PENDAHULUAN
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial.
2
Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z
Fraktur oleh karena remuk
Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian
tulang
3
Sebagian besar fraktur disebabkan oeh tenaga berlebihan yang tiba-tiba, dapat
secara langsung ataupun tidak langsung.
Dengan tenaga langsung tulang patah pada titik kejadian; jaringan lunak
juga rusak. Pukulan langsung biasanya mematahkan tulang secara transversal
atau membengkokkan tulang melebihi titik tupunya sehingga terjadi patahan
dengan fragmen “butterfly”. Kerusakan pada kulit diluarnya sering terjadi; jika
crush injury terjadi, pola faktur dapat kominutif dengan kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
Dengan tenaga tidak langsung, tulang patah jauh dari dimana tenaga
dierikan; kerusakan jaringan lunak pada tempat fraktur jarang terjadi.
Walaupun sebagian besar fraktur disebabkan oleh kombinasi tenaga
(perputaran, pembengkokkan, kompresi, atau tekanan), pola x-ray
menunjukkan mekanisme yang dominan:
4
Tekanan cenderung mematahkan tulang kearah transversal; pada beberapa
situasi tulang dapat avulse menjadi fragmen kecil pada titik insersi ligament
atau tendon.
Fraktur ini terjadi pada tulang normal yang menjadi subjek tumpuan
berat berulang, seperti pada atlet, penari, atau anggota militer yang
menjalani program berat. Beban ini menciptakan perubahan bentuk yang
memicu proses normal remodeling—kombinasi dari esorpsi tulang dan
pembentukan tulang baru menurut hukum Wolff. Ketika pajanan terjadap
stress dan perubahan bentuk terjadi berulang dan dalam jangka panjang,
resorpsi terjadi lebih cepat dari pergantian tulang, mengakibatkan daerah
tersebut rentan terjadi fraktur. Masalah yang sama terjadi pada individu
dengan pengobatan yang mengganggu keseimbangan normal resorpsi dan
pergantian tulang; stress fracture meningkat pada penyakit inflamasi kronik
dan pasien dengan pengobatan steroid atau methotrexate.
C. Fraktur patologis1
Fraktur dapat terjadi pada tekanan normal jika tulang telah lemah
karena perubahan strukturnya (seperti pada osteoporosis, osteogenesis
imperfekta, atau Paget’s disease) atau melalui lesi litik (contoh: kista tulang,
atau metastasis).
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma minor berulang dibawah ambang batas
cedera yang menyebabkan fraktur, mengakibatkan fraktur stress (fatigue fracture).3
Fraktur juga dapat disebabkan oleh trauma langsung bertenaga tinggi seperti pada
kecelakaan sepeda motor. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma tidak langsung
dimana gaya ditransmisikan melalui tulang dengan terpuntir atau tertekuk.2
5
Cedera bertenaga rendah mengakibatkan cedera jaringan lunak yang terbatas
dan pola fraktur sederhana. Tenaga yang besar mengakibatkan absorpsi energi yang
lebih besar sehingga menyebabkan trauma jaringan lunak yang lebih berat dan
kominutif yang berat. Kombinasi kedua mekanisme ini dapat terjadi.4
A. Fraktur komplit
Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Pola fraktur pada rontgen
dapat membantu memprediksi tindakan setelah reduksi: jika fraktur
transversal patahan biasanya akan tetap pada tempatnya setelah reduksi; jika
fraktu oblique atau spiral, tulang cenderung memendek dan kembali berubah
posisi walaupun tulang dibidai. Jia terjadi fraktur impaksi, fragmen terhimpit
bersama dan garis fraktur tidak jelas. Fraktur kominutif dimana terdapat lebih
dari 2 fragmen tulang; karena jeleknya hubungan antara permukaan tulang,
cenderung tidak stabil.
B. Faktur inkomplit
Disini tulang tidak secara total terbagi dan periosteum tetap intak. Pada
fraktur greenstick tulang membengkok; hal ini terjadi pada anak-anak yang
tulangnya lebih lentur dibandingkan dewasa. Anak-anak juga dapat bertahan
terhadap cedera dimana tulang berubah bentuk tanpa terlihat retakan jelas
pada foto rontgen.
Klasifikasi etiologis
o Fraktur traumatik : terjadi karena trauma yang tiba-tiba
o Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang
6
o Fraktur stres : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada
suatu tempat tertentu
Klasifikasi klinis
o Fraktur tertutup (simple fracture) : suatu fraktur yang tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar
o Fraktur terbuka (compound fracture) : suatu fraktur dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi
kontaminasi bakteri, sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. Semua
fraktur terbuka harus dianggap terkontaminasi, sehingga mempunyai
potensi untuk terjadi infeksi. Pada fraktur tulang dapat terjadi
pergeseran fragmen-fragmen tulang. Pergeseran fragmen bisa
diakibatkan adanya keparahan cedera yang terjadi, gaya berat,
maupun tarikan otot yang melekat padanya. Pergeseran fragmen
fraktur akibat suatu trauma dapat berupa :
7
Hubungan garis fraktur dengan energi trauma :
TIPE BATASAN
III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental
terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi,
fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskulr dan
fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.
Keterangan :
Tipe I berupa luka kecil kurang dari 1 cm akibat tusukan fragmen fraktur dan
bersih. Kerusakan jaringan lunak sedikit dan fraktur tidak kominutif. Biasanya
luka tersebut akibat tusukan fragmen fraktur atau in-out.
Tipe II terjadi jika luka lebih dari 1 cm tapi tidak banyak kerusakan jaringn
lunak dan fraktur tidak kominutif.
8
Tipe III dijumpai kerusakan hebat maupun kehilangan cukup luas pada kulit,
jaringan lunak dan putus atau hancurnya struktur neurovaskuler dengan
kontaminasi, juga termasuk fraktur segmental terbuka atau amputasi
traumatik.
Kalsifikasi ini juga termasuk trauma luka tembak dengan kecepatan tinggi
atau
high velocity, fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskulr dan
fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian. Kemudian Gustillo membagi tipe III
menjadi subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB, dan IIIC :
TIPE BATASAN
Keterangan :
Tipe IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak,
walaupun adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.
Tipe IIIB terjadi pada fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringn lunak,
sehingga tulang terlihat jelas atau bone expose, terdapat pelepasan
periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai kontaminasi masif dan
merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.
Tipe IIIC terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan perbaikan agar
kehidupan bagian distal dapat dipertahankan tanpa memandang derajat
kerusakan jaringan lunak.
9
o Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) : fraktur yang
disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union,
nonunion, atau infeksi tulang
Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas :
o Lokalisasi
Diafisial
Metafisial
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi
o Konfigurasi
Fraktur transversal
Fraktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo
misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trochanter major,
fraktur patella
Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak
Fraktur impaksi
10
Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang
berpisah misalnya pada fraktur vertebra, patella, talus,
kalkaneus
Fraktur epifisis
o Menurut eksistensi
Fraktur total
Fraktur tidak total (fraktur crack)
Fraktur buckle atau torus
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick
o Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced) dapat terjadi dalam 6 cara :
Bersampingan
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Over-riding
Impaksi
11
Klasifikasi Nicol
Anamnesis
Biasanya pasien datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan
anggota gerak. Pasien biasanya datang karena adanya nyeri yang terlokalisir
dimana nyeri tersebut bertambah bila digerakkan, pembengkakan, gangguan
fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau dengan
gejala-gejala lain.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal pasien, perlu diperhatikan adanya :
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang
atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul, dan abdomen
3. Faktor predisposisi misalnya pada fraktur patologis
Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
12
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, dan kependekan
- Perhatikan adanya pembengkakan
- Perhatikan adanya gerakan yang abnormal
- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur tertutup atau terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan (ekimosis) dalam beberapa jam sampai
beberapa hari
- Perhatikan keadaan vaskular
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati dikarenakan pasien biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya
disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada
tulang
- Krepitasi dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati
- Pemeriksaan vaskular pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena. Dinilai juga refilling (pengisian) arteri pada
kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, dan temperatur kulit.
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai
3. Pergerakan (Move)
Dilakukan dengan cara mengajak pasien untuk menggerakan secara aktif
dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
Pada pasien dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri
hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar,
13
disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan
motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia,
aksonotmesis, atau neurotmesis.
5. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi,
serta ekstensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan
lunak sebelumnya, maka sebaiknya mempergunakan bidai yang bersifat
radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan
radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
- Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
- Untuk konfirmasi adanya fraktur
- Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
- Untuk menentukan teknik pengobatan
- Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
- Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
- Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
- Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yakni foto polos, CT-Scan,
MRI, tomografi, dan radioisotop scanning. Umumnya dengan foto polos
kita dapat mendiagnosis fraktur.
Penatalaksanaan awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :
1. Pertolongan pertama
14
Pada pasien dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan
jalan nafas, menutup luka dengan verban yang bersih, dan imobilisasi
fraktur pada anggota gerak yang terkena agar pasien merasa nyaman dan
mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans. Bila terdapat
pendarahan dapat dilakukan pertolongan dengan penekanan setempat.
2. Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah
luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/ saraf
ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain.
3. Resusitasi
Kebanyakan pasien dengan fraktur multipel tiba di rumah sakit dengan
syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada
frakturnya sendiri berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya
serta obat-obat anti nyeri.
15
periosteum dan endosteum. Rasa nyeri ini dapat diperberat dengan
pergerakan fragmen fraktur yang berhubungan dengan spasme
otot dan pembengkakan yang progresif. Rasa nyeri pada fraktur
dapat berkurang dengan imobilisasi dan menghindari pembalutan
yang terlalu ketat. Beberapa hari pertama setelah terjadinya fraktur
dapat diberikan analgesik untuk mengurangi nyeri.
Untuk memelihara posisi yang baik dari fragmen fraktur
Reduksi fraktur untuk mendapatkan posisi yang baik, yakni
diindikasikan hanya untuk memperbaiki fungsi dan mencegah
terjadinya artritis degeneratif. Pemeliharan posisi fragmen fraktur
biasanya membutuhkan beberapa derajat imobilisasi, dengan
beberapa metode, termasuk continuous traction, plaster-of-Paris
cast, fiksasi skeletal eksterna, dan fiksasi skeletal interna,
berdasarkan derajat dari kestabilan atau ketidakstabilan reduksi.
Untuk mengusahakan terjadinya penyatuan tulang (union)
Pada kebanyakan fraktur, proses penyatuan tulang merupakan
proses penyembuhan yang terjadi secara alami. Namun pada
beberapa kasus, misalnya dengan robekan periosteum berat dan
jaringan lunak atau dengan nekrosis avaskular pada satu atau dua
fragmen, proses penyatuan tulang harus dengan autogenous bone
grafts, pada tahap penyembuhan awal atau lanjut.
Untuk mengembalikan fungsi secara optimal
Saat periode imobilisasi dalam penyembuhan fraktur, diuse atrophy
pada otot regional harus dicegah dengan latihan aktif statik
(isometrik) pada otot tersebut dengan mengkontrol imobilisasi
sendi dan latihan aktif dinamik (isotonik) pada seluruh otot lainnya
di tubuh. Setelah periode imobilisasi, latihan aktif sebaiknya tetap
dilanjutkan.
4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami
16
5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan
Dalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang
realistik dan praktis.
6. Seleksi pengobatan sesuai dengan pasien secara individual
Setiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai, yaitu
dengan mempertimbangkan faktor umur, jenis fraktur, komplikasi yang
terjadi, dan perlu pula dipertimbangkan keadaan ekonomi pasien secara
individual.
17
Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin
Jenis Fiksasi :
• Traksi
Jenis traksi :
• Skin traksi
18
Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan
kembali ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan
kulit akan lepas
Traksi ini dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea,
femur, lutut), pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris). Adapun
komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan traksi yaitu gangguan
sirkulasi darah pada beban > 12 kg, trauma saraf peroneus (kruris) ,
sindroma kompartemen, infeksi tempat masuknya pin.
- Indikasi OREF :
• Fraktur Kominutif
• Fraktur Pelvis
• Non Union
• Trauma multipel
ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail. Keuntungan cara
ini adalah reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
- Indikasi ORIF :
• Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avascular nekrosis tinggi, misalnya
fraktur talus dan fraktur collum femur.
19
• Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulsi dan fraktur
dislokasi.
• Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya : fraktur femur.
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu
:1,3
1. Fase hematoma
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel
osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus
eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai
aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel
mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap
20
awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel
osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik
yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler
tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur.
Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa
yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum
mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.
5. Fase remodelling
21
22
Penilaian Penyembuhan Fraktur
keadaan umum penderita, umur, lokasi fraktur, infeksi dan lain-lain. Vaskularisasi
daerah fraktur dapat berasal dari periosteum, endosteum dan medulla.
23
Grade 3+: Bintik-bintik atau garis radioopak dengan lusensi antara medulla
dengan korteks.
Grade 4+: Densitas kalus sama dengan atau lebih radioopak dari pada
korteks.
Pada penelitian berikut ini diamati proses pertumbuhan kalus pada penderita
fraktur tulang panjang Humerus, Radius, Ulna, Femur, Tibia, dan Fibula. Sampai
saat ini belum ditemukan data awal tentang pertumbuhan kalus pada masing –
masing tulang panjang tersebut.6
Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat
penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.
a. Komplikasi umum1,2
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan
gangguan fungsi pernafasan.
Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca
trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme,
berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak,
trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren.
b. Komplikasi Lokal1
Komplikasi dini
• Pada Tulang
24
2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi
pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau
bahkan non union
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering
terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi
sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi.
1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial
karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan
melakukan pemasangan elastik.
2. Dekubitus. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang
menonjol.
• Pada Otot
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis.
Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan
tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan
spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi
trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torniquet dapat
25
terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair
untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.
• Pada saraf
Komplikasi lanjut1,2
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union.
Pada pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan
atau perpanjangan.
• Delayed union
• Non union
26
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
• Mal union
• Osteomielitis
• Kekakuan sendi
27
sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada
penderita dengan kekakuan sendi menetap.
28
BAB III
Fraktur humerus dapat terjadi mulai dari proksimal (kaput) sampai bagian
distal (kondilus) humerus, berupa :
1. Fraktur leher
2. Fraktur tuberkulum mayus
3. Fraktur diafisis
4. Fraktur suprakondiler
5. Fraktur kondiler
6. Fraktur epikondilus medialis
29
- Pengobatan
Pada fraktur impaksi atau tanpa impaksi yang tidak disertai pergeseran
dapat dilakukan terapi konservatif saja dengan memasang mitela dan
mobilisasi segera pada gerakan sendi bahu. Bila fraktur disertai dengan
pergeseran mungkin dapat dipertimbangkan tindakan operasi.
- Komplikasi
Kekakuan pada sendi, trauma saraf yaitu nervus aksilaris, dan dislokasi
sendi bahu.
Fraktur tuberkulum mayus humerus
Fraktur dapat terjadi bersama dengan dislokasi humerus atau merupakan
fraktur tersendiri akibat trauma langsung di daerah sendi bahu. Biasanya
terjadi pada orang tua dan umumnya tidak mengalami pergeseran.
- Pengobatan
Fraktur dengan dislokasi humerus yang telah direposisi, biasanya fraktur
juga tereposisi dengan sendirinya. Pengobatan fraktur tanpa pergeseran
fragmen dengan cara konservatif. Pada fraktur yang disertai pergeseran
fragmen sebaiknya dilakukan operasi dengan memasang screw.
- Komplikasi
Painful arc syndrome
Fraktur diafisis humerus
Fraktur diafisis humerus biasanya terjadi pada 1/3 tengah humerus dimana
trauma dapat bersifat memuntir yang menyebabkan fraktur spiral dan bila
trauma bersifat langsung dapat menyebabkan fraktur transversal, oblik
pendek, atau komunitif. Fraktur patologis biasanya terjadi pada 1/3 proksimal
humerus.
- Gambaran klinis
Pada fraktur humerus ditemukan pembengkakan, nyeri tekan serta
deformitas pada daerah humerus. Pada setiap fraktur humerus harus
diperiksa adanya lesi nervus radialis terutama pada daerah 1/3 tengah
humerus.
30
- Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan lokalisasi dan
konfigurasi fraktur.
- Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah konservatif karena angulasi dapat tertutup
oleh otot dan secara fungsional tidak terjadi gangguan, disamping itu 1/3
kontak cukup memadai untuk terjadinya union.
Pemasangan U slab
Pemasangan gips tergantung (hanging cast)
Pengobatan operatif dengan pemasangan plate dan screw atau pin dari
Rush atau pada fraktur terbuka dengan fiksasi eksterna.
Fraktur terbuka
Terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan reposisi (jepitan nervus
radialis)
Nonunion
Pasien yang segera ingin kembali bekerja secara aktif
Fraktur suprakondiler humerus
Fraktur ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Pengobatannya seperti pada fraktur diafisis humerus.
Fraktur kondilus humerus
Fraktur ini jarang terjadi pada orang dewasa dan lebih sering pada anak-
anak.
- Mekanisme trauma
Biasanya terjadi pada saat tangan dalam posisi out stretched dan sendi
siku dalam posisi fleksi dengan trauma pada bagian lateral atau medial.
Fraktur kondilus lateralis lebih sering terjadi daripada kondilus medialis
humerus.
31
- Klasifikasi dan pemeriksaan radiologis
32
Fraktur ini terjadi pada saat seseorang jatuh dengan posisi tangan dalam out
stretched. Klasifikasi dibagi dalam :
Fraktur Monteggia
33
Fraktur Monteggia sering ditemukan pada orang dewasa dan merupakan
fraktur 1/3 proksimal ulna disertai dislokasi radius proksimal.
Pada orang dewasa sebaiknya dilakukan operasi dengan fiksasi interna yang
rigid dan mobilisasi segera sendi siku.
34
Fraktur diafisis radius dan ulna
- Pengobatan
Pengobatan fraktur yang tidak bergeser berupa pemasangan gips di atas
siku dengan meletakkan lengan bawah dalam posisi pronasi pada fraktur
1/3 distal, posisi netral pada fraktur 1/3 tengah dan pada fraktur 1/3
35
proksimal dengan pemasangan gips di atas siku dalam posisi supinasi.
Apabila ada kelainan perlekatan otot pronator dan supinator tulang radius
dan ulna, reduksi serta imobilisasi yang baik sulit dilakukan. Reduksi yang
akurat sangat diperlukan karena tangan mempunyai fungsi untuk pronasi
dan supinasi. Pengobatan yang paling baik adalah dengan pemasangan
fiksasi rigid dengan operasi yang mempergunakan plate dan screw pada
kedua tulang.
- Komplikasi
Malunion termasuk cross union akan memberikan gangguan dalam
pronasi dan supinasi
Delayed union
Nonunion
Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi pertama kali diuraikan oleh Riccardo Galeazzi yaitu fraktur
pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulnar distal.
- Pengobatan
Pada fraktur ini harus dilakukan reposisi secara akurat dan mobilisasi
segera karena bagian distal mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang
36
akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi dengan
sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan
dengan fiksasi K-wire. Operasi terbuka dengan fiksasi rigid
mempergunakan plate dan screw.
Fraktur distal radius
Fraktur distal radius dapat dibagi dalam fraktur Colles, fraktur Smith, dan
fraktur Barton.
o Fraktur Colles
Pertama kali diutarakan oleh Abraham Colles. Merupakan jenis fraktur
yang paling sering ditemukan pada orang dewasa di atas usia 50 tahun
dan lebih sering pada wanita daripada pria.
- Mekanisme trauma
Fraktur terjadi bila terjatuh dalam posisi tangan out stretched pada
orang tua dengan tulang yang sudah osteoporosis.
Fraktur Colles terdiri atas fraktur radius 1 inci di atas pergelangan
tangan, angulasi dorsal fragmen distal, pergeseran ke dorsal dari
fragmen distal, dan fraktur prosesus stiloid ulna.
37
- Gambaran klinis
Terdapat riwayat trauma dengan pembengkakan pergelangan
tangan pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, nyeri dan
deformitas berbentuk garpu. Gambaran ini terjadi karena adanya
angulasi dan pergeseran ke dorsal, deviasi radial, supinasi, dan
impaksi ke arah proksimal.
- Pengobatan
Fraktur tanpa pergeseran diobati dengan pemasangan gips sirkuler
di bawah siku, lengan bawah dalam keadaan pronasi, deviasi ulna,
serta fleksi. Pada fraktur dengan pergeseran fragmen dilakukan
reposisi dengan pembiusan umum atau lokal. Imobilisasi dengan
gips dilakukan selama enam minggu dan dilanjutkan dengan
fisioterapi yang intensif.
38
o Fraktur Smith
Biasa disebut juga sebagai fraktur Colles terbalik. Fraktur jenis ini lebih
sering ditemukan pada pria daripada wanita. Fraktur Smith pertama
kali dikemukakan oleh R.W. Smith. Ditemukan deformitas dengan
fragmen distal mengalami pergeseran ke volar dimana garis fraktur
tidak melalui persendian.
- Pengobatan
Fraktur Smith biasanya bersifat tidak stabil sehingga sebaiknya
difiksasi dengan plate buttress.
o Fraktur Barton
39
Merupakan fraktur pada radius distal dengan fragmen distal melalui
sendi dan terjadi pergeseran fraktur serta seluruh komponen sendi ke
arah volar. Untuk tatalaksananya, seperti pada fraktur Smith.
