Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-NYA sehingga tugas mata kuliah
Sistem Reproduksi (PHONEK) ini dalam bentuk makalah kelompok dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Solusio Plasenta “ ini dapat tersusun hingga selesai .

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk
ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Tomohon, 25 Februari 2018

Kelompok 3

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta
dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran
zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan
maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena
pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak
sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang
menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah
mati dan ibu berada dalam keadaan syok.

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan
korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor
lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas
dan makin bertambahnya usia ibu.

Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan
cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian
terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap.
Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala
kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius
membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko
yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung
menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.

1.2 Batasan Masalah

Makalah yang kami buat ini dibatasi pada hal-hal yang mngenai solusio plasenta. Tentang definisi solusio
plasenta, etiologi, patofisiologi, klasifikasi solusio plasenta, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
komplikasi, prognosis, asuhan keperawatan pada solusio plasenta.

1.3 Rumusan Masalah

a) Apa definisi solusio plasenta ?

b) Apa etiologi solusio plasenta?

c) Bagaimana patofisiologi dari solusio plasenta ?

2
d) Apa saja klasifikasi dari solusio plasenta ?

e) Apa saja manifestasi klinis dari solusio plasenta ?

f) Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan solusio plasenta ?

1.4 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :

a) Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.

b) Untuk mengetahui etiologi dari solusio plasenta.

c) Untuk mengetahui patofisiologi dan solusio plasenta.

d) Untuk mengetahui kalsifikasi dari solusio plasenta.

e) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari solusio plasenta.

f) Untuk mengetahui pemeriksaan pemnunjang untuk solusio plasenta.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan sidikit informasi kepada mahasiswa tentang
solusio plasenta sampai asuhan keperawatan pasien dengan solusio plasenta.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidentalhaemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat
solusio plasenta biasanya merembesdiantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar
menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan
diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan pendarahan yang tersembunyi. Solusio
plasenta dapat total atau parsial.

Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi
normalpada kehamilan trimester 3. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbulnya
darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap
ibumaupu janin.(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).

Solusio plasenta ialah pelepasan plasenta sebelum waktunya dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. (Trijatmo Rachimhadhi, ilmu kebidanan Hanifa
Wiknjosastro).

Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis
yang menyebabkan hematoma retroplsenter. Hematoma dapat semakin membesar ke arah pinggir
plasenta sehingga jika amnio khorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri
(perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas.Perdarahan tertampung dalam
uterus (perdarahan tersembunyi). (Manuaba,Pengantar Kuliah Obstetri).

2. KLASIFIKASI

Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta


menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:

1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin
hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih
150 mg%.

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin atau
janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
120-150 mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan
plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian ataukeseluruhan.

4
Menurut Hanifa Wiknjosastro :

a) Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang
dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagianjanin mudah di raba. Tanda gawat
janin belum tampak dan terdapat perdarahanhitam per vagina.

b) Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian
dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang danbagian janin sulit di raba. Janin
sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan ketuban
tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.

c) Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut nyeri
dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah mengalami gawat
janin berat sampai IUFD. Pemeriksaandalam ditemukan ketuban tampak tegang. Darah dapat
masuk otot rahim,uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta
perdarahanpascapartus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang dari100-150
mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai nampak.

3. ETIOLOGI

Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena
penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.

Penyebab solusio plasenta adalah :(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).

1. Trauma langsung terhadap uterus:

 Terjatuh terutama tertelungkup

 Tendangan anak yang sedang digendong

 Atau trauma langsung lainnya

2. Trauma kebidanan artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan :

 Setelah versi luar(bisa tindakan yang dilakukan seperti mengurut).

 Setelah memecahkan ketuban(hamil biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil
ganda) yang mana ketuban dipecahkan atau pecah sebelum pembukaan serviks
lengkap.

 Persalinan anak kedua hamil kembar

3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek .

5
Faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:

 Hamil pada usia tua

 Mempunyai tekanan darah tinggi

 Bersamaan dengan pre-eklampsi atau eklampsi

 Tekanan vena kava inferior yang tinggi

 Kekurangan asam folik

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang menjadi predisposisi.

Terdapat beberapa faktor risiko antara lain:

a) Peningkatan usia dan paritas; Peningkatan usia yang mana pasien yang mengalami solusio
plasenta berusia diluar usia reproduksi (kurang dari 20 tahun dan atau lebih dari 35 tahun), dan
pada ibu multi para lebih beresiko mengalami solusio plasenta dibandingkan dengan ibu primi
para.

b) Preeklampsia

c) Hipertensi kronis

d) KPD preterm (usia kehamilan yang kurang dari 38 minggu).

e) Kehamilan kembar

f) Hidramnion

g) Merokok dan pengguna kocain

h) Pencandu alkohol

i) Trombofilia / hyperkoagulasi ("darah kental")

j) Pasien dengan riwayat solusio plasenta

k) kista uteri

Faktor pencetus :

 Versi luar (pasien mengalami trauma abdomen yg mengakibatkan plasenta terlepas) atau versi
dalam (seperti gerakan janin yang terlalu aktif yang mampu menyebabkan terlepasnya plasenta
dari tempat penanamannya).

