet. Ke-3,
1996, hlm. 166.
Sejak saat itulah istilah “Pancasila” telah menjadi istilah bangsa Indonesia
Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka
pembentukan rumusan dasar Negara, yang kemudian secara spontan diterima oleh
pemberian dari seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan kepada Soekarno, tetapi
Soekarno dikenal sebagai penggagas pertama secara formal. Secara politik, kelak
ideologi masyarakat Indonesia yang menjadi kekuatan itu terangkum dalam tiga
lebih penting daripada sila-sila yang lainnya. Ketiga, Pancasila dapat dijadikan
dasar Negara bagi bangasa Indonesia untuk membentuk Negara Gotong Royong
Pada tanggal 22 Juni 1945 Soekarno sebagai kelompok panitia kecil dengan
membentuk panitia yang berjumlah sembilan orang. Panitia ini dikenal dengan
istilah “Panitia 9”. Mereka itu terdiri atas, Ir. Soekarno, K.H. A.Wachid Hasyim,
Mr. Muh. Yamin, Mr. Maramis, Drs. Moch. Hatta, Mr. Soebardjo, Kyai Abdul
Hukum Dasar yang disampaikan kepada Rapat BPUPKI tanggal 10 Juli 1945.
tersebut. Salah satu kutipan yang menari dari rancangan yang dikenal dengan
tanggal 10 Juli diputuskan bentuk Negara. Dari 64 suara terdapat 55 orang yang
setuju republik, 6 orang meminta kerajaan, meminta bentuk lain 1 orang dan
82
Kaelan, hlm. 41.
83
Ibid., hlm. 42.
keuangan dipimpin Moh. Hatta dan panitia pembelaan tanah air dipimpin
mengadakan sidang pada tanggal 14 Juli 1945. Dalam sidang itu dilaporkan
susunan Undang-undang Dasar yang diusulkan terdiri dari tiga hal yaitu
saat itu adalah Dokuritu Zyumbi Iinkai. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya.
sidang. PPKI terdiri dari 21 orang anggota ditambah 6 orang anggota tambahan.
Keduapuluh satu orang itu adalah Ir. Soekarno sebagai ketua, Moh. Hatta sebagai
Kartohadikusumo, Prof. Dr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr.
Mohammad Amir, Mr. Abdul Abbas, Dr. Ratulangi, Andi Pangerang, Mr. J.
Latuharhary, Mr. Pudja, A.H. Hamidan, R.P Soeroso, K.H.A. Wachid Hasyim,
1945 di mana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai satu dasar
Negara yang diberi nama pancasila. Terdapat tiga butir ketetapan dalam sidang
menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diteima dari Badan Penyelidik
Undang Dasar 1945. Kedua, memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
musyawarah darurat.84
Lebih jelasnya dalam sidang pertama PPKI itu, para peserta sidang mengubah
Yang Maha Esa.” Kalimat “….menurut dasar kamanusiaan yang adil dan
1945”. Kata “dua orang Wakil Presiden” diganti dengan kata “seorang Wakil
84
Ibid., hlm. 46.
Presiden”. Kalimat “Presiden harus orang Indonesia Asli yang beragama Islam”
diganti dengan kalimat “Presiden harus orang Indonesia asli. Kalimat “….selama
konstitusi RIS tersebut adalah bentuk Negara serikat (federalis) yaitu 16 negara
bagian (pasal 1 dan 2), sifat pemerintahan berdasarkan asas demokrasi liberal
kepada parlemen (pasal 118 ayat 2), dan jiwa dan semangat juga isi pembukaan
Kemudian Negara bagian dalam RIS hanya tiga Negara yaitu Negara bagian
tersebut berujung pada persetujuan RIS dengan Negara RI yaitu tanggal 19 Mei
1950 dimana seluruh Negara bersatu dalam Negara kesatuan yang berdasarkan
saat itu yaitu Nasionalis, Islam, Komunis, Sosial democrat dan tradisionalis Jawa.
Partai yang termasuk kelompok nasionalis diantaranya PNI, partai yang termasuk
kelompok Islam diantaranya Masyumi dan NU, partai yang termasuk kelompok
UUDS 1950 merupakan suatu strategi dari Negara Republik Indonesia Serikat ke
1959 dengan munculnya Dekrit Presiden Soekarno. Dekrit dipahami sebagai suatu
85
Ibid., hlm. 51.
dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan Negara terancam oleh bahaya.
Secara yuridis, dekrit yang diberlakukan Soekarno pada 5 Juli 1959 itu termasuk
kalau perlu melanggar undang-undang hak-hak azasi rakyat, bahkan kalau perlu
Undang-Undang Dasar.
Sementara tahun 1950. 3). Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka Pancasila sebagai dasar Negara
yang sila-silanya terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 berlaku kembali juga.
peran dan otoritas Islam dalam Negara.86 Sebaliknya Partai NU yang merupakan
Soekarno, sehingga mereka tetap dapat bertahan hidup dan NU tetap menjadi
86
Greg Barton, Gusdur… hlm. 81.
suatu kekuatan politik.87Sedangkan Masyumi pada kelak tahun 1960 dibubarkan
oleh Soekarno.
Pasca Dekrit atau saat Demokrasi Terpimpin, Kelompok PKI berperan dalam
Kabinet. Banyak menteri yang berasal dari PKI menduduki posisi menteri. Partai
ini pun menjadi besar saat itu. Dengan pengaruhnya, PKI mampu merancang
yang dirancang PKI itu adalah ideologi Manipol Usdek. Saat itu Soekarno pun
dengan Malaysia dan G 30 S PKI (Gerakan tiga puluh September PKI)- sebagian
Tetapi usaha-usaha itu gagal. Bagi kelompok tersebut Pancasila telah teruji
kepada Soeharto melalui Surat Perintah dari Presiden kepada panglima keamanan
waktu itu. Surat Perintah itu dikenal dengan istilah “Super Semar” (Surat Perintah
87
Ibid.
Sebelas Maret). Pergantian kekuasaan diperkuat lagi dengan sidang MPRS yang
Pemerintahan Soeharto dikenal dengan Orde Baru. Salah satu misi yang
UUD 1945 secara murni dan konsekuen” Pada masa pemerintahan ini pada tahun
tahun 80-an dengan gencarnya melakukan program “Penataran P4”. Program ini
ini didasarkan pada Tap MPR Nomor II tahun 1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang ditandatangani oleh Ketua dan wakil
Ketua MPR. Ketua MPR saat itu adalah Adam Malik, sedangkan Mashuri, SH,
KH. Masjkur, R. Kartidjo, H. Ahmad Lamo dan Mh. Isnaeni adalah sebagai Wakil
Ketua MPR. Ketetapan ini disingkat dengan P4 dan dikenal dengan istilah
“Ekaparasetia Pancakarsa”.88
88
Proyek Bimbingan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Bagi Umat
Beragama, Pedoman Pelaksanaan P4 Bagi Umat Islam, Departemen Agama RI, Jakarta,
1979/1980, hlm. 12.
89
M. dawam Rahardjo, Pembaharuan KH. Abdurahman Wahid, Kompas, Jumat, 19 Januari 2007.
adanya penjajahan dapat menimbulkan nasionalisme, kepincangan sosial
menimbulkan demokrasi.
penting dan norma untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada saat
itu para pendiri bangsa belum memikirkan Pancasila sebagai filsafat untuk
Natsir dikenal sebagai tokoh Masyumi yang pernah menjadi perdana menteri
pada era Soekarno. Sebelumnya Natsir mengajukan Islam sebagai dasar Negara, --
bukan Pancasila dalam sidang Konstituane. Tetapi di Fakistan dalam suatu forum
90
Selo Soemardjan, Pancasila dalam Kehidupan Sosial, dalam buku : Oetojo Oesman dan Alfian
(penyunting), Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara, Jakarta BP-7 Pusat, cet. ke-2, 1991hlm. 169.
The Fakistan Institute of Waord Affairs tahun 1952, Natsir mengungkapkan
sebagai Muslim yang taat. Menurut Hatta sebagaimana dikutif Ahmad Safii
Maarif bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan prinsip pembimbing
bagi cita-cita kenegaraan di Indonesia. Prinsip ini disebut prinsip spiritual dan etik
yang memberi bimbingan kepada semua yang baik bagi rakyat dan bangsa
Indonesia. Mungkin termasuk Tauhid dalam ajaran Islam. Sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab searah dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa secara praktek.
Sila ketiga dan keempat merupakan kelanjutan dari sila kedua. Sila kelima yaitu
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesial merupakan tujuan akhir dari
91
Ahmad Safii Maarif, hlm. 156.
92
Ibid., hlm. 158.
Hatta pun menegaskan tentang demokrasi yang berkaitan dengan sila keempat
Pada masa Orde Baru, Pancasila tidak hanya sebagai dasar Negara tetapi juga
Tubuh dan Penjelasannya.” Tetapi menurut ketetapan ini yang tercantum dalam
penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi
93
Ibid., hlm. 169.
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di Daerah dan
keagamaan.
dalam bab III ini penulis menguraikan beberapa hal penting. Sesuai dengan
keagamaan.
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam
tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan
Solichah. Semula banyak orang mengira bahwa beliau lahir tanggal 4 Agustus,
tetapi karena kalendar yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah
kalendar Islam, maka beliau lahir pada 4 Sya‟ban, sama dengan 7 September
1940. Nama yang diberikan oleh orang tuanya bernama Abdurrahman Addakhil.
Dalam Bahasa Arab “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”. Kata “Addakhil” itu
ayahnya yaitu “Wahid”. Selain nama “Abdurahman Wahid” dia pun akrab
dipanggail dengan nama panggilan “Gus Dur”. Nama panggilan ini sesuai dengan
Abdurahman Wahid menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikurnia empat orang
Bangsa dan saat ini adalah direktur The Wahid Institute. Untuk mengetahui secara
lebih jauh lagi riwayat hidup Abdurahman Wahid penulis akan menguraikan
beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan beliau diantaranya, asal usul
Di keluarga, Gus Dur adalah putera pertama dari enam bersaudara. Wahid
lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim pesantren di
Jawa Timur. Kakek Gusdur atau ayah dari Wahid Hasyim bernama K.H. Hasyim
Asyari. Beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sedengkan kakek dari ibu
bernama K.H. Bisri Syansuri. Beliau adalah pengajar pesantren pertama yang
Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim dikenal terlibat dalam Gerakan
Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj.
Jelasnya Gusdur mengaku keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan
Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan
Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa,
puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri
makamnya di Trowulan.
