Anda di halaman 1dari 64

BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan Pra Kemerdekaan

Pendidikan modern di Indonesia dimulai sejak akhir abad ke-18, ketika belanda
mengakhiri politik “tanam paksa” menjadi politik etis, sebagai akibat kritik dari kelompok
sosialis di negeri Belanda yang mengecam praktik tanam paksa yang menyebabkan kesengsaraan
maha dasyat di Hindia Belanda. Pendidikan “ongko loro” diperkenalkan bukan saja sebagai
elaborasi terhadap desakan kaum sosialis di negeri Belanda, namun juga didasari kebutuhan
pemerintah pendudukan untuk mendapatkan pegawai negeri jajaran rendah di dalam administrasi
pendudukannya. Pendidikan yang digerakkan oleh penjajah belanda kamudian ditiru
kembangkan oleh kaum nasionalis Indonesia.
Sejarah pendidikan di Indonesia modern dimulai dengan lahirnya gerakan Boedi Oetomo
di tahun 1908, “Pagoeyoeban Pasoendan” di tahun 1913, dan Taman Siswa di tahun 1922.
Perjuangan kemerdekaan menghasilkan kemerdekaan RI tahun 1945. Soekarno, presiden
pertama Indonesia membawa semangat “nation and character building” dalam pendidikan
Indonesia. Di seluruh pelosok tanah air didirikan sekolah, dan anak-anak dicari untuk
disekolahkan tanpa dibayar. Untuk meningkatkan kualitas guru, didirikan pendidikan guru yang
diberi nama KPK-PKB, SG 2 tahun, SGA/KPG, kursus B-1 dan kursus B-2.
Masa prakemerdekaan begitu banyak persoalan yang menerpa dunia pendidikan di
Indonesia. Pendidikan pada saat itu masih dipengaruhi oleh kolonialisme, alhasil bangsa ini
dididik untuk mengabdi kepada penjajah atau setelah pasca kemerdekaan adalah untuk
kepentingan para penguasa pada saat itu. Karena, pada saat penjajahan semua bentuk pendidikan
dipusatkan untuk membantu dan mendukung kepentingan penjajah. Pendidikan di zaman
penjajah adalah pendidikan yang menjadikan penduduk Indonesia bertekuk lutut di bawah ketiak
kolonialis. Bangsa ini tidak diberikan ruang yang lebar guna membaca dan mengamati banyak
realitas pahit kemiskinan yang sedemikian membumi di bumi pertiwi. Dalam pendidikan
kolonialis, pendidikan bagi bangsa ini bertujuan membutakan bangsa ini terhadap eksistensi
dirinya sebagai bangsa yang seharusnya dan sejatinya wajib dimerdekakan.
Konsep ideal pendidikan kolonialis adalah pendidikan yang sedemikian mungkin mampu
mencetak para pekerja yang dapat dipekerjakan oleh penjajah pula, bukan lagi untuk
memanusiakan manusia sebagaimana dengan konsep pendidikan yang ideal itu sendiri. Tujuan
pendidikan kolonial tidak terarah pada pembentukan dan pendidikan orang muda untuk
mengabdi pada bangsa dan tanah airnya sendiri, akan tetapi dipakai untuk menanamkan nilai-
nilai dan norma-norma masyarakat penjajah agar dapat ditransfer oleh penduduk pribumi dan
menggiring penduduk pribumi menjadi budak dari pemerintahan kolonial.[4] Selain itu, agar
penduduk pribumi menjadi pengikut negara yang patuh pada penjajah, bodoh, dan mudah
ditundukkan serta dieksploitasi, tidak memberontak, dan tidak menuntut kemerdekaan
bangsanya.

Pendidikan Pasca Kemerdekaan

Tidak jauh berbeda setelah masa kemerdekaan, pendidikan di masa pascakolonial melahirkan
beberapa hal diantaranya:

Terdapat banyak sikap hidup yang bisu dan kelu. Kebudayaan bisu dan budaya pedagogi yang
hanya mengandalkan memori otak sehingga menjadikan sekolah hanya sebagai tempat untuk
mendengarkan guru ceramah tanpa siswa diberikan kesempatan untuk berpikir kritis. Pada saat
ini siswa tidak memiliki pilihan untuk tidak mengikuti metode ceramah ini, karena guru
diposisikan sebagai subjek sentral yang harus dihormati oleh murid.

Penduduk dipinggiran kota (di kampung-kampung kumuh) ternyata belum mampu berkembang
dan belum dapat diikutsertakan dalam proses pendidikan.

Model sekolah yang mengikuti model barat ternyata belum hilang bekas-bekas pengaruhnya
dalam mengalami kegagalan.
Di sekolah-sekolah, bahasa ibu (bahasa daerah asli) didiskualifikasi secara sistematis, diganti
dengan bahasa intelektual dan artifisial penguasa di bidang politik.

Kaum elit dan intelektual yang mendapatkan pendidikan dari luar negeri ternyata tidak akrab
dengan masyarakat pribumi.

Oleh karena itu, secara garis besar pendidikan di awal kemerdekaan diupayakan untuk dapat
menyamai dan mendekati sistem pendidikan di negara-negara maju, khususnya dalam mengejar
keserbaterbelakangan di berbagai sektor kehidupan.

Revolusi kemerdekaan Indonesia mengakibatkan pendidikan mengalami keadaan cukup parah,


karena baik sarana maupun prasaranannya termasuk antara lain gedung-gedung sekolah, alat
pengajaran dan guru-guru keadaannya sangat menyedihkan. Sebagian dari gedung-gedung
sekolah dimusnahkan oleh badan-badan perjuangan dan diantaranya ada juga yang untuk
seterusnya dipakai sebagai kantor umum atau diduduki tentara. Alat pelajaran pun banayak
hilang atau rusak, sedangkan guru-guru banyak meninggalkan lapangan pendidikan untuk
memasuki dinas ketentaraan.

Beberapa badan usaha merencanakan pembaharuan di bidang pendidikan dan menyerahkan


bahan-bahan sistem pendidikan yang bersifat nasional. Yang baru ditentukan adalah dasar
pendidikan berlandaskan Pancasila yang merupakan falsafah negara, kendati baru pada
penentuan saja karena belum lagi diterangkan begaimana mendudukan dasar itu pada tiap-tiap
pelajaran. Pada tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP mengusulkan kepada
kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan supaya segera mungkin mengusahakan
agar pembaharuan pendidikan dan pengajaran dijalankan sesuai dengan rencana pokok-pokok
usaha pendidikan dan pengajaran baru[6]. Adapun pokok-pokok pengajaran tersebut adalah:
Untuk menyusun masyarakat baru perlu adanya perubahan pedoman pendidikan dan pengajaran.
Paham perseorangan yang hingga kini berlaku haruslah diganti dengan paham kesusilaan dan
peri kemanusiaan yang tinggi. Pendidikan dan pengajaran harus membimbing murid-murid
menjadi warga negara yang mempunyai rasa tanggung jawab.

Untuk memperkuat persatuan rakyat kita hendaknya diadakan satu macam sekolah untuk segala
lapisan masyarakat.

Metode yang berlaku di sekolah-sekolah hendaknya berdasarkan sistem sekolah kerja agar
aktivitas rakyat kita kepada pekerjaan bisa berkembang seluas-luasnya. Lain dari perguruan-
perguruan biasa hendaklah diadalkan perguruan orang dewasa yang memberi pelajaran
pemberantasan buta huruf dan seterusnya hingga bersifat Taman Imu Rakyat.

Pengajaran agama hendaknya mendapat tempat yang teratur seksama, hingga cukup mendapat
perhatian yang semestinya dengantidak mengurangi kemerdekaan golongan-golongan yang
berkehendak mengikuti kepercayaan yang dipeluknya. Madrasah dan pesantren-pesantren yang
pada hakekatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata, yang
sudah berurat bakar dalam masyarakat Indonesia umumnya.

Pengajaran tinggi hendaknya diadakan seluas-luasnya dan jika perlu dengan menggunakan
bantuan bangsa asing sebagai guru besar. Lain dari hal itu hendaklah diusahakan berlakunya
pengiriman pelajar-pelajar ke luar negeri untuk keperluan negara.

Kewajiban belajar dengan lambat laun dijalankan dengan ketentuan bahwa dengan tempo yang
sesingkat-singkatnya paling lama 10 tahun, bisa berlaku dengan sempurna dan merata.
Pengajaran tekhnik dan ekonomi terutama pengajaran pertanian, industri, pelayaran dan
perikanan hendaklah mendapat perhatian istimewa.

Pengajaran kesehatan dan olahraga hendaklah tertur sebaik-baiknya hingga terdapat kemudian
hasil kecerdasan rakyat yang harmonis.

Di sekolah Rendah tidak dipungut uang sekolah. Untuk sekolah Mengah dan Perguruan Tinggi
hendaklah diadakan aturan pembayaran dan tunjangan yang luas, sehingga soal keuangan jangan
menjadi halangan bagi pelajar-pelajar yang kurang mampu.

Sebelum diundangkan Undang-Undang No 4 tahun 1950 mengenai dasar-dasar pendidikan dan


pengajaran di sekolah oleh presiden RI dan Menteri PP dan K yaitu S. Mangunsarkoro,
pemerintah tela melakukan berbagai usaha di lapanganan pendidikan. Usaha-usaha tersebut
adalah:

Sejak Panitia Persiapan Kemerdekaan pada zama Jepang telah terdapat didalamnya. Sub Panitia
Pendidikan dan Pengajaran yang bertugas merumusakn rencana cita-cita dan usaha-usaha
pendidikan dan pengajaran seperti telah di kemukakan.

Setelah proklamasi kemrdekaan, di dalam UUD 1945 dicantumkan pula pasal tentang
pendidikan, yakni pasal 31 yang diuraikan lebih lanjut dalam Undang-Undang Pendidikan dan
Pengajaran (UUPP).

Tahun 1946, Menteri Pendiika Pengajaran dan Kebudayaan membentuk Panitia Penyelidik
Pendidikan Pengajaran yang berugas meninjau kembali dasar-dasar, isi, susunan dan seluruh
usaha pendidikan dan pengajaran
Tahun 1947 diadakan kongres pendidikan Indonesia di Solo

Tahun 1948 menteri PP dan K membentuk panitia pembentukan rencana UUPP yang bertugas
menyusun rencana UUPP.

Tahun 1949 kongres pendidikan di Yogyakarta dengan tugas merumuskan dasar-dasar


pendidikan dan lain-lain.

Tahun 1950 rencana UUPP diterima oleh BPKNIP dengan suara terbanyak. Setelah disahkan
oleh Acting Presiden dan Menteri PP dan K maka RUU itu diresmikan menjadi Undang-undang
No 4 Tahun 1950 dengan nama undang-undang tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
di sekolah.

Pada masa peralihan antara tahun 1945-1950 bangsa Indonesia merasakan barbagai kesulitan
baik di bidang sosial ekonomi, politik maupun kebudayaan, termasuk pendidikan.

Pada zaman penjajahan, kesempatan memperolah pendidikan bagi anak-anak Indonesia sanagat
terbatas. Dari sejumlah anak-anak usia sekolah hanya beberapa persen saja yang sempat menikati
sekolah, sehingga sisanya lebih dari 90% penduduk Indonesia masih buta huruf. Keadaan seperti
sudah tentu menjadi beban yang berat sekali bagi pemerintah untuk segara dapat mengatasinya.
Sementara itu anatara tahun 1945-1950 telah beberapa kali terjadi pergantian menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan, yaitu:

19 Agustus 1945-14 Nopember 1945 :Ki Hajar Dewantoro.


14 Nopember 1945-12 Maret 1946: Mr. Dr. TGSG. Mulia

12 Maret 1946-2 Okober 1946: Moh. Syafe’i

2 Oktober 1946 – 27 Jubi 1947: Mr. Suwandi

3 Juli 1947-4 agustus 1949: Mr. Ali Sastroamidjojo.

4 Agustus 1949-6 Sepetember 1950: S. Mangunsakoro.

Dengan singkatnya para menteri tersebut bertugas maka usaha-usaha untuk mengadakan
perubahan atau perbaikan tidaklah dapat dirasakan tetapi bebrapa usahanya yang diketuai adalah
pembukaaan Sekolah Guru A, Sekolah Guru B, dan Sekolah Guru C yang masing-masing lama
pendidikannya 6 tahun, 4 tahun dan 2 tahun sejak tamat sekolah rendah.

Menteri Suwandi dengan keputusan No. 104/Bhg-0/1946 tanggal 1 Maret 1946 telah membentuk
suatu panitia penyelidik pengajaran yang dipimpin oleh Ki Hadjar Dewantara dan sekretarisnya
Soegarda Purbakawatja yang bermaksud untuk mengatur-mengatur sekolah. Panitia ini
selanjutnya menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat yang akhirnya telah
menghasilkan pengaturan pendidikan dan pengajaran mulai dari pendidikan untuk anak desa
sampai kota dan pendidikan umum kejuruan. Tugas yang diembankan kepada panitia ini adalah :

Merencanakan susunan baru dari tiap-tiap macam sekolah


Menetapkan bahan-bahan pengajaran dengan menimbangkan keperluan yang praktis dan jangan
terlalu berat.