6
 Amniotomi ( dekompresi mendadak )

 Lilitan tali pusat - Tali pusat pendek

4. PATOFISIOLOGI

Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua
terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada miometrium. Hematoma pada desidua
akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh hematoma desidua yang terjadi, sehingga
plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya
akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dengan plasenta belum terganggu,
dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitam-hitaman. (Hanifa wiknjosastro)

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang
oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya,
hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebahagian dan akhirnya seluruh plasenta
terlepas dari dinding uterus. Sebahagian darah akan menyelundup dibawah selaput ketuban masuk
kedalam kantong ketuban; atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus. Apabila
ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini
disebut uterus Couvelire, menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan
terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,
banyak tromboplastin akan masuk kedalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana, yang akan menghabiskan sebahagian besar persediaan fibrinogen.
Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di
uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak
yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya
berakibat fatal. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian
kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatkan gawat janin. Waktu,
sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama
sejak terjadinya solusio plasenta sampai persalinan selesai, makin hebat umumnya komplikasinya.Pada
awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat kemudian, arteri spiralis
desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma retroplasenta yang menjadi semakin
bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi
plasenta. Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak mampu
berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat merembes ke pinggiran
membran dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage).
(Hanifa wiknjosastro)

7
Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)

1. Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh

2. Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban masih menempel
dengan baik pada dinding uterus

3. Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban

4. Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar

5. Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan uterus couvellai

6. MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala :

 Perdarahan yang disertai nyeri, saat his maupun diluar his.

 Anemia dan shock : beratnya anemia dan shock sering tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar

 Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang
berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang .

 Palpasi sukar karena rahim keras

 Fundus uteri makin lama makin naik

 Bunyi jantung janin biasanya tidak ada

 Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah)

 Sering ada proteinuria karena disertai toxemia

7. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

1) Pemeriksaan obstetri

Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit
dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

2) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu


pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.

8
b) Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
c) USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

8 . KOMPLIKASI

1) Langsung (immediate)

 Perdarahan
 Infeksi
 Emboli dan syok abtetric.

2) Tidak langsung (delayed)

 Couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.
 Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
 Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
 Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.

3) Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi
pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan
produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kelemahan janin dan
apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi
komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah da sindrom gagal nafas.

9. DIAGNOSIS

Didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri
setelah plasenta lahir atas adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal placenta akibat
tekanan haematoma retroplacentair Perdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera
mungkin hingga dengan kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti. Persalinan dapat
dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan oxytocin. Jadi pada solusio
plasenta pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk hentikan perdarahan dengan segera seperti
pada placenta previa tapi untuk mempercepat persalinan dengan pemecahan ketuban regangan dinding
rahim berkurang dan kontraksi rahim menjadi lebih baik, disamping tindakan tersebut transfusi sangat
penting (Winkjosastro, 2005).

Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen dan uterus yang tegang disertai
dengan :

a. Gawat janin (50% penderita)


b. Janin mati ( 15%)
c. Tetania uteri

9
d. DIC- Disseminated Intravascular Coagulation
e. Renjatan hipovolemik
f. Perdarahan pervaginam ( 80% penderita)
g. Uterus yang tegang (2/3 penderita)
h. Kontraksi uterus abnormal (1/3 penderita)

Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus minimal, dan tidak terdapat tanda-
tanda uterus tegang atau gawat janin. Perdarahan yang terjadi biasanya tidak terlampau banyak ( 50 –
150 cc) dan berwarna kehitaman.

10.PENATALAKSANAAN
a. Tindakan Gawat Darurat

Bila keadaan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta bertambah luas yang
manifestasinya adalah :

 Perdarahan bertambah banyak


 Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi.
 Gawat janin maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan tindakan yang harus
segera diambil adalah memasang infus dan mempersiapkan tranfusi.

b. Terapi ekspektatif

Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga adanya solusio plasenta maka tidak pada
tempatnya untuk melakukan satu tindakan ekspektatif.

c. Persalinan pervagina

Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau luas dan atau kondisi ibu
dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera berakhir.

Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukan amniotomi dengan tujuan untuk :

1. Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan mencegah komplikasi
lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam sirkukasi ibu yang menyebabkan DIC)

2. Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat merangsang persalinan
oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam membuka servik)

Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak segera diikuti dengan
tanda-tanda persalinan.

d. Secsio sessaria

10
a. Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anak

b. Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir dalam waktu singkat,
misalnya kejadian solusio plasenta ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3 – 4 cm.

c. Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontra indikasi untuk melakukan tindakan seksio sesaria
pada kasus solusio plasenta.

11. TERAPI

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:

a. Solusio plasenta ringan

Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti,
perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian
tunggu persalinan spontan.

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada
pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera
diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan.

b. Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi
transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.

Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya
1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan
mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat
implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan
mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom subkhorionik dan terjadinya pembekuan
intravaskuler dimana-mana. Persalinan juga dapat dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang
bertujuan untuk memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah mengalami gangguan.

Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang terjadi adalah nekrosis
tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila
telah terjadi nekrosis korteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada tahap oliguria, keadaan umum
penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran
pengeluaran urin yang teliti yang harus secara rutin dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan

11
berat, apalagi yang disertai hipertensi menahun dan preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal meliputi
penggantian darah yang hilang, pemberantasan infeksi yang mungkin terjadi, mengatasi hipovolemia,
menyelesaikan persalinan secepat mungkin dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan pengamatan pembekuan darah.
Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan dengan
fibrinogen hanya pada penderita yang sangat memerlukan, dan bukan pengobatan rutin. Dengan
melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan
darah.Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika itu
tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria.

Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi histerektomi. Akan tetapi, jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka tindakan histerektomi perlu
dilakukan.

12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
NAMA INITIAL : Ny. A
TEMPAT /TGL LAHIR(UMUR) : Langowan / 26 Oktober 1972 (45)
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI PEREMPUAN
STATUS PERKAWINAN : Kawin
JUMLAH ANAK :4
AGAMA/SUKU : KRISTEN PROTESTAN/Manado
WARGA NEGARA : INDONESIA ASING
BAHASA YANG DIGUNAKAN : INDONESIA

DAERAH…………………………………………………………..

ASING……………………………………………………………….

PENDIDIKAN : SMA
PEKERJAAN : Ibu rumah tangga
ALAMAT RUMAH : Atep, Kec. Langowan Selatan
B. PENANGGUNG JAWAB
NAMA :Tn. B
ALAMAT : Atep, Kec. Langowan Selatan
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : Suami

II. DATA MEDIK


A. DIKIRIM OLEH : UGD DOKTER PRAKTEK
B. DIAGNOSA MEDIK :
Solusio Plasenta
 SAAT MASUK :

 SAAT PENGKAJIAN : Solusio Plasenta

III. KEADAAN UMUM


A. KELUHAN UTAMA : Perdarahan terus menerus

RIWAYAT KELUHAN UTAMA: (PQRST.DI NARASIKAN ) : Klien mengeluh mengalami perdarahan


melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang
terus menerus serta janin bergerak aktif. Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang ke
bidan dekat rumah keesokan paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS.

13
KELUHAN YANG MENYERTAI : Nyeri (skala 8 : nyeri berat) , kram perut, pucat, lemah, kepala terasa
pusing, mata berkunang kunang

B. TANDA-TANDA VITAL”
1. KESADARAN:
 Kualitatif : Compos mentis somnolens Coma
Apatis Soporocomateus
 Kuantitatif :
Skala Coma Glasgow :
 Respon Motorik :5 Jumlah
 Respon Bicara :5
 Respon membuka mata :4 14
Kesimpulan :Kualitatif baik, pasien tampak sadar dan merespon
 Flaping Tremor/asterixis : Positif negative

2. TEKANAN DARAH : 80/60 mmHg


SUHU : 36,50C Oral Axillar Rectal

3. NADI : 92 x/m

4. PERNAPASAN : Frekuensi 28x/menit

Irama : Teratur Kusmaul Cheynes-stokes

Jenis : Dada Perut


5. PENGUKURAN : TB : 156 cm BB : 60 kg

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

1. Pasien gelisah , klien selalu mengerang kesakitan karena nyeri yang dirasakan
2. Pucat, sianosis dan akral dingin
3. Konjungtiva anemis
4. Terlihat darah keluar dari vagina

Palpasi :

1. Kulit klien teraba dingin


2. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut dengan uterus in bois (wooden uterus)
3. Nyeri tekan ditempat plasenta terlepas
4. Bagian-bagian janin sulit dikenali karena perut (uterus) tegang

Auskultasi :

14
1. Sulit dilakukan karena uterus tegang

Pemeriksaan USG :

1. Terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN (11 GORDON)

A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-PEMELIHARAAN KESEHATAN


1. DATA SUBJEKTIF
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan kesehatannya baik-baik saja dan tidak ada gangguan apapun
b. Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan sering sakit perut , perut terasa sangat nyeri dan kram dengan
skala 8, ketika sakit itu muncul, klien hanya menggosok dengan minyak agar
nyeri dan rasa kram diperutnya berkurang
2. DATA OBJEKTIF
a. Observasi
 Kebersihan rambut : Bersih, tidak kering/kusam dan tidak rontok
 Kulit Kepala : Bersih, lembab, tidak berketombe
 Kebersihan Kulit : Bersih, tidak kering
 Higiene rongga mulut : Bersih, tidak ada karies, pengecapan baik
 Kebersihan genitalia : Vagina berdarah , darah berwarna merah kehitaman
B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan :
- Makan :Frekuensi : 3x/hari Jenis : Nasi + 1 potong lauk + 1 mangkuk sayur
Porsi : 1 piring nasi
Minum : Air putih Frekuensi : 2000-2500 cc setiap pagi, siang,
sore, malam
Porsi : 6-8 gelas air putih

b. Keadaan sejak sakit:


Ibu klien mengatakan :
- Makan :Frekuensi : 3 x/hari Jenis : Nasi + 1 potong lauk +
½ mangkuk sayur
Porsi : 1 piring nasi
- Minum : Air Putih Frekuensi : 2000-2400 cc setiap
pagi, sore, malam
Porsi : 5-6 gelas air putih
2. Data Obyektif
a. Observasi