Ketika Wahid Hasyim terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majlis Syuro
tentera Jepang yang ketika itu menduduki Indonesia yakni tahun 1944, keluarga
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap
Abdurahman Wahid pindah dan belajar di Jakarta. Dia masuk ke Sekolah Dasar
Wahid tidak hanya belajar buku agama tetapi Wahid juga diajarkan membaca
tahun 1952, Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya. Pada April
Menengah Pertama. Menurut keterangan beberapa sumber bahwa pada tahun itu,
Gusdur tidak naik kelas. Ibunya kemudian mengirim beliau ke Yogyakarta untuk
meneruskan pendidikannya. Setelah lulus dari SMP tahun 1957, Wahid pindah ke
tahun 1959. Di sana, Abdurrahman Wahid tidak hanya belajar tetapi juga
madrasah. Gus Dur juga pernah bekerja sebagai jurnalis majalah seperti Horizon
1963. Walaupun beliau mahir berbahasa Arab, tetapi Gus Dur diberitahu oleh
Universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan
bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa dia memiliki
kegiatan belajar dia juga menonton film Eropa dan Amerika, dan menonton sepak
bola. Abdurahman Wahid juga terlibat dengan Persatuan Pelajar Indonesia dan
menjadi jurnalis majalah persatuan tersebut. Pada akhir tahun, Abdurahman
Tahun 1965, ketika Abdurahman Wahid memulai belajar tentang Islam dan
bahasa Arab. Di Mesir, Wahid pernah bekerja di Kedutaan Besar Indonesia. Pada
kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Wahid, yang ditugaskan
menulis laporan.
diberitahu bahwa beliau harus mengulang belajar. Pendidikan prasarjana Gus Dur
menikmati lingkungan barunya. Meskipun beliau lalai pada awalnya, tetapi Wahid
dengan cepat dapat menyesuaikan diri dalam cara belajarnya. Wahid juga
negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill di Kanada. Tetapi Wahid membuat
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yang terdiri dari kaum
yang disebut Prisma dan Wahid menjadi salah seorang penulis di majalah
pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu, pesantren berusaha keras
kurikulum pemerintah.
pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gus Dur juga prihatin dengan
kemiskinan pesantren yang dia lihat. Pada waktu yang sama ketika mereka
mengembangkan pesantren.
majalah Tempo dan Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan dia mulai
dan Jombang. Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gus Dur
masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencarian dan dia bekerja untuk
Al Hikam.
dekan Fakultas Ushuluddin dan Syariah. Wahid ingin mengajar mata kuliah
dengan aspirasi Gus Dur sebagai seorang intelektual publik dan dia dua kali
memilih untuk pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap di sana. Sebagai
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai
hasil gabungan 4 partai Islam termasuk NU. Wahid menyebut bahwa Pemerintah
Wahid selalu berhasil lepas kerana memiliki hubungan dengan orang penting
Pada saat itu, banyak orang yang memandang NU sebagai organisasi dalam
meminta agar dia mengundurkan diri. Idham, yang telah memandu NU pada era
Pada 6 Mei 1982, Wahid mendengar pilihan Idham untuk mundur dan
dan Wahid bersama dengan Tim Tujuh dapat menegosiasikan persetujuan antara
Pada tahun 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa
jabatan ke-4 oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan mulai mengambil
langkah untuk menjadikan Pancasila sebagai Ideologi Negara. Dari Juni 1983
hingga Oktober 1983, Wahid menjadi sebahagian dari kelompok yang ditugaskan
menghidupkan kembali NU, Wahid juga mengundurkan diri dari PPP. Hal ini
mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU. Wahid menerima
nominasi ini dengan syarat dia mendapatkan wewenang penuh untuk memilih
Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada
memilih sendiri para pengurus di bawahnya tidak terpenuhi. Pada hari terakhir
Munas, daftar anggota pengurus sedang dibahas persetujuannya oleh para pejabat
telah memberikan sebuah daftar kepada Panitia Munas yang sedianya akan
diumumkan hari itu. Namun demikian, Panitia Munas, yang bertentangan dengan
Idham, mengumumkan sebuah daftar yang berbeda kepada para peserta Munas.
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto dan rejim Orde Baru. Penerimaan
Pada tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur penatar Pancasila. Pada tahun
tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan
mewakili Golkar. Meskipun dia disukai oleh rejim, Wahid mengkritik pemerintah
kerana proyek Waduk Kedung Ombo yang dibiayai Bank Dunia. Hal ini
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem
pesantren sehingga dapat menandingi sekolah umum. Gus Dur juga mendirikan
Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam
Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati Muslim Intelektual. Organisasi ini
didukung oleh Soeharto, diketuai oleh Baharuddin Jusuf Habibie dan di dalamnya
terdapat intelektual Muslim seperti Amien Rais dan Nurcholish Madjid sebagai
anggota.
Pada tahun 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung. Gus
Dur menolak karena dia menduga ICMI mendukung sektarianisme dan akan
membuat Soeharto tetap kuat. Pada tahun itu Wahid melawan ICMI dengan
paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, kenyataannya acara itu dihadiri
sekitar 200.000 orang, karena banyak bis lainnya yang berisi warga NU
tiba di Jakarta.
Setelah selesai acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto
adil dan toleran. Selama masa jabatan keduanya sebagai ketua NU, ide liberal Gus
Dur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju. Sebagai ketua,
Gus Dur terus mendorong dialog antar agama dan bahkan menerima undangan
pengurus Besar NU untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin
ABRI dalam tindakan intimidasi. Menurut beberapa sumber terdapat juga usaha
menyuap anggota NU untuk tidak memilih Gus Dur. Namun, Gus Dur tetap
terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur
Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati tidak menghiraukannya dan
harus membayar mahal ketika pada 27 Juli 1996 markas PDI diambil alih oleh
Pada November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak
pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU dan beberapa bulan berikutnya
diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun
1994 berusaha menghalangi pemilihan kembali Gus Dur. Pada saat yang sama,
Gus Dur membiarkan pilihannya untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan
pada Desember 1996 bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis
kehilangan dukungan dari luar di saat situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk
melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun dia terkena stroke
pada Januari 1998. Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk
dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang
Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin
tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Gus Dur memiliki
pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti
untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya. Hal tersebut tidak disukai
Amien, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun,
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru.
Di bawah rejim Soeharto, hanya terdapat tiga perti politik: Golkar, PPP dan PDI.
Partai Amanat Nasional (PAN) dipimpin Amien dan Partai Demokrasi Indonesia-
tersebut. Namun pada Julai 1998 Gus Dur mulai menanggapi ide tersebut karena
dalam pemilihan umum. Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi salah
satu Deklarator PKB. Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur
komitmen mereka untuk reformasi. Peristiwa itu ditindaklanjuti oleh sikap PKB
beberpa bulan kemudian tepatnya pada 7 Februari 1999 bahwa PKB secara rasmi
6. Menjadi Presiden
Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB
presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki mayoritas
penuh di DPR, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais
menominasikan Gus Dur sebagai calon ketiga pada pemilihan presiden dan
presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur.
Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden
pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur merangkul bahwa Megawati harus
terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak
ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung
Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21
Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan
Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi
yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN,
dan Partai Keadilan (PK). Non-partai dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut.
Jepang, Amerika Syarikat, Qatar, Kuwait, dan Jorda. Setelah itu, pada bulan
Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang damai terhadap Aceh
negeri. Perajalanan itu dia lakukan untuk mempublikasikan dan menjaga keutuhan
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan
Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang
Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia,
Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada Yayasan Shimon
Peres. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinya Alwi Shihab menentang
penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar
Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan
bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus
Dur mengaku bahwa ida dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang.
Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk
dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk
tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate. Namun secara hukum, Jaksa
keadaan di sana semakin memburuk. Pada bulan yang sama, bendera Bintang
Kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Merah Putih. Dia dikritik oleh
menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan
penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga
terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika dia
mengunjungi Australia.
7. Akhir Kekuasaan
Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan
Amien Rais. Dukungan Amien terhadap anggota DPR terbukti pada akhir
November, 151 DPR menandatangani petisi yang meminta pengunduran Gus Dur.
mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang
Anggota PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga
di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya
mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara
mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.
Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba menanggapi oposisi dengan mengganti
beberapa menteri pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet karena dia mengumumkan permintaan
tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat itu massanya ikut
Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir
kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus. Gus Dur
mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan
beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2009.
MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentera di Jakarta dan
juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk
rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan
Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun
dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Julai, MPR secara resmi
Megawati Sukarnoputri.
Abdurrahman Wahid terus bersikap keras bahwa dia adalah presiden dan
tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal
25 Juli beliau meninggalkan Istana dengan celana pendek (pakain tidur) dan pergi
Setelah tidak menjabat lagi Presiden Gusdur masih menjadi Ketua Dewan
Syuro PKB. Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004, memperoleh 10.6% suara.
Untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004, di mana
rakyat akan memilih secara langsung. PKB memilih Wahid sebagai calon
presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis sehingga Komisi
Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah seorang pemimpin koalisi politik
yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Try Sutrisno,
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah
di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai
Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan penghargaan
Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Penghargaan ini diberikan oleh
Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Gus Dur dinilai memiliki semangat, visi, dan
semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dipilih oleh dewan
juri yang terdiri dari budayawan Butet Kertaradjasa, pemimpin redaksi The
Jakarta Post yakni Endy Bayuni, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Chandra
Kirana. Mereka berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan bagi Gus Dur
menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu. Seorang
wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti
wartawan lain seperti Ati Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan
yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Wahid mendapat
penghargaan tersebut karena menurut mereka dia merupakan salah satu tokoh
yang peduli terhadap persoalan HAM. Gus Dur memperoleh penghargaan dari
Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki
terpasung selama era orde baru. Wahid juga memperoleh penghargaan dari
Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris
Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan
(2003). Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan
(2003).
10. Meninggal
Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Disember 2009, di Rumah Sakit Cipto
tersebut, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat dia harus menjalani
Jawa Timur. Pada saat upacara pemakaman yang dihadiri ribuan orang dari
berbagai kalangan termasuk etnis dan agama, dan dipimpin oleh Presiden Susilo
Lappenas. 1981; Gusdur Diadili Kyai, Surabaya,1996; Tuhan Tidak Perlu Dibela,
Shaleh Isre (ed). LkiS, Yogyakarta, 2000; Pergulatan Negara, Agama, dan
Kebudayaan. Jakarta: Desantara, 2001; Islamku, Islam Anda, Islam Kita Agama
Masyarakat Negara Demokrasi, The Wahid Institute, Jakarta, 2006, dan banyak
sungguh yang telah dilakukan oleh para pendiri bangsa Indonesa yang berbeda
latar belakang termasuk etnis, agama, kepercayaan dan kelompok sosial politik
lainnya dalam merumuskan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara pada saat
cukup dinamis dan memerlukan energi pemikiran yang luar biasa diantara mereka.
Upaya untuk merumuskan Pancasila sebagai suatu kesepakatan luhur itu berkaitan
dengan upaya menemukan konsep dasar negara yang sesuai dengan kehidupan
bangsa Indonesia.
Konsep dasar negara yang berbentuk ideologi itu adalah suatu jawaban dari
secara formal di saat pendirian negara. Pilihan Pancasila sebagai ideologi yang
dianggap sebagai kesepakatan luhur ini secara istilah berbeda dengan istilah lain
94
Abdurahman Wahid, Pancasila sebagai ideologi dalam kaitannya dengan kehidupan Beragama
dan Berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Makalah seminar yang dilaksanakan oleh
kelompok studi Pengembangan Pemikiran Pancasila dan UUD 1945 BP-7 Pusat pada tanggal 24-
26 Oktober 1989 di Jakarta. Dibukukan Oetojo Oesman dan Alfian (penyunting), Pancasila
sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,
Jakarta BP-7 Pusat, cet. ke-2, 1991. hlm. 163.
yang terdapat di luar Indonesia seperti ideologi Kapitalis, Komunis, dan
Namun, dia masih melihat adanya sejumlah ancaman terhadap konsepsi Pancasila
1. Posisi Pancasila
pada posisi yang jelas. Apabila posisi Pancasila tidak jelas maka Pancasila akan
Wahid ungkapkan,
falsafah negara. Di satu sisi setiap warga negara terikat secara ketentuan oleh
Pancasila. Pancasila dapat mengatur atau referensi pandangan hidup dan sikap
95
Ibid.
dipahami secara sepotong-sepotong atau tidak utuh dalam memahami sila-sila
lembaga hukum itu sendiri. Wahid menjelaskan posisi Pancasila itu adalah,
Ketika posisi Pancasila dipahami sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara
Tuhan Yang Maha Esa. Wahid melihat adanya cara pandang yang berbeda antara
agama dan Pancasila. Di satu sisi Agama memiliki wawasan universal, di sisi lain
96
Ibid.
97
Ibid.
Agama mendapat kesulitan apabila dipahami hanya sebatas lingkup nasional.
Selain ciri universal, agama juga menurut Wahid memiliki ciri khusus yaitu
agama tidak bisa disamakan dengan agama atau kepercayaan lainnya. Berkaitan
sesuatu yang bersifat umum kepada pandangan yang bersifat khusus.” 100 Lebih
98
Ibid.
99
Ibid.
100
Abdurahman Wahid, Negara Berideologi Satu, Bukan Dua, dalam Buku Islamku, Islam Anda,
Islam Kita Agama Masyarakat Negara Demokrasi, The Wahid Institute, Jakarta, 2006, hlm. 90.
Wahid mengajukan bahwa Pancasila semestinya membatasi diri dalam batas-
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melihat adanya
keharusan bagi Pancasila untuk membatasi diri dalam batas-batas minimal untuk
Esa.”101
”polisi lalu lintas kehidupan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang
Tetapi peran tersebut memerlukan pengatur dan aturan yang tegas dan adil.
2. Fungsi Pancasila
101
Abdurahman Wahid, Pancasila…, hlm. 164.
102
Ibid.
mengganggu kebebasan kehidupan beragama dan berkepercayaan. Sebagaimana
beliau ungkapkan,
Wahid menyarankan bahwa apabila Pancasila dapat diterima, apabila hal itu
menimbulkan konvergensi (tindakan bersatu dalam satu tempat atau waktu) dan di
sisi lain adanya divergensi (perbedaan pendapat) dari wawasan kedua pemahaman
103
Ibid.
tutupi wawasan Pancasila dan Agama akan menimbulkan titik strategis dalam
”Pengertian kata ”Esa” yang digunakan baik dalam Pancasila maupun dalam
Undang-undang Dasar 1945, tentunya akan difahami secara berlainan oleh agama
yang saling berbeda itu.”105 Secara lebih jelas Wahid mencontohkan perbedaan
104
Ibid. hlm. 165.
105
Ibid.
gereja sebagai sumber keputusan keagamaan?. Jawabannya tentu
tergantung pada hingga dimana batas keputusan keagamaan dapat
diterima. Gereja harus menentukan sikap keagamaan, namun
yang memiliki dimensi serba bagai (termasuk dimensi politik),
tetapi dimanakah dimensi-dimensi itu harus disesuaikan dengan
rumusan formal yang dibuat oleh negara, semisal garis-garis
besar Haluan Negara (GBHN)?. Karena hal inilah penerimaan
kalangan agama Nasrani atas gagasan penerimaan asas tunggal
Pancasila yang dilontarkan Presiden/Mandataris MPR-RI dicapai
hanya setelah melalui pembahasan sangat alot baik secara
internal maupun dengan pihak pemerintah. Masalah pokoknya
yurisdiksi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara
atas gereja, haruskah ia menghilangkan hak-hak gereja dan
ummat untuk menentukan keputusan keagamaannya sendiri?.
Setelah para pemimpin gereja yakin dengan tetap utuhnya
kedaulatan theologis masing-masing secara internal, barulah
penerimaan atas Pancasila sebagai satu-satunya asas dapat
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.106
106
Ibid. 165-166.
‟luar‟?. sedangkan Allah berfirman, ”Barang siapa
menghukumkan tidak dengan apa yang diturunkan Allah, orang
itu (termasuk kaum) zalim”. Bagaimana tidak langsung sekalipun
penggunaan ajaran agama sebagai referensi bagi Pancasila, Islam
harus diupayakan menjadi nilai-nilai dasar yang ditarik dari
Pancasila dan UUD 1945. Penerimaan atas Pancasila sebagai
satu-satunya asas oleh berbagai komponen gerakan Islam baru
dapat dilakukan oleh kesemua organisasi, setelah ada kejelasan
sikap pemerintah sendiri terhadap Pancasila. Pancasila bukanlah
agama, tidak akan diagamakan dan tidak berfungsi menggantikan
(kedudukan) agama. Dalam rationale yang diajukan oleh
kalangan ulama dijelaskan, bahwa Pancasila secara kualitatif
berbeda dari agama, karena ia tidak diturunkan sebagai wahyu.
Dengan demikian, ia tidak memiliki dimensi keakthiratan,
sehingga semua produk hukum dan tindakan yang didasarkan
atas Pancasila hanyalah merupakan sesuatu yang duniawi semata-
mata. Secara teoritik, status Pancasila sebagai satu-satunya asas,
sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara, tidaklah mengancam
fupremasi theologis dari kebenaran yang dibawakan oleh agama.
Dengan ungkapan lain, Pancasila tidak dapat dibandingkan (baik
disejajarkan maupun dipertentangkan) dengan agama, karena ia
tidak memiliki sisi keberadaan dirinya sebagai kebenaran mutlak,
sesuatu yang dimiliki oleh agama.107
Pada tahun 1984, Pemerintah Orde Baru berprinsip bahwa asas tunggal
Tetapi setelah diterimanya Pancasila oleh para penganut agama tidak berarti
bahwa Pancasila tidak ada masalah. Nilai-nilai agama dan kepercayaan yang
dan negara,
107
Ibid. hlm. 167.
108
Abdurahman Wahid. Sebuah Dialog Mencari Kejelasan - Gusdur Diadili Kyai. Cet. ke-1.
Surabaya, Jawa Pos. 1989, hlm. 93.
Walaupun secara sepintas lalu telah tercapai rekonsiliasi definitif
antara Islam dan negara, dalam hal ini terutama dengan ideologi
Pancasila, namun bukan berarti bahwa permasalahan hubungan
antara Islam dan negara di negeri kita telah terselesaikan secara
tuntas. Sebuah sisi dari hubungan itu masih memungkinkan
timbulnya friksi antara kepentingan kaum muslimin dan
kepentingan negara. Sisi itu adalah senjangnya watak yang
dimiliki keduanya, Islam sebagai agama memberlakukan nilai-
nilai normatif dalam kehidupan perorangan maupun kolektif para
pemeluknya, sedangkan negara seperti Republik Indonesia tidak
akan mungkin memberlakukan nilai-nilai yang tidak diterima
oleh semua warga negara, yang berasal dari agama dan
pandangan hidup yang berlainan. Dengan kata lain, tidak semua
nilai-nilai normatif yang dimiliki oleh Islam dapat diberlakukan
dalam kehidupan bernegara kita di negeri ini.109
Pihak Pemerintah dituntut bersikap adil dan dapat dipercaya dalam memahami
109
Abdurrahman Wahid, Islam, Ideologi dan Etos Kerja di Indonesia, Sabtu, 07 September 2002
00:00, WWW. Gusdur. net.
110
Abdurahman Wahid, Pancasila….hlm. 167.
Selain itu Islam model keras merupakan ancaman bagi ideologi Pancasila.
Contoh lainnya adalah pembentukan ICMI yang didukung penuh oleh pemerintah,
yang Mayoritas. Pada proses pendirian ICMI yaitu bulan Desember 1990
berdirinya ICMI.112 Peristiwa ini merupakan peristiwa yang unik. Organisasi ini
Islam, termasuk beberapa di antara mereka yang sejak dulu sering memberi
kritikan tajam kepada Orde Baru dan cara-cara Soeharto menangani masalah-
masalah yang berkaitan dengan Islam. Abdurahman Wahid yang dikenal sebagai
Tokoh Muslim Indonesia menolak untuk ikut dalam ICMI tersebut. Terdapat dua
terhadap berdirinya ICMI. Pertama, Wahid menilai bahwa ICMI merupakan salah
satu contoh nyata dari cara rezim orde baru memanipulasi Islam agar memperoleh
111
Abdurahman Wahid. Sebuah Dialog Mencari Kejelasan …. 1989, hlm. 95.
112
Berita mengenai berdirinya ICMI terdapat dalam Kompas, 7 Desember 1990; Tempo 9
Desember 1990; dan Merdeka, 10 Desember 1990.
melalui ICMI para tokoh cendekiawan Islam membiarkan diri mereka
sendiri.
agama dan Pancasila harus saling berkaitan dan berupaya menemukan nilai-nilai
atau lembaga lainnya harus bersikap adil dalam menggunakan Pancasila diantara
Jika itu yang terjadi, artinya Pancasila bersikap netral dan tidak
memenangkan pihak manapun di antara agama-agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berkembang
di negeri kita, maka tidak akan muncul persoalan apapun. Namun
sebaliknya dapat pula terjadi keadaan rawan jika ada keluhan
tentang pemberian konsesi terlalu berlebih kepada satu pihak
saja, seperti dirasakan kaum Katolik dan Kristen sehubungan
dengan pengajuan RUU-PA (Rancangan Undang-Undang
Peradilan Agama) ke Dewan Perwakilan Rakyat, yang dianggap
113
Abdurahman Wahid, Pancasila…, hlm. 167.
memberikan perlakuan istimewa dan tersendiri kepada kaum
muslimin, atas kerugian kaum non-muslim.114
sebagai wujud dari perbedaan secara lembaga dan orientasi kehidupan beragama
dan kepercayaan dengan Pancasila. Sikap universal tersebut bermuara pada sikap
kejujuran, keikhlasan dan ketulusan dalam tindakan para penganut Agama dan
bahwa,
suatu wawancara pada tahun 1992 yang dikutif oleh Douglas bahwa,
114
Ibid. hlm. 168.