40
BAB IV
FRAKTUR PADA TULANG PANJANG EKSTREMITAS BAWAH
Tingkat kejadian yang tinngi karena faktor usia yang merupakan akibat dari
berkurangnya kepadatan tulang
Fraktur leher femur dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head femur)
dan extra- (suplai darah intak) capsular. Diklasifikasikan berdasarkan
anatominya. Intracapsular dibagi kedalam subcapital, transcervical dan
basicervical. Extracapsular tergantung dari fraktur pertrochanteric
41
Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil
Fraktur Intracapsular diklasifikasikan
o Grade I : Incomplete, korteks inferior tidak sepenuhnya rusak
o Grade II : Complete, korteks inferior rusak, tapi trabekulum tidak
angulasi
o Grade III : Slightly displaced, pola trabekular angulasi
o Grade IV : Fully displaced, grade terberat, sering kali tidak ada
kontinuitas tulang
Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas dan
besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat
bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur.
Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak
pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke dalam jaringan lunak.
Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan normalnya
memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.9
42
penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi
berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah.
1. Tertutup
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
- Gambaran Klinis
- Penatalaksanaan
A. Terapi konservatif
- Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi
traksi terutama yang bersifat kominutif dan segmental.
43
- Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara
klinis
B. Terapi operatif
- Pemasangan plate and screw terutama pada fraktur proksimal dan distal
femur
Gambar Gambar
Comminuted mid-femoral shaft fracture Femoral shaft fracture postinternal
fixation.
Supracondylar
Nondisplaced
Displaced
44
Impacted
Continuited
Condylar
Intercondylar
Fraktur tibia dan fibula dapat terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis
atau persendian pergelangan kaki.
- Mekanisme trauma
Fraktur kondilus lateralis terjadi karena adanya abduksi tibia terhadap femur
dimana kaki terfiksasi pada dasar, misalnya trauma sewaktu mengendarai
mobil
3. Fraktur oblik
2. Kompresi lokal
3. Kompresi split
45
5. Fraktur aplit
6. Fraktur komunitif
Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4mm, sedangkan yang
bergeser apabila depresi melebihi 4mm
- Gambaran Klinis
- Pemeriksaan radiologis
Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis fraktur,
tetapi kadang-kadang diperlukan pula foto oblik dan pemeriksaan
laminagram.
- Pengobatan
1. Konservatif
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4mm
dapat dilakukan beberapa pilihan pengobatan, antara lain:
- Verban elastis
- Traksi
- Gips sirkuler
2. Operatif
46
dilakukan pemasangan screw atau kombinasi screw dan plate untuk
menahan bagian fragmen terhadap tibia.
- Komplikasi
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur
dapat juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja.
- Mekanisme trauma
Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya trauma angulasi
yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek,
sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur
tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian
distal sedangkan fraktur fibula pada batas 1/3 bagian tengah dengan 1/3
bagian proksimal, sehingga fraktur tidak terjadi pada ketinggian yang
sama. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga
fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka. Penyebab utama
terjadinya fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas.
- Gambaran klinis
47
Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering
ditemukan penonjolan tulang keluar kulut
- Pemeriksaan radiologis
- Pengobatan
1. Konservatif
Prinsip reposisi:
o Fraktur tertutup
o Ada kontak 70% atau lebih
o Tidak ada angulasi
o Tidak ada rotasi
2. Operatif
o Fraktur terbuka
48
o Kegagalan dalam terapi konservatif
o Fraktur tidak stabil
o Adanya malunion
1. Infeksi
3. Malunion
BAB V
49
KESIMPULAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial.
DAFTAR PUSTAKA
50
1. Solomon L, et al (eds). Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold; 2010.
2. Chapman MW. Chapman’s orthopaedic surgery. 3rd ed. Boston: Lippincott
Williams&wilkins; 2001. p 756-804.
3. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone; 2009.
p. 325-6; 355-420.
4. Konowalchuk BK, editor. Tibia shaft fractures [online]. 2012. [cited 2012 Feb
28]. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/1249984
5. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the muesculoskeletal system.
USA: Williams & Wilkins; 1999. p. 436-8.
6. Universitas sumatera utara. Fraktur. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33107/5/Chapter%20I.pdf.
Accessed on January 4th, 2014.
7. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Musculoskeletal
Imaging in Primer of Diagnostic Imaging.4th Edition. United States: Mosby
Elsevier; 2007.
8. Holmes, Erskin J., A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University; 2004.
9. Sjamsuhidat. R., De Jong., Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah.. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran; 2003.
51