Kelompok : 3
Pranutasani Parameswari (16030204065)
Larasati Hening P (16030204068)
Novia Putri Diana (16030204071)
Dihin Puspita (16030204091)
PBU 2016
2. Sistem Saraf
Jaringan saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan
lain dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia
yang berasal dari neuroepitel embrional. Sistem syaraf terbagi menjadi dua bagian yaitu
saraf pusat dan saraf perifer, di mana sistem saraf pusat menjangkau otak dan
kordaspinalis, sedangkan saraf perifer teridiri dari saraf kranial dan spinal yang menuju
ke struktur stomatik (badan) serta saraf otonom yang menuju ke strutur visceral (otot
polos,otot jantung dan kelenjar) atau merupakan struktur saraf yang terletak diluar otak
dan korda spinalis (Nurcahyaning,2005).
Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur dan fungsi saling berhubungan.
Sistem saraf pusat (SSP) mencakup otak dan medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST),
serta mencakup saraf dan ganglion yang terbesar diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron
merupakan dasar unsur sel sistem saraf. Struktur neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti
glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak berkaitan
dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat hubungan anatomik dan fungsional
antarneuron (Johnson,2006).
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas , artinya sel dapat menanggapi
(merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat
menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya
diberi rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel
otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan
berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya.
Lintasan impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks.
Apabila suatu saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah
energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan
sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata
seperti kontraksi otot (Nukmal,2012).
Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat pasang saraf perifer. Pada sebagian
besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi dekat sumsum
tulang belakang saraf itu terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral, dan neuronnya
terpisah. Dalam akar neuron dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu
pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan-badan selnya sendiri.
Saraf dari hidung, mata, dan telinga berkembang dengan indera perasa khusus. Saraf-
saraf ini seluruhnya terdiri atas serabut aferen, kecuali beberapa neuron eferen dalam
saraf mata dan vestibulokoklear (pendengar) yang menjulur ke organ indera dan dapat
mengatur aktivitasnya. Saraf kranial selebihnya mengandung sejumlah besar serabut
aferen, dan eferen yang dianggap secara serial homolog dengan akar yang terpisah dari
saraf spinal vertebrata. Lokasi badan sel saraf kranial dan ujung akhirnya di dalam otak
mengikuti pola yang telah diutarakan pada neuron spinal (Smith dkk,2007).
Saraf spinal timbul dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral
yang kemudian bersatu membangun saraf spinal.Pada akar dorsal terdapat ganglion
spinal dan akar dorsal ini terutama sensoris., sedangkan akar ventral motoris. Tidak jauh
sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-kurangnya akan
pecah menjadi dua cabang. Sebuah ramus dorsal mensuplai otot epaksial dan kulit
punggung.
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang
mengontrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan
jantung, gerakan peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju
otot polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik
yang meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum
mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke efektornya.
Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis (Nurcahyani,2005).
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat
otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan
suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur
refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau
efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara
neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian
otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu
refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks
pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut
terentang.
Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah
ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan
cara memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya
disebut hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu
pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak
amatlah berguna untuk mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal
yang menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh, berlangsung
hanya dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal, hewan akan menarik
sebuah kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya rangsangan listrik atau diberi
sedikit asam lemah (Frandson, 2010).
Menurut (Satyanegara, 2010)) berdasarkan fungsinya sistem saraf dapat
dibedakan atas dua jenis :
1) Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang membawa impuls berupa rangsangan dari
reseptor (penerima rangsang), ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Sel saraf sensorik disebut dengan sel saraf indera, karena berhubungan
dengan alat indera.
2) Sel saraf motorik adalah sel saraf yang membawa impuls berupa tanggapan dari
susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju ke atau kelenjar
tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak karena
berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.
3. Saraf Cranial
Saraf kranial (kadang-kadang disebut saraf otak), adalah saraf yang muncul
langsung dari otak dan batang otak, berbeda dengan saraf tulang belakang (yang muncul
dari berbagai segmen medula spinalis). Informasi akan dipertukarkan antara daerah otak
dan daerah lainnya, terutama dari kepala dan leher, melalui saraf kranial.
Seluruh tubuh manusia dipersarafi oleh saraf yang merupakan bagian dari sistem
saraf. Saraf ini membantu kita untuk merasakan semua panca indra kita. ini kranial saraf
adalah saraf yang muncul langsung dari otak seperti terhadap saraf tulang belakang yang
muncul dari segmen dari sumsum tulang belakang. Pada manusia, ada total dua belas
pasang saraf kranial.
Hanya saraf pertama dan pasangan kedua muncul langsung dari otak besar,
sedangkan sisanya sepuluh pasang muncul dari batang otak dan bagian terkait, seperti
pons dan perbatasan medulla. Saraf kranial adalah 12 pasang saraf yang dapat dilihat
pada ventral (bawah) permukaan otak. Beberapa saraf ini membawa informasi dari indra
ke otak; otot saraf kranial mengendalikan lainnya; saraf kranial lain yang terhubung ke
kelenjar atau organ seperti jantung dan paru-paru. Saraf kranial adalah komponen dari
sistem saraf perifer, dengan pengecualian saraf kranial II (saraf optik), yang bukan
merupakan saraf perifer sejati tetapi saluran saraf dari diensefalon; maka kedua saraf
optik dan retina adalah bagian dari sistem saraf pusat (SSP) (Satyanegara,2010)
Fungsi saraf kranial bervariasi tergantung pada asal dan jenis saraf. Namun,
penting untuk mengetahui segala sesuatu tentang berbagai fungsi mereka, karena setiap
jenis masalah yang mempengaruhi saraf ini dapat menyebabkan masalah serius dan
komplikasi kesehatan mental orang tersebut. Saraf-saraf yang berhubungan dengan otak
antara lain:
1). Saraf Olfaktorius (N.I)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-
serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan
bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh
sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior
kiasma optikum dan sebaliknya. Serabut-serabut dari lapangan visual temporal
(separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari
lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang
berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan
dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma
berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus
genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika
melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus
oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga
serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran
atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma
optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus
oksipital kanan dan sebaliknya.
b. Analisis
Berdasarkan tabel fungsi saraf otak besar pada nervus olfactori diatas dapat
diketahui bahwa dari 12 subyek uji, 100% dapat mencium bau kopi, bawang putih dan
minyak angin. Sedangkan air putih tidak dapat tercium oleh 5 orang dari 12 orang.
Berdasarkan tabel fungsi saraf otak besar pada nervus opticus diatas dapat
diketahui bahwa dari 12 subyek uji, 2 orang dapat membaca 100-150 kata, 9 orang
dapat membaca 150-200 kata dan 1 orang dapat membaca lebih dari 200 kata
Berdasarkan tabel fungsi saraf otak besar pada nervus oculomotor diatas dapat
diketahui bahwa dari 12 subyek uji, semuanya dapat melakukan tugas mengawasi
gerak pensil dalam vertikal, horisontal, serong kiri, serong kanan dan berputar tanpa
menggerakkan kepala.
Berdasarkan tabel fungsi saraf otak besar pada nervus opticus diatas dapat
diketahui bahwa dari 12 subyek uji, semuanya dapat melakukan kegiatan
menunjukkan gigi, menggembungkan pipi, mengerutkan dahi dan mengangkat 2 alis
bersamaan. Sedangkan, pada kegiatan mengangkat 1 alis hanya 2 orang yang dapat
melakukannya.
Berdasarkan tabel hasil fungsi otak kecil, untuk mengetahui fungsi otak kecil,
terdapat 9 perlakuan yaitu 1) merentangkan kedua lengan ke samping dan
menggerakan semua jari-jari dengan rapat, 2) merentangan kedua lengan ke samping
dan saling menyilangkan semua jari-jari dengan rapat, 3) menolehkan kepala ke
samping dengan pandangan lurus ke samping sambil berjalan maju dengan
meletakkan tumit yang satu di depan ujung jari kaki yang lain, 4) menutup mata dan
berdiri tegak selama satu menit, 5) menutp mata dan menyentuh hidung dengan
telunjuk kanan, 6) menutup mata dan menyentuh hidung dengan telunjuk kiri, 7)
menutup sebelah mata dengan menyentuh telunjuk kanan pengamat, 8) berdiri tegak
dan menggerakkan kaki kanan ke atas ke bawah menggeser sepanjang kaki kiri, 9)
berdiri tegak dan menggerakkan kaki kanan ke atas ke bawah menggeser sepanjang
kaki kanan.
c. Pembahasan
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa fungsi otak kecil dan
otak besar pada masing-masing individu berbeda. Otak besar (Cerebrum) merupakan
bagian otak yang memenuhi sebagian otak manusia, dengan ukuran 7/8 dari total otak.
Menurut Satyanegara (2010), otak besar terbagi menjadi dua, yaitu otak besar belahan
kiri dan otak besar belahan kanan. Otak besar belahan kiri berfungsi mengatur
kegiatan organ tubuh bagian kanan. Otak tengah terletak didepan otak kecil
(Cerebellum) dan jembatan varol (pons varoli). Didepan otak tengah terdapat talamus
dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar endokrin. Otak tengah berfungsi
sebagai pusat pengauran refleks mata, refleks penyempitan pupil mata dan
pendengaran (Satyanegara,2010)
Hasil uji fungsi saraf otak besar pada nervus olfactori menunjukkan bahwa
100% subyek uji dapat mencium bau kopi, bawang putih, dan minyak angin. Selain
itu, data diatas menunjukkan bahwa 58,3% subyek uji dapat mencium bau air putih
dan 41,6% tidak dapat mencium bau air putih. Kepekaan seseorang dalam mengenali
bau dikarenakan terdapatnya reseptor bagi sensasi membau yang terdapat di dalam
ephitelilum olfaktorius pada mukosa hidung (Pearce, 2002). Ephitelium olfaktorius
pada mukosa hidung dapat diidentifikasikan berdasarkan adanya glandula bowman
dan akson olfaktorius dalam lamina proprianya, serta ephitelium yang menciri dengan
adanya tiga tipe khas yaitu sel sustentakulum, reseptor saraf olfaktorius dan sel
basal(Smith dkk,2004). Menurut Muttaqin(2008), ephitelium olfaktorius dapat
diidentifikasikan berdasarkan banyaknya berkas serabut saraf tanpa myelin dalam
lamina propria. Mukosa olfaktorius dilapisi oleh ephithelium silinder berlapis dan
bersilia yang terdiri dari tiga sel utama yaitu sel basal, sel olfaktori dan sel penunjang.
Selain itu epitel olfaktorius terdiri dari neuron olfaktorius(Rowe dkk, 2005). Neuron
ephitelium olfaktorius berada pada bagian superior kavum nasi yang tidak
terspesialisasi untuk menskresi mucus(Pearce,2002).
Selain itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan dalam menebak
bau adalah pengalaman. Karena pada saat seseorang sebelum-sebelumnya pernah
membau dari bau yang telah dibau maka secara langsung akan mempermudah
seseorang dalam menebak bau yang telah dibaunya. Menurut Satyanegara(2010),
faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan seseorang dalam membau dapat berupa
usia, suhu, kebiasaan dan riwayat kesehatan, serta kehamilan. Misalnya pada saat
seseorang berusia lanjut maka akan mengurangi dalam kepekaan membau
dikarenakan berkurangnya kemampuan sel-sel reseptor dalam membau.
Pada hasil uji fungsi saraf otak besar pada nervus opticus menunjukkan
kemampuan membaca setiap individu berbeda-beda. Dari 12 subyek uji, 90% nya
dapat membaca 150 sampai 200 kata per menit dan hanya 8,3% subyek uji dapat
membaca lebih dari 200 kata per menit. Pada mata, terdapat saraf-saraf kecil retina
yang dapat merasakan sinar dan mengirimkan gelombang saraf ke saraf optikus.
Keadaan lapang pandang mata seseorang berbeda-beda sehingga, ketika membaca,
kata yang didapat ketika 1 menit juga berbeda (Broom,2005). Menurut Broom (2005),
keadaan lapang pandang tersebut berhubungan dengan anterior kiasma Pada saat
cahaya masuk, separuh lapangan pandang kanan akan masuk ke kedua mata (retina
mata kanan sebelah medial dan retina mata kiri sebelah lateral). Begitu juga dengan
separuh lapangan pandang kiri akan masuk ke retina mata kiri sebelah medial dan
retina mata kanan sebelah lateral. Kemudian setelah diterima di retina, informasi akan
disalurkan ke saraf optikus dan akan mengalami persilangan pada kaisma optikum
yang terletak di bawah hipotalamus. Di dalam kiasma optikum, serat-serat saraf
bagian medial retina akan menyebrang ke sisi kontralateral, sedangkan bagian lateral
tetap pada sisinya. Selanjutnya informasi dibawa ke traktus optikus dan terakhir ke
otak.
Kemudian, hasil fungsi saraf otak besar pada nervus oculomotor,
menunjukkan bahwa semua subyek uji dapat melakukan tugas yang diminta. Menurut
Smith,dkk (2009), nervus ooculomotor berada pada tagmentum mesensefali. Saraf
okulomotorius berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi otot
kontriktor yang mengubah ukuran pupil. Pupil adalah lubang yang terdapat pada pusat
iris mata yang dapat mengembang dan menguncup seiring dengan kegiatan
mata(Muttaqin, 2008). Seseorang yang memiliki gangguan pada nervus
okulomotornya berdampak pada kerja pupil dalam menanggapi rangsang
cahaya(Muttaqin,2008). Nervus okulomotorik terbagi menjadi dua komponen utama
yaitu nuklus parasimpatik dan kompleks nucleus okulomotor. Dimana pada nucleus
parasimpatik mensyarafi otot-otot intra ocular. Sedangkan Kompleks nucleus
okulomotor terletak lebih lateral dan mensarafi 4 dari 6 otot ekstra
ocular(Muttaqin,2008). Pada lobus occipitalis dikenal daerah-daerah fungsional yaitu
korteks area penglihatan primer. Didalam penglihatan primer terdapat sulcus
calcarinus. Hubungan korteks area penglihatan primer terhadap sulcus calcarinus
adalah konstan pada manusia yang berfungsi untuk fungsi penglihatan yang disadari.
Selain itu korteks area ini juga berfungsi sebagai reaksi optokinetik mata untuk
memfokuskan dan mengikuti gerakan-gerakan suatu benda secara terus-menerus
Pada hasil fungsi saraf otak besar pada nervus facialis menunjukkan bahwa
semua subyek uji dapat melakukan apa yang ditugaskan praktikan seperti
menunjukkan gigi, menggembungkan pipi, mengerutkan dahi, dan mengangkat 2 alis
bersamaan. Namun, 10 orang subyek uji tidak dapat mengangkat satu per satu alisnya.
Hal ini dapat terjadi karena setiap orang memiliki lobus frontal yang berbeda
(Broom,2005). Lobus frontal terdiri dari bagian anterior (korteks prefrontal) dan
bagian posterior. Bagian anterior bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi kognitif
yang lebih tinggi, dan bagian posterior terdiri dari daerah premotor dan motorik,
sehingga, yang mengatur gerakan sadar. Fungsi dari lobus frontal mengontrol
keterampilan motorik (gerakan).
Otak kecil (Cerebllum) terletak dibagian belakang otak besar. Otak kecil
berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan
keseimbangan tuuh serta posisi tubuh. Pada hasil uji fungsi saraf otak kecil,
menunjukkan bahwa pada perlakuan ke-1, 4, 6, 7, 8, dan 9, semua praktikan mampu
melakukan tugas yang diminta secara benar sehingga memiliki persentase 100%.
Sedangkan, jumlah praktikan perlakuan ke-2 yang mampu melakukan sebesar 75%,
perlakuan ke-3 yang dapat melakukan sebanyak 83,3%, dan perlakuan ke-5 sebesar
91,7%. Pada perlakuan ke-1, 4, 6, 7, 8, dan 9 keseimbangan otak kiri dan kanan
terjadi ditunjukkan dengan semua subyek uji yang dapat melakukan tugas yang
diminta. Broom (2005) menyatakan bahwa keseimbangan tersebut berkaitan dengan
fungsi otomatis otak kecil, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
(contohnya gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya). Otak kecil yang terganggu juga akan menyebabkan
gangguan pada sikap dan koordinasi kerja otot.
Permukaan cerebellum berbeda dengan serebrum, karena tampak berlapis-
lapis. Serebelum diklasifikasikan mejadi tiga subdivisi utama yaitu arkhi serebellum,
paleoserebellum dan neoserebelum. Arkhiserebelum menerima informasi tentang
posisi kepala dari system vestibuler dan juga tentang gerakan kepala melalui impuls
kinetic dari reseptor di canalis semisirkularis. Paleoserebelum menerima impuls
aferen dari medulla spinalis melalui traktus spinoserebelaris anterior dan posterior,
dan juga dari kuneoserebelaris. Neoserebelum menerima impuls aferen dari korteks
serebelum melalui jaras kortiko – ponto – serebelaris, serta menerima serabut aferen
dari traktus olivo serebelaris (Satyanegara dkk, 2010).
XI. Diskusi
1. Samakah status saraf pada subjek 1 dan subjek 2 ?
2. Bila tidak sama, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan tersebut ?
Jawab:
1. Tidak.
2. Riwayat kesehatan: akibat kecelakaan atau sedang tidak sehat.
Kebiasaan: kebiasaan kurang melatih penggunaan saraf juga akan menurunkan fungsi
saraf.
Genetik: sifat menurun dari orang tua
XII. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum diatas, dapat diketahui bahwa sebagian otak besar
berfungsi normal. Hal tersebut dilihat dari nervus olfaktoris yang bekerja normal namun
kurang optimal untuk membau air putih. Nervus opticus bekerja sekitar 131-220
kata/menit. Nervus oculomotor bekerja secara normal. Nervus facialis bekerja normal pada
kegiatan menunjukkan gigi, menggembungkan pipi, mengerutkan dahi dan mengangkat 2
alis bersamaan. Nervus oculomotor tidak bekerja optimal pada kegiatan mengangkat 1 alis.
Saraf otak kecil sebagian besar bekerja dengan normal, namun pada perintah ke 2, 3 dan 5
terdapat ketidaknormalan dalam bekerja.
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta : PT. Gramedia.
Rowe, T.B. ett all. 2005. Organization of the olfactory and respiratory skeleton in the nose
of the gray short-tailed Opossum monodelphins domestics. Journal Of Mammalian
Evolution, Vol. 12 : 328.
Satyanegara., 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sloane, Ethel. 1994. Anatomy and Physiology : An easy Learner. Jones and Bartlett
Publisher, Inc. United States of American.
Smith, T.D., Bhatnagar, K.P., Tuladhar, P. Burrows, A.M. 2007. Distribution of olfactory
ephitelium in the primate nasal cavity : are microsmia and macrosmia valid
morphological concepts. The Anatomical Record, Part A 28IA:1173-1181.
Sonjaya, Herry. 2008. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Makassar : Fakultas
Peternakan Universitas Hasannudin.