115
Ibid.
jarang dikebiri atau dimanipulasi, baik oleh segelintir tentara
maupun sekelompok umat Islam.116
NU terhadap asas tunggal Pancasila pada tahun 1984 dibawah kepemimpinan duet
permintaan fatwa, bagaimana status negara Hindia Belanda dilihat dari pandangan
agama Islam, karena ia diperintah oleh pemerintah yang bukan Islam dan orang-
orang yang tidak beragama Islam? Dari sudut pandang agama Islam, wajibkah ia
Menurut Wahid para ulama NU itu menjawab pertanyaan itu bahwa Negara
Hindia Belanda wajib dipertahankan dari serangan luar, sebagai kewajiban agama,
ajaran agama Islam. Bahan pengambilan atau sumber rujukan yang digunakan
adalah Bughyah al-Mustarsyidin, sebuah kitab agama yang dikarang oleh Al-
Hadrami.118
116
Douglas E. Ramage, Pemahaman Abdurrahman Wahid Tentang Pancasila Dan Penerapannya
Dalam Era Paska Asas Tunggal, Makalah.
117
Abdurrahman Wahid, Islam, Ideologi dan Etos Kerja di Indonesia, Sabtu, 07 September 2002
00:00, WWW. Gusdur. net
118
Ibid.
Wahid mengungkapkan bahwa jawaban atau Fatwa tersebut berkaitan dengan
dua hal penting bagi kehidupan sesuatu bangsa atau masyarakat.119 Pertama, Islam
mereka, sebagai conditio sine qua non bagi penerimaan Islam atas eksistensi
negara tersebut, sehingga memberikan tolok ukur yang jelas bagi kaum muslimin
dengan bentuk negara, sistem pemerintahan, orientasi warga negara dan ideologi
politik mereka ditentukan oleh proses sejarah. Kedua hal itu langsung
Selain itu Pada tahun 1936 NU menjustifikasi Hindia Belanda sebagai dar al-
Islam (negeri muslim) karena adanya Lembaga Kepenghuluan (Het Kantoor voor
Inlandsche zaken), suatu lembaga yang secara khusus mengurus kepentingan umat
Islam, dan umat Islam memiliki kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya
sebagai condition sine qua non bagi esksistensi negara. Islam melihat negara
hari Minggu pagi itu, sekitar 150.000 anggota Nahdlatul Ulama merayakan ulang
tahun organisasi mereka yang ke-68. Pertemuan warga NU itu bisa terkesan yang
119
Ibid.
lima tahun terakhir. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan itu
falsafah hidup bangsa Indonesia. Secara khusus Rapat Akbar ini dimaksudkan
120
Suara Karya tanggal 2 Maret 1992; Suara Pembaharuan, 1 Maret 1992.
Abdurrahman Wahid ingin menunjukkan bahwa dukungan warga
NU kepadanya dapat dibuktian melalui kehadiran dua juta
anggota. Hal ini penting, mengingat di kalangan NU sendiri ada
pihak-pihak yang kurang begitu setuju dengan cara Abdurrahman
Wahid bereaksi terhadap pembentukan ICMI.121
Wahid menyampaikan pesan pidato pada acara tersebut. Salah satu penggalan
Wahid dan segenap warga Nahdlatul Ulama memahami bahwa negara Pancasila
adalah bentuk final perjuangan umat Islam di Indonesia. Wahid menolak teokrasi
(Negara agama) dan sekulerisme. Menurut Wahid, di satu sisi Pancasila sebagai
ideologi bangsa menolak dominasi agama maupun kekuasaan anti agama dalam
Hubungan Islam dan negara Pancasila dirumuskan secara jelas pada tahun
1984 dalam Mukhtamar NU yang dikomandoi oleh KH Ahmad Siddiq dan Gus
121
Douglas. Makalah.
122
Ibid.
123
Abdurahman Wahid, Yang Terbaik Berada di Tengah, dalam buku: Islamku, Islam Anda, Islam
Kita Agama Masyarakat Negara Demokrasi, The Wahid Institute, Jakarta, 2006, hlm. 118
124
Dur. Hal ini dilakukan sebagai jawaban terhadap kebijakan deideologisasi
partai politik Islam yang dilancarkan oleh regim Soeharto yang otoriter. Hal
tersebut didasarkan pada keyakinan Wahid bahwa Islam tidak punya konsep
negara Islam. Pemahaman Wahid ini sesuai dengan argumen Ali Abdel Raziq
Kekuasaan). Pertama, dalam Al-Qur‟an tidak pernah ada doktrin. Kedua, perilaku
jabatannya.125
Islam sebagai ideology Negara dan mengganti Pancasila, maka menurut Wahid,
Wahid ungkapkan,
124
Hasil Muktamar NU 1984, PBNU, Jakarta, 1984.
125
AbdurahmanWahid, Islam: Punyakah Konsep Kenegaraan?, dalam Shaleh Isre (ed). Tuhan
Tidak Perlu Dibela. LkiS, Yogyakarta, 2000, hlm. 1.
126
Abdurahman Wahid, Negara Berideologi Satu, Bukan Dua, dalam Buku Islamku, Islam Anda,
Islam Kita Agama Masyarakat Negara Demokrasi, The Wahid Institute, Jakarta, 2006, hlm. 89.
Secara tegas pada akhir tulisannya itu berkaitan dengan ideologi Negara,
hanyalah satu, yaitu Pancasila. Pendekatan lain, yaitu menjadikan Islam sebagai
Islam Anda dan Islam Kita bahwa buku itu dapat dijadikan sumber pembaharuan
127
Ibid. 91.
128
M. dawam Rahardjo, Pembaharuan KH. Abdurahman Wahid, Kompas, Jumat, 19 Januari 2007.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Wahid tentang Pancasila. Terdapat dua sub judul di bab ini yakni kesimpulan dan
menyampaikan beberapa saran atau rekomendasi kepada peneliti lain yang tertarik
A. Kesimpulan
Secara sederhana di dalam kesimpulan ini menulis menjawab tiga hal yang
Kedua, posisi dan fungsi Pancasila dalam kehidupan beragama dan aliran
status terhormat dan strata tinggi dalam masyarakat Islam Indonesia, khususnya di
Jawa Timur. Dari jalur Bapak Abdurahman Wahid termasuk salah satu cucu dari
K.H. Hasyim Asyari, karena Wahid Hasyim yang menjadi Bapak Abdurahman
Wahid merupakan anak dari KH. Hasyim Asyari. KH. Hasyim Asyari ini dikenal
sebagai salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki jabatan terhormat
merupakan cucu dari K.H. Bisri Syansuri, karena anak KH. Bisri Syansuri yang
bernama Solihah adalah ibu kandung dari Abdurahman Wahid. KH. Bisri
Syansuri ini dikenal sebagai pendiri pondok pesantren Denanyar di Jombang dan
Jawa yaitu dari Jaka Tingkir. Raja Tingkir ini keturunan dari Raja Mataram Islam
dan Majapahit yang berpusat di Jawa. Pengakuan itu diperkuat bahwa Wahid
mengaku keturunan etnis Tionghoa yaitu keturunan dari Tan Kim Han yang
menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa),
pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari
BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI yang merancang penyusunan Pancasila dan
Agama pada era Soekarno. Beliau dilantik sebagai Menteri Agama tahun 1949.
telah berperan dalam kehidupan sosial keagamaan dan politik. Wahid pernah
pernah belajar di timur tengah seperti Mesir dan Baghdad yang merupakan
cendekiawan dunia. Walaupun secara formal pernah gagal belajar di Eropa tetapi,
Wahid pernah belajar dan hidup di Eropa yang memiliki nuansa modern seperti
tradisional karena beliau dibesarkan dari tradisi Nahdlatul Ulama yang berbasis di
pertemuan.
situasi sosial politik saat itu berada dalam kondisi pemerintahan yang otoriter.
yang telah dilakukan oleh para pendiri bangsa Indonesa yang berbeda latar
belakang termasuk etnis, agama, kepercayaan dan kelompok sosial politik lainnya
negara. Menurut Wahid, ideologi bangsa artinya setiap warga negara Republik
tertuang dalam sila yang lima. Wahid memahami bahwa setiap warga negara
terikat secara ketentuan oleh Pancasila. Pancasila dapat mengatur atau berperan
sebagai referensi pandangan hidup dan sikap warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Menurut Wahid sila-sila yang terdapat dalam Pancasila
sebagai kerangka berfikir yang harus diikuti dalam menyusun undang-undang dan
berbagai hukum yang dihasilkan, baik kebijakan pemerintah, wakil rakyat maupun
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Wahid melihat adanya cara
pandang yang berbeda antara agama dan Pancasila. Di satu pihak Agama
dipahami hanya sebatas lingkup nasional. Secara sederhana Agama lebih bersifat
umum dari pada Pancasila, atau Pancasila memiliki sifat khusus. Agama juga
lalu lintas kehidupan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
yang tidak boleh ditundukkan kepada kehendak agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri. Tugas para elit bangsa dan agama adalah
menemukan garis batas yang jelas, mana yang wewenang Pancasila tanpa
Maha Esa. Contoh yang dapat dikemukakan dalam hal ini terjadi dalam agama
Islam. Agama Islam mengajarkan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang
benar di sisi Allah. Karenanya, banyak kalangan kaum Muslimin yang tidak dapat
Pancasila mampu menemukan titik temu dalam pandangan yang saling berbeda
Peradilan Agama dan pembentukan ICMI pada masa Orde Baru yang dapat
lainnya?
Menurut Wahid agama dan Pancasila harus saling berkaitan dan berupaya
menemukan nilai-nilai dasar bagi kehidupan bangsa. Hal itu perlu dilakukan untuk
dan berkpercayaan.
implikasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dapata dilihat
dari penerimaan Pancasila sebagai azas kehidupan berbangsa dan benegara oleh
dijadikan referensi oleh para pengikut baik di kalangan pesantren atau organisasi
NU maupun kelompok lainnya dan dijadikan salah satu sumber dalam mengkaji
hubungan agama dan Negara di Indonesia. Karena konsisten dalam menjaga dan
Ulama bisa memahami dan menjelaskan bahwa negara Pancasila adalah bentuk
ulang oleh warga NU melalui tokoh-tokohnya dalam rapat akbar menyambut hari
ulang tahun organisasi tersebut. Selain itu sebagian besar warga Indonesia melalui