Anda di halaman 1dari 13

Dinamika Kebidanan vol. 3 no.

2 Agustus 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI TETANUS


TOKSOID DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA
IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS ROWOSARI KOTA SEMARANG

Ika Yuli Ayuningrum


Ari Murdiati*)
*)Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang
Korespondensi :ari.murdiati@yahoo.co.id
ABSTRAK

Tetanus Neonatorum saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Sebab, tetanus menjadi
penyebab 8%-69% dari kematian bayi baru lahir (penyebab kematian utama di negara-negara sedang
berkembang, termasuk di Indonesia). Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun
2011, cakupan imunisasi TT terendah di wilayah kota Semarang terdapat di Puskesmas Rowosari yaitu TT-1
sebesar 32,05% dan TT-2 sebesar 14,10%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil
primigravida di Puskesmas Rowosari Kota Semarang.

Imunisasi tetanus toksoid adalah pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil
dan bayi yang dikandungnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid
pada ibu hamil adalah tingkat pengetahuan.

Penelitian ini termasuk kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan pada ibu hamil
tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang imunisasi tetanus toksoid dengan kelengkapan imunisasi tetanus
toksoid pada ibu hamil primigravida di Puskesmas Rowosari Kota Semarang. Menggunakan pendekatan
crossectional dengan uji analisa univariat dan bivariat. Tehnik pengambilan sampel menggunakan total
sampling dengan jumlah 32 responden.

Hasil penelitian menunjukkan, dari 32 responden sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 17 orang (53,1%) dan status imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 18 orang
(56,2%). Analisis penelitian ini tidak dapat menggunakan Uji Chi Square karena terdapat sel yang nilai
ekspektasinya kurang dari 5 sebanyak 33,3%. Oleh karena itu, analisis dilakukan menggunakan uji Fisher Exact
dengan hasil nilai ρ value 0,002 (ρ<α 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan
tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil primigravida
di Puskesmas Rowosari Kota Semarang.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan mutu pelayanan
imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil salah satunya dengan penyuluhan tentang imunisasi Tetanus Toksoid.

PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 (KMK RI No.

1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi), tertulis bahwa

“Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan

penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan

(imunisasi).

1
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Proverawati, 2010).

Kegiatan imunisasi di Indonesia dimulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada

tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Pada tahun

1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan

vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus

Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa

Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di

seluruh Indonesia. (Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005).

Berdasarkan Kepmenkes No. 1611/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

dalam (Proverawati, 2010), bahwa program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi

(PD3I).

Vaksinasi tetanus bertujuan untuk mencegah kerusakan saraf. Tetanus (berasal dari

bahasa Yunani: -teinein = menegang) yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.

Bakteri ini tersebar diseluruh dunia, menyerang bayi, anak-anak, dan remaja, terutama yang

tidak memperoleh perlindungan vaksinasi. Tetanus, terutama Tetanus Neonatorum, saat ini

masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Sebab, tetanus menjadi penyebab 8%-69%

dari kematian bayi baru lahir (menjadi penyebab kematian utama di negara-negara sedang

berkembang, termasuk di Indonesia). Pada tahun 2002, WHO melaporkan 198.000 kematian

pada anak berusia kurang dari 5 tahun disebabkan oleh penyakit tetanus. (Cahyono, 2010).

Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011, jumlah kasus penyakit

menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di antara negara-negara ASEAN & SEARO, di

Indonesia tercatat bahwa terdapat 137 kasus tetanus dan 137 kasus Tetanus neonatorum.

2
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari sumber Profil Kesehatan Dinas

Kesehatan Jawa Tengah, total jumlah ibu hamil pada tahun 2011 di Indonesia mencapai

5.060.637 orang, sementara di Provinsi Jawa Tengah saja terdapat 632.198 orang ibu hamil

pada tahun yang sama. Dari total keseluruhan ibu hamil yang ada di Provinsi Jawa Tengah,

yang mendapat cakupan imunisasi TT-1 sebesar 48,2%, TT-2 sebesar 48,5%, TT-3 sebesar

28,4%, TT-4 sebesar 20,7% dan TT-5 sebesar 17,2%.