15
Nafsu makan klien tampak baik seperti biasa

C. KAJIAN POLA ELIMINASI


1. Data Subyektif
a. Keadaan Sebelum sakit :
Klien mengatakan :
BAB : Konsistensi : Lembek
Warna : Coklat kekuningan
Bau : Bau khas feses
Frekuensi : 1 x/hari
BAK : Warna : Putih bening
Frekuensi : 6-7x/ hari
Bau : Bau khas amoniak

b. Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan :
BAB : Konsistensi : Lembek
Warna : Coklat kekuningan
Bau : Bau khas feses
Frekuensi : 1 x/hari
BAK : Warna : Putih bening
Frekuensi : 5-6 x/hari
Bau : Bau khas amoniak

2. Data Obyektif
a. Observasi
Pola eliminasi klien tampak baik, BAK berwarna putih bening dengan menggunakan
pispot
D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan beraktivitas seperti biasa tanpa bantuan orang lain
b. Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan ketika perdarahannya terus keluar dan ditambah dengan nyeri
dan kram perut, klien tidak dapat melakukan aktivitasnya, segala aktivitasnya
dilakukan ditempat tidur
2. Data Objektif
a. Observasi

0: Mandiri
 Aktivitas harian :
2 1: bantuan dengan alat
 Makan
 Mandi 2 2 : bantuan orang

3 : bantuan orang dan alat


16
4 : Bantuan penuh
 Berpakaian
2

 Kerapihan 2
 Buang air besar
2
 Buang air Kecil 2

 Mobilisasi di tempat tidur 2

 Ambulasi : mandiri/tongkat/kursi roda/tempat tidur


E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan tidur siang : 1 jam tidur malam : 8 jam total 9 jam/hari

b. Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan tidur siang - , tidur malam hanya 3 jam , total 3 jam/hari
Klien mengatakan seringkali dia terbangun di tengah malam dan sulit untuk tidur
kembali
2. Data Obyektif
a. Observasi :
 Ekspresi wajah mengantuk : Negatif Positif

 Banyak menguap : Negatif Positif

 Palpebrae Inferior berwarna gelap : Negatif Positif

F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak ada masalah dari kelima indera pasien
Keadaan Sejak sakit :
Klien mengatakan sejak sakit klien tidak memiliki gangguan dalam kelima indera
2. Data Obyektif
a. Observasi
Melihat : Baik
Mendengar : Baik
Mencium : Baik
Meraba : Baik
Mengecap : Baik
G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :

17
Klien mengatakan senang dengan kehamilannya tetapi akhir-akhir ini klien tampak
murung tanpa alasan
b. Keadaan Sejak sakit :
Klien mengatakan khawatir jika terjadi sesuatu terhadap janinnya
H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan hubungan dengan keluarganya dalam keadaan baik-baik saja
b. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan hubungannya dengan keluarganya masih dalam keadaan baik-
baik saja dan harmonis, klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan sebagai
seorang istri bagi suaminya
2. Data Objektif
Klien dan keluarganya tampak harmonis

I. KAJIAN POLA REPRODUKSI-SEKSUALITAS


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam pola tersebut
b. Keadaan sejak sakit :
Klien mengeluh mengalami perdarahan berwarna merah kehitaman pada vaginanya
sejak tadi malam, klien mengatakan mempunyai riwayat perdarahan pada
kehamilan sebelumnya dan pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan 16
mg
2. Data Obyektif
a. Observasi
Pembalut penuh dengan darah berwarna merah kehitaman
J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES

Data Subyektif

a. Keadaan Sebelum sakit :


Sebelum sakit klien mengatakan tidak ada gangguan pada pola tersebut, jika ada
sesuatu yang menjadi beban pikirannya klien menceritakan kepada keluarganya

Keadaan sejak sakit :


Klien merasa cemas, gelisah, dan takut dan klien tidak mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya namun klien berharap agar dirinya sehat dan janinnya selamat, jika
klien merasa cemas dan gelisah klien mendiskusikannya kepada keluarga agar ada
solusinya dan perasaan cemas maupun rasa gelisah dan takut dapat berkurang
1. Data Obyektif
a. Observasi
Klien tampak cemas dan bertanya-tanya pada perawat maupun dokter tentang
penyakitnya

18
K.KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan rajin pergi beribadah setiap hari minggu, rajin membaca Alkitab
dan mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian baik digereja maupun lingkungan
sekitar tempatnya tinggal
Keadaan sejak sakit :
Klien sudah jarang pergi ke gereja dan mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian di
lingkungannya karena kelemahan fisik namun klien tetap rajin membaca Alkitab dan
selalu berdoa kepada Tuhan agar apa yang diharapkan dapat tercapai dan semua
anggota keluarganya dalam keadaan sehat. Suaminya juga setia mendampingi dan
mendoakannya

2. Data Obyektif
a. Observasi
Klien tampak membaca Alkitab dan terlihat suami klien setia mendampingi dan
mendoakan istrinya

19
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
 Klien mengatakan sering sakit perut ,  Klien selalu mengerang kesakitan karena
perut terasa sangat nyeri dan kram (nyeri nyeri yang dirasakan
 Kebersihan genitalian: Vagina berdarah ,
dengan skala 8) , ketika sakit itu muncul,
darah berwarna merah kehitaman
klien hanya menggosok dengan minyak
 Seluruh ADLnya dibantu orang
agar nyeri dan rasa kramnya berkurang
 Ekspresi wajah klien tampak mengantuk
 Klien mengatakan ketika perdarahannya
 Banyak menguap
terus keluar dan ditambah dengan nyeri
 Palpebrae inferior berwarna gelap
dan kram perut, klien tidak dapat
 Pembalut penuh dengan darah berwarna
melakukan aktivitasnya, segala
merah kehitaman
aktivitasnya dilakukan ditempat tidur
 Klien tampak cemas dan bertanya-tanya
 Klien mengatakan tidur siang - , tidur
pada perawat maupun dokter tentang
malam hanya 3 jam , total 3 jam/hari
penyakitnya
 Klien mengatakan seringkali dia
terbangun di tengah malam dan sulit
untuk tidur kembali
 Klien mengeluh mengalami perdarahan
berwarna merah kehitaman pada
vaginanya sejak tadi malam, klien
mengatakan mempunyai riwayat
perdarahan pada kehamilan sebelumnya
dan pernah mengalami keguguran pada
usia kehamilan 16 mg
 Klien merasa cemas, gelisah, takut dan
klien tidak mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya

20
Pathways

21
22
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Trauma eksternal, usia ibu >35 th Gangguan Perfusi
Jaringan
- Klien mengeluh Perdarahan pada pembuluh darah
mengalami plasenta

perdarahan berwarna Hematoma di desidua basalis


merah kehitaman Plasenta terdesak
pada vaginanya sejak Plasenta terlepas
tadi malam,
Otot uterus menegang
- klien mengatakan
Otot tidak mampu berkontraksi
mempunyai riwayat
Perdarahan
perdarahan pada
Hematoma retroplasenter
kehamilan
bertambah besar
sebelumnya dan
Plasenta terlepas ¼ bagian
pernah mengalami
Darah terekstravasasi diantara
keguguran pada usia
serabut-serabut uterus
kehamilan 16 mg
Ekstravasasi sangat hebat
DO :
Terasa sangat tegang dan nyeri
- TTV :
- TD= 80/60 mmHg Kerusakan jantung myometrium
- Nadi : 92x/menit dan pembekuan retroplasenta
- RR : 28x/menit
- Suhu: 36,5 oC Tromboplastin masuk ke dalam
- Klien terlihat pucat, peredaran darah
sianosis, lemah
- Kulit klien teraba Pembekuan intravaskuler
dingin
Persediaan fibrinogen akan habis
- TFU = 36 cm
- Konjungtiva anemis Hipofibrinogenemi
- Terlihat darah keluar
dari vagina Gangguan pembekuan darah
- Pembalut penuh
dengan darah Volume darah menurun
berwarna kehitaman
- Hasil pemeriksaan Pendarahan meningkat
USG terlihat solusio

23
plasenta parsialis COP menurun
dengan hematoma
- Perdarahan aktif (+) Syok

DS : Hematoma di desidua basalis Nyeri Akut

- Klien mengatakan Plasenta terdesak


sering sakit perut , Plasenta terlepas
perut terasa sangat
nyeri dan kram (nyeri Otot uterus meregang
dengan skala 8) Otot tidak mampu berkontraksi

DO :

- Klien selalu
mengerang kesakitan
4 karena nyeri yang
dirasakan

DS : Darah terekstravasasi diantara Intoleransi aktivitas


serabut-serabut uterus
- Klien mengatakan
ketika perdarahannya Ekstravasasi sangat hebat
terus keluar dan
ditambah dengan
Terasa sangat tegang dan nyeri
nyeri dan kram perut,
klien tidak dapat
melakukan
aktivitasnya, segala
aktivitasnya dilakukan
ditempat tidur

DO :

- Semua ADLnya
dibantu orang

DS :
Hematoma di desidua basalis Gangguan Pola Tidur
- Klien mengatakan
tidur siang - , tidur Plasenta terdesak

malam hanya 3 jam , Perdarahan pervaginam yang

24
total 3 jam/hari kehitaman
- Klien mengatakan
Klien tidak tahu apa yang
seringkali dia dialaminya
terbangun di tengah
Klien bertanya-tanya
malam dan sulit untuk
tidur kembali Klien takut dan khawatir

Cemas

Sulit tidur dan sering terbangun di


tengan malam

DO :

- Ekspresi wajah klien Perdarahan pervaginam yang Cemas


tampak mengantuk kehitaman

- Banyak menguap Klien tidak tahu apa yang


- Palpebrae inferior dialaminya
berwarna gelap Klien bertanya-tanya

Klien takut dan khawatir


DS :

Klien merasa cemas, gelisah,


dan takut dan klien tidak
mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya

DO :

- Klien tampak cemas


dan bertanya-tanya
pada dokter maupun
perawat tentang
penyakitnya

25
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA/UMUR : Ny. A
RUMAH SAKIT : GMIM Bethesda Tomohon
RUANG/KAMAR : Elisabeth
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA JELAS
1 Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan

2 Nyeri akut b.d kontraksi uterus ditandai terjadi distress /


pengerasan uterus , nyeri tekan uterus
3
Intoleransi aktivitas b.d Nyeri
4 Gangguan pola tidur b.d faktor psikolgis

