Anda di halaman 1dari 14

RESPONSI

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Ptiriasis Versicolor

Disusun oleh :

Eric Enderson K, S. Ked 2010.04.0.0116

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2017

1
_____________________________________________________________________
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 60 Kg
Alamat : Kr Ambon
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 24 Oktober 2017
II. ANAMNESA
 Keluhan Utama
Bercak-bercak putih pada punggung dan leher yang diderita sejak 3
bulan lalu
 Keluhan Tambahan
Terasa gatal bila berkeringat.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli Kulit & Kelamin RSAL pada tanggal 24 Oktober
2017 dengan keluhan yaitu bercak-bercak putih pada punggung dan
leher. Pasien merasa bercak-bercak putih tersebut terasa gatal saat
berkeringat.
Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak bulan Juli 2017.
Pasien mengaku awalnya bercak putih hanya muncul pada leher
pasien. Pergi ke dokter → obat Salep Ketoconazole. Pasien merasa
gatalnya menghilang namun bercak putih tetap ada.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya
Riwayat alergi obat + Antibiotik golongan Sulfa
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini

2
• Riwayat Psikososial
Mandi teratur 2 kali sehari dengan sabun mandi cair secara
bersamaan dengan anggota keluarga yang lain dan mandi
menggunakan air PDAM.
Pasien menggunakan handuk sendiri.
 Pasien ganti baju 2 kali sehari, tetapi baju tidak dicuci dulu
hingga 3 hari.
 Pasien hanya ganti baju bila badan sudah berkeringat, dan baju
sudah basah oleh keringat.
 Kegiatan sehari-hari pasien aktivitas fisik secara aktif antara lain
olah raga.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis
Status Gizi : baik
 Status Generalis
Kepala :A-/I-/C-/D-
Leher : Pembesaran KGB ( - )
Thorax : Inspeksi : Normochest
Palpasi : Gerak nafas simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vs = +/+; Rh/Wh = -/-
S1, S2 normal
Abdomen : Inspeksi : Datar simetris
Palpasi : Nyeri tekan ( - )
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU (+) normal
Extremitas : Hangat, kering, merah
Status Dermatologis
Status Lokalis : Regio Thorax Posterior, Regio Coli.
Effloresensi : Tampak makula hipopigmentasi soliter berbatas tegas
tertutup skuama tipis berwarna putih

3
Regio Thorax posterior
Tampak makula hipopigmentasi soliter berbatas tegas tertutup skuama
tipis berwarna putih.

4
Regio Coli
Tampak makula hipopigmentasi soliter berbatas tegas tertutup skuama
tipis berwarna putih.

5
Keterangan : yang ditunjuk oleh panah adalah 2 hifa pendek, dengan spora
di sekitarnya namun tidak bergerombol

IV. RESUME
Pasien ♂, 18 tahun, datang ke poli Kulit & Kelamin dengan keluhan
bercak-bercak putih pada punggung dan leher dirasakan pasien sejak
bulan Juli 2017 (3 bulan lalu). Pasien awalnya hanya muncul pada leher
pasien berikutnya pada punggung. Pasien juga merasa bercak-bercak putih
6
tersebut terasa gatal saat berkeringat. Pasien lalu pergi ke dokter → obat
Salep Ketoconazole. Pasien merasa gatalnya menghilang namun bercak
putih tetap ada.
Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Riwayat
alergi obat + Antibiotik golongan Sulfa. Pasien ganti baju 2 kali sehari, tetapi
baju tidak dicuci dulu hingga 3 hari serta ganti baju bila badan sudah
berkeringat, dan baju sudah basah oleh keringat. Kegiatan sehari-hari
pasien aktivitas fisik secara aktif antara lain olah raga

Pemeriksaan fisik

Status Generalis : dalam batas normal


Status Dermatologis :
Status lokalis : Regio Coli & Regio Thorax Posterior
Effloresensi : Tampak makula hipopigmentasi soliter
berbatas tegas tertutup skuama tipis berwarna
putih.
Pemeriksaan Lampu Wood
Tampak fluoresensi berwarna kuning keemasan pada lesi.
Pemeriksaan KOH 20%
Tampak 2 hifa pendek, dengan spora di sekitarnya

V. DIAGNOSIS KERJA
Pityriasis versicolor

VI. DIAGNOSIS BANDING


Dermatitis Seboroik
Pityriasis Alba
Morbus Hansen
VII. PENATALAKSANAAN
 Planning diagnosa
1. Pewarnaan KOH
 Planning Edukasi
 Menjaga kebersihan lingkungan
7
 Menggunakan obat dokter dengan benar

Planning Medikamentosa

• Shampo Selenium sulfide / Selsun (2-3 x seminggu; diamkan 15-30 menit


kemudian dibilas)

• Oral Ketoconazole 1 x 200mg (selama 10 hari)

Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa penyebab dari penyakitnya


adalah akibat infeksi jamur dan tidak menular.

Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa faktor predisposisi penyakit ini adalah
menurunnya imunitas diri, suhu dan kelembaban udara yang tinggi, serta faktor
keringat tubuh

• Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor predisposisi penyakit


yaitu dengan cara makan makanan yang bergizi dan istirahat cukup untuk
meningkatkan imunitas diri, serta menjaga higienitas diri dengan cara ganti
baju setiap saat, segera mencuci pakaian yang kotor dan basah karena
berkeringat, dan sering mandi setelah tiap kegiatan yang menimbulkan
keringat.

• Menyarankan kepada pasien untuk meningkatkan higienitas lingkungan baik


di dalam rumah, maupun di luar rumah.

VIII.PROGNOSA
Dubia ad bonam

8
Pityriasis Versicolor
(Tinea Versicolor)

BATASAN
Pityriasis versicolor (tinea versicolor) adalah penyakit jamursuperfisial yang
kronik yang menyerang stratum korneum, biasanya tidak memberikan keluhan
subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam,
terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha,
lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.1

SINONIM
Tinea versicolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava,
pityriasis verssicolor flava, dan panau.1,4

ETIOLOGI
Pityriasis versicolor (tinea versicolor) disebabkan oleh Malassezia furfur.
Bentuk yeast (spora budding yeast) pada organism ini dinamakan Pityrosporum
orbiculare. Sebagai budding yeast, organisme ini merupakan flora normal pada
manusia.Dapat menyebabkan lesi kulit bila tumbuh menjadi fase hifa (Malasezia
furfur).1,2,3
Malassezia furfur telah lama diidentifikasi sebagai penyebab penyakit
pityriasis versicolor.Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa Malassezia
glabosa mungkin berperan dalam pathogenesis penyakit. Terbukti pada penelitian
Crespo Erchiga et al, mengkultur lesi pada pityriasis versicolor pada 96 pasien, dan
M. glabosa ditemukan dalam 97% kasus.2,3

PATOGENESIS
Malassezia furfur adalah organism yang dimorphic dan lipophilic.Pada
keadaan tertentu, dapat berubah dari spora saprofit (saprophytic yeast –
Pityrosporum orbiculare) menjadi bentuk parasit mycelia (Malassezia furfur).Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah suhu udara yang hangat
(tinggi), kelembaban udara sekitar, penggunaan kortikosteroid, kondisi
immunosuppresed, penyakit Cushing, hiperhidrosis, dan malnutrisi.2

9
Pada pityriasis versicolor, spora jamur Malassezia furfur dapat memfilter/
memblok cahaya matahari sehingga mempengaruhi proses penghitaman kulit. Zat
yang mefilter sinar matahari bernama pityriacitrin dihasilkan oleh Malassezia.Lebih
lanjut lagi, hasil metabolik Malassezia furfur, yaitu asam azaleat (asam
dikarboksilat), dapat menyebabkan depigmentasi dengan menghambat enzim
tyrosinase dan merusak sel melanosit. Hal inilah yang menyebabkan lesi
hipopigmentasi dapat bertahan lama.Lesi tersebut dapat bertahan beberapa minggu
hingga beberapa bulan, bahkan beberapa tahun setelah infeksi jamur diobati. 2,3