Menyiapkan rencana-renacana pelajaran untuk tiap-tiap sekolah.

Tujuan pendidikan serta permasalahan yang dihadapi

Tujuan pendidikan pada waktu itu dirumuskan untuk mendidik warga negara yang sejati, sedia
menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat. Dengan kata lain tujuan
pendidikan pada masa itu penekanannya pada penanaman semanagat patriotisme.

Penanaman semangat patriotisme sebagai tujuan pendidikan memang sesuai dengan situasi pada
waktu itu. Negara dan bangsa Indonesia sedang mengalami perjuangan fisik dan sewaktu-waktu
pemerintah kolonial Belanda masih berusaha untuk menjajah kembali negara Indonesia. Maka
dengan semanat itu, kemerdekaan dapat di pertahankan dan diisi.

Sifat-sifat kemanusiaan dan kewarganegaraan seabagai dasar pengajaran dan pendidiikan di


negara republik Indonesia yang menjadi dasarnya berintisarikan pancasila, Sifat-sifat itu
meliputi:

Perasaan bakti kepada Tuhan YME

Perasaan cinta kepada Alam

Perasaan cinta kepada Negara


Perasaan cinta dan hormat kepada Ibu dan Bapak

Perasaan cinta kepada bangsa dan kebudayaan

Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya.

Keyakinan bahawa orang menjadi sebagian yang tak terpisahkan dari keluarga dan mayarakat.

Keyakinan bahwa pada dasarnya manusia itu sama harganya, sebab itu berhubungan sesama
anggota masyarakat harus bersifat hormat menghormati, berdasarkan atas ras keadilan dengan
berpegang teguh atas harga diri sendiri.

Keyakinan bahwa negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu pada kewajiban,
jujur dalam pikiran dan tindakannya.

Undang-undang dasar 1945 diganti dengan konstitusi sementara Republik Indonesia Serikat,
walaupun demikian landasan idil pendidikan tetap tidak mengalami perubahan tetapi tujuan
pendidikan.

Dalam UU No 4/1950 Bab II, pasal, tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah membentuk
manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarkat dan tanah air.

Struktur persekolahan dan Kurikulum Pendidikan pada masa awal kemerdekaan


Tata susunan persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis sekolah
untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap diteruskan sedangkan rencana
pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar
untuk sekolah. Buku-buku pelajaran yang digunakan adalah buku-buku hasil terjemahan dari
bahasa Belanda ke dalam bahsa Indonesia yang sudah dirintis sejak jaman Jepang.

Adapun susunan persekolahan dan kurikulum yang berlaku sejak tahun 1945-1950 adalah
sebagai berikut:

Pendidikan Rendah

Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan yang disebut dengan Sekolah
Rakyat (SR) lama pendidikannya semula 3 tahun. Maksud pendirian SR ini adalah selain
meningkatkan taraf pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan juga dapat menampung hasrat
yang besar dari mereka yang hendak bersekolah. Mengingat kurikulum SR diatur sesuai dengan
putusan Menteri PKK tanggal 19 nopember 1946 NO 1153/Bhg A yang menetapkan daftar
pelajaran SR dimana tekanannya adalah pelajaran bahasa berhitung. Hal ini dapat telihat bahawa
dari 38 jam pelajaran seminggu, 8 jam adalah untuk bahasa Indonesia, 4 jam untuk bahasa
daerah dan 17 jam berhitung untuk kelas IV< V dan VI. Tercatat sejumlah 24.775 buah SR pada
akhir tahun 1949 pada akhir tahun 1949 di seluruh Indonesia.

Pendidikan Guru

Dalam periode antara tahun 1945-1950 dikenaltiga jenis pendidikan guru yaitu:
Sekolah Guru B (SGB) lama pendidikan 4 tahun dan tujuan pendidikan guru untuk sekolah
rakyat. Murid yang diterima adalah tamatan SR yang akan lulus dalam ujian masuk sekolah
lanjutan. Pelajaran yang diberikan bersifat umum untuk di kelas I,II,III sedangkan pendidikan
keuruan baru diberikan di kelas IV. Untuk kelas IV ini juga dapat diterima tamatan sekolah
SMP,SPG dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang membawahinya sejumlah guru dan
diantaranya merupakan tenaga tidak tetap karena memang sangat kekuarangan guru tetap.
Adapun sistem ujian pelaksanaannya dipecah menjadi dua yaitu, perta ditempuh di kelas II dan
ujian kedua di kelas IV.

Sekolah Guru C (SGC) berhubung kebutuhan guru SR yang mendesak maka terasa perlunya
pembukaan sekolah guru yang dalam tempo singkat dapat menghasilkan. Untuk kebutuhan
tersebut didirikan sekolah guru dua tahun setelah SR dan di kenal dengan sebutan SGC tetapi
karena dirasakan kurang bermanfaat kemudian ditutup kembali dan diantaranya dijadikan SGB.

Sekolah guru A (SGA) karena adanya anggapan bahwa pendidikan guru 4 tahun belum
menjamin pengetahuan cukup untuk taraf pendidikan guru, maka dibukalah SGA yang memberi
pendidikan tiga tahun sesudah SMP. Disamping Itu dapat pula diterima pelajar-pelajar dari
lulusan kelas III SGB. Mata pelajaran yang diberikan di SGA sama jenisnya dengan mata
pelajaran yang diberikan di SGb hanya penyelenggaraannya lebih luas dan mendalam.

Pendidikan Umum

Ada dua jenis pendidikan Umum yaitu sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah
Tinggi (SMT).

Sekolah Menengah Pertama (SMP) seperti halnya pada zaman jepang, SMP mempergunakan
rencana pelajaran yang sama pula, tetapi dengan keluarnya surat keputusan menteri PPK thun
1946 maka diadakannya pembagian A dan B mulai kelas II sehingga terdapat kelas II A,IIB, IIIA
dan IIIB. Dibagian A diberikan juga sedikit ilmu alam dan ilmu pasti. Tetapi lebih banayak
diberikan pelajaran bahasa dan praktek administrasi. Dibagian B sebaliknya diberikan Ilmu Alam
dan Ilmu Pasti.

Sekolah Menengah Tinggi (SMT): Kementerian PPK hnaya mengurus langsung SMAT yang ada
di jawa terutama yang berada di kota-kota sperti: Jakarta,bandung, semarang, Yogyakarta,
Surakarta, Surabaya dan Cirebon. SMT di Luar Jawa berada di bawah pengawasan pemerintah
daerah berhubung sulitnya perhubungan dengn pusat. SMT merupakan pendidikan tiga tahun
setelah SMP dan setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Mengenai rencana
pelajaran belum jelas, dan yang diberikan adalah rencana pelajaran dalam garis besar saja.
Karena pada waktu itu msaih harus menyesuaikan dengan keadaan zaman yang masih belum
stabil. Demikian rencana pembelajaran yang berlaku yaitu: (1) isinya memenuhi kebutuhan
nasional, (2) bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia, (3) mutunya setingkat dengan SMT
menjelang kemerdekaan. Ujian akhir dapat diselenggarakan oleh masing-masing sekolah selama
belum ada ujian negara, tetapi setelah tahun 1947 barulah berlaku ujian negara tersebut.

Pedidikan Kejuruan

Yang dimaksud dengan pendidikan kejuruan adalah Pendidikan ekonomi dan pendidikan
kewanitaan:

Pendidikan ekonomi: pada awal kemerdekaan pemerintah baru dapat membuka sekolah dagang
yang lama, pendidikannya tiga tahun sesudah Sekolah Rakyat. Sekolah dagang ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga administrasi atau pembukuan, sedangkan penyelenggaraan
sekolah dagang tersebut dilaksanakan oleh inspektur sekolah dagang.
Pendidikan Kewanitaan: sesudah kemerdekaan pemerintah membuka Sekolah Kepandaian Putri
(SKP) dan pada tahun 1947 sekolah guru kepandaian putri (SGKP) yang lama pelajaranya empat
tahun setelah SMP atau SKP.

Pendidikan Teknik

Seperti sekolah lain, keadaan Sekolah Teknik tidaklah teratur karena disamping pelajarnya sering
terlibat dalam pertahanan negara, sekolah tersebut kadang-kadang juga dipakai sebagai pabrik
senjata. Sekolah Teknik di Solo misalnya, dikerahkan untuk membuat senjata yang sangat
diperlukan kendali apaadanya. Adapun sekolah-sekolah teknik yang ada pada masa itu ialah:

Kursus Kerajinan Negeri (KKN): sekolah/kursus in lamamnya satu tahun lamanya dan
merupakan pendidikan teknik terendah berdasarkan SR enam tahun. KKN terdiri atas jurusan-
jurusan: kayu, besi,anyaman.perabot rumah, las dan batu.

Sekolah Teknik Pertama (STP): bertujuan mendapatkan tenaga tukang yang terampil tetapi
disertai dengan pengetahuan teori. Lama pendidikan ini dua tahun sesudah SR dan terdiri atas
jurusam-jurusan: kayu, batu, keramik, perabot rumah, anyaman, besi ,listrik, mobil, cetak, tenun
kulit, motor, ukur tanah dan cor.

Sekolah Teknik (ST): bertujuan mendidik tenaga-tenaga pengawasan bangunan. Lama


pendidikan dua tahun stelah STP atau SMP bagian B dan meliputi jurusan-jurusan: bangunan
gedung, bangunan air dan jalan, bangunan radio, bangunan kapal, percetakan dan pertambangan.

Sekolah Teknik menengah (STM): bertujuan mendidik tenaga ahli teknik dan pejabat-pejabat
teknik menengah. Lama pendidikan empat tahun setelah SMP bagian B atau ST dan terdiri atas
jurusn-jurusan: bangunnan gedung, bangunan sipil, bangunan kapal, bangunan mesin, bangunan
mesin, bangunan listrik, bangunan mesin kapal, kimia, dan pesawat terbang.

Pendidikan guru untuk sekolah-sekolah teknik: untuk memenuhi keperluan guru-guru sekolah
teknik, dibuka sekolah/kursus-kursus untuk mendidik guru yang menghasilkan:

Ijazah A Teknik (KGSTP) guna mengajar dengan wewenang penuh pada STP dalam jurusan:
bangunan sipil, mesin, listrik dan mencetak.

Ijazah B I Teknik (KGST) untuk mengajar dengan wewenang penuh pada ST/STM kelas I dalam
jurusan bangunan sipil, bangunan gedung-geung dan mesin.

Ijazah B II Teknik guna mengajar dengan wewenang penuh pada STM dalam jurusan bangunan
sipil, bangunan gedung, mesin dan listrik.

Pendidikan Tinggi

Dalam periode 1945-1950 kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan tinggi semakin
terbuka lebar bagi warga negara tanpa syarat. Lembaga pendidikan ini berkembang pesat
tetapikarena adanya pelaksanaannya di lakukan perjuangan fisik maka perkuliahan kerap kali di
sela dengan perjuangan garis depan.

Lembaga pendidikan yang ada adalah Universitas Gajah Mada, beberapa sekolah tinggi dan
akademi di Jakarta (daerah kependudukan) Klaten, Solo dan Yogyakarta.
Sistem persekolahan Serta tujuan dari masing-masing tingkat pendidikan diatas diatur dalam UU
No 4 Th 1950 bab V pasal 7 sebagai berikut:

Tentang jenis pendidikan dan pengajaran dan maksudnya.

Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan
jasmani kanak-kanak sebelum ia masuk sekolah rendah

Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-
kanak, memberikan kesempatan kepadanya guna mengembangkan bakat dan kesukaannya
masing-masing dan memberikan dasr-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir
maupun batin.

Pendidikan dan pengajaran menengah umum (umum dan vak) bermaksud melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah-sekolah rendah untuk
mengembangkan cara hidup serta membimbing kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat,
mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing-
masing dan kebutuhan masyarakat atau mempersiapkannya bagi pendidikan dan pengajaran
tinggi.

Pendidikan dan pengajaran timggi bermaksud memberikan kesempatan kepada pelajar untuk
menjadi orang yang dapat memelihara kemajuan ilmu dan kemajuan hidup kemasyarakatan

Pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang yang dalam keadaan kekurangan, baik jasmani
maupun rohaninya supaya mereka dapat memliki hidupnya lahir batin yang layak.
Pendidikan Tinggi Republik

Perkembangan pendidikan tinggi sesudah proklamasi kendati mengalami berbagai tantangan,


tetapi tidak juga dapa dipisahkan dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan merupakan
salah satu kekuatan dari seluruh kekuatan rakyat Indonesia. Sejak awal kemerdekaan di Jakarta
pada waktu merupakan daerah pendudukan Belanda, berdiri sekolah Tinggi kedokteran sebagai
kelanjutan Ika Daigaku zaman Jepang. Pada bulan Nopember 1946 dibuka pula Sekolah Tinggi
Hukum serta filsafat dan sastra. Setelah aksi agresi militer I kedua lembaga pendidikan tinggi
terakhir in di tutup oleh belanda sehingga secara resmi sudah tidak ada lagi, dengan demikian
pendidikan tinggi waktu itu terpecah menjadi dua yaitu pendidikan tinggi republik dan
Pendidikan tingkat tinggi pendudukan belanda. Tetapi kuliah-kuliah masih dilanjutkan di rumah-
rumah dosen sehingga merupakan semacam kuliah privat. Sebelum agresi militer I di Malang
terdapat pula lembaga pendidikan tinggi republik, dengan adanya. Demikian pula terdapat
sekolah tinggi kedokteran hewan sekolah tinggi teknik di Bandung dipindahkan ke
Yogyakarta[10]. Sementara itu daerah Republik Indonesia sendiri terdapat lembaga-lembaga
pendidikam tinggi sebagai berikut:

Di Yogyakarta

Universitas Gajah Mada dengan fakultas-fakultas:

Hukum dnegan masa 4 tahun kuliah

Sastra dan Filsafat dengan masa 5 tahun kuliah

Sekolah tinggi islam Indonesia dalm bidang studi:


Ilmu Ke-Tuhanan (Usuludin)

Ilmu pendidikan

Ilmu Hukum

Ilmu ekonomi

Sekolah Tinggi Teknik dengan masa 4 tahun kuliah dengan jurusan:

Teknik sipil

Eklektro

Kimia

Akademi politik

Akademi polisi

Di Klaten
Sekolah Tabib (kedokteran) Tinggi, hanya sampai tingkatan kandidat.

Sekolah Tinggi Farmasi

Sekolah Tinggi Pertanian.

Di Solo

Sekolah Tabib (Kedokteran) Tinggi, tingkat doktoral sebagai kelanjutan dari sekolah Tinggi di
klaten.

Pendidikan Tinggi di Daerah Pendudukan Belanda

Atas prakarsa pihak belanda pada bulan Januari 1946 didirikan suatu universitas darurat (NOOD
Universiteit) yang terdiri dari lima fakultas yaitu fakultas-fakultas kedokteran, hukum, sastra dan
filsafat dan pertanian di jakarta dan fakultas teknik di bandung.

Pada bulan Maret 1947 oleh pemerintah belanda secaea resmi nama universitas darurat diganti
dengan nama Universitas Indonesia (Universiteit Van Indonesie). Oada Tahun 1947 juga
universitas tersebut di perluas dengan fakultas ilmu pasti dan alam di Bandung, kedokteran
hewan di Bogor, Kedokteran di Surabaya dan Ekonomi di maksar (Ujung Pandang). Pada Bulan
maret 1948 fakutas pertanian di pindahkan ke Bogor.

Perkembangan Pendidikan Pada Masa Orde Lama (1950-1966)


Masa revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa revolusi sangat
terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana
yang diamanatkan dalam UUD 1945. Kita dapat merumuskan Undang Undang Pendidikan No.
4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya.
Para pengajar, pelajar melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya walaupun serba terbatas.
Dengan segala keterbatasan itu memupuk pemimpin-pemimpin nasional yang dapat mengatasi
masa pancaroba seperti rongrongan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sayang
sekali pada akhir era ini pendidikan kemudian dimasuki oleh politik praktis atau mulai dijadikan
kendaraan politik. Pada masa itu dimulai pendidikan indoktrinasi yaitu menjadikan pendidikan
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan Orde Lama. Pada Orde Lama sudah mulai
diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem kolonial yang serba ketat tetapi tetap
jujur dan mempertahankan kualitas.

Hal ini didukung karena jumlah sekolah belum begitu banyak dan guru-guru yang ditempa pada
zaman kolonial. Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru belum berorientasi
kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa
yang diciptakaan era Orde Baru sebenarnya telah dikembangkan pada Orde Lama. Kebijakan
yang diambil pada Orde Lama dalam bidang pendidikan tinggi yaitu mendirikan universitas di
setiap provinsi. Kebijakan ini bertujuan untuk lebih memberikan kesempatan memperoleh
pendidikan tinggi. Pada waktu itu pendidikan tinggi yang bermutu terdapat di Pulau Jawa seperti
UI, IPB, ITB, Gajah Mada, dan UNAIR, sedangkan di provinsi-provinsi karena kurangnya
persiapan dosen dan keterbatasaan sarana dan prasarana mengakibatkan kemerosotan mutu
pendidikan tinggi mulai terjadi.

Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah
kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan
yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan
dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada
prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa pendidikan merupakan
hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas social.] Pada masa ini Indonesia
mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang disekolahkan di
luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada halangan ekonomis yang merintangi seseorang untuk
belajar di sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai tindakan kolonialisme. Pada saat inilah
merupakan suatu era di mana setiap orang merasa bahwa dirinya sejajar dengan yang lain, serta
setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.

Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas demokrasi,
kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk dalam bidang pendidikan.
Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan
nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak pemikir-pemikir yang lahir pada masa
itu, sebab ruang kebebasan betul-betul dibuka dan tidak ada yang mendikte peserta didik. Tidak
ada nuansa kepentingan politik sektoral tertentu untuk menjadikan pendidikan sebagai alat
negara maupun kaum dominan pemerintah. Seokarno pernah berkata:

“….sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan taman siswa itu satu persatu
adalah Rasul Kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat
‘menurunkan’ kebangunan ke dalam jiwa sang anak,

Dari perkataan Soekarno itu sangatlah jelas bahwa pemerintahan orde lama menaruh perhatian
serius yang sangat tinggi untuk memajukan bangsanya melalui pendidikan.

Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan dengan sistem


“among” berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan
kemanuasiaan yang dikenal sebagai “Panca Dharma Taman Siswa” dan semboyan “ing ngarso
sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” pada 1950 diundangkan pertama
kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No. 4/1950 yang kemudian disempurnakan (jo)
menjadi UU No. 12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961
diundangkan UU No. 22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU No.14/1965
tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang Pokok-Pokok Sitem
Pendidikan Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden Soekarno, 90 % bangsa
Indonesia berpendidikan SD.

Posisi Siswa sebagai Subjek dalam Kurikulum Orde Lama

Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita membicarakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di antaranya:

1) Rentang Tahun 1945-1968

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda
“leer plan” artinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan, asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rencana Pelajaran 1947”,
yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan
pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat.

Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat.
Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek afektif dan psikomotorik
lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu,
yang lebih penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela negara.
2) Rencana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai
1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan
satuan mata pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan
sebagai objek karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru
yang menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang menentukan
standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan

3) Kurikulum 1964

Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan
mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan
disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam masyarakat.

Pendidikan diberi prioritas utama dan jumlah lembaga pendidikan meningkat secara drastis.
Antara tahun 1953-1960 jumlah anak yang mamasuki sekolah dasar meningkat dari 1,7 juta
menjadi 2,5 juta orang. Tetapi sekitar 60% dari jumlah itu keluar sebelum tamat. Sekolah-
sekolah lanjutan negeri dan swasta (kebanyakan sekoah agama) dan lembaga-lembaga tingkat
universitas bermunculan dimana-mana, tetapi terutama sekali di Jawa dan banyak yang
menacapai standar yang tinggi. Dua keuntungan penting dari perluasan pendidikan ini segera
tampak nyata. Pada tahun 1939 jumlah orang dewasa yang melek huruf adalah 7,4% sedangkan
pada tahun 1961 jumlahnya sudah mencapai 46,7% dari jumlah anak-anak diatas usia 10 tahun
(56,6% di Sumatera dan 45,5 di Jawa). Untuk penduduk laki-laki berusia antara 10-19 tahun
jumlahnya diatas 76%. Angka-angka ini belum menunjukkan prestasi yang hebat sejak zaman
belanda. Lalu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh sistem pendidikan dan juga semua
komunikasi resmi dan media masa, benar-benar menetapkan kedudukan sebagai bahasa nasional.

Dalam masa transisi yang singkat RIS menjadi RI tidak memungkinkan pemerintah
melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang komprohensif yang berlaku untuk seluruh tanah
air. Belanda meninggalkan sekolah kolonial di daerah yang dikuasai oleh pemerintah RI telah
mulai dilaksanakan sistem pendidikan pendidikan yang direncanakan akan berlaku secara
nasional dengan segala kemampuan yang terbatas.

Setelah RIS terbentuk pada bulan Desember 1949 pemerintah RIS dan pemerintah RI yang
menjadi inti dari negara kesatuan dan mempunyai aparat relatif paling lengkap menandatangani
suatu “Piagam Persetujuan Pemerintah Republik Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik
Indonesia”[16]. Piagam ini ditanda tangani oleh Perdana Menteri Republik Indonesia Drs. Moh
Hatta dan perdana menteri Republik Indonesia Dr. A Halim pada tanggal 19 Mei 1950. Isinya
adalah:

Menyetujui dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama melaksanakan Negara Kesatuan


sebagai penjelmaan dari pada RI berrdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.

Sebelum diadakan perundang-undangan kesatuan maka undang-undang dan pengaturan yang ada
tetap berlaku akan tetapi dimana mungkin diusahakan supaya perundang-undangan RI (dahulu)
berlaku.

Menyetujui pembentukan suatu panitia yang bertugas kewajuban menyelemnggarakan segala


persetujuan untuk menyelesaikan kesukaran-kesukaran diperbagai lapangan dalam waktu
sesingkat-singkatnya.
Atas dasar piagam ini ada kaitan khusus dengan penyelenggraan pendidikan dan pengajaran
Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RIS dan Kementerian Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan RI mengadakan “pengumuman Bersama pada tanggal 30 Juni 1950
yang bertujuan untuk sementara tahun ajaran 1950/1951 sistem pengajaran yang berlaku dalam
RI dahului berlaku untuk seluruh Indonesia sampai sistem itu ditinjau kembali. Adapun isi
pengumuman sementara tersebut adalah:

Mengenai Susunan Sekolah-Sekolah Negeri:

Sesudah libur puasa ini (untuk tahun penmgajaran 1950-1951) sementara sistem pengajaran yang
berlaku dalam RI dijalankan di seluruh Indonesia. Kemudian, (dalam waktu singkat) sistem itu
akan ditinjau kembali.

Mengenai Sekolah-Sekolah Partikelir

Pemerintah mengenal warganegara dan orang asing.

Bagi semua warganegara diselenggarakan pendidikan sekolah Negeri menurut undang-undang


dengan memperhatikan sepantasnya kepentingan-kepentingan khusus mereka antara lain yang
mengenal bahasa rumah.

Bagi orang asing tidak didirikan sekolah-sekolah negeri, tetapi diberi kesempatan untuk
menyelenggarakan sekolah menurut kebutuhannya.
Sementara kemungkinan bagi sekolah-sekolah orang asing bangsa belanda untuk memperoleh
bantuan dari pemerintah berdasarakan ketentuan: “ Selama 2 tahun sesudah 27-12-1949 setidak-
tidaknya kepada Sekolah Rendah diberi bantuan berupa tenaga guru sebanyak-banyaknya
seperdua dari formasi guru sekolah yang bersangkutan menurut ukuran yang berlaku untuk
sekolah-sekolah rendah negeri.

Sekolah-sekolah partikelir yang mengikuti rencana pelajaran pemerintah dapat diberi subsidi
menurut perturan negeri untuk pemberian subsidi kepada sekolah partikelir.

Semua sekolah partikelir harus memberikan Bahasa Indonesia sekurang-kurangnya sebagai mata
pelajaran.

Pemerintah mengawasi semua sekolah partikelir.

Organisasi dan Administrasi Pendidikan

Pemerintah negara kesatuan menugaskan Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan


(PP dan K) sebagai organisasai yang meneyelenggarakan administrasi pendidikan dan
pengajaran di seluruh tanah air[17]. Adapun yang menjadi tugas utama dari kementerian PP dan
K adalah :

Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah dari tingkat yang paling


rendah (Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar) sampai kependidikan Tinggi (Perguruan Tinggi).
Mengenai pendidikan Tanam kanak-kanak, kementerian hanya memberikan bantuan terbatas
pada apersonalia tenaga pengajar dan alat-alat pelajaran sedangkan untuk pendidikan Luar Biasa
menjadi langsung tanggung jawab pemerintah.
Meneyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di luar sekolah bagi orang-orang dewasa.

Memelihara dan menegmbangkan kebudayaan bangsa sebagai dasar pendidikan di dalam dan di
luar sekolah.

Atas dasar tugas-tugas itu maka berdasarkan surat keputusan kementerian PP dan K nomor
4223/kab. Tanggal 15 Februari 1951 dan berlaku surut mulai 1 Oktober 1950 dibentuklah
jawatan pengajaran yang menangani pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah, Jawatan
pendidikan mayarakat untuk orang-orang dewasa dan jawatan yang bertugas selain memelihara
dan mengembangkan kebudayaan juga memelihara peninggalan-peninggalan sejarah. Jawatan
perlengkapan yang menyediakan perlengkapan pendidikan dan pengajaran. Selain itu dibentuk
Biro Perguruan Tinggi dan biro Hubungan Luar Negeri dalam rangka kerjasama dengan
UNESCO: Balai penyelidikan dan perancang pendidikan dan pengajaran (BP4) untuk penelitian,
majelis ilmu pengetahuan Indonesia (MIPI) kemudian menjadi LIPI yang bertugas melakukan
penelitian pada umumnya.

Perubahan Sekolah-sekolah

Setelah RIS kembali kenegara kesatuan RI, jawatanm inspeksi pengajaran kementerian PP dan K
di Yogyakarta pada tanggal 25 Agustur 1950 menegluarkan kepputusan menegani perubahan
sekoah-sekolah yang dilaksanakan di daerah-daerah RI. sejak tahun ajaran 1949/1950. Sekolah-
sekolah dibagi-bagi atas enam kelompok: model-model sekoah yang berasal dari masa sebelum
kembali kenegara keatuan di bekas-bekas daerah-daerah ferdeal atau pendudukan Belanda yang
pada dasarnya menurut model kolonial diubah dan disesuaikan dengan sistem pendidikan dan
pengajaran nasional. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:
Sekolah Rakyat

Sekolah Rakyat Negeri

Semua S.R negeri harus menjadi sekolah luar biasa dengan bahasa Indonesia senagai bahasa
pengantar.

Kelas-kelas pemulihan dibuka untuk murid-murid SR yang tadinya memakai bahasa Belanda
sebagai bahasa pengantar:

Kelas-kelas pemulihan ini boleh memakai bahas Belanda sebagai bahasa pengantar dengan
keterangan bahwa selekas mungkin harus dialihkan ke bahasa Indonesia.

Di kota-kota besar seperti kelas-kelas pemulihan mungkin menjadi sekolah yang berdiri sendiri.

Sekolat rakyat Partikulir

Bersubsidi

Bahasa pengantar bahasa Indonesia

Harus memakai rencana pelajaran SR Negeri dan boleh menembah pelajaran lain dengan
persetujuan kemeterian PP dan K.
Tak bersubsidi

Bahas pengantar sesukannya

Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang diwajibkan

Hak pengawas ada pada pemerintah.

Istimewa

Bahasa pengantar adalah bahasa Belanda

Untuk anak-anak warga negara Belanda yang bekerja pada pemerintah Indonesia.

Tunjangan guru dari pemerintah berdasarkan jumlah murid.

Boleh menerima anak-anak warga negara asing

Sekolah Menegah (S.M), atau Middelbare School(M.S).

SMP Negeri:

SMP 4 tahun diubah menjadi SMP 3 tahun:


Murid-murid kelas IV yang lulus masuk kelas II. SMA, murid-murid kelas IV yang tak lulus
kembali ke kelas III.

Murid-murud kelas III: Menempuh ujian penghabisan, SMP 3 tahun dan sesudahnyas masuk ke
kelas I SMA. Dan yang tidak lulus tetap di kelas III SMP 3 tahun.

Murid-murid kelas III yang naik kelas VI (didaerah-daerah yang digabungkana kepada RI
sesudah diusakana April 1950 diusahakan: (1) masuk kekelas I SMA dengan percobaan, (2)
kalau terbukti tidak mungkin dikembalikan kekelas III SMP.

M.S (Middelbare School) Negeri:

M.S 4 tahun menjadi SMP 3 tahun perubahan sesuai dengan perubahan terhadap SMP 4 tahun
ditambah dengan pergantian bahasa pengantar.

SMP/MS Partikelir

Baik yang bersubsidi tidak megikuti peraturan yang biasa berlaku untuk sekolah rakyat.

Voorbereidens Hogere Ondereijs (V.H.O), Alagemene Middelbere School (A.M.S), Hogere


Burgere School (H.B.S) dan Middelbare Handels School (M.H.S):

Voorbereidens Hogere Ondereijs (V.H.O),


Kelas-kelas VHO menjadi kelas-kelas istimewa SMA dalam praktek VHO seluruhnya diubah
menjadi SMA istimewa.

Murid-murid kelas II pada akhir tahun pelajaran 1949/1950 menempuh ujian penghabisan RIS

Murid-murid yang anak kelas II masuk kelas III . Sma bersama-sama dengan mereka kelas I
VHO yang tidak naik masuk kelas II SMA.

Alagemene Middelbere School (A.M.S)

Menjadi SMA kelas-kelasnya menjadi kelas-kelas SMA yang setingkat.

Hogere Burgere School (H.B.S)

Herstel HBS dihapuskan menjadi SMA A/B.

Corcondante HBS menjadi usaha partikulir. Adapun perubahan herstel HBS menjadi SMA A/B
adalah: (1) Murid-murid HBS yang naik kelas V masuk kelas III SMA A/B. (2) Murid-murid
yang naik kelas IV masuk kekelas II dengan ujian ilmu pasti, alam, kimia kemudian ditambah
ketarangan bahwa ujian dapat dilakukan sesudah di coba 3 bulan di kelas II.

Middelbare Handels School (M.H.S) menjadi SEM (Sekolah ekonomi Menegah)


Kelas IV menjadi kelas II SEM

Kelas V menjadi kelas III SEM:

Opleding Voor Voorbereidens Onderwijs (O.V.V.O), Normale School (O.N.S) dan Nieuwe KS
(Kweek School)

Opleding Voor Voorbereidens Onderwijs (O.V.V.O), 2 tahun dimasukkan dalam SGB dengan
keteranagan:

Murid-murid kelas II yang lulus ke praktek 10% pilihan ke SGB kelas III.

Yang naik ke SGB kelas III

Yanh masuk SGB kelas I

Normale School (O.N.S) 2 tahun (dasar SM 2 tahun) menjaaadi SGB:

Kelas II yang lulus ke paktek yang tak lulus masuk SGB kelas IV.

Kelas I yang naik masuk SGB kelas IV yang tak naik kelas SGB kelas III.

Nieuwe KS (Kweek School) menjadi SGA


Sekolah Tinggi Pertukangan (S.ptk). Sekolah Teknik (ST) dan (Middelbare Tehnische School)
MTS.

Sekolah Tinggi Pertukangan (S.ptk) biasa dengan ditambah pelajaran ilmu pasti

Sekolah Teknik (ST) manjadi St hanya persesuaian bahasa dan rencana pelajarannya.

Middelbare Tehnische School (MTS) menjadi STM dengan catatan:

STM federal yang 4 tahun akan dijadikan 3 tahun.

STM RI yang 3 tahun mungkin akan kembali ke 4 tahun.

SD I, SD II dan SD III

SD I, menjadi SD 3 tahun

SD II:

Murid-murid kelas I naik ke kelas II boleh menempuh ujian penghabisan SD yang tak lulus dan
tak menempuh ujian masuk kelas III SD.
Kelas II belum ada.

SD III menjadi SEM.

SKG, SKG, SPNS dan GOSVO

SKG dan SPNS 2 tahun menjadi SKP 3 tahun

Murid-murid kelas SKG kelas I yang naik ke kelas II masuk ke kelas SKP

Murid-murid SKG kelas II yang lulus tak ada kemungkinan untuk masuk kelas III SKP.

GOSVO (goverment Opleiding Schoool Vooor Onderwijzeres) diubah menjadi SGKP.

Pelaksanaan UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran

Mengenai pelaksanaan UU No 4 tahun 1950 (juncto UU no 12 tahun 1954) dapat dilihat pada
beberapa jenis pendidikan dan kegiatannya yaitu:

Pendidikan Jasmani

Di indonesia departemen olahraga menegejar prestasi olahraga. Sikap ambivalensi ini dapat
dilihat dari UGM yang memasukkan jurusan pendidikan jasmani dalam fakultas sastar.
Pendagogik dan filsafat yang berarti dalam ilmu kerohanian (Geiisteswissenshafft). Di UI yang
aakademi pendidian jasamaninya ada di bandung dimasukkan dalam fakultas kedokteran artinya
digolongkan dalam ilmu alam (naturrwissenchafft)

Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa ini lebih dikenal dengan pendidikan masayarakat yang diselenggarakan
oleh jawatan pendidikan masyarakat. Kegiatan pendidikan masyarakat ditentukan menurut
kebjakan pemerintah berdasarkan atas surat keputusan menteri PP dan K tanggal 15 Februari
1961 Nomor 4223/Kab. Dalam pasal 17 disebutkan:

Merencanakan, memimpin, menggiatkan dan mengawasi pembrantasan buta huurf.

merencanakan, memimpin, menggiatkan dan mengawasi pengetahuan umum (KPU)

Mengusahakan buku-buku untuk mengisi perpustakaan rakyat.

Mengikuti dan mrmbantu perkembanagan gerakan pramuka

Mengusahakan buku-buku pimpinan dan pelajaran untuk pemberantasan buta huruf, serta buku-
buku dan majalah-majalah untuk memelihara dan memperdalam kecakapan membaca dan
menulis

Memimpin dan mengawasi pendidikan jasmani di luar sekolah


menyelenggarakan kursus-kursus kader untuk pendidikan masyarakat.

memajukan dan membantu gerakan kepanduan

membantu inisiatif masyarakat untuk memajukan kaum wanita.

Pada bulan Agustus 1955 diadakan konferensi Pendidikan masyarakat yang telah membuat
keputusan: “mengusahakan memelihara hubungan baik dan sehat dengan masyarakat dan
instansi/ badan-badan yang mempunyai tugas sama/sejenis dalam pembinaan dan pembangunan
masyarakat atas dasr pekerjaaan terhadap pejabat-pejabat dan instansi-instansi pendidikan
masyarakat.

Pendidikan Luar Biasa

Berdasarkan surat keputusan menteri PP dan K nomor /Kab. Tanggal 9 Agustus 1953 jawatan
pengajaran membentuk sebuah instansi urusan Pendidikan Luar Biasa yang bertugas “mengatur,
mengurus dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan luar bias di Indonesia”. Inspeksi
pendidikan guru pun mempunyai “inspeksi sekolah guru luar biasa” yang ditandatangani oleh
Pendidikan Luar Biasa ini ilaha para tuna netra, tuna rungu, tuna wicara dan lemah ingatan
bahkan anak-anak cacad tubuh seperti Yayasan Pemeliharaan Anak-Anak Cacad dari Dr.
Soeharso. Kebanyakan pendidikan semacam ini banyak dikelola oleh yayasan-yayasan
sedangkan pemerintah turut memberi bantuan material, fungsional dan tenaga pengajar.

Pendidikan Guru
Pada tahun 1951 jawatan pengajaran telah membuat rencana 10 tahun kewajiban belajar.
Diperkirakan pada tahun itu jumlah anak yang ersekolah kira-kira sebesar 5.921.200. Untuk itu
diperkirakan diperlukan tenaga guru sebesar 118.424 orang. Untuk maksud tersebut diperlukan
pengadaan guru yamg amat mendesak. Sehubungan dengan itu kementerian PP dan K melalui
kerjasama PGRI menyelenggarakan pendidikan guru darurat yaitu berupa kursus-kursus yang
berbnetuk kursuss pengajar untuk kursusu pengantar kewajiban balajar atau di singkat KPKPKB.
Di setiap kabupaten terdapat dua KPKPKB dengan masing-masing murid 80 orang.

Pendidikan kejuruan

Setelah Indonesia merdeka pendidikan kejuruan masih elatif terbelakang dibandingkan debgabn
pendidikan umum. Kendala-kendalanya anrara lain karena pendidikan umum masih menjanjikan
kemungkinan untuk memperolah pendidikan setinggi-tingginya disamping itu lowongan
pekerjaan ketika itu masih terbuka. Selain itu peralatan tidak mencukupi, tenaga pengajar kurang
dan pemahaman masyarakat sendiri terhadap manfaat pendidikan kejuruan itu belum banyak
sehingga mereka enggan menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah kejuruan.

Sehubungan dengan kurangnya alat pendidikan maka pada tahun 1951 pemerintah dengan
bantuan luar negeri mencoba memesan alat-alat untuk sekolah teknik, tetapi setelah bantuan ada
pelaksaaannya tidak lancar karena tidak ada tenaga yang menggunakannya dan infrastruktur
berupa gedung masih belum tersedia.

Pendidikan wanita

UU Nomor 4 tahun 1950 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para kaum wanita untuk
mengikuti semua jenis dan jenjang pendidikan sehiingga dapat menjamin kehidupan mereka
dalam masyarakat sebagai WNI yang sederajat dengan kaum pria. Sehubungan dengan itu selain
sekolah-sekoah umum yang dapat diikuti oleh kaum wanita sampai ke jenjang setinggi-
tingginya. Ketika itu pemerintah menyelenggarakan pula pendidikan-pendidikan kejuruan wanita
seperti Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) dan Sekolah Guru kepandaian Puteri (SGKP). Di SKP
dibuka kejuruan-kejuruan seperti menjahit, memasak, kerajianan tangan, memimpin rumah
tangga, mengasuh anak.

Pendidikan Agama

Berdasarkan peraturan bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama maka di setiap sekoah
rendah dan sekolah lanjutan (umum dan kejuruan) diberi pendidikan agama sebanyak dua
minggu sekali saejak di kelas IV kecuali untuk lingkungan istimewa diberikan sejak kelas I.
Pendidikan agama diberikan menurut agama murud masing-masing. Guru-guur agama diangkat
dan diberhentikan oleh Menteri Agama serta biaya pendidikan di tanggung oleh kementerian
agama. Yang nantinya sistem ini juga berlaku di sekolah-sekolah swasta jika pengurusnya
mengkehendakinya dan orang tua murid memintanya.

Pendidikan Tinggi

Dalam rangka pelaksanaan UU darurat Nomor 7 Ferbruari 1950, dibentuklah Universitas


Indonesia dengan Ir. Surachman sebagai presiden (rektor) Universitas ini merupakan gabungan
anatara balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia dengan Universiteit van Indonesie, termasuk
cabang-cabangnya dari berbagai fakultas di Bogor, Bandung, Surabaya dan Makasar.

Pendidikan Swasta

Pada zaman koonial Belanda mengijinkan berdiri sekolah-sekolah swata yang diselenggarakan
oleh misi katolik dan zending Protestan. Namun demikian terhadap masyarakat islam yang sejak
lama mempunyai lembaga-lembaga pendidikan tersendiri seperti madrasah-madrasah,
pemerintah kolonial melakukan kebijakan politik van onthouding (politik tidak campur).

Dalam masa kemerdekaan terutama dalam periode antara tahun 1950-1959 bermunculan sekolah
swasta, baik yang baru berdri ataupun melanjutkan kembali sekolah-sekolah swata yang pernah
ada sebelumnya. Sekolah-sekolah swata itu tidak ahnya atas dasar agama isalam seperti
Muhamadiyah tetapi juga atas dasar aagama protestan dan katolik.

Meskipun ada lembaga pendidikan dari berbagai bidang dan jenjang pendidikan yang
diselenggarakan oleh pihak swata ini, pemerintah PP dan K tetap melakukan tugas koordinasi.
Selain memberikan subsidi untuk sekolah swata yang belum memenuhi syarat, pemerintah juga
menyediakan tenaga-tenaga pengajar untuk diperbantukan.

Pendidikan Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Tujuan Pendidikan

Dunia pendidikan tak dapat dilepaskan dari –pengaruh politik Manipol Usdek. Bahkan dapat
dikatakan bahwa pemerintah sadar benar akan posisi pendidikan sebagai mekanisme rekayasa
sosial, budaya.ekonomi dan politik karena itu tujuan pendidikan nasional serta upaya pendidikan
tak mungkin dilepaskan dari konsep Manipol Usdek.

Tujuan dan upaya pendidikan sudah mulai ditujukan kepada pembentukan manusia yang
diinginkan oleh konsep Manipol Usdek. Tujuan pendidikan adalah menanamkan jiwa yang
memiliki kepeloporan dalam membela dan mengembangkan Manipol Usdek. Untuk itu
perubahan kurikulum di lakukan. Mata pelajaran Civics menjadi mata pelajaran utama disetiap
jenjang pendidikan. Dalam pelajaran itu dimasukkan ideologi yang sedang dikembangkan
presiden Soekarno.

Artinya pelajaran Civics dapat dikatakan sebagai awal ideolaogi dalam pendidikan Indonesia.
Keberadaan mata pelajaran yang memiliki misi demikian dipertahankan sehingga nantinya
diperkenalkan mata kuliah Pendidikan Pancasila atau PMP dengan diisi misi pendidikan yang
sama. Keberadaan mata pelajaran ini semakin kuat ketika adanya Tap MPRS dan GBHN yang
menyatakan sebagai mata pelajaran wajib dalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia.

Pada tahun 1959 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan untuk menjaga agar arah pendidikan
tidak menuju ke pembantukan manusia liberal yang dianggap sanagat bertentangan dengan jiwa
dan semangat bangsa Indonesia. Salah satu tugas revolusi untuk membangun manusia Indonesia
yang tidak terjerusmus dalam mental “Liberal” dan yang bersendikan mental Manipol Usdek
karena itu menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Prof. Dr. Prijono mengeluarkan
instruksi menteri yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana”.

Dalam pendidikan Pancawardhana ini dinyatakan bahwa pendidikan berisikan prinsip-prinsip:


perkembangan cinta bangsa dan cinta tanah air, moral nasional/internasional/keagamaan
perkembangan kecerdasan, perkembangan emosional artistik atau rasa keharusan dan keindahan
lahir-batin, perkembangan keprigelan atau kerajinan tangan, dan perkembangan jasmani. Selain
itu sekolah juga harus melaksanakan hari krida (hari yang digunakan untuk kegiatan ekstra
kurikuler yang penekanan utamanya pada sesuatu kegiatan yang meransang kegiatan fisik dan
perasaan.

Dalam ketetapannya Nomor XXVII tahun 1966 (TAP XXVII/MPRS/1966 menetapkan bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah untuk menghasilkan manusia pancasila sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan seperti yang telah dikendaki oleh Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.
Sesuai dengan perubahan tujuan pendidikan nasional maka kurikulum sekolah pun mengalami
perubahan. Dikembangkan kurikulum baru yng dikenal dengan nama kurikulum 1968 sesuai
dengan kurikulum keberlakuan kurikulum tersebut. Dalam kurikulum mata pelajaran Civics yang
sudah diganti namanya mejadi Pendidikan Kewarganegaraan Negara. Pada dasarnya, pendidikan
Kewargaan Negara berbeda dengan Civics. Dalam mata pelajaran ini dijalin mata pelajaran
sejarah, geografi dan pengetahuan kewarganegara. Memang nantinya mata pelajaran ini pernah
menjadi dua mata pelajaran dalam kurikulum 1975, yaitu Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan
Ilmu Pegetahuan Sosial (IPS). Pengetahuan kewarga negaran menjadi bagian dasar dari PMP
sedangkan sejarah dan geografi menjadi bagian dari IPS.

Sistem dan Jenis Persekolahan

Pada masa antara tahun 1959-1966 jenjang pendidikan di Indonesia terbagi atas jenjang
pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah, dan jenjang pendidikan tinggi. Pada dasarnya
pembagian yang demikian masih berlaku hingga sekarang.

Di jenjang pendidikan menengah pertama, sekolah yang memeberikan pendidikan umum adalah
SMP, sedangkan sekolah yang memberikan pendidikan khusus dalam bidang tertentu beraneka
yaitu untuk pendidikan teknik (ST), pendidikan ekonomi (SMEP), pendidikan kerumahtanggaan
(AKKP) dan juga pendidikan guru (SGB). Nantinya pada mas orde baru tau te[patnya pada tahun
1984 pemerintah melalui keputusan presiden menghapuskan sekolah kejuruan yang mejadi
bagian pendidikan menengah pertama ini sehingga jenjang ini memiliki anggota hanya SMP
saja.

Sekolah guru bantu (SGB) sudah dihapuskan terlebih dahulu yakni pada tahun 1961. Adanya
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru Sr menyebabkan pemerintah menghapus
SGB dan menambah jumlah SGA. Dengan demikian, SGA yang semula menjadi SMP pada
masa ini sudah dikhususkan untuk menghasilkan guru SR. Pada tahun 1990 SGA dihapuskan dan
tugas menghasilkan guru sepenuhnya dibebankan kepada IKIP/FKIP.

Di jenjang pendidikan menengah atas terdapat sekolah umum SMA. Sekolah kejuruan yang
berada pada jenjang ini ialah sekolah menengah ekonomi (SMEA). Sekolah Teknik Menegah
(STM) dengan berbagai jurusan. Sekolah Kesejahteran Keluarga Atas (SKKA), Sekolah
Menengah Olahraga Atas (SMOA) dan Sekolah Guru Atas (SGA). Sekolah yang terakhir ini
nantinya diubah menjadi Sekolah Pendidikkan Guru (SPG) sampai pada tahun 1990. Perubahan
nama dari SGA menjadi SPG terjadi pada awal tahun 1964.

Di jenjang pendidikan tinggi berbagai akademi, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Jenis-
jenis ini mengalami pasang-surut tetapi dengan dikeluarkannya UU No 2 tahun 1989, seluruh
jenis yang pernah ada pada periode 1959-1966 dijamin kembali eksistensinya oleh UU tersebut.
Pada kurun waktu yang dibicarakan disini, penataan pendidikan tinggi dilakukan berdasarkan
udang-undang No 22 Tahun 1961 yang dikeluarkan atas nama RIS.

Perkembangan Sekolah Pada Masa 1959-1966

Perkembangan sekolah pada masa waktu itu ditandai oleh dua gejala. Partama ialah
bertambahnya jumlah bangunan sekolah untuk setiap unit pendidikan. Kedua adalah
penambahan jenis sekolah terutama untuk jenjang pendidikan menengah (pertama dan atas) dan
perguruan tinggi.

Setiap tahun terjadi penambahan gedung SD untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin
hari semakin meningkat. Setiapm taun dapat dikatakan terjadi penambahan gedung sebayak 2000
sehingga pada akhir tahun 1966-1971 Indonesia memilki kurang lebih 60 ribu gedung SD
dengan jumlah siswa sebebesar 11 juta orang.
Perkembangan dalam pendidikan menegah pun tidak lebih pesat dibandingkan dengan
perkembangan untuk pendidikan SD. Dalam masa tahun ini dapat dikatakan pemerrintah jumlah
gedung sekolah untuk tingkat pendidikan menengah pertama memiliki kecenderungan menaik
pada mas antara tahun 1966-1971. Misalnya jumlah SMP pada akhir tahun 1960 adalah sebanyak
903 buah. Pada tahun 1961-1965 jumlah sekolah ini melonjak sampai 1121 tetapi menurun
menjadi 836 pada tahun 1966-1971. Gejala yang sama diperhatikan oleh Sekolah Teknik. Pada
tahun 1960 ada 138 StT yang kemudian berkembang me3njadi 201 pada masa 1961-1965 tetapi
turun menjadi 119 pada tahun 1966-1971.

SKKP menunjukkan gejala terus menurun. Pada tahun 1960 di Indonesia terdapat 63 SKKP.
Jumlah ini nberkurang menjadi 59 pada tahun 1961-1965 dan turun menjadi 30 opada tahun
1965-1971. Khusus untuk sekolah ini ada kesempatan yang lebih luas untuk sekolah lain bagi
putri merupakan penyebab menurunnya mibnat untuk bersekolah di SKKP.

Gejala yang menarik diperlihatkan oleh perkembangan SMEP sekolah yang tujuan
kelembagaannya adalah untuk menghasilakn tenaga dalam administrasi perkantoran dan dunia
perdagangan ini mengalami pasang surut. Pada tahun 1960 Indonesia memilki 116 SMEP.
Jumlah ini berkurang menjadi 105 pada tahun 1961-1965 dan tiba-tiba melonjak menjadi 251.

Berbeda dengan jenjang pendidian menegah pertama, jumlah sekolah pada jenjang pendidikan
menegah atas pada umumnya menunjukkan perubahan sejumlah unit pendidikan yang berarti.
Meskipun demikian, SMA merupakan salah satu unit pendidikan dalam jenjang pendidikan
dalam jenjang ini yang menunjukkan gejala yang sama dengan SMP. Pada tahun 1960 ada 223
SMA di Indonesia yamng kemudian berkembang menjadi 184 dalam tahun 1961-1965. Jumlah
ini berkurang drastis pada tahun 1966-1971 mejadi 189.
SKKA juga memperlihatkan gejala yang sama dengan SMA dan agak berbeda dengan SKKP.
SKKA bertambah dari 5 tahun 1960 mejadi 38 dalam tahun 1961965 tetapi merosot menjadi 34
pada tahun 1966-1971.

SMEA dan STM menunjukkan gejala yang terus meningkat. Pada tahun 1960 ada 53 SMEA
yang kemudian bertambah menjadi 110 buiah dan meningkat lagi menjadi 231 pada tahun 1966-
1971. Dengan demikian terjadi peningkatan yang drastis dalam 5 tahun setelah gagalnya kudeta
PKI. SPG memilki perkembangan yang mirip dengan SMEP. Pada tahun 1960 di Indonesia
terdapat 82 SPG. Jumlah ini menurun pada tahun 1961-1966 dan kemudian meningkat lagi pada
5 tahun kemudian sehingga menjadi 123. Sejak saat itu SPG tidak berkembang lagi. Pada tahun
1990 ketika SPG dihapuskan maka Indonesia memilki 125 SPG.

Dalam jenjang pendidikan tinggi terjadi perkembangan yang lebih kearah penambahan sekolah.
Pada masa 1959-1966 pemerintah telah mendirikan 29 perguruan tinggi negeri. Ada perguruan
tinggi yang didirikan sama sekali baru, artinya pada mulanya belum ada perguruan tinggi negeri
didaerah tersebut. Klasifikasi kedua adalah perguruan tinggi yang mulanya merupakan fakultas
atau bagian dari suatu perguruan tinggi negeri. Fakultas ini kemudian dikembangkan dan
dijadikan perguruan tinggi negeri yang berdiri sendiri contohnya ITB yang didirikan pada tahun
1959 yang semula adalah fakultas dari Universitas Indonesia. Demikian juga IPB tahun 1963
yang juga semula merupakan bagian dari UI.

