Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK DENGAN NANDA, NOC, NIC

Diposkan oleh Rizki Kurniadi, Amd.Kep

I. PENGERTIAN
Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer metastasik yang terjadi didalam otak dan
stuktur penyokong.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalan tengkorak. Tumor
selalu tumbuh sebagai sebuah massa berbentuk bola juga dapat menyebar kejaringan.

II. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologi progresif, gejala gejalanya terjadi berurutan. Gangguan pada tumor otak
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Disfungsi paling besar pada tumor yang tumbuh paling cepat misalnya
glioblastoma multiple.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskulai primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh :
 Bertambahnya massa dalam tengkorak.
 Terbentuknya edema sekitar tumor
 Perubahan cirkulasi cairan serebrospinal.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat. Peningkatan TIK apabila tidak diobati akan menyebabkan herniasi
unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila garis medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga. Pada herniasi serebelum tonsil serebelum tergeser kebawah melalui magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang
cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik dan gangguan pernafasan.

III. MANIFESTASI KLINIS


Lokasi tumor didalam SSP dan perilaku biologinya menentukan penyajian neurologi pasien. Bila tumor tumbuh lambat
dalam daerah otak yang tenang secara neurofisiologi atau dalam kavitas intraventrikularis, mula-mula tumor membberikan gejala
non fokal disertai nyeri kepala, mual, muntah, perubahan personalitas atau perubahan dalam tingkat kesadaran akibat
peningkatan TIK , terutama dalam masa kanak-kanak, karena peningkatan timbulnya neoplasma infratentorium daripada tumor
dalam serebrum, cenderung menyumbat sistem ventrikulus dengan akibatnya hidrocefalus, iritabilitas atau letargi. Sebaliknya
tumor yang melibatkan daerah bicara atau lajur motorik korteks bisa tampil dengan kelemahan unilateral atau disfasia, lama
sebelum ada peningkatan umum dalam TIK. Tergantung pada lokasi tumor, kelainan klinis lain bisa ada dan mencakup kelainan
endokrin yang menyertai tumor hipofisis dan hipotalamus, tuli menyertai tumor angulus serebelopoitin, ataksia menyertai tumor
serebelum dan defisit penglihatan menyertai tumor yang melibatkan nerves optikus. Sering anamnese dan gambaran klinis yang
berhubungan dengan usia pasien, memberikan para klinikus diagnosis banding terbatas yang layak.

IV. TANDA DAN GEJALA BERDASARKAN LOKASI :


1. Lobus Frontalis :
a. Respon afektif tidak tepat: mudah lupa.
b. Kurang perhatian : kehilangan minat sosial
c. Penilaian kurang
d.Gangguan pengendalian spingter
e e. Kejang motorik fokal
f.Sakit kepala.
2. Lobus Temporalis
a. Kehilangan memori terbaru.
b.Venomena visual
c. Gangguan auditorius
d. Kejang psikomotor
e. Halusinasi olfaktorius atau gustatorius
f. Afasia sensori
3. Lobus oksipitalis
a.Gangguan visual
b.Kebutaan sentral
c. Kebutaan kortikal atau guastorius
d.Halusinasi visual
4. Serebelum
a. Tak terkoordinasi : ataksia
b. Kehilangan keseimbangan
c. Mual muntah
d. Vertigo
5. Lobus parietalis
a. Kehilangan sensoris
b. Apraksia
c. Gangguan persepsi tubuh.
Berdasarkan tipe :
1. Gliomas :
a. Terjadi pada hemisfer cerebral
b. Sakit kepala
c. Muntah
d. Perubahan kepribadian : peka rangsang, apatis
2. Neuroma Akustik
a. Vertigo
b. Ataksia
c. Parestesia dan kelemahan wajah (saraf kranial V, VII).
d. Kehilangan refleks kornea
e. Penurunan sensitifitas terhadap sentuhan (saraf kranial V, XI)
. Kehilangan pendengaran unilateral
3. Meningioma
a. Kejang
b. Eksoftalmus unilateral
c. Palsi otot ekstraokuler
d. Gangguan pandangan
e. Gangguan Olfaktorius
. Paresis
4. Adenoma hipofisis
a. Akromegali
b. Hipopituitari
c. Sindrom Cushing
d. Wanita : amenorea, sterilisasi
e. Pria : kehilangan libido, impotensi
. Gangguan penglihatan
g. DM
h. Hipotiroid
. Hipoadrenalin
. Diabetes insipidus
k. IADH

V. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL


1. Herniasi
2. Peningkatan Tekanan Darah
3. Kejang
4. Defisit Neurologis
5. Peningkatan TK
6. Perubahan fungsi pernafasan
7. Perubahan dalam kesadaran
8. Perubahan kepribadian

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan fisik dan neurologis
2. Pemeriksaan lapang pandang
3. MRI
4. Pemeriksaan sinar X kepala
5. Fungsi Lumbal
6. EEG
7. Echoencepalografi
8. CT Scan
9. Angiografi cerebral
10. Glukosa

VII. PENATALAKSANAAN
Tumor otak yang tidak diobati menunjukkan arah kematian, salah satu akibat dari peningkatan TIK atau kerusakan otak
yang disebabkan tumor. Pasien tumor otak harus dievaluasi dan diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan
neurologis.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor, salah satu variasi pengobatan dapat
digunakan pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasi dan kemungkinan untuk dicapai dengan mudah. Kombinasi
ini dapat digunakan sebagai modal.
1. Pendekatan Pembedahan Konvensional ( Kraniotomi)
Pendekatan ini digunakan untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik, astrositoma kistik pada serebelum, kista
koloid pada ventrikel ketiga, tumor konginetal (kista dermoit, glanuloma). Untuk pasien –psien dengan glioma maligna,
pengangkatan tumor secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal dengan tindakan yang
mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nekrotik, dan mengurangi bagian yang besar dari tumor.
2. Pendekatan Stereotaktik.
Dapat digunakan Laser dan radiasi, radioisotop (131I) dapat ditempelkan langsung kedalam tumor untuk menghasilkan dosis
tinggi pada radiasi tumor (brakhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak disekitarnya.
3. Penggunaan Pisau Gamma U/ bedah Radio.
Untuk tumor yang tidak dapat dimasukkan obat, tindakan tersebut sering dilakukan sendiri. Keuntungan metode ini : tidak
membutuhkan insisi pembedahan, kerugiannya : waktu lambat diantara pengobatan dan hasil yang diharapkan.
4. Kemoterapi dan Radiasi Eksternal.
Hal ini bisa digunakan dengan satu model atau kombinasi. Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor
otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.

CRANIOTOMY

VIII. PENGERTIAN
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau pengangkatan pertumbuhan atau abnormalitas didalam kranium ;
terdiri atas pengangkatan dan penggantian tulang tengkorak untuk memberikan pencapaian pada struktur intrakranial.
Craniotomy adalah pengangkatan bagian dari tulang tengkorak termasuk melakukan pembuatan lubang dengan bor.

IX. POTENSIAL KOMPLIKASI :


1.Aktivitas kejang
2.Peningkatan TIK
3.Hemoragi
4.Disritmia jantung
5.Tromboplebitis
6.Sindrom distres pernafasan dewasa.

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PK : Perdarahan
2. PK : TIK
3. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
4. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, adanya luka operasi
5. Perfusi cerebral tidak efektif b/d edema serebral, penyumbatan aliran darah
6. Sindrom defisit self care b/d kelemahan
7. Cemas b/d ancaman biologis, kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya.

RENPRA TUMOR OTAK

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 PK: TIK Setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK,
askep …. jam kaji hal berikut :
perawat akan o Responmmembuka mata, respon motorik dan
mengatasi dan atau verbal
mengurangi o Kaji perubahan v/s
episode dari o Kaji respon pupil
peningkatan TIK. o Catat adanya muntah, sakit kepala,
perubahan tersebunyi (mis; letargi, gelisah,
perubahan mental)
 Tinggikan kepala 30-400 kecuali
dikontraindikasikan.
 Hindarkan situasi atau manuever yang dapat
meningkatkan TIK (massage karotis, fleksi /
rotasi leher berlebihan, stimulasi panas
dingin, menahan nafas, mengejan, perubahan
posisi yang cepat).
 Ajarkan klien untuk ekspirasi selama
perubahan posisi
 kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapinya dan pelunak feses jka diperlukan
 antau AGD
 Pantau status hidrasi (balance cairan).
 berikan lingkungan yang tenang.

2 PK: Setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala perdarahan


Perdarahan askep ….. jam Monitor V/S
perawat akan Pantau laborat Hb, HMT. AT
menangani atau kolaborasi untuk tranfusi bila terjadi
mengurangi perdarahan (hb < 10 gr%)
komplikasi  Kolaborasi dengan dokter untuk terapinya
daripada  Pantau daerah yang dilakukan operasi
perdarahan
3 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
b/d agen Asuhan  Kaji tingkat nyeri secara komprehensif
injuri fisik keperawatan …. termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
jamtingkat frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
kenyamanan  Observasi reaksi nonverbal dari
klien meningkat, ketidaknyamanan.
dengan KH:  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
 klien dapat mengetahui pengalaman nyeri klien
melaporkan nyeri sebelumnya.
berkurang level  Kontrol faktor lingkungan yang
nyeri pada scala 2- mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
3, pencahayaan, kebisingan.
 klien menyatakan Kurangi faktor presipitasi nyeri.
kenyamanan fisik Pilih dan lakukan penanganan nyeri
dan psikologis (farmakologis/non farmakologis)..
 ekspresi wajah Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
rileks dan dapat distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
istirahat, tidur  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 V/S dbn  Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
 Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
 Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.
 Cek program pemberian analogetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
 Cek riwayat alergi..
 Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
 Monitor TV
 Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
 Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.

4 Risiko Setelah dilakukan Kontrol infeksi :


infeksi b/d asuhan  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
imunitas keperawatan …. lain.
tubuh jam tidak  Pertahankan teknik isolasi.
menurun, terdapat faktor  Batasi pengunjung bila perlu.
prosedur risiko infeksi pada  Intruksikan kepada keluarga dan pengunjung
invasive, klien dengan KH: untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
adanya luka  status imune klien sesudahnya.
adekuat  Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci
 tdk ada tanda tangan.
infeksi  Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
 AL dbn tindakan keperawatan.
 V/S dbn  Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat
pelindung.
 Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
 Lakukan perawatan luka dan dresing infus
dan kateter/ hari
 Tingkatkan intake nutrisi dan cairan yang
adekuat
 Berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi


 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal.
 Monitor hitung granulosit dan WBC.
 Monitor kerentanan terhadap infeksi..
 Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan.
 Pertahankan teknik isolasi bila perlu.
 Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
 Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
 Ambil kultur, dan laporkan bila hasil positip
 Dorong masukan nutrisi dan cairan yang
adekuat.
 Dorong istirahat yang cukup.
 Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
 Instruksikan klien untuk minum antibiotik
sesuai program.
 Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi.
 Laporkan kecurigaan infeksi.
5 Perfusi Setelah dilakukan Monitoring tekanan intrakranium:
cerebral tidak asuhan  monitor tekanan perfusi serebral
efektif keperawatan ….  Monotor balance cairan
b/d edema jam klien  Catat respon pasien terhadap stmulasi
serebral, menunjukan status  Berikan informasi kepada keluarga
penyumbatan cirkulasi dan  monitor respon neurology terhadap aktivitas
aliran darah tissue perfustion  monitor drainase jika perlu
cerebral
 posisikan pasien kepala lebih tinggi dari
membaikdengan
badan (30-40 derajat)
KH:
 minimalkan stimulasi dari luar.
 TD dalam
 monitor v/s
rentang normal
(120/80 mmHg)  monitor tanda-tanda TIK
 Tidak ada tanda  monitor adanya parese
peningkatan TIK  batasi gerakan leher dan kepala
 Klien mampu  monitor adanya tromboplebitis
bicara dengan  diskusikan mengenahi perubahan sensasi.
jelas,
menunjukkan
konsentrasi,
perhatian dan
orientasi baik
 Funsi sensori
motorik cranial
utuh : kesadaran
membaik (GCS
15, tidak ada
gerakan
involunter)
6 Sindrom Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
defisit self asuhan  Monitor kemampuan pasien terhadap
care b/d keperawatan …. perawatan diri
kelemahan jam klien mampu Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
Perawatan diri: berpakaian, toileting dan makan
Activity Daly Beri bantuan sampai klien mempunyai
Living (ADL) kemapuan untuk merawat diri
dengan KH :  Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
 Pasien dapat Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
melakukan sehari-hari sesuai kemampuannya
aktivitas sehari- Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
hari (makan, rutin
berpakaian,  Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi
kebersihan, kebutuhan sehari-hari.
toileting,
 Berikan reinforcement atas usaha yang
ambulasi)
dilakukan dalam melakukan perawatan diri
 Kebersihan diri sehari hari.
pasien terpenuhi
7 Cemas b/d Setelah dilakukan Penurunan Kecemasan
ancaman asuhan  Bina hubungan saling percaya
biologis, keperawatan ….  Gunakan pendekatan yang menenangkan
kurang jam klien mampu klien
pengetahuan mengontrol cemas  Jelaskan emua prosedur dan apa yang
tentang Dengan KH : dirasakan selama prosedur
penyakit dan Klien  Temani pasien dan libatkan keluarga untuk
perawatannya mengatakan cemas memberikan keamanan dan rasa takut
berkurang  Berikan informasi tentang penyakit dan
 Monitor intensitas perawatannya pada keluarga / klien
kecemasan  Dengarkan keluhan klien
 Pasien rileks dan  Identifikasi tingkat kecemasan klien
tengang serta bisa  Bantu Klien mengenal situasi yang
istirahat dan tidur menimbulkan kecemasan
 Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
 Ajarkan dan anjurkan klien untuk relaksasi
 Kolaborasi pemberian obat ubtuk
mengurangi kecemasan

Anda mungkin juga menyukai