Pada pityriasis versicolor, jamur hanya menginfeksi pada stratum korneum


dan jarang didapatkan infiltrasi ke dalam dermis.1,2,3

GEJALA KLINIS
Pityriasis versicolor (tinea versicolor)
biasanya muncul sebagai makula hipo atau
hiper-pigmentasi berbatas tegas soliter, yang
kadang ber-koalesen, berskuama halus,
terdapat pada batang tubuh dan ekstremitas
superior.Munculnya penyakit ini paling sering
pada musim panas (musim kemarau), dan
lebih sering muncul pada area kulit yang
berminyak.Tempat predileksinya yaitu pada tengah dada (regio sternum), sisi kanan
kiri dada, abdomen, punggung, genital, leher, dan daerah lipatan.Gejala inflamasi
ringan serta gatal pada lesi mungkin menyertai gambaran klinis penyakit ini.Gatal
biasanya dirasakan saat berkeringat.Muka dan kulit kepala juga dapat terkena. Lesi
fasial biasanya paling sering muncul pada infant dan pasien dengan
immunocompromised.1,2,3,4
DIAGNOSIS
Pada anamnesa yang jelas dan teliti serta
ditambahkan gambaran klinis seperti yang dijelaskan
pada sub bab di atas, yaitu makula hipo atau hiper-
pigmentasi berbatas tegas soliter yang kadang ber-
koalesen, berskuama halus, diagnosis sudah dapat
ditegakkan.1,3,4

10
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan
fluoresensi lesi kulit dengan lampu Wood.Dimana pada pemerikaan didapatkan
gambaran lesi yang berwarna kuning keemasan.2,3,4
Pada pemeriksaan sediaan langsung kerokan lesi kulit dengan larutan KOH
20%, secara mikroskopis tampak hifa fungi yang pendek, tebal, dengan sejumlah
besar spora dengan ukuran bervariasi.Kombinasi antara sejumlah mycelium dan
spora ini disebut “spaghetti and meatballs”.1,2,3

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis pasti pityriasis versicolor adalah dengan pemeriksaan KOH,
dimana tampak jelas bentukan hifa dan spora yang membedakan penyakit ini
dengan diagnosis bandingnya.Pityriasis versicolor (tinea versicolor) harus dapat
dibedakan dengan beberapa penyakit dermatologis lain berdasarkan jenis lesinya.
Lesi hiperpigmentasi pada pitiriasis versicolor dapat dibedakan dengan pitiriasis
rosea, eritrasma, dermatitis seboroik, tinea koporis. Untuk lesi hipopigmentasi harus
dibedakan dengan pityriasis alba, vitiligo, Morbus Hansen tipe tuberkuloid, dan
leukoderma pasca inflamasi.1,2,3
Pada dermatitis seboroik, lesi tampak sebagai makula eritematous dengan
warna kekuningan dengan permukaan lesi yang lembut dan berminyak, sedangkan
pityriasis versicolor lesi makulanya “furfuraceous”.2
Pityriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun. Lesinya
berbentuk bulat, oval atau plakat yang tak teratur.Warna merah muda atau sesuai
warna kulit dengan skuama halus.Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai
hanya depigmentasi dengan skuama halus.Bila dilakukan pemeriksaan dengan
lampu Wood, tidak tampak fluoresensi kuning keemasan.Dan bila dilakukan
pemerikaan KOH, tidak tampak adanya hifa dan spora (spaghetti and meatballs).2

11
Membedakan pityriasis versicolor dengan vitiligo berdasarkan gejala klinisnya
yaitu, pada vitiligo gejala klinis berupa makula berwarna putih tanpa skuama,
berbentuk bulat atau lonjong dengan batas tegas tanpa perubahan epidermis yang
lain. Tempat predileksinya adalah bagian ekstensor tulang terutama di atas jari,
periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibialis anterior, dan pergelangan tangan
bagian fleksor.Tidak gatal saat berkeringat.Pemerikaan KOH tidak ditemukan hifa.2

PENATALAKSANAAN
Imidazole, triazole, selenium sulfide, ciclopiro olamine, zinc pyrithione, sulfur
preparations, asam salisilat, propylene glycol dan benzoyl peroxide terbukti baik
digunakan sebagai terapi topical untuk pitiriasis versicolor. Pengobatan harus
dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Obat topikal diberikan bila lesi tidak
terlalu luas.
Pilihan obat topikal yang dapat diberikan adalah Mikonasol 2% dioleskan 2
kali sehari selama 3-4 minggu untuk lesi wajah dan badan. Dapat juga diberikan
Solusio Natrium Tiosulfat 25% dioleskan 2 kali sehari selama 2 minggu, namun
kurang disukai karena menyebabkan iritasi, berbau tidak enak, dan tidak untuk
digunakan pada daerah wajah dan leher. Krim Trtinoin 0,05%-0,1% dapat juga
menjadi pilihan terapi untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan 2 kali sehari selama 2
minggu. Ketoconazole dalam bentuk shampo (1-2%) dioleskan pada lesi selama 10-
15 menit sebelum mandi 2 kali seminggu selama 2-4 minggu. Larutan propilen Glikol
50% dalam air dioleskan seluruh tubuh 2x sehari selama 2 minggu merupakan
sediaan yang murah, efektif, dengan efek kosmetik yang bagus, memberikan hasil
bagus dan sangat kecil efek iritasinya.3
Lotio selenium sulfide / supensi sangat terjangkau dan dapat digunakan 2-3
kali selama 1 minggu, dibilas setelah 15-30 menit.Selenium sulfide ini juga efektif
digunakan sebelum tidur dan dibilas saat bangun tidur.Kulit kepala juga dapat
dishampo dengan selenium sulfide setiap bulan sekali untuk mengurangi kolonisasi
pada kulit kepala. Sabun yang mengandung zinc pyrithione dapat juga sebagai
terapi maupun profilaksis.2
Obat sistemik digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal, dan
sering kambuh. Golongan azol oral,Itraconazole 1 x 200 mg (selama 7 hari) sangat
efektif.Untuk pilihan terapi lainnya dapat diberikan Fluconazole 1 x 400 mg (1 hari
saja, dapat diulang 1 bulan kemudian) atau Ketoconazole 1 x 200 mg (selama 10
12
hari). Untuk mencegah kekambuhan dapat diberikan ketoconazole 2 tablet sekali
minum sebulan sekali selama 1 tahun.4
Untuk menghilangkan hipopigmentasi (leukoderma), setelah dinyatakan
sembuh dari pitiriasis versicolor dapat diberikan liquor carbonas detergent 5% salep
pagi/malam dengan koritkosteroid krim menengah pagi/malam, dan jemur di panas
matahari selama ± 10 menit antara jam 10.00-15.00.4

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi; Hamzah, Mochtar; Aisah, Siti. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2. Freedberg, Irwin M.; Eisen, Arthur Z.; Wolff, Klauss; Austen, K. Frank;
Goldsmith, Lowell A.; Katz, Stephen. 2003. Fitzpatrick's Dermatology In
General Medicine (Two Vol. Set). 6th edition. McGraw-Hill Professional
3. James, D. William; Elston, M. Dirk; Berger, G. Timothy. 2011. Andrews’
Diseases of The Skin. Eleventh Edition. Gaunders. USA.
4. Murtiastutik, Dwi; Ervianti, Evy; Agusni, Indropo; Suyoso, Sunarso. 2012.
Buku Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya.

14

Anda mungkin juga menyukai