5 Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai


keadaan patologi yang dialaminya

26
ASUHAN KEPERAWATAN
DI UNIT RAWAT INAP RS: GMIM BETHESDA TOMOHON

NAMA PASIEN : Ny. A RUANGAN: Elisabeth NO RM : 763989


Tgl/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI Rasional Tgl/ Implementasi Evaluasi
No KEPERAWATAN Jam
jam
24-02- 1 Gangguan perfusi
Setelah 1. Monitor tanda 1. Untuk 24-02- 1. TTV S : Klien mengatakan
jaringan b.d perdarahan tanda vital mengetahui 18/ perdarahan yang
18/ diberikan TD : 90/60 mmHg
14.10
14.00 ditandai dengan asuhan tanda-tanda N : 110x/m keluar dari vagina
DS : keperawatan vital klien R : 28x/menit sudah berkurang
O : TTV dalam batas
- Klien mengeluh 3x24 jam, S : 36,5 oC
diharapkan normal
mengalami 2. Observasi 2. Mengantisipasi 2. Tubuh klien kehilangan TD : 110/80 mmHg
14.20 perfusi 14.20
darah sekitar 30-40 %
tingkat terjadinya N : 88 x/menit
perdarahan jaringan
pendarahan shock dari total volume darah. R : 22 x/menit
pasien
berwarna Jumlahnya sekitar 1500- S : 36,5 oC
adekuat, Tubuh klien kehilangan
merah 2000 ml
dengan darah sekitar 30-40 %
kehitaman pada kriteria hasil : menjadi 15 % dari total
3. Berkolaborasi dalam
14.30 3. Kolaborasi 3. Cairan infus volume darah.Jumlah
vaginanya sejak - Conjungtiva pemberian terapi infuse
dalam isotonic dapat 14.35 nya sekitar 750 ml
tadi malam, tidak anemis pemberian mengganti isotonic seperti : NaCl A : Masalah gangguan
- TTV normal terapi infuse volume darah 0,9%, Dekstrosa 5%, perfusi jaringan belum
- klien
- Akral hangat isotonic yang hilang Ringer laktat) teratasi
mengatakan - Hb normal akibat P : Lanjutkan
- Muka tidak pendarahan intervensi point 2,
mempunyai
pucat, dan dan 3
15.05 riwayat 4. Kolaborasi 4. Tranfusi darah 15.30
- pasien tidak dalam dapat 4. Berkolaborasi dalam
perdarahan lemas. pemberian transfusi
pemberian mengganti
pada kehamilan tranfusi darah volume darah darah dengan total
dengan total yang hilang
27
sebelumnya dan volume akibat volume darahnya 3600ml
darahnya 60 pendarahan
pernah
cc/kg BB
mengalami
5. Tubuh klien kehilangan
5. Observasi 5. Mengantisipasi
keguguran pada 14.55 darah sekitar 30-40 %
14.50 tingkat terjadinya
usia kehamilan pendarahan shock menjadi 15% dari total
volume darah.
16 mg
DO :

- TTV :
- TD= 80/60
mmHg
- Nadi :
110x/menit
- RR : 28x/menit
- Suhu: 36,5 oC
- Klien terlihat
pucat,
sianosis,
lemah
- Akral dingin
- Konjungtiva
anemis
- Terlihat darah
keluar dari
vagina
- Pembalut
penuh dengan
darah
berwarna
kehitaman
28
- Hasil
pemeriksaan
USG terlihat
solusio
plasenta
parsialis
dengan
hematoma
Perdarahan aktif (+)
2 1. Penyebab nyeri adalah S : Klien mengatakan
15.50
Nyeri akut b.d kontraksi Setelah 1. Jelaskan 1. Memberikan akibat dari kontraksi nyerinya berkurang
15.45 uterus ditandai terjadi diberikan penyebab nyeri informasi dari skala 8 menjadi 4
uterus
distress / pengerasan askep, pada klien mengenai O : Klien hanya
uterus , nyeri tekan diharapkan penyabab nyeri sesekali mengerang
uterus ditandai dengan: yang kesakitan
klien dapat
DS : dideritanya A : Masalah nyeri
beradaptasi
akan membuat akut belum teratasi
- Klien dengan nyeri
klien kooperatif P : Lanjutkan
mengatakan yang
dengantindakan intervensi 2,3 dan 4
sering sakit dideritanya, yang akan
perut , perut dengan diberikan
terasa nyeri dan kriteria hasil :
2. Ajarkan teknik 2. Teknik relaksasi 16.05 2. Mengajarkan teknik
16.00 kram (nyeri
- Klien dapat
relaksasi distraksi relaksasi dengan cara
dengan skala 8) melakukan
distraksi pernapasan menarik nafas dalam
tindakan pernapasan dapat
DO : melalui hidung dan
untuk mendorong menghembuskannya
- Klien selalu mengurangi klien relaks dan lewat mulut, hal ini
mengerang nyeri. memberikan
dilakukan sebanyak 3x/
kesakitan klien cara
- Klien sampai klien rileks, dan
mengatasi dan
karena nyeri kooperatif teknik distraksi dengan
mengontrol
yang dirasakan dengan
tingkat nyeri cara mengalihkan
tindakan yang
perhatian klien misalnya
29
diberikan mengajak klien bercerita