Sementara itu, di wilayah kota Semarang pada tahun 2011 terdapat 28.323 ibu hamil.

Cakupan imunisasi TT-1 ibu hamil pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang kini telah

mencapai 85,21% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2010) yang hanya mencapai

59,27%. Jumlah imunisasi TT-2 yang diberikan pada ibu hamil pada tahun 2011 hanya

mencapai 73,52% meskipun jumlah ini meningkat dibandingkan dengan jumlah cakupan

imunisasi TT-2 pada tahun 2010 yang sebesar 52,65%.

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011,

cakupan imunisasi TT terendah di wilayah kota Semarang terdapat di Puskesmas Rowosari

yaitu TT-1 sebesar 32,05% dan TT-2 sebesar 14,10%.

Faktor risiko untuk terjadinya Tetanus Neonatorum salah satunya adalah akibat

pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil yang tidak dilakukan, tidak lengkap,

atau tidak sesuai dengan ketetapan program (Prawirohardjo, 2010).

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), bahwa faktor predisposisi (predisposing

factors) yang dapat mempengaruhi suatu perilaku terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Berawal dari masalah tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui adakah

hubungan tingkat pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan

3
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil primigravida di Puskesmas Rowosari Kota

Semarang.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitiannya cross sectional . Populasi kasus penelitian ini adalah seluruh

ibu hamil primigravida trimester III sampai dengan usia kehamilan 38 minggu pada bulan

Oktober sampai dengan bulan April 2013 di Puskesmas Rowosari Kota Semarang

sebanyak 32 orang.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling atau sampel jenuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang

imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil

primigravida di Puskesmas Kota Semarang. Puskesmas Rowosari kota Semarang membawahi

5 wilayah yang meliputi, Kelurahan Rowosari, Kelurahan Meteseh, Kelurahan Bulusan,

Kelurahan Kramas, dan Kelurahan Tembalang.

Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2013. Jumlah ibu hamil primigravida

dengan umur kehamilan 28-38 minggu di Puskesmas Rowosari sebanyak 32 orang. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu semua anggota

populasi dijadikan sampel. Sehingga jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 32 orang.

4
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Karakteristik Responden

a. Umur

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Prosentase (%)

21-24 15 46,9
25-28 14 43,7
29-32 3 9,4

Total 32 100,0

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa dari 32 responden,

distribusi terbanyak berdasarkan umur yaitu rentang umur 25-28 tahun sebanyak 15

orang (46,9%), dan terendah rentang umur 29-32 sebanyak 3 orang (9,4%).

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)

Pendidikan Dasar 16 50,0


Pendidikan Tingkat Menengah 11 34,4
Pendidikan Tingkat Tinggi 5 15,6

Total 32 100,0

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan dari 32

responden yang terbanyak adalah tingkat pendidikan dasar yaitu 16 orang (50%),

dan terendah tingkat pendidikan tinggi sebanyak 5 orang (15,6%).

5
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

c. Pekerjaan

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

Bekerja 9 28,1
Tidak Bekerja 23 71,9

Total 32 100
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 32 responden,

sebanyak 23 orang (71,9%) tidak bekerja, sedangkan 9 orang (28,1%) bekerja.

d. Umur Kehamilan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Kehamilan

Umur Kehamilan Frekuensi Prosentase (%)

28-31 minggu 18 56,2


32-35 minggu 8 25,0
36-38 minggu 6 18,8

Total 32 100
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari 32 responden,

distribusi rentang umur kehamilan 28-31 minggu sebanyak 18 orang (56,2%), umur

kehamilan 36-38 minggu sebanyak 9 orang (28,1%), dan umur kehamilan 32-35

minggu sebanyak 5 orang (15,6%).

2. Hasil penelitian univariat

a. Tingkat Pengetahuan

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)

Baik 3 9,4
Cukup 17 53,1
Kurang 12 37,5

Total 32 100

6
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 17 orang (53,1 %).

b. Kelengkapan imunisasi TT

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelengkapan imunisasi TT

Kelengkapan Frekuensi Prosentase (%)

Lengkap 14 43,8
Tidak Lengkap 18 56,2

Total 32 100
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari 32 responden, jumlah

responden dengan status imunisasi TT lengkap sebanyak 14 orang (43,8%), dan

responden dengan status imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 18 orang (56,2%).

3. Hasil Penelitian Bivariat

Hubungan tingkat pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan

imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil primigravida di Puskesmas Rowosari Kota

Semarang.

Berdasarkan hasil tabulasi tingkat pengetahuan imunisasi TT dengan kelengkapan

imunisasi TT pada ibu hamil primigravida diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 7 Tabulasi silang tingkat pengetahuan tentang imunisasi TT dengan kelengkapan


imunisasi TT pada ibu hamil primigravida.

Pengetahuan Kelengkapan Total

Lengkap Tidak Lengkap N %

N % N %

Baik 3 9,4 0 0 3 9,4

Cukup 10 31,2 7 21,9 17 53,1

Kurang 1 3,1 11 34,4 12 37,5

Total 14 37,1 18 62,9 32 100

ρ value = 0,003, expected count less than 5 = 33,3%

7
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa dari 32 responden paling

banyak ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dengan status imunisasi TT

tidak lengkap sebanyak 11 responden (34,4%).

Berdasarkan uji statistik SPSS 16.00 menggunakan uji Chi Square

menunjukkan bahwa data yang diolah tidak memenuhi syarat uji Chi Square karena

pada tabel 3x2 tersebut terdapat nilai ekspektasi (expected value) kurang dari 5 lebih

dari 20 % yaitu sebanyak 33,3%. Oleh karena itu, dilakukan uji alternatif lain

menggunakan uji Fisher Exact dengan hasil nilai ρ sebesar 0,002, angka ini lebih kecil

dari taraf signifikasi 5% (ρ0,002 < α 0,05) yang berarti ada hubungan tingkat

pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan imunisasi Tetanus

Toksoid di Puskesmas Rowosari Kota Semarang.

C. Pambahasan

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden, sebagian besar responden

berumur 21-24 tahun yaitu 15 orang (46,9%) dengan tingkat pendidikan dasar yaitu 16

responden (50%) dan sebanyak 16 orang (59,4%) tidak bekerja. Sebagian besar

responden umur kehamilannya 28-31 minggu yaitu 18 responden (56,2%).

2. Analisis Univariat

a. Tingkat pengetahuan ibu hamil primigravida tentang imunisasi Tetanus Toksoid.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Rowosari Kota Semarang di

dapatkan bahwa dari 32 responden, tingkat pengetahuan pada ibu hamil

primigravida paling banyak adalah yang memiliki tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 17 orang (53,1 %).

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2006), pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

8
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

penciuman, rasa, dan raba.

Hal ini berarti pengetahuan yang didapatkan responden dari berbagai media, tenaga

kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan responden tentang imunisasi Tetanus

Toksoid. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya tingkat

pendidikan dan kemampuan dalam menyerap informasi oleh responden yang satu

dengan responden yang lain tidak sama tentang imunisasi Tetanus Toksoid yang

meliputi, pengertian, manfaat, tujuan, jadwal pemberian dan cara pemberian, efek

samping dan kontraindikasi imunisasi Tetanus Toksoid.

b. Kelengkapan imunisasi TT yang didapatkan oleh ibu hamil primigravida di

Puskesmas Rowosari Kota Semarang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden masih banyak ibu hamil

dengan status imunisasi TT tidak lengkap yakni sejumlah 18 orang (62,9 %).

Menurut Prawirohardjo (2010), faktor risiko untuk terjadinya Tetanus Neonatorum

salah satunya adalah akibat pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil

yang tidak dilakukan, tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan ketetapan program .

Sedangkan menurut Poerwadarminta, bahwa kelengkapan adalah alat atau segala

sesuatu yang sudah tersedia dengan lengkap.

Dalam hal ini, kelengkapan imunisasi adalah terpenuhinya jumlah pemberian

imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh seseorang dan sesuai dengan jadwal

yang telah ditetapkan. Sikap ibu hamil terhadap imunisasi TT kurang begitu respon

dan bersikap menghiraukan karena merasa tidak khawatir dirinya akan terkena

penyakit tetanus, maka pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu yang

menyebabkan status imunisasi TT pada ibu hamil tidak lengkap.

9
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

3. Analisis Bivariat

Hubungan tingkat pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan

kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil primigravida di Puskesmas

Rowosari Kota Semarang.

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan imunisasi Tetanus

Toksoid pada ibu hamil primigravida di Puskesmas Rowosari Kota Semarang.

Dari hasil analisa dengan uji Fisher Exact didapatkan nilai ρ value sebesar 0,002 (ρ

< α 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan tingkat

pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan kelengkapan imunisasi Tetanus

Toksoid.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), bahwa faktor predisposisi

(predisposing factors) yang dapat mempengaruhi suatu perilaku terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Faktor risiko untuk terjadinya Tetanus Neonatorum salah satunya adalah akibat

pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil yang tidak dilakukan, tidak lengkap,

atau tidak sesuai dengan ketetapan program (Prawirohardjo, 2006).

Pengetahuan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor pendidikan,

pekerjaan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Ibu hamil primigravida dengan tingkat

pengetahuan baik akan memiliki pemahaman yang baik sehingga akan memiliki status

imunisasi TT yang cenderung lengkap. Sedangkan ibu hamil primigravida yang memiliki

tingkat pengetahuan kurang cenderung memiliki status imunisasi TT tidak lengkap.

Kurangnya pengetahuan pada sebagian besar responden terletak pada kurangnya

mengetahui tentang jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil.

10
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

Dari analisis tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hasil penelitian ini

sesuai dengan teori faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi yang salah

satunya adalah tingkat pengetahuan. Semakin rendah tingkat pengetahuan ibu tentang

imunisasi TT maka status imunisasi kebanyakan tidak lengkap. Begitu pula sebaliknya,

semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu status imunisasi maka kebanyakan status

imunisasi TT lengkap.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Imunisasi Tetanus Toksoid Dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid Di Puskesmas

Rowosari Kota Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai berkut:

1. Karakteristik responden sebagian besar berumur 21-24 tahun yaitu 15 orang (46,9%)

dengan tingkat pendidikan dasar yaitu 16 responden (50%) dan responden tidak

bekerja sebanyak 16 orang (59,4%). Sebagian besar responden umur kehamilannya

28-31 minggu yaitu 18 responden (56,2%).

2. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil primigravida tentang imunisasi Tetanus

Toksoid adalah cukup, yaitu sebanyak 17 responden (53,1 %).

3. Sebagian besar kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil adalah

kategori tidak lengkap, yaitu sebanyak 18 responden (56,2 %)

4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan

kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid. Nilai ρ (0,002 < 0,05).

11
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Penerbit Kompas : Jakarta

Bhakti Husada bekerjasama dengan Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Modul Materi Dasar 1
Kebijakan Program Imunisasi. Pelatihan Tenaga Pelaksanaan Imunisasi di
Puskesmas. Depkes RI : Jakarta

Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Kanisius :
Yogyakarta

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011. Profil Kesehatan Kota Semarang

Dinas Kesehatan Provinsi Semarang, 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Salemba
Medika: Jakarta

Kandun, Nyoman. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jenderal
PP & PL Departemen Kesehatan R.I : Jakarta

Mandriwati. 2007. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Notoatmojo, Soekidjo. 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

__________. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba
Medika: Jakarta

Pantiawati, Ika, dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Nuha Medika :
Yogyakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :


Jakarta

__________. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta

Proverawati, A. dan C. S. Dwi Andhini. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Nuha Offset :
Yogyakarta

12
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

Satgas Imunisasi-IDAI. 2008. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Badan Penerbit Ikatan


Dokter Anak Indonesia: Jakarta

Suparyanto. 2011. Konsep Kelengkapan Imunisasi. http://dr-


suparyanto.blogspot.com/2011/06/konsep-kelengkapan-imunisasi.html diunduh
tanggal 23 Oktober 2012 pukul 15:31 WIB

Susanto. 2011. Program Imunisasi TT Ibu Hamil. http:// kesehatan.


pasarsemarang.com/390/program-imunisasi-tt-ibu-hamil/ diunduh pada tanggal 24
Oktober 2012 pukul 08:15 WIB

Wawan, A. dan Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika : Yoyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai