KIMIA FARMASI
“TITIK EUTEKTIKUM”
OLEH :
Titik eutektikum merupakan titik dimana terjadi percampuran dispersi padat yang
memiliki suhu lebur paling rendah yang dimana terjadi kesetimbangan antara fase
padat dan fase cair. Besarnya titik lebur suatu zat padat dipengaruhi oleh bentuk dan
sifat ikatan atom-atom. Dalam bidang farmasi, suatu senyawa obat murni dapat
ditentukan kemurniannya salah satunya dengan jalan penentuan titik leburnya.
Pada perbobaan kali ini hal yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan, kemudian di timbang asam salisilat dan mentol dengan perbandingan
(0,05:0 ; 0,03:0,02 ; 0,02:0,03 ; 0:0,05) kemudian di masukkan kedalam pipa kapiler
dengan cara di totolkan.
Sebelum dilakukan penotolan, terlebih dahulu asam salisilat dan mentol digerus,
sebab penurunan titik lebur tidak hanya disebabkan oleh zat padat saja, tetapi juga
disebabkan oleh besar dan banyaknya kristal. Setelah digerus maka luas permukaan
akan bertambah dan lebih mudah menyerap panas.
Kemudian pipa kapiler diikat pada termometer dan dimasukkan kedalam labu
tile yang telah berisi parafin cair setelah itu dipanaskan dengan menggunakan spiritus
yang dilakukan dibagian segitiga dari labu tile dimaksudkan agar lebih mudah terjadi
aliran panas sehingga suhu dalam labu tile lebih merata.
Alasan digunakannya parafin cair sebagai medium penghantar panas adalah
karena titik didihnya yang tinggi sehingga tidak akan mendidih/menguap sampai
tercapai suhu lebur dari sampel. Apabila medium penghantar panas mendidih maka
akan terjadi floating yang akan mengganggu dan bisa saja medium penghantar akan
menguap habis sebelum tercapai suhu lebur dari sampel.
Dari hasil pengukuran didapatkan suhu lebur dari asam salisilat : mentol adalah
(0,05:0 = >100o C, 0:0,05 = 41o C) dan suhu lebur dari asam salisilat : mhentol adalah
(0,03:0,02 = >100o C, 0,2:0,03 = 78o C). Dimana hasil ini sesuai secara teoritis yang
mana titik lebur asam salisilat yaitu 158,5-161 o C dan mentol 41-44o C (FI Edisi III,
1979).
Untuk perbandingan sampel no.2 asam salisilat : mentol (0,03:0,02) suhu
leburnya >100o C dan untuk sampel no.3 asam salisilat : mentol (0,02:0,03) suhu
leburnya 78o C tidak lebih dari suhu lebur asam salisilat. Data ini membuktikan bahwa
semakin banyak konsentrasi asam salisilat maka semakin tinggi titik eutektikumnya
dan apabila semakin banyak konsentrasi mentol maka semakin rendah titik
eutektikumnya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Dari hasil praktikkum dapat diketahui titik lebur dari asam salisilat yaitu >100 o C
dan titik lebur dari mentol 41 o C. Dimana hasil ini sesuai secara teoritis yang
mana titik lebur asam salisilat yaitu 158,5-161 o C dan mentol 41-44o C.
2. Suatu bahan yang dapat ditentukan titik eutektikumnya yang berbentuk padat
atau kristal dan titik leburnya berbeda jauh.
3. Titik eutektikum digunakan untuk menentukan kemurnian zuatu zat.
V.2 Saran
Diharapkan kepada asisten agar selalu mendampingi praktikannya pada saat
praktikum berlangsung agar praktikan lebih memahami prosedur kerjanya dan untuk
mencegah kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA