Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKPATUHAN KONTROL

PENDERITA HIPERTENSI

I Ketut Gama
I Wayan Sarmadi
IGA Harini
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email : gama_bali@yahoo.co.id

Abstract: Factors causing disobedience to control patients hipertensi. The purpose


of this study was to determine the factors that lead to non-compliance control
hypertension. This research is a survey research with cross sectional approach. The
sampling technique used in this study is a probability sampling, namely the simple
random sampling technique. The results showed that of 64 respondents surveyed, a
majority of respondents with more than 60 years as many as 30 respondents (47%), a
total of 48 respondents (75%) most likely to be male, the majority of respondents 27
school education (42% ), whereas 40 (63%) mostly worked as a farmer. Of the 64
respondents surveyed, most of the 40 people (63%) of respondents offense for
controlling factor comprehension instruction.

Abstrak: Faktor penyebab ketidak patuhan kontrol penderita hipertensi. Tujuan


dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan
kontrol penderita hipertensi. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei, dengan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah probability sampling, yaitu teknik simple random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan, dari 64 orang responden yang diteliti, mayoritas responden berusia
lebih dari 60 tahun sebanyak 30 orang responden (47%), sebanyak 48 orang
responden (75%) sebagian besar berjenis kelamin pria, responden pendidikan
sebagian besar 27 orang responden tidak sekolah (42%), sedangkan 40 orang
responden (63%) sebagian besar bekerja sebagai petani. sebagian besar dari 40 orang
responden (63%) faktor penyebab ketidakpatuhan kontrol karena faktor pemahaman
instruksi.

Kata kunci: faktor penyebab, ketidak patuhan, kontrol, hipertensi

Upaya kesehatan adalah setiap kerugian ekonomi yang besar bagi negara,
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan dan setiap upaya peningkatan derajat
yang dilakukan secara terpadu, terintregasi kesehatan masyarakat juga berarti
dan berkesinambungan untuk memelihara investasi bagi pembangunan negara
dan meningkatkan derajat kesehatan (Depkes RI, 2009).
masyarakat dalam bentuk pencegahan Setiap kegiatan dalam upaya untuk
penyakit, peningkatan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan masyarakat yang setinggi-
kesehatan oleh pemerintah dan/atau tingginya ini, dilaksanakan berdasarkan
masyarakat. Dalam hal ini terlihat jelas prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan
bahwa pentingnya pemeliharaan dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, sumber daya manusia Indonesia, serta
dimana setiap hal yang menyebabkan peningkatan ketahanan dan daya saing
terjadinya gangguan kesehatan pada bangsa bagi pembangunan nasional. Maka
masyarakat Indonesia akan menimbulkan daripada itu, setiap upaya pembangunan
harus dilandasi dengan wawasan kesehatan khususnya akibat dari peningkatan tekanan
dalam arti pembangunan nasional harus darah. Hal ini dapat dijelaskan, dimana
memperhatikan kesehatan masyarakat dan dimulai dengan atherosclerosis, gangguan
merupakan tanggung jawab semua pihak struktur anatomi pembuluh darah perifer
baik pemerintah maupun masyarakat yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh
(Depkes RI, 2009). darah. Kekakuan pembuluh darah disertai
Hipertensi adalah keadaan peningkatan dengan penyempitan dan kemungkinan
tekanan darah yang memberi gejala, yang pembesaran plaque yang menghambat
akan berkelanjutan pada organ target, gangguan peredaran darah perifer.
seperti stroke (untuk otak) (Depkes RI, Kekakuan dan kelambanan aliran darah
2009). Makin tinggi tekanan darah, maka menyebabakan beban jantung bertambah
makin keras jantung harus bekerja untuk berat yang akhirnya dikompensasi dengan
tetap memompa melawan hambatan. peningkatan upaya pemompaan jantung
Karena beban berlebihan yang yang memberikan gambaran peningkatan
diletakannya pada arteri, tekanan darah tekanan darah dalam sirkulasi (Wiwik,
tinggi dapat mempercepat pelapukan dan 2011).
kerusakannya, terutama pada organ-organ Hipertensi adalah faktor resiko Stroke
yang dituju, yakni otak. Oleh karena itu, yang utama disamping merokok dan
hipertensi yang tidak di obati sering riwayat penyakit jantung, sebanyak 70%
mengakibatkan stroke yang berbahaya. dari pasien stroke memiliki hipertensi
Stroke yang fatal mempunyai peluang dua (Depkes RI, 2009). Dengan demikian
kali lebih besar pada orang yang menderita kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat
hipertensi yang tidak diobati dibandingkan dikatakan sebagai pengobatan seumur
pada mereka yang memiliki tekanan darah hidup bilamana ingin dihindari terjadinya
normal di usia yang sama. Beberapa komplikasi yang tidak baik, (Depkes RI,
penyebab hipertensi dikarenakan asupan 2009).
makanan yang tinggi sodium, stress Data Global Status Report on
psikilogi, kegelisahan dan hiperaktivitas. Noncommunicbel Disesases menyebutkan,
Sekitar 20% dari semua orang dewasa 40% Negara ekonomi berkembang
menderita hipertensi dan menurut statistik memiliki penderita hipertensi, sedangkan
angka ini terus meningkat. Sekitar 40% Negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika
dari semua kematian dibawah usia 65 memegang posisi puncakpenderita
tahun adalah akibat hipertensi (Wiwik, hipertensi sebanyak 46 %. Sementara
2011). kawasan Amerika menempati posisi
Tingkat kepatuhan penderita hipertensi dengan 35%. Kawasan Asia Tenggara,
di Indonesia untuk berobat dan kontrol 36% orang dewasa menderita hipertensi.
cukup rendah. Tingkat kepatuhan Untuk kawasan Asia penyakit ini telah
penderita hipertensi tidak sampai 50 membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
persen. Semakin lama seseorang menderita Hal ini menandakan satu dari tiga orang
hipertensi maka tingkat kepatuhannya menderita hipertensi, (WHO, 2010).
makin rendah. Tekanan darah sangat Data yang diperoleh di Dinas
berpengaruh terhadap kejadian Stroke Kesehatan Provinsi Bali, pada tahun 2011
sebagai akibat dari peningkatan tekanan penderita Hipertensi sebanyak 17.095
darah yang tidak terkontrol. Penelitian orang atau 39% yang kontrol, tahun
ekologi menyatakan bahwa garam dan 2012 sebanyak 18.624 orang atau 37 %
tekanan darah merupakan dua hal yang yang kontrol . Sedangkan penderita tahun
sangat berhubungan. Selain itu, dari 2013 sebanyak 20.505 orang atau 40%
penelitian observasional, berat badan dan yang kontrol, ( Dinkes Prov Bali, 2013).
tekanan darah juga sangat berpengaruh Sedangkan data yang diperoleh di
terhadap tingkat kejadian Stroke, Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, pada
tahun 2011 penderita Hipertensi sebanyak komplikasi akibat dari hipertensi seperti
13.102 orang atau 38% yang kontrol, gagal ginjal, stroke dan
tahun 2012 sebanyak 16.845 orang atau sebagainya,(Depkes RI, 2009). Tujuan
32 % yang kontrol, Sedangkan penderita Penelitian ini untuk mengetahui faktor
tahun 2013 sebanyak 18.023 orang atau faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan
30% yang kontrol, (Dinkes Kab.Gianyar, kontrol penderita hipertensi di wilayah
2013). Berdasarkan laporan tiga tahun kerja Puskesmas Payangan tahun 2014.
terakhir Dinas Kesehatan Kabupaten METODE
Gianyar untuk ketidakpatuhan kontrol Jenis penelitaian ini adalah penelitian
penderita hipertensi dari 13 Puskesmas survey, dengan model pendekatan
hanya Puskesmas Payangan yang memiliki subyeknya adalah cross sectional. Waktu
tingkat ketidakpatuhan kontrol yang cukup penelitian dilakukan dua bulan yaitu bulan
tinggi, bila dibandingkan 12 Puskesmas Mei sampai bulan Juni 2014. Teknik
lainnya yang ada di Kabupaten Gianyar. sampling yang digunakan adalah
Sedangkan data yang diperoleh di probability sampling, yaitu teknik simple
Puskesmas Payangan, kunjungan penderita random sampling. Instrumen pengumpulan
Hipertensi selama tiga tahun terakhir, yaitu data yang digunakan berupa kuesioner
tahun 2011 sebanyak 742 orang atau 3,37 yang dirancang sendiri oleh peneliti.
% yang kontrol, tahun 2012 sebanyak 679 Lembar kuesioner terdiri dari dua bagian
orang atau 32,84% yang kontrol, yaitu karakteristik responden yang
sedangkan tahun 2013, sebanyak 638 meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
orang hipertensi atau 28,99% yang kontrol, dan pekerjaan penderita hipertensi, dan
(Puskesmas Payangan, 2013). Uraian data lembar kuesioner tentang ketidakpatuhan
tersebut di atas memperlihatkan dimana kontrol penderita hipertensi.
terjadi penurunan kunjungan penderita Lembar kuesioner ketidakpatuhan
hipertensi ke Puskesmas. kontrol penderita hipertensi terdiri dari 30
Hasil observasi peneliti terhadap pernyataan, setiap item pernyataan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas kuesioner menggunakan pertanyaan
Payangan 55 % yang memiliki gaya hidup tertutup dengan skala Guttman yaitu
seperti merokok, minum minuman memberikan pernyataan mengenai ya atau
beralkohol disamping sebagai alasan tidak dilakukan terhadap suatu hal.
keakraban hubungan sosial, juga sebagai Apabila pertanyaan dijawab ya, akan
penyaluran akan emosional dan mendapat skor 1, dan apabila dijawab
mengilangkan kelelahan akibat pekerjaan. tidak, akan mendapat skor 0. Untuk
Pola hidup demikian merupakan faktor menentukan faktor dominan penyebab
pencetus terjadinya hipertensi,(Depkes RI, ketidakpatuhan kontrol penderita
2009). hipertensi, adalah prosentase terbesar dari
Program Puskesmas terkait dengan hasil olahan data ke tiga faktor yaitu,
himbauan/penyuluhan kunjungan pemahaman tentang instruksi, kualitas
kembali penderita hipertensi untuk instruksi dan isolasi sosial dan keluarga.
memeriksakan diri dalam bentuk Penelitian ini menggunakan analisis
penyuluhan baru bisa terlaksana 6 x/tahun univariate, hasil akhir data akan
dari 12 x/tahun, dilakukan oleh petugas disampaikan dengan distribusi tabel
kesehatan. Studi pendahuluan yang frekuensi.
dilakukan peneliti berdasarkan observasi
melalui register kunjungan Puskesmas HASIL DAN PEMBAHASAN
kurun waktu tiga bulan terakhir hanya Penelitian dilakukan bulan Mei
tercatat jumlah kunjungan baru penderita 2014 di Wilayah Kerja Puskesmas
hipertensi. Dampak dari ketidakpatuhan Payangan. Terlebih dahulu dikemukakan
kontrol akan memberikan berbagai
karakteristik subyek penelitian sebagai 2. PNS 7 11
berikut. 3. Swasta 5 8
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden 4. Wirausaha 12 19
Berdasarkan Usia Total 64 100

No. Usia f % Tabel 4, di atas menunjukkan bahwa


1. 21- 40 tahun 13 20 dari 64 orang responden sebagian besar
2. 41- 60 tahun 21 33 ketidakpatuhan kontrol penderita
3. > 60 tahun 30 47 hipertensi dengan pekerjaan sebagai petani
Total 64 100 yaitu 40 orang responden (63%).
Tabel 1, di atas menunjukkan bahwa Tabel 5. Distribusi Responden Faktor
dari 64 orang responden sebagian besar Faktor Penyebab
ketidakpatuhan kontrol penderita Ketidakpatuhan Kontrol
hipertensi berusia lebih dari 60 tahun yaitu Penderita Hipertensi
30 orang responden (47%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden No. Penyebab F %
Berdasarkan Jenis Kelamin ketidakpatuhan
kontrol
No. Jenis Kelamin f % 1. Pemahaman tentang 40 63
48 75 instruksi 13 20
1. Laki-laki
16 25 2. Kualitas instruksi 11 18
2. Perempuan
3. Isolasi sosial dan
Total 64 100 keluarga
Total 64 100
Tabel 2, di atas menunjukkan bahwa
dari 64 orang responden sebagian besar Tabel 5, di atas menunjukkan bahwa
ketidakpatuhan kontrol penderita dari 64 orang responden sebagian besar
hipertensi berjenis kelamin laki-laki yaitu ketidakpatuhan kontrol penderita
48 orang responden (75%). hipertensi karena pemahaman instruksi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden yaitu 40 orang responden (63%).
Berdasarkan Pendidikan Hasil penelitian yang dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Payangan
No. Pendidikan f % diperoleh data yaitu dari 64 orang
1. Tidak sekolah 27 42 responden, sebagian besar atau sebanyak
2. SD 26 41 40 orang responden (63%) berusia > 60
3. SMP 3 5 tahun. Hal ini disebabkan semakin
4. SMA 7 10 bertambahnya umur, elastisitas pembuluh
5. Perguruan Tinggi 1 2 darah semakin menurun dan terjadi
Total 64 100 kekakuan dan perapuhan pembuluh darah
sehingga aliran darah terutama ke otak
Tabel 3, di atas menunjukkan bahwa menjadi terganggu, semakin
dari 64 orang responden sebagian besar bertambahnya usia dapat meningkatkan
ketidakpatuhan kontrol penderita kejadian hipertensi dan mulai menurunnya
hipertensi tidak sekolah yaitu 27 orang aktifitas fisik sehingga menghambat untuk
responden (42%). mencari pelayanan kesehatan. Hal ini
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden disebabkan semakin bertambahnya umur,
Berdasarkan Pekerjaan elastisitas pembuluh darah semakin
menurun dan terjadi kekakuan dan
No. Pekerjaan F % perapuhan pembuluh darah sehingga aliran
1. Petani 40 63
darah terutama ke otak menjadi terganggu usia responden yang lebih dari 60 tahun
(Wiwik, 2011). terjadinya perubahan pada seseorang yaitu
Dari 64 orang responden yang mulai menurunnya aktifitas fisik sehingga
diambil diketahui sebagian besar atau merupakan faktor penghambat untuk
sebanyak 48 orang responden (75%) mencari pelayanan kesehatan. Hal ini
berjenis kelamin laki-laki, ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa laki-laki lebih berjudul analisis pengaruh faktor nilai
berisiko terkena hipertensi dari pada hidup, ketidakpatuhan kontrol terhadap
perempuan, dikarenakan laki-laki memiliki perilaku sehat penderita hipertensi, yaitu
gaya hidup yang cenderung meningkatkan semakin tua seorang kemampuan ingatan
tekanan darah, dan kurang peduli terhadap dan motivasi berperilaku sehat juga
masalah kesehatan yang sedang dihadapi, menurun (Notoatmodjo, 2005).
disamping itu adanya perbedaan konsep Dilihat dari jenis kelamin sebagian
sehat sakit dimasyarakat,(Depkes RI, besar berjenis kelamin laki-laki 48 orang
2009). Laki-laki memiliki resiko lebih responden (70%), kurang peduli terhadap
tinggi untuk menderita hipertensi lebih masalah kesehatan yang sedang dihadapi,
awal dan laki-laki juga mempunyai resiko disamping itu adanya perbedaan konsep
lebih besar terhadap morbiditas dan sehat sakit dimasyarakat, (Depkes RI,
mortalitas kardiovaskuler seperti stroke 2009). Dilihat dari karakteristik responden
akibat dari ketidakpatuhan kontrol pendidikan ditemukan sebagian besar 27
penderita hipertensi. orang responden(42%) tidak sekolah
Sedangkan dari karakteristik dapat mengakibatkan pemahaman
pendidikan, dari 64 orang responden seseorang terhadap suatu objek menjadi
sebagian besar tidak sekolah sebanyak 27 kurang atau rendah, ini bisa sebagai salah
orang responden (42%). Sebagian besar satu penyebab ketidakpatuhan kontrol
responden belum terlalu banyak penderita hipertensi, karena sebagian besar
mengetahui pemahaman tentang instruksi responden belum terlalu banyak
yang berkait dengan ketidakpatuhan mengetahui pemahaman tentang instruksi
kontrol keunit pelayanan kesehatan. yang berkait dengan ketidakpatuhan
Pendidikan akan menentukan tingkat kontrol keunit pelayanan kesehatan. Dari
pengetahuan seseorang. Secara teoritis karakteristik pekerjaan ditemukan
pengetahuan seseorang akan sangat sebagian besar 40 orang responden(63%)
menentukan apakah dia akan patuh atau pekerjaan sebagai petani. Pekerjaan dapat
ketidakpatuhan kontrol terhadap mempengaruhi ketidakpatuhan kontrol
pengobatan, akan menimbulkan penderita hipertensi karena sibuk dengan
keyakinan/perilaku pada dirinya untuk pekerjaan masing-masing sehingga lupa
mematuhinya (Mubarak, dkk., 2006). dengan saran pesan dari tenaga medis
Kemudian dari karakteristik pekerjaan, untuk kontrol kembali. Pekerjaan
hasil penelitian dari 64 orang responden seseorang, tingkat pendidikan dan
diketahui sebagian besar atau sebanyak 40 pengetahuan seseorang, dimana hal ini
orang responden (63%) petani. Pekerjaan berkaitan dengan ketidakpatuhan kontrol
dapat mempengaruhi ketidakpatuhan penderita hipertensi. Pentingnya
kontrol penderita hipertensi karena sibuk pemberian penyuluhan kesehatan sebelum
dengan pekerjaan masing-masing sehingga dan sesudah diberikan pelayanan
lupa dengan saran pesan dari tenaga medis kesehatan minimal sebulan sekali, oleh
untuk kontrol kembali. Pekerjaan petugas kesehatan di pelayanan kesehatan
seseorang, tingkat pendidikan dan tempat penderita hipertensi melakukan
pengetahuan seseorang, dimana hal ini kontrol dapat meningkatkan kepatuhan
berkaitan dengan ketidakpatuhan kontrol kontrol penderita hipertensi itu sendiri.
seseorang, dari karakteristik usia dimana Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk yang lebih besar kemungkinan terkena
terbentuknya tindakan seseorang (overt serangan stroke dibandingkan dengan
behavior) dan dikatakan pula bahwa responden yang patuh kontrol yang akan
perilaku yang didasari pengetahuan. menurunkan risiko kemungkinan terkena
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang serangan stroke.
cenderung untuk mendapat informasi baik Dilihat dari hasil penelitian di atas, ada
dari responden lain maupun media masa, kecenderungan responden yang
semakin banyak info yang masuk semakin ketidakpatuhan kontrol memiliki risiko
banyak pula pengetahuan seseorang tinggi terkena serangan stroke. Hal ini
tentang kesehatan(Notoatmodjo, 2005). dikarenakan penyakit hipertensi adalah
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesibukan penyakit seumur hidup, dimana pentingnya
yang dilakukan perempuan pada deteksi dan penatalaksanaan hipertensi
umumnya untuk memenuhi keperluan untuk menurunkan risiko terjadinya
rumah tangga sehingga masalah komplikasi seperti stroke, serta
kesehatannya sering terabaikan. Begitu menurunkan angka mortalitas dan
juga dengan laki-laki jarang memiliki morbiditas yang berkaitan. Adapun tujuan
waktu senggang sehingga tidak dapat kontrol disini, baik itu observasi tekanan
melakukan kontrol ke unit pelayanan darah maupun pengobatan adalah
kesehatan. Hasil ini sesuai dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
penelitian mengenai faktor-faktor yang sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan
mempengaruhi ketidakpatuhan kontrol diastolik di bawah 90 mmHg dan
yaitu kemampuan finansial dimana laki- mengontrol faktor risiko.
laki dan perempuan pada umumnya sibuk Berdasarkan hasil penelitian faktor
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
sehari-hari sehingga tidak dapat bebas kontrol penderita hipertensi, yang
dalam merencanakan sesuatu disebabkan oleh pemahaman tentang
(Mubarak,dkk, 2006). instruksi didapatkan hasil (63%), Kualitas
Berdasarkan standar operasional instruksi (20%),sedangkan Isolasi sosial
prosedur di Puskesmas, setiap pasien dan Keluarga (18%), sedangkan teori yang
setelah mendapat pelayanan kesehatan diungkapkan oleh Niven (2002),
harus diberikan penyuluhan tentang menemukan bahwa lebih dari 60% yang
bahaya ketidakpatuhan kontrol, namun diwawancarai setelah bertemu dokter salah
petugas di bagian poliklinik pemeriksaan mengerti tentang instruksi yang diberikan
kesehatan pelaksanaan penyuluhan tidak kepada mereka. Hal ini disebabkan
dilakukan, karena tingginya jumlah pasien kegagalan petugas kesehatan dalam
yang ingin berobat. Untuk mengatasi memberikan informasi yang lengkap dan
ketidakpatuhan kontrol pada penderita banyaknya instruksi yang harus diingat
hipertensi perlu memberikan penyuluhan dan penggunaan istilah medis. Tidak
manpaat pentingnya kontrol kembali. seorangpun dapat mematuhi instruksi jika
Pendidikan akan menentukan tingkat ia salah paham tentang instruksi yang
pengetahuan seseorang. Secara teoritis diterima. Hal ini didukung juga belum
pengetahuan seseorang akan sangat dilaksanakan standar opersional prosedur
menentukan apakah dia akan patuh atau tentang pemberian penyuluhan sebelum
ketidakpatuhan kontrol terhadap dan sesudah pelayanan kesehatan di
pengobatan, akan menimbulkan wilayah kerja Puskesmas Payangan. Jadi
keyakinan/perilaku pada dirinya untuk hasil penelitian ketidakpatuhan kontrol
mematuhinya (Mubarak, dkk., 2006). pada penderita hipertensi yang dilakukan
Hasil penelitian (Widiarta Yasa,2012), di wilayah kerja Puskesmas Payangan
tersebut bahwa responden yang sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
ketidakpatuhan kontrol mempunyai risiko Niven,(2002).
Kualitas instruksi antara petugas Puskesmas Payangan tahun 2014 dapat
kesehatan dan klien merupakan bagian disimpulkan bahwa, dari 64 orang
yang penting dalam menemukan derajat responden yang diteliti, diperoleh hasil
kepatuhan. Ada beberapa keluhan antara sebagian besar responden dengan usia
lain kurangnya minat yang diperlihatkan lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 30
oleh dokter, penggunaan istilah medis orang responden (47%) , berjenis kelamin
secara berlebihan, kurangnya empati, tidak laki-laki, 48 orang responden (75%), tidak
memperoleh kejelasan mengenai sekolah 27 orang responden (42%),
penyakitnya. Pentingnya keterampilan pekerjaan sebagai petani 40 orang
interpersonal dalam memacu kepatuhan responden (63%), sebagian besar 40
terhadap pengobatan. Keluarga dapat orang responden (63%) ketidakpatuhan
menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kontrol disebabkan faktor pemahaman
dalam menentukan keyakinan dan nilai tentang instruksi.
kesehatan individu serta dapat menentukan
tentang pengobatan yang dapat mereka DAFTAR RUJUKAN
terima. Ketidakpatuhan adalah suatu Depkes RI, 2009. Pedoman Umum
Keperawatan Dasar di Rumah
keadaan dimana seseorang mau mengikuti Sakit dan Puskesmas, Jakarta :
petunjuk atau perintah yang diberikan Depkes.
kepadanya (Notoatmodjo, 2005). Menurut
Arif Mansjoer (2001), tujuan deteksi dan Dinas Kesehatan Prov.Bali, 2013. Laporan
Tahunan Dinkes Prop Bali.
penatalaksanaan hipertensi adalah
menurunkan risiko penyakit Dinkes Kab Gianyar, 2013. Laporan
kardiovaskular dan mortalitas serta Tahunan dinkes Kab.Gianyar.
morbiditas yang berkaitan, yaitu salah Mansjoer,Suprohaita,Setiowulan,wardhani
satunya adalah stroke. , 2001. Kapita Selekta Kedokteran,
Dengan demikian kontrol dalam Jilid 1, Edisi Ketiga, Jakarta :
penyakit hipertensi ini dapat dikatakan Media Aesculapius Fakultas
sebagai pengobatan seumur hidup Kedokteran Universitas Indonesia.
bilamana ingin dihindari terjadinya Mubarak, Patonah, Santosa, Rozikin,
komplikasi yang tidak baik. Maka, 2006. Keperawatan Komunitas 2,
kepatuhan kontrol penderita hipertensi, Jakarta : CV. Sagung Seto.
baik dalam hal observasi tekanan darah Niven, N., 2002. Psikologi Kesehatan,
maupun pengobatan merupakan salah satu Jakarta : EGC.
faktor untuk mencegah terjadinya
komplikasi hipertensi, yaitu stroke. Hal ini Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian
didukung juga belum dilaksanakan standar Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
opersional prosedur tentang pemberian
penyuluhan sebelum dan sesudah Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan
pelayanan kesehatan di wilayah kerja Metodologi Penelitian Ilmu
Puskesmas Payangan. Jadi hasil penelitian Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian,
ketidakpatuhan kontrol pada penderita Edisi Pertama, Jakarta : Salemba
hipertensi yang dilakukan di wilayah kerja Medika.
Puskesmas Payangan sesuai dengan teori
yang diungkapkan oleh Niven, (2002). Puskesmas Payangan, 2013. Laporan
Tahunan Puskesmas Payangan.
SIMPULAN WHO, 2010. Definisi Stroke, (online),
Berdasarkan hasil penelitian dan available :
pembahasan factor-faktor yang http://irh4mgokilz.wordpress.com/
2001/05/20/stroke/ (28 Desember
menyebabkan ketidakpatuhan control 2011)
penderita hipertensi di wilayah kerja
Wiwik, 2001. Pendahuluan : Latar
Belakang Hipertensi, (online),
available :
http://wiwik21.wordpress.com/201
1/05/26 (28 Desember 2011)
Yasa Widiarta, 2012. Hubungan Antara
Kepatuhan Kontrol Penderita
Hipertensi
dengan Kejadian Stroke, Skripsi
, di Wilayah Kerja Puskesmas
Abian
semal II.

Anda mungkin juga menyukai