Anda di halaman 1dari 13

II.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata “Extension” yang
dipakai secara meluas dibanyak kalangan. Penyuluhan berasal dari kata dasar “Suluh”
yang berarti pemberi terang ditengah kegelapan. Menurut Zakaria (2006, dalam
Deptan, 2010) penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan nelayan
beserta keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
kemandirian agar mereka mau dan mampu, sanggup berswadaya memperbaiki atau
meningkatkan daya saing usahanya, kesejahteraan sendiri serta masyarakatnya.
Mosher (1997), menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu: sebagai
guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang kebutuhan
perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani.
Kartasapoetra (1994), juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang sangat penting bagi
terwujudnya pembangunan pertanian modern, yaitu pembangunan pertanian berbasis
rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah:
1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh
menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah
kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.
2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada
petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar
dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis.
3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh
berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta
keluarganya.
Komunikasi pembangunan merupakan kegiatan proses komunikasi dalam
penyampaian informasi berupa ide atau gagasan baru kepada masyrakat. Melihat dari
pengertian komunikasi pembangunan dalam prosesnya ada peran-peran komunikasi
pembangunan. Menurut Wilbur Schramm ada tiga peran komunikasi pembangunan
nasional yang paling pokok dibutuhkan masyarakat dan menjadu penyalur suara
masyarakat yaitu :
a. Menginformasikan pembangunan, pembangunan pada pokoknya mengubah
kehidupan pada seluruh lapisan masyarakat, agar masyarakat memusatkan perhatian
pada kebutuhan akan perubahan, memberi kesempatan dan cara mengadakan
perubahan, mengadakan sarana-sarana perubahan dan membangkitkan aspirasi
nasional.
b. Kesempatan berpartisipasi dalam membuat keputusan. Masyarakat diberi
kesempatan untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan
keputusan, memperluas dialog agar semua pihak ikut terlibat dalam membuat
keputusan mengenai perubahan, dan bagi para pemimpin masyarakat untuk bisa
memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil.
c. Mengajarkan ketrampilan, dari cara yang lama ke cara yang tidak sepenuhnya sama
dengan yang dulu karena pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang
lebih baik. (Harun dan Ardianto, 2012).
Komunikasi pembangunan secara konseptual bersumber dari teori komunikasi
dan teori pembangunan yang saling menopang satu sama lain. Teori komunikasi
digunakan untuk menjebatani arus informasi antara pemerintah kepada masyarakat dan
begitu juga sebaliknya. Sedangkan teori pembangunan digunakan sebagai karakteristik
bentuk perubahan secara terarah, dan progresif dari satu kondisi ke kondisi yang lain atau
dari keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Denga kata lain, proses komunikasi pesan-
pesan pembangunan dapat diteruskan dan diterima khalayak untuk tujuan pembangunan
(Dilla, 2007).
Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan
pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai
kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan
pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika
perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama kebijakan
pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama
dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat dengan harga bersaing
di pasar dunia. Pembangunanseperti ini harus berkelanjutan dan seringkali harus
dilakukan dengan cara yang berbeda dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi
penyuluhan pertanian yang efektif sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di
negara yang sedang berkembang (Ilham, 2010).
Dilla (2007), menambahkan pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal
tiga komponen yaitu satu komunikator pembangunan, yakni pemerintah atau masyarakat
yang bertujuan membangun. Kedua pesan pembangunan, yakni ide-ide ataupun program
pembangunan. Dan ketiga komunikasi pembangunan, yakni masyarakat secara luas.
Dengan demikian, usaha-usaha pembangunan seharusnya diwujudkan dengan konsep
pembangunan yang berpusat pada masyarakat. Komunikasi dalam konteks ini harus
berada di depan untuk merubah sikah dan manusia sebagai pemeran utama pembangunan
baik sebagai subjek pembangunan maupun objek pembangunan.
2. Media dalam Komunikasi
Media merupakan alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan
bahan pengajaran. Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu
melalui media cetak, elektronik, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharap dapat merubah perilakunya kearah
positif terhadap dirinya (Notoatmojo, 2007).
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media
pembelajaran, yakni (Rosyari, 2008) :
1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan
2. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar.
3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon responden
4. Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu responden
5. Media pengajaran merupakan perantara dalam proses pembelajaran.
Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam media atau
alat bantu pendidikan didalam pendidikannya. Masing-masing media mempunyai
intensitas yang berbeda-beda dalam mempersepsikan bahan yang diajarkan. Edgar Dale
membagi alat bantu atau media promosi menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan
tingkat intensitas tiap alat-alat tersebut dalam sebuah kerucut. (Notoatmojo, 2007).
Pada dasarnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar
mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada
responden dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah
konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah
dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan
retensi responden terhadap materi pembelajaran (Usman, 2002).
Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara yang
digunakan dalam proses belajar. Tujuan penggunaan media adalah untuk memperjelas
informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan dan
kemampuan sasaran. Salah satu media penyuluhan peternakan yang digunakan adalah
media cetak brosur berupa leaflet dimana media ini berperan sebagai sumber informasi
(Kushartanti, 2001).
3. Leaflet
Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak
untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
Leaflet memiliki keunggulan yaitu dapat disimpan lama, sebagai referensi, dapat
disebarluaskan dan dibaca atau dilihat oleh khalayak, target yang lebih luas
(Padmo, 2000).
Keunggulan dari leaflet adalah sederhana dan sangat murah. Klien dapat
menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai,
informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan teman. Leaflet juga dapat memberikan
detail (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila disampaikan lisan. Klien dan
pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit bersama-sama
(Simnett dan Ewles 1994)
Pesan atau informasi yang hendak dicantumkan dalam leaflet tersebut haruslah
dapat menarik dan memersuasi konsumen. Pembuatan pesan harus memperhatikan isi,
struktur, format, dan sumbernya. Pertama, pada bagian isi, kita harus dapat membuat
isi yang mengandung daya tarik, tema, gagasannya jelas, atau menampilkan hal yang
unik tentang produk kita. Kedua kita harus dapat merancang strktur dan format pesan
dengan baik. Karena penggunaan media yang berbeda akan menyebabkan perbedaan
struktur dan format. Dalam pembuatan leaflet, harus mengetahui dimana harus
meletakkan headline, ilustrasi, dan juga warna. Hal berikutnya yang harus diperhatikan
ialah sumber pesan. Sedapat mungkin, buatlah agar yang menjadi sumber komunikasi
pemasaran kita ialah mereka yang popular, menarik perhatian, dan mudah diingat
(Amir, 2005).
Informasi yang dicantumkan dalam leaflet yang juga harus memiliki nilai
tambah berupa daya tarik. Daya tarik tersebut diantaranya :
1. Daya tarik fungsional: mudah digunakan, siap saji, mudah di buka, cepat,
sederhana.
2. Daya tarik gaya hidup: nyaman modern tradisional, variatif, family oriented,
menghibur, sesuai umur
3. Daya tarik emosional: keselamatan, keamanan, jaminan mutu, stabilitas, menarik,
tenang.
4. Daya tarik nilai: nilai terbaik, pilihan tepat, selektif/eksklusif, harga termurah
(Nicolono, 2004).
Leaflet adalah satu bentuk komunikasi dari organisasi kepada khalayak.
Sebagai salah satu bentuk komunikasi yang sering dipakai dalam komunikasi massa.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam leaflet yaitu :
1. Menyusun suatu uraian yang menyeluruh tetapi singkat dan padat
2. Mengatur supaya terbangkitkan perhatian (attention) pada bagian pembukaan,
terpelihara minat (interest) mulai dari awal sampai akhir, dan terciptakan kesan
(impression) mendalam pada bagian penutup
3. Menggunakan bahasa yang lazim dan umum
4. Menyisipkan ilustrasi ataupun anekdot (Effendi, 2002).
4. Seleksi Minyak Goreng
Seiring dengan perkembangan zaman, maka masalah kesehatan saat ini menjadi
suatu hal yang sangat penting. Sehingga menyebabkan terjadinya pola hidup sehat yang
menimbulkan perubahan pada pola konsumsi pangan dan berimplikasi pada perpindahan
merek minyak goreng yang digunakan (Irvani, 2008).
Dan sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak
yang tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi. Semakin
tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan
minyak goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng
yang lebih baik mutu kesehatannya yaitu minyak goreng kemasan (bermerek), yang pada
umumnya lebih mahal (Amang dkk, 1996).
Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah
tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng kelapa sawit disebabkan
