Anda di halaman 1dari 1

Ma :bagaimana ya mbak, kita kan sudah semester 6, tapi masih bingung habis lulus itu ngapain,

kerja apa?

Mei : buat usaha sendiri saja, tapi kalau boleh saran. Tapi kalau emang sudah bawaannya ini
“Balungan Gajah”, orang tuanya cukup mampu memberikan modal. Orang tuanya sudah
menyediakan apa-apa, setelah lullus buka usaha sendiri, tapi kalau ndak itu, bagaimanapun
orang itukan berproses, misal kalau kuliah, kamu harus tk dulu, sd, smp, sma. Ikutlah orang
dulu, kapasitas maksimal 5 tahun, sebenarnya 5 tahun itu saya sudah bisa, tapi masih
digandolin. Ini yang mau jadi enterpreneur, pada saat 5 tahun kamu ikut orang, galilah
sebanyak mungkin, hauslah akan ilmu di dalam usaha itu, apapun mau dari sisi manapun.
Nanti kalau kamu punya usaha sendiri, kamu sudah pegang semua. Meskipun, itu kamu
nggak ada sekolahnya, sekolahnya ya pas kamu ikut orang itu. Cari kerjaan yang masih ada
hubungannya dengan arsitek, jangan lepas sama sekali, jadi kalau mau jadi administrasi,
ndak apa-apa, tapi jadi administrasi yang masih ada bau-bau project. Karena orang
administrasi project, gajinya juga besar, prosesnya dalam satu pembangunan bangunan jika
sampai 40 lantai, krusial juga. Orang management project, itu juga nggak gampang posisi itu,
kalau sudah dibangunan lantai tinggi, nggak usah harus ini. Tapi usahakan harus tetep
berbau-bau arsitek. Jadi sebenarnya sering main-main ke cv milik alumni-alumni itu banyak
ilmu yang didapat, yang di kampus nggak ada. Tapi kalau sekarang, sebenarnya itu lebih
parah, bukan lebih parah sih maksudku, cuman kurikulumnya beda ya, kalau yang sekarang
lebih ke konsep, jadi begitu dimasukin ke project itu nggak ngerti apa-apa, karena memang
dilahirkan untuk pure jadi arsitek, kalau itu nggak kuat, jadi arsitek bingung nanti. Tidak perlu
jadi arsitek terkenal, karena begini pada saat kamu browsing rumah minimalis atau
kontemporer, keluar gambar-gambarnya, apakah kamu langsung bisa menyebutkan itu
gambar desain siapa, tidak ada yang begitu kecuali kamu browsing desain oleh siapa. Jadi
sebenarnya, personel brandingnya yang harus ditingkatkan, itu yang paling penting di dunia
pekerjaan, tidak boleh malu, ketika berbicara sama orang, matanya kemana-mana itu ndak
boleh. Anak-anak UPN, personal brandingnya harus dikuatkan. Kalau masuk dunia kerjaan,
ini sudah diluar konteksi ini, yang penting percaya diri sama diri sendiri, siapa kamu
sebenarnya, nanti bakal ketemu apa yang cocok buat diri kamu, oh aku arsitek, arsitekpun
nanti misal jadi desainer atau management project, atau misal suka menghitung, belajarlah
sipil. Jadi, kalau aku nggak bisa di arsitek murni, karena sudah terlalu banyak arsitek, kamu
jadi arsitek, nanggung semua, kalau nggak benar-benar penguasaan konsepnya tinggi, kamu
rajin-rajin ikuti komunitas, sukalah menulis, bisa jadi arsitek jurnalis, terkenalnya karena
tulisannya, bukan karena karyanya, kayak bapak Johan Silas, karya pak Johan Silas biasa saja,
tapi ketika dia membuat sebuah tulisan atau bedah karya, dia menjadi terkenal. Meskipun,
nanti nggak jadi arsitek, bisa jadi penulis yang lingkupnya tetap arsitektur, jadi kamu tetap
terkenal di lingkungan komunitas. Personal approach yang coba digali, karena kalau kamu
mendesain bagus, tapi kamu tidak tahu cara berkomunikasi yang benar, maka orang tidak
akan jadi beli. Ketika presentasi, jangan mikir bener atau salahnya, yang penting berbicara,
karena masih kuliah. Tapi untu berani bicara di depan, itu yang susah. Yang penting personal
approach, personal branding yang ditingkatkan, mau desainnya jelek atau bagus, bodoh
amat, karena bukan itu, karena kalau sudah unsur pekerjaan, karena kita kan arsitek menjual
jasa, selama kamu bisa membangun chemistry sama client semua itu mudah, coba ngobrol
sama orang lain yang bukan temen dan mencairkan suasana dalam waktu 20 menit. Kalau
personal approach dan personal brandingmu sudah bagus, nggak harus desainmu bagus, itu
urusan belakang

Anda mungkin juga menyukai