16.15 3. Berikan posisi 3. Posisi miring 3. Memiringkan klien ke


yang nyaman mencegah 16.20
kiri/kanan
(miring ke kiri / penekanan
kanan) pada vena cava

4. Kolaborasi 4. Obat analgetik 16.35 4. Berkolaborasi dalam


dalam dapat pemberian obat analgetik
16.30 pemberian obat mengurangi
nyeri yang
dirasakan klien
dengan
memblok
impuls nyeri

3.
25-02-
Intoleransi aktivitas b.d Setelah 1. Bantu klien 1. Bantu klien 1. Membantu klien dalam S : Klien mengatakan
18/ 08.10
nyeri ditandai dengan : dilakukan untuk untuk ADLnya belum bisa melakukan
08.05 DS : melakukan melakukan aktivitasnya sendiri
tindakan
aktifitas sehari- aktifitas sehari- O : ADLnya masih
- Klien mengatakan keperawatan hari dibantu
hari
ketika perdarahan selama 3x24 A : Masalah
08.30 nya terus keluar dan jam 2. Melibatkan keluarga intoleransi aktivitas
klien 2. Libatkan 2. Keluarga 08.40
ditambah dengan dapat keluarga untuk memiliki dalam perawatan belum teratasi
nyeri dan kram melakukan proses peranan kebersihan diri klien dan P : Lanjutkan
perut, klien tidak perawatan dan penting dalam aktivitas klien seperti intervensi point 1 dan
aktivitas
dapat melakukan aktivitas klien aktifitas sehari- makan, mandi , BAK, BAB 2
dengan baik hari klien
aktivitasnya, segala
aktivitasnya Kriteria hasil: selama
dilakukan ditempat - Klien bisa perawatan
tidur beraktivitas

30
09.00 DO : - Klien tidak 3. Anjurkan klien 3. Aktivitas yang 09.10 3. Menganjurkan klien
mempunyai untuk ringan dapat untuk melakukan
Semua ADLnya dibantu melakukan membantu
orang masalah aktivitas yang ringan
aktivitas yang mengurangi
dalam seperti makan dan
ringan energy yang
beraktifitas. keluar minum dengan posisi
semifowler / setengah
duduk
4.
21.00 Gangguan pola tidur b.d 1. Ciptakan 1. Rasa saling 1. Terdapat rasa percaya S : Klien mengatakan
faktor psikologi ansietas Setelah lingkungan yang percaya adalah 21.05
ditandai dengan dilakukan antara perawat dengan pola tidur klien sudah
tindakan memfasilitasi langkah dalam batas normal
DS : klien
keperawatan rasa percaya pertama yang dari yang hanya tidur
- Klien selama 3x24 penting dalam malam 3 jam menjadi
jam klien hubungan tidur malam 8 jam ,
mengatakan terapeutik klien juga mengatakan
dapat
tidur siang - , menunjukkan sudah tidak terbangun
21.10 2. Dorong 2. Ekspresi 2. Klien mengatakan ada di tengah malam
rasa percaya
tidur malam pengungkapan terbuka 21.15 rasa takut, cemas dan kecuali klien akan BAK
diri dan
hanya 3 jam , menampak perasaan, mengenai khawatir O : Ekspresi wajah
kan ekpresi persepsi, dan perasaan dapat klien tampak ceria dan
total 3 jam/hari rasa takut memfasilitasi tidak terlihat
wajah yang
- Klien ceria sehingga identifikasi mengantuk
dapat tidur emosi tertentu A : Masalah
mengatakan rasa marah dan gangguan pola tidur
dengan
seringkali dia nyaman dan rasa takut yang teratasi
pola tidur tidak realistis P : Hentikan
terbangun di intervensi
kembali
tengah malam meningkat 3. Bantu klien 3. Mengidentifi 3. Klien mengatakan sulit
21.20 21.25
dengan mengidentifi kasi peristiwa tidur karena cemas dan
dan sulit untuk kasi situasi yang yang terkait
Kriteria Hasil: khawatir memikirkan
tidur kembali - Jam tidur mencetuskan dapat
kondisinya saat ini, klien
bertambah ansietas memungkinkan
juga takut ada gangguan
- Kualitas klien mencegah
atau mengenali terhadap janin

31
DO : tidur ansietasnya dikandungannya
meningkat guna mulai
- Ekspresi wajah - Tidak sulit menyelesaikan
klien tampak lagi untuk masalah
tidur
mengantuk 4. Tentukan 4. Mengidentifi
4. Jika klien merasa cemas
- Banyak kemampuan kasi mekanisme 21.35
21.30 klien dalam koping adaptif dan gelisah klien
menguap membuat mendiskusikannya
- Palpebrae keputusan kepada keluarga agar ada
solusinya dan perasaan
inferior
cemas maupun rasa
berwarna gelap gelisah dan takut dapat
berkurang
5.
26-02-
Cemas b.d kurang 1. Kaji 1. Mempermudah 1. Klien belum mengetahui S : Klien mengatakan
18/ 10.10
terpapar informasi klien Setelah pengetahuan dalam tentang penyakit yang sudah tidak gelisah
10.05 mengenai keadaan dilakukan klien tentang memberikan dideritanya dan cemas karena
patologi yang tindakan penyakitnya penjelasan sudah mengerti
dialaminya ditandai keperawatan pada klien tentang penyakitnya,
dengan selama 1x2 klien hanya
DS : jam klien 2. Jelaskan tentang 2. Meningkatkan 10.20
2. Salah satu predisposisi menyerahkan
10.15 mengerti proses penyakit pengetahuan dari solusio plasenta ini semuanya kepada
Klien merasa cemas,
proses (tanda dan dan yaitu trauma, Tuhan karena apa yang
gelisah, dan takut dan
penyakitnya gejala), mengurangi sebelumnya klien pernah Tuhan buat baik
klien tidak mengetahui
dengan identifikasi cemas mengalami keguguran adanya untuk dirinya
tentang penyakit yang
Kriteria Hasil: kemungkinan pada usia kehamilan 16 maupun janinnya
dideritanya - Pasien penyebab O : Klien tampak
mg, penyebab keguguran
DO : mampu tenang
menjelas klien yaitu karena A : Masalah cemas
Klien tampak cemas dan kan terjatuh dan perut klien teratasi
bertanya-tanya pada kembali mengalami benturan P : Hentikan
dokter maupun perawat tentang yang sangat keras intervensi
tentang penyakitnya penyakit
32
nya sehingga mengakibatkan
- Kecemasan pendarahan yang hebat
pada kemudian faktor kedua
pasien
yaitu usia klien yang
berkurang/
hilang sudah lebih dari 35 tahun
sangat beresiko tinggi
bagi dirinya maupun
janin dikandungannya.
Tanda dan gejalanya
meliputi : perdarahan
yang disertai dengan rasa
nyeri, darah berwarna
merah kehitaman, dapat
terjadi gawat janin
hingga menghilangnya
denyut jantung janin,
bayi bergerak tidak
seperti biasanya, Rahim
berkontraksi cepat dan
terus menerus. Sebagian
besar dari tanda dan
gejala ini telah
ditemukan pada klien

3. Anjurkan untuk 3. Dapat memberi


11.10 3. Menganjurkan suami dan
menghadirkan rasa aman dan
11.00 keluarga klien untuk
orang-orang nyaman bagi
terdekat klien turut serta dalam proses
penyembuhan klien
dengan cara keluarga
selalu ada untuk

33
menemani klien tidak
membiarkan klien
sendiri, rasa peduli
terhadap klien dan
memberikan semangat
bagi klien

12.05 4. Anjurkan klien 4. Dapat 12.10 4. Mengajak klien untuk


untuk berdoa meningkatkan berdoa sesuai
kepada Tuhan keyakinan pada kepercayaan yang
Tuhan tentang
dianutnya agar perasaan
kondisi yang
lebih tenang dan dapat
dialami
mengurangi kecemasan

34
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA/UMUR : Ny. A
RUANG/KAMAR : Elisabeth/ 11.1
Tgl/Jam No EVALUASI/SOAP Tgl/Jam IMPLEMENTASI NAMA
NDx JELAS
26-02- 1 S : Klien mengatakan 26-02- 1. Tubuh klien
18/ perdarahan yang keluar 18/ kehilangan darah 30-
14.05 dari vagina sudah 14.10 40 % menjadi 15%
berkurang
kemudian menjadi
O : TTV dalam batas
normal <15% dari total
TD : 110/80 mmHg volume darah.
N : 88 x/menit Jumlahnya dari 1500-
R : 22 x/menit 2000 ml menjadi 750
S : 36,5 oC ml kemudian
A : Masalah gangguan menjadi < 750 ml
perfusi jaringan belum 14.30
teratasi 2. Berkolaborasi dalam
P : Lanjutkan intervensi pemberian terapi
point 2 dan 3 infuse isotonic
seperti : NaCl 0,9%,
Dekstrosa 5%, Ringer
laktat)

S : Klien mengatakan 1. Mengajarkan teknik


nyerinya berkurang dari
14.40 relaksasi dengan cara
skala 8 menjadi 4
2 menarik nafas dalam
O : Klien hanya sesekali
mengerang kesakitan melalui hidung dan
A : Masalah nyeri akut menghembuskannya
belum teratasi lewat mulut, hal ini
P : Lanjutkan intervensi dilakukan sebanyak
2,3 dan 4 3x/ sampai klien
rileks, dan teknik
distraksi dengan cara
mengalihkan
perhatian klien
misalnya mengajak
klien bercerita

14.45 2. Memiringkan klien ke


kiri/kanan

35
14.50 3. Berkolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik

S : Klien mengatakan 15.00 1. Membantu klien


3. belum bisa melakukan dalam ADLnya namun
aktivitasnya sendiri untuk aktivitas makan
O : ADLnya masih dibantu dan minum klien
A : Masalah intoleransi sudah dapat
aktivitas belum teratasi
melakukannya sendiri
P : Lanjutkan intervensi
point 1 dan 2 15.10 2. Melibatkan keluarga
dalam perawatan
kebersihan diri klien
dan aktivitas klien
seperti makan, mandi
, BAK, BAB

36
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat
banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta
lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang
telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan
syok.

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh
pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya
dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik,
sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat,
hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal
tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Heller,Luz. 1991 . Gawat darurat ginekologi dan obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Edisi 2. Jakarta:
EGC (diakses 25 Februari 2018)

38

Anda mungkin juga menyukai