banyaknya manfaat yang diperoleh, seperti mengandung beta karoten atau pro vitamin A
dan E yang dapat berguna untuk menurunkan kolesterol dan menghambat penuaan.
Berbagai kelebihan inilah yang dimanfaatkan oleh para industri minyak goreng dalam
memasarkan produk-produknya (Pratomo, 2008).
Sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak yang
tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi. Semakin tinggi
tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan minyak
goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng yang
lebih baik mutu kesehatannya yaitu minyak goreng bermerek, yang pada umumnya lebih
mahal (Simatupang dan Purwoto, 1996).
5. Sikap
Menurut Allport dalam Sears (2004), sikap adalah keadaan mental dan saraf
dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik
atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya. Kemudian menurut Myers (1996) sebagaimana dikutip oleh Sarwono
(2002) menyatakan bahwa sikap adalah sebuah favourable atau unfavourable evaluasi
reaksi terhadap sesuatu atau seseorang, ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan atau
teruntuk perilaku. Sedangkan menurut Calhoun dan Joan (1995), sikap adalah
sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.
Sikap adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah
seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju
terhadap suatu objek. Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap
berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Selain itu, sikap juga menjelaskan
suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, proses kognitif kepada suatu
aspek. Lebih lanjut, sikap adalah cara kita berpikir, merasa, dan bertindak melalui
aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk (Umar, 2002).
Dari berbagai definisi, Rakhmat (2004) menyimpulkan beberapa hal. Pertama
sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap boleh merupakan benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau
kelompok. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan
sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu; menentukan apa yang ia sukai, diharapkan, diinginkan;
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan
Sherif, 1956 dalam Rakhmat 2004). Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Keempat,
sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau
tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, merupakan hasil belajar
karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Engel et al. (1994) menambahkan sikap dapat dibentuk bahkan tanpa adanya
pengalaman aktual dengan suatu objek. Seperti contoh, sikap produk mungkin
dibentuk bahkan bila pengalaman konsumen dengan produk bersangkutan terbatas
pada apa yang mereka lihat di dalam iklan.
Azwar (2003) menyatakan bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi
sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau
lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
Berikut akan diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut dalam ikut membentuk
sikap manusia :
1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan pesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi terbentuknya sikap.
4. Media Massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Walaupun pengaruh media
massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam
proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya.
Karena itulah, salah satu bentuk informasi sugestif dalam media massa, yaitu iklan
selalu dimanfaatkan dalam dunia usaha guna meningkatkan penjualan atau
memperkenalkan suatu produk baru. Dalam hal ini, informasi dalam iklan selalu
berisi segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektif
yang positif pula. Memang, sebenarnya iklan merupakan suatu bentuk strategi
persuasi dan strategi pembentukan sikap positif terhadap barang yang ditawarkan
yang menjadi objek sikap konsumen.
5. Lembaga Pendidikan Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu
6. Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didadasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Setelah konsumen (ibu rumah tangga) terdedah oleh iklan, maka
sikap mereka terhadap iklan akan muncul yang diiringi sikap terhadap produk.
Penelitian yang dilakukan oleh Burke dan Edell seperti dikutip Jeffres (1997),
menemukan bahwa perasaan yang didapat khalayak dari iklan televisi, mempengaruhi
sikap khalayak terhadap iklan tersebut serta sikap terhadap produk baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sikap terhadap iklan akan mempengaruhi penilaian terhadap
produk yang diiklankan. Jika sikap terhadap iklan negatif , walau iklan tersebut sangat
informatif, maka sikap terhadap produk yang diiklankan akan negatif pula. Dengan
demikian, sikap terhadap iklan kemudian akan mempengaruhi sikap terhadap produk
yang kemudian akan mempengaruhi keputusan untuk membeli produk
6. Ibu Rumah Tangga
Wanita khususnya ibu rumah tangga adalah konsumen potensial yang membeli
begitu banyak barang dan jasa. Suatu survey pola berbelanja yang dilakukan oleh Swa
dan Pacific Rekanprima pada tahun 2001 terhadap 100 ibuibu muda kalangan
menengah atas, yang terdiri atas 50 responden yang bekerja dan 50 responden tidak
bekerja, mengungkapkan bahwa 25 persen responden mengeluarkan lebih dari Rp 12
juta sebulan untuk kebutuhan rumah tangga, 10 persen responden mengeluarkan antara
Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan, dan sisanya sebanyak 65 persen mengeluarkan
antara Rp 2 juta sampai Rp 5 juta per bulan (Sumarwan, 2002).
Chandradhy (1978) juga berpendapat bahwa dalam pasar konsumen Indonesia
maka keluargalah dan khususnya ibu rumah tangga yang banyak melakukan tindakan
pembelian. Setiap anggota keluarga dapat bertindak sebagai pemrakarsa (initiation),
penentu, pembeli atau dapat mempengaruhi suatu keputusan dalam membeli.
Engel et al. (1994) menjelaskan, bahwa terdapat lima peranan dalam keputusan
konsumsi keluarga, yaitu :
1. Penjaga pintu (gatekeeper), yang berperan sebagai inisiator dalam pembelian
produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan.
2. Pemberi pengaruh (influencer), yaitu individu yang opininya dicari sehubungan
dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian produk atau
merek yang paling mungkin cocok dengan kriteria evaluasi itu.
3. Pengambil keputusan (decider), yaitu individu yang berwenang dan/atau berkuasa
dalam keuangan untuk memilih bagaimana uang tersebut akan dibelanjakan serta
produk.
4. Pembeli (buyer), yaitu yang bertindak sebagai agen pembelian, dari mengunjungi
toko, menghubungi penyuplai, hingga membawa produk ke rumah
5. Pemakai (user), yaitu orang yang menggunakan atau mengkonsumsi produk.
Tetapi begitu kita bicara tentang siapa yang pada umumnya melakukan
pembelian dalam suatu rumah tangga, maka peran dan pengaruh ibu rumah tangga
dalam keluarga Indonesia pada umumnya adalah sangat menentukan. Biasanya ibu
rumah tanggalah yang memegang uang dan mengatur pengeluaran. Sesungguhnya ia
merupakan agen pembelian yang utama untuk keluarga. Ibu rumah tangga tidak hanya
menentukan dan membeli sebagian besar barang-barang yang digunakan keluarganya
sehari-hari, tetapi juga barang-barang keperluan suami dan anak-anaknya. Anggota-
anggota lain dari keluarga hanya memainkan peran terbatas sebagai orang yang
mempengaruhi, menyarankan suatu merek barang dan jasa tertentu. Meskipun
demikian, hampir semua pembelian di pasar atau toko terutama dilakukan oleh ibu-ibu
rumah tangga.
Engel et al. (1994) menjelaskan, bahwa keputusan konsumen untuk
mengkonsumsi barang dan jasa mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Pengenalan kebutuhan, konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan
yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan
mengaktifkan proses keputusan
2. Pencarian informasi, konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan
(pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan
dari lingkungan (pencarian eksternal)
3. Evaluasi alternatif, konsumen mengevaluasi berkenaan dengan manfaat yang
diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih
4. Pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang
dapat diterima bila perlu
5. Hasil (pascapembelian), konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang
dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan
B. Kerangka Pikir
Penyampaian pesan tentang minyak goreng dikemas dalam bentuk leaflet. Leaflet
merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan dalam bentuk kalimat,
gambar, maupun gabungan keduanya melalui lembaran yang dilipat. Penelitian ini
mencoba menganalisis efek perlakuan variabel bebas yang diberikan terhadap sikap ibu
rumah tangga tani dalam seleksi minyak goreng. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pemberian leaflet tentang minyak goreng. Variabel tidak bebas berupa perbedaan
sikap antara ibu rumah tangga tani diberi leaflet dan ibu rumah tangga tani tanpa leaflet
terhadap minyak goreng yang baik untuk dikonsumsi.
Subjek penelitian merupakan ibu rumah tangga tani yang akan diberi leaflet dan ibu
rumah tangga tani tanpa diberi leaflet yang berisikan materi tentang minyak goreng.
Subjek penelitian diminta untuk menyimak materi leaflet yang diberikan kemudian diukur
efeknya.
Perbedaan sikap ibu rumah tangga tani yang diberi leaflet dan ibu rumah tangga
tani tanpa leaflet tentang minyak goreng yang baik untuk dikonsumsi merupakan akibat
dari penyimakan terhadap leaflet. Peningkatan sikap ibu rumah tangga tani merupakan
selisih skor sikap ibu rumah tangga tani diberi leaflet pada saat ibu rumah tangga tani
setelah diberi leaflet (postest) dengan skor ibu rumah tangga tani sebelum diberi leaflet
(pretest) dan skor ibu rumah tangga tani tanpa leaflet yaitu selisih skor ibu rumah tangga
tani pada saat postest dengan skor ibu rumah tangga tani pada saat pretest.. Peningkatan
sikap ini akan bervariasi di antara para responden sebagai akibat dari proses komunikasi
melalui sosialisasi tentang minyak goreng yang baik untuk dikonsumsi. Secara rinci
keterkaitan beberapa variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Pentingnya Seleksi Minyak Goreng

Penggunaan Leaflet dalam Seleksi


Minyak Goreng

Sikap Ibu Rumah Tangga Tani

Ibu Rumah Tangga Tani A (diberi Sikap Awal Ibu Rumah Tangga Tani B (tidak diberi
leaflet) leaflet (kontrol))

Sikap awal ibu rumah tangga tani Sikap awal ibu rumah tangga tani
tentang minyak goreng sebelum tentang minyak goreng (tidak diberi
diberi leaflet (Pretest) leaflet) (Pretest)

Pemberian Leaflet mengenai minyak Sikap Akhir Tidak di beri leaflet (Kontrol)
goreng

Sikap akhir ibu rumah tangga tani Sikap akhir ibu rumah tangga tani
setelah diberi leaflet (Postest) tanpa diberi leaflet (Postest)

Skor postest dan pretest Skor postest dan pretest

Hasil Perbandingan Skor pretest dan postest ibu rumah tangga


tano diberi leaflet dengan skor pretest dan postest ibu rumah
tangga tani tanpa leaflet

Positif Negatif

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Pengaruh Penggunaan Leaflet Terhadap


Peningkatan Sikap Ibu Rumah Tangga Tani dalam Seleksi Minyak Goreng di Kecamatan
Cawas, Kabupaten Klaten
C. Hipotesis
H0: Terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap ibu rumah tangga tani diberi leaflet
dengan sikap ibu rumah tangga tani tanpa leaflet dalam memilih minyak goreng di
Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten
H1: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap ibu rumah tangga tani diberi
leaflet dengan sikap ibu rumah tangga tani tanpa leaflet dalam memilih minyak
goreng di Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional
a. Seleksi minyak goreng adalah proses atau kegiatan yang dilakukan untuk memilih
atau menggunakan minyak goreng yang baik untuk dikonsumsi dalam kehidupan
sehari-hari dikalangan ibu rumah tangga tani.
b. Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk kalimat, gambar, maupun gabungan keduanya melalui lembaran yang
dilipat berisi materi mengenai minyak goreng yang baik untuk di konsumsi untuk
menentukan sikap ibu rumah tangga tani dalam seleksi minyak goreng di Kecamatan
Cawas Kabupaten Klaten.
c. Ibu rumah tangga tani adalah wanita dalam keluarga tani yang mengelola keuangan
dalam lingkungan keluarga rumah tangga tani di Kecamatan Cawas, Kabupaten
Klaten.
d. Pretest adalah sejumlah pertanyaan tentang minyak goreng untuk mengetahui sikap
awal ibu rumah tangga tani.
e. Postest adalah sejumlah sejumlah pertanyaan tentang minyak goreng untuk
mengetahui sikap akhir ibu rumah tangga tani.
f. Sikap awal ibu rumah tangga tani adalah ekspresi perasaan (inner feeling) mengenai
pengetahuan ibu rumah tangga tani dalam menggunakan minyak goreng di
Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.
g. Peningkatan Sikap ibu rumah tangga tani adalah meningkatnya sikap ibu rumah
tangga tani akibat intervensi leaflet tentang minyak goreng yang diukur dengan
selisih antara skor pretest dan posttest yang diberikan kepada ibu rumah tangga tani.
h. Sikap akhir ibu rumah tangga tani adalah ekspresi perasaan mengenai pengetahuan
ibu rumah tangga tani yang diberi leaflet tentang minyak goreng dan ibu rumah
tangga tani tidak diberi leaflet tentang minyak goreng di Kecamatan Cawas,
Kabupaten Klaten.
2. Pengukuran Variabel
Sikap diukur dengan menggunakan skala likert melalui pertanyaan-pertanyaan
mengenai minyak goreng. Pernyataan responden dilihat melalui pilihan jawaban
menggunakan skala Likert yang terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Skor yang diberikan dari pernyataan tersebut adalah:
- Sangat setuju :5
- Setuju :4
- Ragu-ragu :3
- Tidak setuju :2
- Sangat tidak setuju :1
Pemberian skor untuk pernyataan sikap memiliki arti bahwa:
1) Sikap sangat positif dengan skor 5, apabila ibu rumah tangga tani memiliki
pengetahuan, memberikan tanggapan, dan kecenderungan perilaku yang sangat
setuju/sangat mendukung terhadap seleksi minyak goreng.
2) Sikap positif dengan skor 4, apabila ibu rumah tangga tani memiliki pengetahuan,
memberikan tanggapan, dan kecenderungan perilaku yang setuju/mendukung
terhadap tujuan, pelaksanaan, dan hasil dari seleksi minyak goreng.
3) Sikap netral dengan skor 3, apabila ibu rumah tangga tani memiliki pengetahuan,
memberikan tanggapan, dan kecenderungan perilaku yang ragu-ragu terhadap
tujuan, pelaksanaan, dan hasil dari seleksi minyak goreng.
4) Sikap negatif dengan skor 2, apabila ibu rumah tangga tani memiliki pengetahuan,
memberikan tanggapan, dan kecenderungan perilaku yang tidak setuju/tidak
mendukung terhadap tujuan, pelaksanaan, dan hasil dari seleksi minyak goreng.
5) Sikap sangat negatif dengan skor 1, apabila ibu rumah tangga tani memiliki
pengetahuan, memberikan tanggapan, dan kecenderungan perilaku yang sangat
tidak setuju/sangat tidak mendukung terhadap tujuan, pelaksanaan, dan hasil dari
seleksi minyak goreng.

Anda mungkin juga menyukai

  • SPMK DUPAK Ayu
    SPMK DUPAK Ayu
    Dokumen14 halaman
    SPMK DUPAK Ayu
    ekaayuparamita
    Belum ada peringkat
  • Denah Amng TM
    Denah Amng TM
    Dokumen8 halaman
    Denah Amng TM
    ekaayuparamita
    Belum ada peringkat
  • SIPB
    SIPB
    Dokumen27 halaman
    SIPB
    ekaayuparamita
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Acuan p2bb
    Kerangka Acuan p2bb
    Dokumen11 halaman
    Kerangka Acuan p2bb
    ekaayuparamita
    Belum ada peringkat
  • BPJS
    BPJS
    Dokumen1 halaman
    BPJS
    ekaayuparamita
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Konsep
    Bab Iv Konsep
    Dokumen44 halaman
    Bab Iv Konsep
    ekaayuparamita
    Belum ada peringkat