Panggabean
Penciptaan Manusia
(1) Siapakah Manusia itu? (2) Manusia dan Relasinya dengan Alam
Semesta (3) Manusia dan Kebudayaan
I. Pendahuluan
Siapakah sebenarnya manusia itu? Sekalipun pertanyaan ini kedengarannya mudah
dijawab, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sebab sejak zaman dahulu kala telah ada
jawaban yang bermacam-macam sekali. Di dalam Dogmatika perlu sekali kita memikirkan
soal manusia. Kita harus menemukan, apa artinya bahwa kita adalah manusia. Dalam pada itu
kita akan bertemu juga bagaimana relasi antara manusia dengan alam semesta serta manusia
dan kebudayaan. Semoga sajian ini menambah wawasan bagi kita semua.
II. Pembahasan
II.1. Penciptaan Manusia
Menurut kesaksian Alkitab, kita baru dapat mengatakan sesuatu yang berarti tentang
manusia, kalau kita sejak semula menghubungkannya dengan Allah. Manusia adalah ciptaan
Allah dan sebagai ciptaan Allah, manusia takluk dan bertanggungjawab kepada Allah.
Terdapat perbedaan hakiki antara Allah dan manusia. Manusia bukan Allah atau ilah.Ia juga
bukan makhluk ilahi. Ia tidak berasal dari (= tidak dilahirkan oleh) Allah, tetapi ia diciptakan
oleh Allah. Sungguhpun demikian manusia tidak sama dengan makhluk-makhluk yang lain. 1
Dari Kejadian 1:26 kita dapat mengetahui, bahwa cara Tuhan Allah menjadikan dan
menciptakan manusia berbeda sekali dengan caranya Ia menciptakan makhluk-makhluk lain.2
Kejadian 2:7 disebutkan, bahwa manusia diciptakan dari debu tanah, yang kedalamnya
dihimbuskan nafas hidup. Kata yang diterjemahkan dengan “debu tanah” disini adalah
adamah, yang ditempat lain dipakai kata “daging” atau basar untuk menyebut tubuh manusia
itu. Kata basar ini di dalam bahasa Yunani adalah sarx. Kedua kata ini (basar dan sarx) di
dalam Alkitab dipakai dalam hubungan yang bermacam-macam dengan terjemahan yang
bermacam juga, seperti: tubuh (Ayub 19:26); Mzm (16:9; Kis 2:26), makhluk (Mzm 145:21),
manusia (Yes 31:3), orang (Luk 3:6), dan lain sebagainya.
Dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan “debu tanah” atau “daging” pertama-
tama adalah tubuh atau badan manusia, bentuk atau penampakan manusia yang lahiriah, segi
yang keduniawian, atau segi kodrati manusia (bnd Yoh 1:13; 3:5 dbr; 1 Yoh 2:16 dbr), yang
menjadikan manusia sebagimana berbeda sekali dengan Tuhan Allah Khaliknya. Debu tanah
atau daging terbataslah hidupnya, dapat rusak (Yes 31:3) dan oleh karenanya juga lemah
(Mzm 56:5; 78:31). Demikianlah debu tanah dan daging tidak memiliki hidup di dalam
1 J.L.Ch. Abineno, Manusia dan Sesamanya di Dalam Dunia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1990), 34-35
2 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010), 173
dirinya sendiri. Debu tanah dan daging hanya dapat hidup selama Tuhan Allah memberikan
hidup kepadanya (Kej 6:1,3).3
III. Kesimpulan
IV. Daftar Pustaka
6 G.C. van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 141
7 Nico Yusuf dister OFM, Pengantar Teologi, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1992), 44-45