Bahan pangan atau makanan sering rusak dan terkontaminasi
mikroorganisme apabila dibiarkan begitu saja, salah satu cara pengawetanya yaitu dengan cara pengemasan yang baik dan benar terhadap jenis makanan. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton (Mimi Nurminah. 2002). Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983). Kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari pulp dan bahan lain sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas adalah pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu (Syarif, 1989). Kemasan kertas yang berupa kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertas glasin dan kertas lilin. Wadah- wadah kertas kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak dan box yang terbuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas khusus (Millati, 2010). Kemasan kertas bisa berfungsi sebagai kemasan primer yang kontak langsung dengan produk atau sebagai kemaasan sekunder, tersier bahkan kuartener yang pada pokonya adalah berfungsi melindungi produk dari kerusakan. Densitas kertas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan dengan tebal bahan. Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas. secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya berpengaruh pada saat pencetakan (opasitas cetak). Dalam prosesnya, peranan dan pengaruh filler Kaolin (clay) sangat berpengaruh pada sifat fisik lembaran kertas khususnya rapat massa dan gramatur kertas (karton). Kaolin berfungsi sebagai bahan pengisi antar serat, menambah berat kertas dan menghaluskan kertas (Casey, 1981). Gramatur kertas mempengaruhi semua sifat-sifat kertas. Dalam hal ini yang terpenting adalah membedakan antara variasi yang disebabkan oleh berat atau gramatur dan variasi yang disebabkan oleh perbedaan yang memang ada pada kertas. Pada pengukuran gramatur kertas pengaruh yang mungkin disebabkan oleh kadar air sangat kecil karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu sehingga kandungan air dalam kertas homogen (Casey, 1981). Adanya keragaman dalam gramatur mengindikasikan pada fluktuasi pemakaian bahan baku kertas per satuan luas. Semakin kecil gramatur maka penggunaan bahan baku semakin sedikit, konsumsi energi untuk pengolahan kertas lebih rendah, mengurangi polusi pabrik, biaya penanganan bahan dan produk rendah, efisiensi ruang penyimpanan, memperkecil gulungan atau potongan yang nantinya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembuatan kertas (karton) secara keseluruhan (Joedodibroto,1982). Sifat daya serap air dipengaruhi dipengaruhi oleh sizer dan filler. Sizer akan akan mengubah sifat hidrofilik selulosa menjadi hidrofobik sehingga kemampuan penyerapan airnya akan berkurang. Untuk melindungi kepentingan konsumen juga untuk pengawasan proses dan pengendalian mutu bagi produsen kertas maka diperlukan batas maksimum berat air yang terserap selama 45 detik untuk kertas yang bergramatur 45 g/m2 standart pabrik sebesar 25 g/m2 dengan toleransi maksimum hingga 27 g/m2 (Rochlan, 1990). Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia, menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis, dapat diberi warna dan harganya yang murah (Winarno, 1983). Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas. Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat- sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Winarno, 1983). Berdasarkan bentuk dan keadaan pada suhu ruang dibedakan antara plastik jenis kaca, plastik liat keras, plastik elastis dan plastik kental. Plastik jenis kaca, seperti plastik fenol (PP) adalah sangat getas. Plastik liat keras seperti polivinilklorida (PVC), berciri dapat berubah bentuk jika ada pengaruh gaya yang kuat. Plastik elastis, seperti busa dari poliuretan (PUR), berubah bentuk ketika dibebankan dan berubah bentuk kembali seperti semula jika beban dilepaskan. Plastik kental seperti minyak silicon (SI), adalah masa liat cair yang disebut fluidoplastik. Berdasarkan bentuk makromolekulnya dapat dibedakan antara plastik dengan makromolekul benang dan plastik dengan makromolekul bentuk jarring. Makromolekul bentuk benang dapat bersusun tak bercabang (seperti PVC keras) atau bercabang seperti pada polietilen PE. Didalam plastik, makromolekul dapat tersusun amorf seperti PVC keras atau Kristal-sebagaian seperti PE. Pada struktur amorf letak makromolekul sama sekali tidak berorientasi dan pada struktur Kristal-sebagian molekul-molekul rasaksa tak bercabang itu tersusun sejajar sehingga terjadi Kristal-kristal kecil yang dikelilingi oleh daerah amorf (Kramer, 2009). Bentuk molekul berpengaruh pada bentuk dan enempatan gugus samping sepanjang tulang punggung rantai karbon-karbon yang bercabang. Percabangan tersebut akan menghasilkan kristalin. Plastik yang banyak kristalnya bersifat keras dan kurang fleksibel. Suparno (1993) menguraikan sifat plastik, kristalin, dan amorf sebagai berikut (1) struktur kristalin penyebabnya adalah linear, gugus sa,ping kecil), penyebab kenampakan berkabut karena pembiasan sinar, titik lebur tajam, pengerutan selama pengkristalan, tahan suhu tinggi dan densitas tinggi. Contohnya adalah nilon, propilen, tetraflouroetilen, dan polietilen. (2) struktur amorf penyebabnya adalah percabangan, gugus samping besar, kejernihan tinggi, dan kurang mengerut. Contohnya adalah polistiren, akrilat, PVC dan selulosik. Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu polimerisasi dalam bejana bertekanan tinggi (1000-300 atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dengan bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel. PET adalah hasil kondensasi polimer etilen glikol dan asam treptalat, dan dikenal dengan nama dagang mylar. Jenis plastik ini banyak digunakan dalam laminasi terutama untuk meningkatkan daya tahan kemasan terhadap kikisan dan sobekan sehingga banyak digunakan sebagai kantung-kantung makanan. Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis plastik olefin Polistiren ditemukan pada tahun 1839 oleh E.Simon, tapi secara komersial baru diproduksi di Jerman tahun 1935. Polistiren banyak digunakan untuk kemasan buah-buahan dan sayuran yang memerlukan permeabilitas uap air dan gas yang tinggi. Bentuk lain adalah kopolimer stiren dengan karet butadien (SB), kopolimer stiren dengan akrilonitril (SAN) dan kopolimer akrilonitril butadien stiren (ABS). Bahan pemlastis yang digunakan pada plastik polivinil klorida (PVC) adalah resin (poliester, epoksi) dan non resin (ptalat dan posfat). Digunakan untuk kemasan daging segar, ikan, buah-buahan dan sayuran (Winarno, 1983). Plastisizer (bahan pelembut) adalah bahan organik dengan berat molekul rendah yang ditambahkan pada suatu produk dengan tujuan untuk menurunkan kekakuan dari polimer, sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas polimer (Gontard et al., 1994). Krochta (1994), menyatakan bahwa poliol seperti gliserol adalah plasticizer yang cukup baik untuk mengurangi ikatan hidrogen internal sehingga akan meningkatkan jarak intermolekul. Plasticizer merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam suatu bahan pembentuk film untuk meningkatkan fleksibilitasnya, karena dapat menurunkan gaya intermolekuler sepanjang rantai polimernya, sehingga film akan lentur ketika dibengkokkan (Garcia et al., 1998).