Perguruan tinggi lain termasuk dalam klasiifikasi kedua ini adalah IKIP Jakarta dan IKIP
Yoggyakata yang didirikan pada tahun 1963, masing-masing pada bulan Mei. Keduanya pada
mulanya adalah fakulltas Pedagogik UI yang menajdi IKIP Jakarta dan Pedagogik UGM yang
kemudian menjadi IKIP Yogykarta.

Kurikulum
Kurikulum SD mengalami perubahan disesuaikan dengan Panca Wardhana. Dalam kurikulum ini
dikenal adanya mata pelajaran yang sifatnyamembina kecerdasan, ketrampilan dan rasa/karya
sesaui dengan wardhana yang ada. Untuk kurikulum SD diperkenalkan mata pelajaran yang
dinamakan Pendidikan Kemasyarakatan. Mata pelajaran ini dianggap sebagai alat utuk moral
nasional/internasional dan keagamaan (dokumen kurikulum). Mata pelajaran pendidikan
kemasyaraktan merupakan pengintegrasian mata pelajaran ilmu bumi, sejarah dan
kewarganegaraan.

Perubahan kurikulum yang drastis terjadi untuk SMP dan SMA. Pembagian jurusan A dan B di
SMP dihapuskan. Sebagai sekaloh jenjang pendidikan menengah pertama adalah terlalu muda
bagi sisianya untuk dipaksa kurikulum untuk memilih jalur A atau B apalagi penjaluran itu
dilakukan ketika siswa akan naik ke kelas dua.

Struktur kurikulum SMP terdiri dari kelompok dasar, kelompok cipta, kelompok rasa/karya dan
kelompok krisa. Struktur ini disesuaikan dengana keputusan menteri menegani panca Wadhana.
Kelompok dasr memberikan pengetahuan terdiri natas pelajaran Civics, sejarah nasioanl
Idonesia, bahasa Indonesia, ilmu bumi Indonesia, pendidikan agama/budi pekerti dan pendidikan
jasmani/kesehatan.Mata pelajaran seperti Aljabar, ilmu ukur, ilmu hayat, ekonomi adalah mata
pelajaran yang etmasuk kelompok cipta, sejarah dunia termasuk pelajaran dalam kelompok cipta
ini. Mata pelajaran dalam kelompok rasa/karya adalah drama dan sastra.

Selanjutnya pada tahun 1962 ditetapkan SMP diberi nanam SMP gaya baru bebas jalur. Jalur
atau jurusan baru diadakan di SMA. Pembagian itu baru diadakan setelah siswa satu tahun berda
di SMA. Karena itu SMA ini pun dinamakan SMA gaya baru. Di kelas dua dan dilanjutkan di
kelas tiga siswa dapat memilih empat jurusan yaitu, jurusan budaya, sosial, ilmu pasti dan ilmu
alam.
Kurikulum di SMA menetapkan bahwa mereka yang memilih jurusan satra diharuskan belajar
bahasa asing seperti Jerman dan Perancis. Bahasa jawa kuno dan tulisan Arab Melayu adalah
mata pelajaran yang termasuk dalam jurusan sastra. Sedangkan untuk jurusan sosial terdapat
mata pelajaran seperti ekonomi, tata buku, hukum dan tata negara, etnologi/sosiologi. Dalam
jurusan ilmu pasti terdapat mata pelajaran yang berhubungan dengan matematika seperti aljabar,
ilmu ukur ruang, ilmu ukur bidang sedangkan bagi meraka yang masuk jurusan ilmu alam akan
mendapatkan mata pelajaran seperti ilmu alam. Kimia, ilmu tubuh manusia, ilmu hewan dan
ilmu tumbuh-tumbuhan.

Sistem Ujian

Di jenjang pendidikan dasar dan menegah diadakan ulangan untuk setelah beberapa pertemuan.
Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan masa sekarang. Meskipun demikian. Pada waktu itu tidak
digunakan istilah formatif, sub-sumatif, ataupun sumnatif.

Di kedua jenjang pendidikan ini tes tetap merupakan alat evaluasi yang utama. Dapat dikatakan
hanya pemberian tugas yang merupakan alat evcaluasi tambahan. Memamng keadaan ini pun
tidak berbeda dengan prinsipil dengan alat evaluasi yamng digunakan guru sekarang. Walaupun
demikian guru belum mengenal bentuk tes obyektif. Bentuk soal yang digunakan masih berupa
uraian (esai). Bentuk ini digunakan di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan dan terus
digunakan tanpa ada perubahan dalam bentuk samapai nantinya digunakan bentuk tes obyektif.

Fungsi ujian akhir sekolah ini terutama adalah untuk mereka yang akan melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Jadi di tahun terakhir SD, siswa yang akan melanjutkan
pelajarannya ke SMTP diharuskan untuk menempuh ujiian negara. Demikian pula bagi mereka
yang ingin melanjutkan daroi SMTP ke SMTA sehingga pada waktu itu dikenal adanya mereka
yang akan tamat dan sekolah dan bagi mereka yang lulus dari suatu sekolah. Keadaan semacam
ini nantinya berubah di mana siswa diminta untuk ikut untuk ujian akhir pendidikannya dan
setelah itu mengikuti ujian masuk suatu sekolah keadaan ini terakhir berlangsung dari tahun
1970-1987 di mana kemudian diperkenalkan sistem Nilai Ebtanas Murni (NEM). Dengan model
ini siswa tidak perlu lagi mengikuti tes masuk untuk sekolah yang akan di ikutinya.

Angka yang digunakan untuk apresiasi hasil yang diperolah adalah dari 0-10. Skala ini masih
digunakan samapai sekarang dan masih merupakan warisan pendidikan pada masa penjajahan
Belanda.

Perubahan baru terjadi pada masa pemerintahan orde baru. Pada masa in ujian lisan masih
dilakukan di perguruan tinggi meskipun pelaksanaannya terus berkurang. Dosen-dosen senior
yang sudah terbiasa dengan ujian lisan masih tetap melakasanakannya meskipun demikian
mereka sudah mulai didesak oleh kenyataan banyaknya mahasiswa. Jumlah yang semakin hari
semakin bertambah besar menetapkan para dosen penguji harus menyediakan waktu banyak
untuk menguji mahasisiwa, karena itu hanya terbatas pada perkuliahan dimana jumlah
mahasiswa sangat kecil.

IV. SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA PADA MASA ORDE BARU

1. Pendidikan Umum

pendidikan dasar dilaksanakan di taman kanak-kanak dan di sekoah dasar, pendidikan lanjutan
menengah umum diwujudkan dalam dua tingkat yaitu sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Sekolah menengah pertama merupakan suatau tahap peralihan dari sekolah
dasar, dan disisi lain merupakan peralihan untuk memasuki tahap pendidikan yang lebih tinggi.
Pada tahap ini akan terjadi apa yang dinamakan tahap penelusuran bakatdan oleh karena itu pada
tahap ini sangat diperlukan adanya bimbingan dan penyuluhan.
Sekolah menengah atas lebih diarahkan kepada pendidikan tinggi yang merupakan jalur
persiapan profesi atau persiapan akademis, masing-masing disini dalam mempersiapakan tenaga
kerja professional dan tenaga akademik dalam rangka pengembangan penelitian serta
pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pendidikan Kejuruan

Pada hakikatnya merupakan suatu pendidikan yang menyiapkan manusia untuk memasuki
lapangan pekerjaan. Kepada warga Negara yang memasuki jalur ini diberikan bekal-bekal yang
diperlukan untuk memasuki lapangan kerja, baik dengan kemampuan menciptakan lapangan
kerja ataupun memauki lapangan pekerjaan yang telah tersedia di dalam masyarakat.|

Pendidikan kejuruan dilaksanakan pada tingkat menengah pertama dan menengah atas, dan
tingkat tinggi dengan berbagai kemungkinan variasimdan orientasi pendidikan kejuruan
diarahkan antara lain kepada bidanng teknologi, industry, perdagangan pertanian,
kerumahtanggn, dan jasa.

3. Pendidikan Kemasyarakatan

Merupakan pendidikan yang memberikan kemungkinan perkembangan- perkembangan social,


cultural, spiritual-keagamaan, dan ketrampilan diluar pendidikan formal. Pendidikan
kemasyarakatan khususnnya yang ada di masyarakat tradisional yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia dan merupakan bagian ynag tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat. Melalui
pendidikan kemasyarakatan kesinambungan dari kebudayan dapat terwujud dan tantangan-
tantangan lingkunngan dapat dijawab. Pendidikan kemasyarakatan ini tidak selalu dimaksudkan
untuk memberikan bekal secara langsung guna memasuki lapangan pekerjaan melainkan dalam
program ini diberikan bekal yang dapay dimanfaatkan oleh warga Negara dalam rangka
konservasi dan pengembangan kebudayaan daerah, pengembangan kebudayaan nasional, dan
pengembangan bangsa.

4. Mobilitas antar jenis Pendidikan

Baik pendidikan umum maupun kejuruan melaksanakan fungsi pendidikan yaitu


mengembangkan mutu sumber daya manusia dalam perkembangan masyarakat Indonesia
dewasa ini dan pada masa depan. Meskipun terdapat perbedaan antara kedua jenis pendidikan
tersebut maka sangat perlu adanya jembatan mobilitas antar keduanya sehingga bagi keduanya
terbuka kemungkinan adanya lalu lintas perkembangan yang seluas-luasnya.

Pendidikan kejuruan dan pendidikan kemasyarakatan mempunyai peranan yang sangat penting
hal ini disebabkan karena tuntutan dan aspirasi rakyat yang selalu meningkat untuk memperoleh
kesempatan kerja. Disini juga dapat dikemukakan bahwa masyarakat Indonesia dewasa ini masih
belum dapat memberikan penghargaan yang proporsional terhadap pendidikan kejuruan dan
kecenderungan masyarakat memandang pendidikan umum adalah yang paling tinggi dan paling
bagus dibandingkan dengan pendidikan kejuruan maupun pendidikan kemasyarakatan. Oleh
sebab itu masyarakat memerlukan tuntutan dan penerangan untuk dapat mengubah pandangan
serta sikap yang demikian.

Jembatan mobilitas antara pendidikan umum dan pendidikan kejuruan dapat dibangun tas dasa
sistim ujian. Berdasarkan standarisasi kurikulum pada pendidikan umum, maka setiap orang
dapat mengikuti materi pendidikan umum dan kemudian mengikuti ujian yang diadakan oleh
Negara. Oleh kerena itu, dalam rangka membanngun jembatan mobilitas ini, batasan umur pada
system ujian hruslah dihapuskan.

5. Alternative Penjejangan • Pedidikan Dasar


1. Taman Kanak-kanak (2-3 tahun)

Pertumbuhan anak selama prasekolah amat menentukan bagi perkembangannya lebih lanjut.
Oleh sebab itu pendidikan taman kanak-kanak untuk anak-anak yang berumur sekitar 3 tahun.,
masa pendidikan prasekolah selama 3 tahun menjelang umur 6 tahun harus merupakan satu
kesatuan. Walaupun demikian, bahan kurikulum dan metode belajar-mengajar untuk tingkat
umur yang berbeda harus disesuaikan dengan tinkat perkembangan anak.

Pendidikan pra sekolah tidak diwajibkan sehingga orang tua dapat menentukan apakah anaknya
mengikuti pendidikan itu selama satu, dua atau tiga tahun atau tidak sama sekali. Pendidikan di
taman kanak-kanak tidak menjadi syarat memasuki sekolah dasar. 2. Sekolah Dasar (5-6 tahun)

Disini diberikan bekal-bekal dasar perkembangan kehidupan baik untuk diri sendiri dan
lingkungan masyarakat. Tiap warga Negara Indonesia diwajibkan menempuh pendidikan yang
sekurang-kurangnya dapat membekalinya dengan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dasar
yang bisa disebut kemampuan melek huruf fungsional. Kemampuan ini meliputi membaca,
menulis berhitung, bahasa Indonesia, pengetahuan umum, ketrampilan dasar, serta pendidikan
agamadan kewarganegaraan.

• Pendidikan Lanjutan

1. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (4 atau 3 tahun)

Sekolah ini mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai kelanjutan pendidikan dasar dan sebagai
masa peralihan ke pendidikan lanjutan yang lebih tinggi.dari sini siswa harus menentukan pilihan
akan melanjutkan ke sekolah lanjutan atas umum atau kejuruan. Pada sekolah ini diberikan
pelajaran akademk untuk meneruskan pendidikan di jalur umum dan pelajaran ketrampilan untuk
membantu penelusuran bakat ke jalur kejuruan

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (4 atau 3 tahun)

Segi-segi positif dan negative dari pemisahan sekolah lanjutan atas umum dan kejuruan. Dari
segi perencanaan tenaga kerja sebainya itu memangharus ada. Walaupun demikian, perencanaan
tenaga sukar dilakukan dengan tepat sehingga pendekatan tenaga kerja yang kaku dan ketat
sering pula menimbulkan masalh pengangguran yang meresahkan. Dan untuk mengatasi hal itu
perlu dipikirkan kemungkinan system sekolah komprehensif yang mempersiapkan siswanya
untuk kemungkinan kerja dan kemungkinan meneruskan pedidikan ke perguruan tinggi maka
kurikulumnya harus benar-benar intensif, baik untuk persiapan kerja maupun keperguruan tinggi.

• Pendidikan Tinggi

1. Perguruan Tinggi

Mempunyai fungsi ganda, yaitu mempersiapkan tenaga professional serta mengmbangkan ilmu
dan teknologi. Dalam rangka pengandaan tenaga kerja professional, baik untuk pengembangan
ilmu dan teknologi, dapat diadakan program gelar seperti program sarjana, pasca sarjana, dan
program doctor.

Program gelar, terutama program doctor dan pasca sarjana, diperlukan pula untuk
mempersiapkan tenaga penelitian dan penngajar dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Dalam rangka penggandaan tenaga profesionall dibawah sarjana dipakai program diploma yang
diberikan baik di akademi maupun institute juga universitas. Dan untuk persiapan tenaga
akademik dapat diadakan program gelar sarjana muda yang tidak terminal. Dan untuk
meningkatkan jumlah peserta program doctor dapat dibuat program pasca sarjana untuk para
sarjana yang ingin melanjutkan ke program doctor.

Pengunaan sisitem kredit juga dirasa menguntungkan di perguruan tinggi karena :

a. Mempermudah standarisasi beban studi antar jurusan dan fakultas

b. Mempermudah mobilitas akademik

c. Membantu administrasi multistrata yang memungkinkan sejumlah pintu masuk dan keluar.

d. Dapat mengubah disiplin pada dosen dan mahasiswa e. Memungkinkan perhatian terhadap
perkembangan individual.

• Pendidikan Luar Biasa

Merupakan pendidikan yang diperuntukkan bagi siswa yang perkembangannya terhambat oleh
factor-faktor fisik, psikologis, dan mental. Karena hal ini berkenaan dengan siswa yang
mempunyai bakat perkembangan intelektual yang luar biasa, maka perlu diadakan sekolah
khusus yang pelaksanaanya distur secara ketat.
Kebijakan –kebijakan Pemerintah Tentang Pendidikan Orde Baru Berdasarkan ketetapan MPRS
dan MPR banyak dikeluarkan kebijakan berwujud undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan, edaran , proyek peningkatan dan pengembangan pendidikan dalam sarana dan
prasarana , kurikulum, metode.

Upaya yang dijalankan :

1) Pemberantasan buta Huruf

Sejak zaman penjajahan Belanda, pimpinan rakyat menyadari keterbelakangan bidang


pendidikan yang terlihat banyaknya rakyat yang buta huruf sehingga sulit berkomunikasi. Usaha
pemberantasan buta huruf dilakukan pemerintah pada tahun 1946 danb 1951 akan tetapi dari
hasil sensus gagal. Tujuan pemerintah melakukan Pemberantasan buta huruf untuk
meningkatakan kecerdasan masyarakat guna meningkatkan taraf kehidupan social, ekonomi
dengan cara kesempatan bagi yang buta huruf memperoleh ketrampilan membaca, menulis, dan
menghitung. Hasil sensus pada tahun 1971c menunjukkkan jumlah orang yang buta huruf di
seluruh Indonesia masih sebanyak 32.21 juta (40 %) yaitu ornga yang tidaka bias membaca huruf
latin.

Pada atahun 1972 pemerintah memperkenalkan pendidikan Aksarawan fungsional(functional


literancy) yaitu memberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung serta ketrampilan
tertentu. Gerakan PAF diberikan pada kelompok pekerja buta huruf (pertanian, perkebunan,
pabrik , Dsb), diajar oleh ahli dibidangnya dan mengunakan alat peraga untuk memudahkan
penyampian.Penyediaan bahan-bahan bacaan secara berkala, papan pengumuman, program kejar
paket, dsb. 2) Pendidikan masyarakat dan pendidikan luar sekolah (PLS)
Pendidikan masyarakat (punmas) adalah pendidikan yang diberikan di luar sekolah formal yang
ditujukan dengan memberikan bimbingan kepada masyarakat. tujuan masyarakat adah mendidik
masyarakat Indonesia untuk memiliki kemampuan mental, spiritual, dan keterampilam guna
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan pembukaan dan isi UUD
1945.

Isi pendidikan masyarakat adalah pendidikan agama dan budi pekerti, kecerdasan dan
keterampilan, kewarganegaraan, berorganisasi, dan hidup mandiri. Usaha-usaaha pendidikan
masyarakat dilakukan dengan Kursus-kursus, latihan-latihan, diskusi kelompok, penyuluhan,
latihan berorganisasi, perpustakan masyarakat, kegiatan social edukatif. kursus atau latihan ialah
dilakukan dalam jangka waktu pendek,praktis,untuk segera dapat menerapkan hasil pendidikan
hasil pendidikan.

Pendidikan luar sekolah (PLS) yang siswanya berusia tua dibandingkan dengan usia pendidikan
formal yaitu umur 10-24 tahun . materi yang diajarkan pengetahuan bercocok tanam,
pemberantasan buta aksara dsb. Metode pngajaran dengan kursus, bahan bacaan, radio,
Tv,penyuluhan dan media lainnya. Pelaksanaannya dilakukan oleh departemen P dan K,
departemen dalam negeri, departemen tenaga kerja, departemen transmigrasi, departemen,
pertaniaan, koperasi, departemen kesehatan, social, penerangan, agama dan lembaga-lembaga
non pemerintah.

3) Kegiatan Inovasi pendidikan

Sejak awal REPELITA melakukan pemecahan masalah pendidikan dan pengembangan


pemdidikan melalui kegiatan inovasi pendidikan. Berbagai proyek inovasi meliputi semua jenis
dan tingkat pendidikan di dalam maupun luar sekolah seperti yang tertera dalam seminar inovasi
pendidikan pada Jakarta , januari 1975:
a) Proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP). Bersifat Nasional yang dilakukan pada tahun
1972 melalui delapan IKIP yaitu Jakarta, Bndung, semarang, Yokyakarta, Medan, Surabaya,
Padanag, dan Ujung pandang. Menyusun master desain dan struktur bidang studi matematika,
IPA, IPS, Bahasa dan lainnya dengan jenjang 5-3-3tahun. PPSP mengunakan pendekatan
pengajaran sistem modul bersistem belajar tuntas (Mastery learning Basis) dengan sistem
pemecahan masalah. Sehingga memungkinkann siswa SMP atau SMA lulus kurang dari 3 tahun.
Jenis pilihan bidang studui sebagi jalur pendidikan seperti keterampilan mesin, otomotif,
bangunan, listrik,elektronika, fotografi, pkk, kerajinan batik, pertanian dan sebagainya.

b) proyek pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua, dan guru(PAMONG).

Berawal darikerjasama BP3K departemen P dan K dengan SEAMEO regional INNOTECH


center di Sala, Jawa Jengah 1974-1979. yaitu dengan sistem pegajaran masal di sekolah dasar
yang murah. Proyek ini adalah tindak lanjut dari seminar tentang” sistem penyampain belajar
secara masal di sekolah dasar yang murah”. Gagasan diprakarsai oleh innotech di singapura pada
tahun 1973. kurikulum dan bahan yang diajarkan sama dengan SD biasa yang diakhirnya
mendapat STTB SD. SD PAMONG di ikuti anak putus sekolah yang dilakukan di berbagai
temapat.anak bekerja bedasarkan Modul, penilaian dan rencana perbaikan di lakukan dengan
petunjuk khusus yang disusun sendiri.

c) pendidikan pramuka untuk trasmigrasi

dimulai 1970 di Jombang, Jawa Timur. Umur 6-25 tahun dari hasil putus sekolah yang diminta
bersedia bermigrasi keluar jawa agar tidak pindah ke kota –kota besar. Tujuan proyek adalah
menjadikan penduduk desa agar menaruh minat terhadap pembangunan dan mengurangi minat
penduduk pindah ke kota. Mengikuti pelatihan ketrampilan bidang perternakan, mengolah dan
menjual beras, bercocok tanam, irigasi, dan panen yang disampaikan berupa program
penyuluhan. Kegiatan ini bernaung di bawah badan pembangunan pendidikan kota jombang.
d) pusat kegiatan belajar

Proyek ini dimulai pertengahan tahun 1973 .proyek ini dilaksanakan di Jakarata, Jawa barat,Jawa
timur, dan Sulawesi Selatan. teknik yang digunakan klasikal dengan mengunakan audio visual,
ceramah, kerja kelompok, bimbingan, penyuluhan,pengajaran melalui radio local. e) kuliah kerja
nyata(KKN)

Dimulai tahun 1971-1972 oleh 3 universitas yang bertujuan melengkapi mahasiswa dengan
pengalaman praktis tentang kebutuhan dan masalah pemabangunan masyarakat pedesaan, serta
penyediaan tenaga kerja terdidik untuk membangun di 58.00 desa di seluruh Indonesia. Jadi
menyediakan tenaga akademik yang terampil, berprakarsa, berpengalaman lansung secara praktis
tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan.

f) badan usaha tenaga sukarela Indonesia (BUSTI)

Dimulai tahun 1969 dengan mengerahkan 30 orang di 2 desa untuk meningkatkan suasana
gotong royong yang kemudian meningkat menjadi sekitar 1500 yang tersebar di 25 propinsi.
Tujuan mempertahankan dan memperkuat gotong royong di kalangan generasi muda dengan
cara melibatkan dalam kegiatan pembangunan pedesaan. Dari sukarelawan yang sudah dua tahun
mengabdi di masyarakat pedesaan ditugaskan bekerja di luar negeri.

g) proyek pengembangan sistem informasi pendidikan dan kebudayaan


Dimulai tahun 1970 dengan menyempurnakan statistic pendidikan sehingga terciptalah bank data
di BP3K. Tujuan proyek ini adalah tersedianya data dan informasi yang relevan, dapat dipercaya
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.

h) Sekolah staf pemimpin administrasi (SESPA)

Dimulai tahun 1970 diikuti anggota administrasi, manajemen yang telah senior golongan IV
berusia 35-48 tahun dan telah lulus Middle Management Course. Tujuan proyek adalah
menciptakan adminstrasi dan manajemen yang efektifm kuat, bersih dan berkeahlian.

i) proyek perintis perencanaan integral pendidikan daerah (PROPIDA) di Sumatra dan Jawa
Timur

proyek ini bertujuan teerciptanya model badan perencanaan pendidikan tingkat daerah. Dibantu
Ford Foundation. Berpusat di padang dan Surabaya yang beryubungan resmi dengan BP3K dan
gubernur .

j) Proyek percobaan radio pendidikan Pengunaan siaran radio digunakan untuk membantu
pendidikan yang dikirimkan ke sekolah-sekolah yang terpadu dalam pelajaran kelas. Tujuan
proyek adalah ditemukan cara-cara yang efektif dari pengunaan radio untuk membantu kegitan
pendidikan.

k) program pembinaan bakat. Tujuan dari proyek ini adalah membantu murid dan mahasiswa
berprestasi tinggi dalam belajar. Bantuan beasiswa bagi siswa atau maasiswa berbakat dan
berprestasi yang berekonomi lemah. Badan beasiswa seperti Super Semar untuk yang berbakat
istimewa.
l) proyek STM pembangunan. Dimulai tahun 1967-1969 tujuan memperbaiki mutu pendidikan
teknik. Mengunakan sistem modul seperti PPSP, lama studi 4 tahun. Tujuan proyek adalah
memecahkan masalah relevansi, efektifitas dan efisiensi sekolah lanjutan di Indonesia . m)
sistem kegiatan pembelajaran oleh masyarakat.

Pengembangan sumber tenaga manusia dalam masyarakat diartikan sebagai pengunaan sumber-
suimber pendidikan dalam masyarakat dapat. Tujuan proyek ini adalah teridentifikasinya
berkembangnya sistem kegitan belajar oleh masyarakat sesuai dengan sumber-sumber
pendidikan dan kebutuhan pendidikan dalam masyarakat. Sasaran proyek anak umur 10-24
tahun. Lokasi proyek di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, dan Indramayu Jawa Barat.
Berdasarkan prinsip belajar seumur hidup pendidikan dilakukan dimanapun dan kapanpun tanpa
batasan usia. n) penggunaan sistem perencanaan dan program anggaran (PPBS) di pendidikan
tinggi. Proyek pengembangan pedidikan tinggi sebagai unit departemen pendidikan dam
kebudayaan Ditjen pendidikan tinggi bertanggung jawab mengarahkan dan mengelola 40
universitas dan istitut negeri masalah anggaaran belanja dan bertanggung jawab atas 300
universitas swasta dan perguruan tinggi swata. Tujuan proyek ini adalah menunjang semua usaha
pelaksanaan rencana strategis yang maksimum dan terordinasi sumber, dan pengembangan
univeritas dan institute dengan potensi yang tersedia.

o) sistem informasi pengelolaan di pendidikan tinggi.

Tujuan proyek ini adalah terlayaninya informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan untuk pererncanaan strategis , perencanaan operasional , monitoring, dan penilaian
dan menjamin terselenggaranya pengelolaan perguruaan secara nasional.proyek ini merupakan
jaringan sistem informasi penelolaan yang berlaku secara nasional lingkungan Departemen
pendidikan dan kebudayaan.
p) proyek pendidikan guru. Meliputi pendidikan guru dan pengabdian masyarakat. Rencana
pengujian guru untuk dapat ,melaksanakan kurikulum baru. Tujuan proyek ini adalah memiliki
lembaga pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat yang bersifat In-service maupun pre-
service yang terkoordinasi dalam satu jaringan. Merupakan proyek pengembangan
perkembangan pendidikan guru. Proyek ini menyusun rencana kemudian mengujinya sehingga
guru mampu melaksanakan kurikulum baru.

q) pengembangan sekolah luar biasa( untuk anak cacat). Tujuan proyek adalah pengembangan
sistem pendidikan yang sempurna dan efektif untuk anak-anak cacat. Bantuan di bidang
keahlain, keuangan , dan pengalaman khusus menunjang kegiatan sekolah untuk anak buta,
tuli,cacat mental, cacat jasmani dan anak-anak nakal.

r) pemerataan pendidikan teknologi

pendidikan dan pengembangan kebudayaan merupakan jalan yang ditempuh dalam usaha
mencapai cita-cita dengan cara pemerataan kesempatan dan p[emerataan mutu pendidikan seluas
mungkin bagi masyarakat. Dengan mengunakan media serangkaian acara program yang
disiarkan oleh studio RRI dan radio pemerintah berupa penataran guru, pemanfaatan televise
siaran terbatas atau Closed circuit television (CCTV) dalam pelaksanaan perkuliahan mata kuliah
dasar secara bersama-sama. Mengembangkan media pembelajaran radio, TV, kaset, slide, dan
film serta bahan cetakan.

s) pengunan berbagai media untuk penataran guru

penataran guru dilaksanakan dengan efektif dan efisien sehingga setiap guru mengusai bidang
studi yang diajarkan dan memperoleh keterampilan mengajar dan kompetensi yang diperlukan
dalam profesinya pusat penataran guru tingkat nasional dimaksudkan untuk menatar para pelatih,
sedangkan pusat penataran guru di tingkat daerah menatar semua guru. Dengan mengunakan
media pembelajaran modrn seperti radio, televisi, satelit domestic, percetakan,dan sebagainya.
Proyek ini diorganisasikan oleh Ditjen pendidikan dasar dan menegah bersama BP3K.

pemanfaatan dan pemberdayaan teknologi komunikasi untuk komunikasi pendidikan pengunaan


berbagai media untuk penataran guru

t) proyek pendidikan IPA untuk sekolah lanjutan umum

Tujuan proyek adalah mengatasiu kekurangan-kekurangan agar lulusan SMP dan SMA b akan
memahami pelajaran IPA. Persiapan proyek tahun 1974 dengan pam eran alat-alat IPA yang
terdeteksi 80% diimpor dan 20 % buatan dalam negeri. Pada tahun 1979/1980 proyek
pembakuan sarana pendidikan dan kebudayaan menyusun daftar jenis dan sepesufikasi alat
peraga dan alat praktek IPA. Pada tahgun 1982 diterbitkan buku petunjuk pembuatan dan
pengunaan alat peraga sederrhana IPA.

u) sekolah menengah pertama (SMP) terbuka. SMP terbuka kegiatan belajarnya Di selengarakan
di luar gedung dengan metode tatap muka dan media dan interaksi tatap muka antara guru dan
murid. TUjuan SMP terbunka membuka kesempatan bagi warga masyarakat Indonesia
mendapatkan pelayanan pendidikan tingkat SMP karena tidak mampu melanjutkan SMP formal.
Siswa m,engikuti dan melaksanakan kegitan di tempat mereka masing-masing tatap muka
dengan guru berlangsung 6 jam tiap minggu, selebihnya siswa belajar mandiri.mengunakan
media radio program kaset atau slide. Tujuan pembelajaran SMP terbuka dengan SMP biasa
yaitu agar lulusannya berjiwa pancasila , mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melanjutkan pendidikan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi atau langsung terjun ke
masyarakat, siaran radio, pengawasan orang tua, atau orang tua. Lama pelajaran 6 jam.
v) proyek pengembangan pendidikan guru (P3G). Dimulai tahun 1977 pembinaan dan perbaikan
kualitas pendidikan guru dengan lokakarya , penyediaan sarana prasarana berupa pembangunan
pusat sumber belajar (PSB) berisi pengembangan kurikulum pendidikan guru. Penataran dan
latihan oleh guru dan dosen menerapkan metode cara belajar siswa aktif (CBSA) dan
pengembangan sistem pendidikan guru berdasarkan kemampuan (PGBK).

w) program akta mengajar V.

Ditujukan kepada staf akademik perguruan tinggi untuk memegang jabatan (kenaikan
pangkat)dari III/d ke IV/a. model penyelenggaraan dengan belajar jarak jauh dengan nsistem
paket belajar berupa Modul dan tatap muka dengan metode kuliah , diskusi, buku dan media lain
dengan tata kulih dan praktikum mengajar. Tujuan program ini adalah menghasilkan tenaga
pengajar yang mempunyai wewenang mengajar di perguruan tinggi (Diploma atau Sarjana) serta
menciptakan masyarakat akademik yang ideal di perguruan tinggi.

x) wajib belajar (Wajar)

dimulai tanggal 2 mei 1984 dittapkan oleh presiden Soeharto ssehingga tanggal 3 Mei 1984
serentak 3 kabinet pembangunan IV merencanankan kembali pelaksanaan wajib belajar di tiga
wilayah Indonesia. Mendagri Soepardjo Roestam , menteri agama H. Munawir Sjadzali MA, dan
Men dikbud Prof.Dr. NUgraoho Notosusanto. Gerakan wajib belajar merupakan program 2 juta
anak usia sekolah 7-12 tahun dapat mengenyam dan mecmperoleh pendidikan khususnya ndi
jenjang pendidikan sekolah dasar di SD Reguler, SD kecil, SD PAMONG, kejar paket 4 dan
madrasah ibtidaiyah. y) universitas terbuka(UT).
ketetapan presiden no.41 tahun 1984 tanggal 11 juni 1984 UT bersetatus universitas Negeri
dengan 4 fakultas ( fakultas keguruan dan pendidikan , fakultas ekonomi, fakultas ilmu social,
fakultas politik, fakultas matematika dan pengetahuan alam.

UT memiliki puast penelitian dan pengabdian masyarakat, pusat produksi media pendidikan,
informasi dan pengolahan data, pusat pengolahan penujian dan unit program belajar jarak jauh.
Peresmian Ut dilakukan oleh presiden Suharto di Bima Graha Jakarta pada tanggal 4 September
1984 terdiri atas tiga program yaitu program Diploma, program Akta V, dan Program Sarjana.
Sebagai rector pertama tahun1984 di tunjuk Prof.Dr. Setijadi MA.

4) Pembinaan generasi muda

Pada cabinet pembanguna III ( sejak 31 Maret 1978) dalam lingkungan Departemen Pendidikan
dan kebudayaan diangkat menteri muda urusan pemuda fijabat oleh Doktor Abdul Gafur. Pada
cabinet pembangunan V ditingkatkan menjadi menteri urusan pemuda dan olah raga
(MEMPORA yang masih di jabat Dr. Abdul Gafur.

Pemuda tergabung dalam organisasi-organisasi pemuda, olah raga dan seni budaya. Pada periode
1965-1975 diawalai kelahiran KAMI dan memudarnya ekstitensi PPMI dan MMI yang
organisasinya tergabung dalam KAMI. Lahir pula organisasi-organisasi pemuda pelajar seperti
KAPPI dan KAPI. Dalam penataan struktur dan segi kehidupan bangsa organisasi ini kembali
poada p;ola berfikir lama yang menyebabkan keretakan-keretakan sehingga bersatunya
organisasi kembali pada organisasi induk.

Pada tahun 1973 lahirlah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang terorganisir dalam 3
jalur (TAP MPR NO.III/MPR/1983):
a. jalur SMTP(SMP) dan SMTA(SMA)—organisasi intra sekolah(OSIS).

b. Jalur Kampus(mahasiswa)—organisasi Mahasiswa Intra Universiter.

c. Jalur kemasyarakatan —KNPI, organisasi, mahasiswa ekstra Universiter, organisasi-organisasi


pemuda,pramuka, organisasi-organisasi olahraga, dan lain-lain.

Generasi muda adalah generasipenerus cita-cita perjuangan bangsa , sehingga pemuda


dipersiapkan sehingga menjadi jaminan bagi kelangsungan hidup Negara dan angsa , jaminan
kelestariam pancasila dan undang-undang dasar 1945 serta kesinambungan pembangunan
nasional.

Pendekatan pembinaan pemuda di dekati dengan program-program yang lebih terarah sesuai
dengan GBHN. Melalui beberapa program yaitu:

a) Patriotisme dan idealisme

b) Kepribadian dan budi luhur

c) Kesegaran jasmani dan daya kreasi

d) Ketrampilan dan kepemimmpinan

5) menangkal kenakalan anak atau remaja


Kenakalan anak ( Juvenile Delinqueney) sebagai perbuatan anti social atau perbuatan
pelanggaran terhadap norma masyarakat yang dilakukan oleh anak remaja
(ngebut,pornografi,geng yang brutal,pencuruian, merusak keindahan dan fasilias, sabotase, dan
prilaku yang merugikan orang lain) yang dapat ditangulangi dengan kebijakan –kebijakan
pendidikan dan lainnya yang menyeluruh dan terpadu.

Penyebab kenakalan renaja adalah pengaruh pergaulanatau lingkungan dan kesempatan yang
tersedia. Gejala tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma masyarakat sehingga anak
tidak mampu lagi menghadapi dirinya dalam masyaraka( anak penyendiri karena tidak disukai
teman sehingga mengalami goncangan emosi, mengindarkan tugas sekolah dan rumah sehingga
tidak menyukai pekerjaan tersebut, masalh yang tak terpecahkan,anak yang berprasangka buruk
pada orang tua atauy gurunya, susah konsentrasi, mengalami phobia dan gelisah berlebih , anak
yang suka menyakiti dan mengangu teman ,suka berbohong, anak yang didak dihargai hasil
usahanya sehingga melakukan hal berbahaya untuk mearik perhatian orang).

Keluarga adalah pusat ketenangan dan pendidikan sehingga hubungan antar anggota keluarga
harus harmonis dan saling gotong royong sehingga tercipta ketenangan, kenyamanan, dan
keamanan dalam keluarga.sitem pendidikan mengisyaratkan pada dirinya sebagai proses
sosialisasi anak dalam lingkungan sosialnya . kultur akademik, kritis, dan kreatif serta sportif
membentuk kesetabilan emosi anak sehingga tidak tergoncang dengan akses perbuatan
berbahaya. Kebijakan pendidikan mengatasi kemakalan anak adlahdengan pemberian hukuman
dan ganjaran, penataan siswa dalam kelas, pemberian kesibukan atau bahan belajar siswa,
program remedial, perhatian khusus , kegiatan osis,ekstra kulikuler seperi berkemah , diskusi ,
pelatihan dan lain-lain.

6). Masalah ganja dan narkotika


Masalah narkotika adalh masalah basional; yang harus ditangulangi dengan sunguh-sunguh oleh
pemerintah untuk menjadga keselamatan generasi muda. Langkah yang dilakukan adalah
langkah pencegahan dengan pemberian perhatian dengan nmasalah dan bahaya narkoba.

Presiden suharto menyataka bahwa masalah narkotila dalah masalah yang gawat sehingga
menjadi masalkah presiden. BAKOLAK INPRES NO. 6/1971 sebagian bakin yang memberantas
Narkotika pendidikan dikonsentrasikan pada “ awas terhadap bahaya nrkoba” sehingga di
lakukan pendidikan yang mengarahkan pada generasi muda yang bertmental matang denan
keserasian sikap dan prilaku sehongga dapat melaksanakan pembangunan nasional. Kebijakan
penangkalan, penangkalan,penangulangan terhadap penyalah gunaan narkotika yaitu dengan
usaha mengikut sertakan saeluruh masyarakat (people involvement) yaitu orang tua,guru atau
dosen, hakim, penegak hukum,organisasi pemuda, organisasi wanita,organisasi keagamaan,
petugas rumah sakit ,apoteker , dinas kesehatan rakyat, surat kabar, radio. TV, dan media masa
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai