Anda di halaman 1dari 8

Idea Nursing Journal Vol. VII No.

3 2016
ISSN : 2087-2879
TEKANAN DARAH DENGAN KEJADIAN INFARK PASIEN
ACUTE CORONARY SYNDROME

Blood Pressure and Infarction in Acute Coronary Syndrome patients


1
Halimuddin
1
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
1
Medical Surgical Nursing Department, Faculty of Nursing
Syiah Kuala University Banda-Aceh
Email: halimuddin.ners@gmail.com

ABSTRAK
Acute coronary syndrome (ACS) merupakan rangkaian gangguan klinis yang disebabkan oleh penyakit akut
iskemik jantung. Spektrum klinis ACS adalah Unstable Angina Pectoris(UAP), non-ST elevasi myocardial
infarction (NSTEMI), dan ST-elevasi myocardial infarction (STEMI). Proses ACS dapat berlanjut dengan infark
transmural atau kematian. Infark transmural terjadi ditandai dengan gambaran Q patologis menetap pada
Elektrokardiogram. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko ACS. Tekanan darah menjadi
menifestasi klinis penting klien Acute coronary syndrome 24 jam pertama rawat inap. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan kejadian infark transmural pada klien acute coronary
syndrome rawat inap. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kuantitatif dengan desain perspektif studi
(cohort). Jumlah sampel adalah 33 orang klien acute coronary syndrome. Teknik pengambilan sampel adalah
proporsive sampling dengankriteriainklusi: diagnosa STEMI, NSTEMI, UAP, onset 24 jam, gagal jantung killip I
dan II, tidak ada disritmia mengancam, mendapatkan terapi pengobatan standar (satu atau dua anti platelet, nitrat,
trombolitik, oksigen). Tempat penelitian Rumah sakit dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Variabel independen pada
penelitian ini adalah tekanan darah sistole dan diastole, alat ukurnya Sphygmomanometer-manometer air raksa,
sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah infark dan tidak infark, alat ukurnya elektrokardiogram.
Metode analisa data menggunakan uji statistik regresi logistik. Hasil penelitian bahwa pasien dengan tekanan
darah sistole rata-rata tinggi memiliki kejadian infark 7.5 kali lebih besar dari sistole normal. Sementara pasien
dengan tekanan diastole rata-rata tinggi memiliki kejadian infark 6.5 kali lebih besar dari tekanan diastole
normal. Tekanan darah sistole dan diastole tinggi pada pasien ACS harus dimonitor dan dikontrol oleh perawat
secara intensif selama 24 jam pertama untuk mencegah atau mengurangi risiko kejadianinfark.

Kata kunci: acute coronary syndrome, infark, tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole.

ABSTRACT
Acute coronary syndrome (ACS) is a set of clinical disturbance caused by heart ischaemic acute disease. clinical
spectrum of acute coronary syndrome is unstable angina pectoris, non ST elevation myocardial infarction and ST
elevation myocardial infarction. The process of acute coronary syndrome can develop with transmural infarction
or death. Transmural infarction is characterized with remain patological Q description on electrocardiogram.
High blood pressure is on of risk factors of acute coronary syndrome. Blood pressure is as important clinical
manifestation on patient with acute coronary syndrome during the first 24 hours. The research was to identify
relationship between blood pressure and transmural infarction occurence on patient with acure coronary
syndrome. The research was descriptive quantitative with perspective study (cohort) design. The number of
sample was 33 patients with acute coronary syndrome. Sampling technique was proporsive sampling with
inclusion criteria i.e. diagnosed with ST elevation myocardial infarction, non ST elevation myocardial infarction,
unstable angina pectoris, onset 24 hours, Killip I and II heart failure, non threatening dysrhythmias, obtaining
standard treatment therapy (one or two antiplatelets, trombolitik, nitrat, oksigen). The location of the research
was in dr. Zainoel Abidin general hospital Banda Aceh. Independent variable in this research were sistole and
diastole blood pressure. Meanwhile the dependent variable were infaction and non infarction. Data analyzed
method was use a logisticregression test of statistic. The result of the research showed that patients with high
average sistole blood pressure had infarct occurence 7,5 times greater than normal sistole. Whilst patients with
high average diastole blood pressure had infarct occurence 6,5 times greater than normal sistole. High sistole and
diastole blood pressureon patients with acute coronary syndrome must be monitored and controlled intensively
by nurses during the first 24 hours to prevent or alleviate infarction risks.

Keywords: acute coronary syndrome, infarction, sistole and diastole blood pressure.

30
Idea Nursing Journal Halimuddin

PENDAHULUAN merupakan katagori penyakit jantung dan


Penyakit kardiovaskuler semakin hari pembuluh darah yang menjadi penyebab
terus meningkat. World Health Organization kematian utama didunia. Terdapat 7,2 juta
memperkirakan penyakit kardiovaskuler akan (12,2%) kematian akibat penyakit ini diseluruh
memimpin penyebab kematian dinegara dunia. Pada tahun 2002 penyakit ini merupakan
berkembang (dikutip oleh Popelka dalam penyebab kematian pertama di Indonesia,
Black, 2005). Pernyataan ini didukung oleh dengan angka mortalitas 220.000 (Torry, Lucia,
karena insiden penyakit jantung tidak dibatasi Jefrey, 2013). Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
oleh letak geografi, jenis kelamin, dan status Abidin Banda Aceh sebagai
sosial individu (Black, 2005 dalam pusat rujukan daerah Aceh tahun
Halimuddin, 2013). Diperkirakan penyakit 2014, merawat 214 penderitaACS (Data
kardiovaskular merupakan penyebab utama RSUZA 2015).
kematian secara mendunia dan pada tahun ACS terlihat timbul secara mendadak,
2030 sebanyak 23,7 juta orang akan meninggal padahal proses terjadinya penyakit ini
akibat penyakit kardiovaskular (WHO, 2011 memerlukan waktu yang lama (kronik).
dalam Arcelia, 2011). Salah satu Penyakit Patofisiologis ACS pada 24 jam pertama
kardiovaskular adalah penyakit akut jantung adalah periode kritis yang membutuhkan
iskemik atau Acute Coronary Syndrome (ACS) perawatan yang intensif. Terutama pada
yang merupakan manifestasi terbesar dan klasifikasi STEMI. Karena STEMI berpotensi
dikaitkan dengan penyebab utama angka mengalami komplikasi gagal jantung, shock
kematian serta morbiditas yang tinggi. Hasil kardiogenik dan bahkan kematian mendadak.
riset kesehatan dasar (Riskesdas) di Indonesia Faktor penyebab ACS diketahui lebih dari 90%
pada tahun 2007 penyakitkardio vaskular terjadinya sindrom koroner akut adalah faktor
adalah penyakit jantung koroner menjadi plak aterosklorotik dengan berlanjut ke
penyebab kematian terbanyak setelah stroke agregasi trombosit dan pembentukan plak dari
dan hipertensi. (Oktarina, Yertizal, & trombus intrakoroner. ACS merupakan salah
Zulkarnain, 2013). satu diagnosis rawat inap dinegara maju. Laju
ACS merupakan rangkaian gangguan mortalitas awal 30 hari pada infark miokard
klinis yang disebabkan oleh penyakit akut adalah 30% dengan lebih dari separuh
iskemik jantung. Spektrum klinis SKA adalah kematian terjadi sebelum pasien mencapai
Unstable Angina Pectoris (UAP), non-ST kerumah sakit (Alwi, 2009 dalam Sudoyo
elevasi myocardial infarction (NSTEMI), dan 2009, p.1741). Infark dan kematian merupakan
ST-elevasi myocardial infarction (STEMI). perspektif klinis ACS yang tidak harapkan.
UAP ditetapkan apabila keluhan klinis nyeri Tekanan darah yang meningkat pada ACS
dada istirahat atau saat beraktivitas tetapi nilai menjadi ancaman memperberat
laboratorium troponin T dan I normal. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
NSTEMI ditetapkan apabila nyeri dada disertai oksigen miokard. Ketidakcukupan oksigen
gambar Elektrokardiografi (EKG) depresi ST mengakibatkan infark miokard yang
dan T inversi yang disertai laboratorium irreversibel.
positif. STEMI didapatkan klinis nyeri dada Patofisiologis juga menjelaskan bahwa
disertai gambar EKG positif elevasi segmen peningkatan tekanan darah sistemik merupakan
ST. ACS dirawat dengan masalah keperawatan salah satu faktor risiko ACS. Secara fisiologis
utama yaitu; nyeri akut, inefektif perfusi meningkatnya resistensi vaskuler terhadap
cardiopulmoner, penurunan curah jantung dan pemompaan darah dari ventrikel kiri
risiko ketidakseimbangan volume cairan mengakibatkan kerja jantung khususnya
(Smeltzer & Bare, 2010. Black & Hawk, 2005. ventrikel kiri bertambah. Sehingga ventrikel
Ignatavicius, & Workman, 2006). Tujuan kiri hipertropi atau pembesaran ventrikel kiri
perawatan pada fase akut 24 pertama adalah untuk meningkatkan kekuatan pompa (Ibnu
mencegah perluasan infark dan dalam Leonard, 2009). Kondisi
mempertahankan efektivitas pompa jantung. hipertropi mengakibatkan kebutuhan oksigen
Perspektif klinis ACS dapat berlanjut menjadi miokard meningkat. Bila proses asteroklorosis
infark transmural atau kematian. Infark terjadi, maka penyediaan oksigen untuk
transmural ditandai dengan gambaran Q miokard berkurang (Brown, 2006 dalam Price
patologis menetap pada Elektrokardiogram. dan Wilson 2006, p.583). Peningkatan atau
Laporan WHO bahwa tahun 2004 ACS penurunan tekanan darah

31
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

akan mempengaruhi hemoestasis di dalam killip I dan II, tidak ada disritmia mengancam,
tubuh. Tekanan darah tinggi dan menetapakan mendapatkan terapi pengobatan standar (satu
menimbulkan trauma langsung terhadap atau dua antiplatelet, nitrat, trombolitik
dinding pembuluh darah arteri koronaria, hal oksigen). Pengambilan data tekanan darah
ini menyebabkan angina pektoris, insufiensi dilakasanakan setiap jam selama 24 jam.
koroner dan infark miokard (Djohan, 2004). Kemudian dihitung rata-rata tekanan darah
Oleh karena hal tersebut tekanan darah yang diperoleh selama 24 jam. Hasil
menjadi menifestasi klinis penting pasien ACS kesimpulannya tekanan darah sistol dan
24 jam pertama. diastol rata-rata tinggi atau normal. Kejadian
Tekanan darah merupakan faktor yang infark di nilai dalam waktu 24 jam. Hasil
penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan penelitian dianalisis dengan uji statistik
tekanan darah adalah refleksi dari regresi logistik.
meningkatnya tahanan perifer (Systemic
HASIL
Vascular Resistance). Tekanan darah normal
Karakteristik pasien ACS pada
merupakan indikator penting merefleksikan
penelitian dijelaskan berdasarkan usia, jenis
efektivitas pompa jantung (Wilkinson, 2009.
kelamin, dan kebiasaan merokok, klasifikasi
p.105-107 dan Ackley dan Ladwig, 2006
ACS. Hasil data penelitian ditampilkan dalam
p.268). Peningkatan tekanan darah indikasi
tabel berikut ini.
klinis peningkatan afterload. Peningkatan
afterload memperberat kerja jantung dan Tabel 1.1 Distribusi pasien ACS
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. berdasarkan Usia dalam tahun (n=33)
Afterload merupakan komponen yang Mean Median Modus SD Min/mak
berkontribusi langsung terhadap curah jantung 53,52 55 54 14.01 20 /80
rendah atau tinggi (Chulay dan Burns, 2006.
Hudak dan Gallo, 2005). Tekanan darah Tabel 1.1 menjelaskan bahwa pada 33 klien
meningkat mengakibatkan curah jantung low acute coronary syndrome yang diteliti rata-rata
output. Curah jantung low output dapat usia adalah 53,52 tahun dengan standar deviasi
menurunkan suplai oksigen pada sirkulasi 14.01 tahun.
sistemik. Berdasarkan fenomena dan perspektif Tabel 1.2 Distribusi pasien ACS
fisiologis di atas penelitian ini bertujuan berdasarkan jenis kelamin dan kebiasaan
mengetahui hubungan tekanan darah dengan merokok (N=33)
kejadian Infark pada pasien acute coronary Variabel F %
Jenis kelamin
syndrome. Tujuan khusus penelitian pertama: Laki-laki 18 54,5
mengetahui hubungan tekanan darah sistol Perempuan 15 45,5
dengan kejadian infark klien acute coronary Kebiasaan merokok
syndrome, kedua: mengetahui hubungan Ya 19 57,6
tekanan darah diastole dengan kejadian infark Tidak 14 42,4
klien acute coronary syndrome.
Tabel 1.2 menjelaskan bahwa pada 33 pasien
METODE ACS yang diteliti jenis kelamin terbanyak
Ini merupakan penelitian deskriptif adalah laki-laki, dan merokok.
kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan
adalah perspektifstudy(cohort). Tekanan darah Tabel 1.3 Distribusi Klasifikasi Klinis klien
sebagai variabel independent diukur dengan ACS (N=33)
Sphygmomanometer-manometer air raksa, diamati Variabel f %
selama 24 jam pertama, dan kejadian infark NSTEMI 6 18.1
sebagai variabel dependen. Alat ukurnya STEMI 21 63.6
UAP 6 18.1
adalah Elektrokardiogram. Kriteria hasil ukur
adalah tampilnya gelombang Q patologis Tabel 1 .3 menjelaskan bahwa dari 33
menetap pada Elektrokardiogram. Populasi responden yang diteliti, klasifikasi
penelitian adalah pasien ACS yang dirawat di ACSterbanyak adalah STEMI.
IGD dan ICCU bulan Juni-Juli 2015. Sampel Hubungan tekanan darah sistol dengan
penelitian sebanyak 33 pasien ACS. Sampel kejadian Infark pasien ACS dijelaskan pada
ditetapkan dengan tehnik proporsive sampling tabel 1.4. Hasil penelitan dianalisis dengan uji
dengankriteriainklusi: diagnosa STEMI, statistik regresi logistik.
NSTEMI, UAP, onset 24 jam, gagal jantung

32
Idea Nursing Journal Halimuddin

Tidak infark

Pada Tabel 1.4 menjelaskan bahwa penelitan dianalisis dengan uji statistik regresi
tekanan darah sistol pasien ACS diduga logistik.
berkaitan erat dengan kejadian infark. Hasil Pada Tabel 1.5 menjelaskan bahwa
penelitian dilaporkan bahwa tekanan darah tekanan darah diastol pada pasien ACS diduga
sistol tinggi mempuyai peluang terjadi infark berkaitan erat dengan kejadian infark. Hasil
sebesar 71.4%, sedangkan tekanan darah sistol penelitian dilaporkan bahwa tekanan darah
normal mempunyai peluang terjadi infark jauh diastol tinggi mempuyai peluang terajdi infark
lebih rendah, yaitu sebanyak 25%. Hasil uji sebesar 78.6% (tabel 1.5), sedangkan tekanan
statistik dapat disimpulkan bahwa ada darah diastol normal mempunyai peluang
perbedaan proporsi tekanan darah sistol tinggi terjadi infark jauh lebih rendah, yaitu sebanyak
dengan tekanan darah sistol normal (p value = 36.8%. Hasil uji statistik dapat disimpulkan
0.012). Pasien ACS dengan tekanan darah bahwa ada perbedaan proporsi tekanan darah
sistol tinggi mempuyai peluang terjadi infark diastol tinggi dengan tekanan darah diastol
7.5 kali dibandingkan dengan pasien ACS yang normal (p=0,023). Pasien ACS dengan tekanan
tekanan darah sistol normal pada 24 jam darah diastole tinggi mempuyai peluang terjadi
pertama. infark 6.2 kali dibandingkan dengan pasien
Hubungan Tekanan darah diastol dengan ACS yang tekanan darah diastol normal pada
kejadian Infark pasien ACS secara lengkap 24 jam pertama.
dijelaskan pada tabel 1.5. Hasil

Tabel 1.4 Distribusi HubunganKejadiantkaInfarkan darah Sistole denganKejadianInfarkpasien


Tekanan darah Sistol Total P value OR (95% CI)

Infark
Sistol Tinggi 15(71,4 %) 6(28.5%) 21 7.5 (1.49 – 37.65)
Sistol Normal 3(25%) 9(75%) 12 0.012
Total 18 (54.5%) 15 (45.4) 33

Tabel 1.5 Distribusi Hubungan tekanan darah diastole denganKejadianInfarkpasien


Tekanan darah Kejadian Infark Total P value OR (95% CI)
Diastol Infark Tidak infark
Diastol Tinggi 11(78,6 %) 3(21,4%) 14 0.023 6.2 (`1.29 – 30.53)
Diastol Normal 7(36,8 %) 12(63,2%) 19
Total 18 (54.5%) 15 (45.4) 33
Usia sangat rentan terhadap penyakit
jantung. Dengan bertambahnya usia kondisi
dan fungsi tubuh makin menurun dan semakin
meningkat prevalensi hipertensi karena arteri
kehilangan ke elastisannya seiring 88 pasien ACS yang diteliti didapatkan
bertambahnya usia. Demikian juga dengan kelompok umur terbanyak adalah 46-55 tahun.
angka kejadian ACS yang juga mengalami Kedua penelitian oleh Ismantri didapatkan
peningkatan seiring bertambahnya usia. Hal 58,6% penyakit jantung koroner pada
ini sesuai dengan teori mengenai usia yang kelompok usia 45-59 tahun.
termasuk dalam faktor risiko terkenaacute Penelitian ini juga menjelaskan bahwa
coronary syndrome adalah >45 tahun untuk jenis kelamin pasien ACS di RSUZA Banda
laki-laki dan >55 tahun untuk perempuan. Aceh dominannya adalah laki-laki. Beberapa
Penelitian ini mendiskripsikan secara penelitian sebelumnya yang menjelaskan
parametrik bahwa usia rata-rata klien ACS di kemiripan tentang jenis kelamin klien ACS.
Rumah sakit Dr Zainoel Abidin Banda Aceh Pertama Ariandiny (2014) yang meneliti
adalah 53,52 tahun dengan standar deviasi gambaran tekanan darah pada pasien A C S
14.01 tahun, atau berada pada rentang usia dari 88 data responden ACS didapatkan jenis
39.51- 67.53 tahun. Dua hasil penelitian kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak
sebelumnya yang mendukung hasil penelitian 65 orang (74%). Kedua; penelitian oleh keliat
ini adalah, pertama oleh Ariandiny (2014) dari (2011) yang meneliti prevalensi
hiperkolestrolemia pada pasien dengan
penyakit jantung koroner didapatkan distribusi
penyakit jantung koroner tahun 2009-2010
dari 639 pasien sebanyak 453 orang (70,9%)

33
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

berjenis kelamin laki-laki. Ketiga: penelitian penelitian ini adalah yang dilakukan oleh
oleh Malau (2012) yang meneliti hubungan Framingham dalam Djohan (2004) yang
penyakit jantung koroner dengan tingkat melakukan penelitian selama 18 tahun t
hipertensi didapatkan data karakteristik pasien entang faktor risiko terhadap penyakit jantung
bahwa dari 57 pasien penyakit jantung koroner didapatkan tekanan sistole tinggi
koroner 36 orang (63%) berjenis kelamin laki- merupakan faktor pencetus terjadinya angina
laki. dan infark (ACS). Djohan (2004) dalam
Pernyataan WHO yang dikutip dari penelitiannya menjelaskan bahwa pasien
Ariandiny (2014) menyatakan bahwa pasien dengan tekanan sistole normal lebih sedikit
laki-laki lebih banyak terdiagnosa penyakit mengalami infark dibandingkan dengan
jantung koroner dari pada perempuan. Hal ini tekanan sistole tinggi, berarti kejadian infark
disebabkan karena perempuan yang belum lebih sering mucul pada tekanan sistole tinggi.
monopouse memiliki hormon esterogen yang Hal ini disebabkan peningkatan tekanan darah
tinggi, dimana hormonter sebut memiliki efek sistole mempunyai pengaruh yang lebih besar
protektif terhadap penyakit jantung koroner. terhadap timbulnya trauma arteri koronaria.
Pendapat lain menjelaskan bahwa wanita Secara fisiologis akibat thrombus
setelah manoepose memiliki risiko tinggi sakit mengakibatkan kebutuhan ATP
jantung sedangkan laki-laki lebih dari 40 pembuluh darah untuk berkonstraksi
tahun memiliki risiko sangat tinggi menderita berkurang yangdisebabkan oleh kurangnya
sakit jantung (Popelka dalam Black & Hawk, suplai oksigen. Keadaan ini berdampak pada
2005). metabolisme mitokondria sehingga terjadi
Efek rokok dapat menyebabkan beban perubahan proses pembentukan ATP dan akan
miokard bertambah karena rangsangan oleh menyebabkan sel menjadi bengkak dan mati
katekolamin dan menurunnya konsumsi (Price dan Wilson 2006). Akibat kematian sel
oksigen akibat inhalasi Carbon monoksida muncul reaksi inflamasi yang direspon oleh
atau dengan kata lain dapat meyebabkan pasien dengan nyeri dada (chest pain).
takikardi,vasokontrisi pembuluh darah dan
merubah permeabilitas dinding pembuluh Tekanan darah diastol
darah. Merokok juga dapat meningkatkan Tekanan darah diastol tinggi juga
hipertensi, sehingga orang yang merokok menjadi ancaman kejadian infark pada fase
cenderung lebih mudah terjadi proses ACS dibandingkan dengan tekanan darah
atrosklerosis dari pada yang tidak merokok. diastol normal. Hasil penelitian ini
Tentang riwayat merokok penelitian ini sesuai menjelaskan bahwa pasien ACS dengan
dengan penelitian Torry dari 44 pasien ACS tekanan diastol tinggi yang memiliki peluang
yang diteliti (25%) memiliki riwayat merokok. kejadian infark adalah 6.2 kali lebih besar
Pada saat ini merokok telah dimasukkan dibandingkan dengan pasien tekanan darah
sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit diastol normal. Peningkatan tekanan darah
jantung koroner disamping hipertensi. Orang pasien ACS 24 jam pertama dapat terjadi oleh
yang merokok lebih dari 20 batang perhari karena riwayat hipertensi atau respon stress
dapat mempengaruhi atau memperkuat efek serangan ACS. Menurut penelitian
faktor risiko tersebut. Pada penelitian Framingham dalam Djohan (2004)
framingham mendapatkan kematian mendapatkan hubungan tekanan darah diastole
mendadak akibat penyakit jantung koroner 10 tinggi memiliki kejadian infark 4 kali lebih
kali lebih besar dariyang bukan perokok. besar. Framingham juga menjelaskan bahwa
kejadian infark jarang terjadi pada tekanan
Tekanan darah sistol diastole normal. Penelitian lain oleh Stewart
Tekanan darah sistol tinggi menjadi juga menjelaskan apabila sistole tinggi dan
ancaman kejadian infark pada fase akut diastole tinggi terjadi bersamaan menunjukkan
(ACS) dibandingkan dengan tekanan darah risikoyang paling besar terhadap terjadinya
sistole normal. Hasil penelitian infark. Karena secara fisiologis tekanan darah
inimenjelaskan bahwa pasien ACS dengan yang tinggi akan
tekanan sistole tinggi yang memiliki peluang memperberat kerja jantung sehingga
kejadian infark adalah 7.5 kali lebih besar menyebabkan pembesaran ventrikel kiri, jika
dibandingkan dengan pasien tekanan darah tekanan darah tinggi menetapakan
sistol normal. Penelitian lain yang mendukung menimbulkan trauma pada dinding pembuluh
darah sehingga memudahkan terjadi

34
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

aterosklerosis (McCance & Huether 2006). Black, J.M., & Hawk, H.J. (2005).Medical
Apabila plak aterosklerosis mengalami ruptur Surgical Nursing; Clinical Management
atau ulserasi dan terjadi ruptur lokal yang For Positive Outcomes. Volume 2, 7th
menyebabkan oklusi arteri koroner, yang edition. Elsevier Saunders.
menyebabkan terjadinya infark. Semua
penelitian tersebut lebih menjelaskan tentang Chulay, M., & Burns, S.M. (2006): AACN
faktor risiko infark akut. Tidak spesifik Essentials of Critical Care Nursing.
menjelaskan tentang kejadian infark International Edition. By Mc Graw
transmural pada ACS. Hill.

KESIMPULAN Djohan, T. (2004). Penyakit jantung koroner


Hasil penelitian ini mendiskripsikan dan hipertensi e-USU
bahwa rentang usia penderita ACS rata-rata RepositoryUniversitas SumateraUtara,
39.51- 67.53 tahun, didominasi oleh jenis 1-2.
kelamian laki-laki, klasifiaksi ACS terbanyak
adalah STEMI. Hubungan tekanan darah Guyton,A.C.&Hall,J.E.
dengan kejadian infark disimpulkan ada (2007).Bukuajarfisioloi kedokteranEdisi11.
perbedaan proporsi tekanan darah sistol tinggi Jakarta: EGC.
dengan tekanan darah sistol normal (p value =
0.012). Pasien ACS dengan tekanan darah Halimuddin (2013). Pengaruh Model aktivitas
sistol tinggi mempuyai peluang terjadi infark dan latihan Intensitas Ringan Klien
7.5 kali dibandingkan dengan tekanan darah Gagal Jantung Terhadap Tekanan
sistol normal. Demikian juga tekanan darah Darah. Idea Nursing Jurnal Volume 3
diastole Ada perbedaan proporsi tekanan darah
diastol tinggi dengan tekanan darah diastol Hudak,C.M.,& Gallo, B.M. (2005).Critical
normal (p=0,023). Pasien ACS dengan tekanan Care Nursing; A Holistic Aproach. 8th
darah diastole tinggi mempuyai peluang terjadi edition. J-B Lippincott Company.
infark 6.2 kali dibandingkan dengan tekanan
darah diastol Normal. Hasil penelitian ini Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. (2006):
merekomendasikan bahwa tekanan darah sistol Medical Surgical Nursing: Critical
dan diastol pada pasien ACS menjadi sangat Thingking For Collaborative Care.
penting dimonitor dan dikontrol secara intensif Volume 1, 5th edition.Elsevier Saunders
selama 24 jam pertama sebagai indikator untuk
menidentifikasi risiko infark. Irmalita, J (2004). Buku ajar
kardiologi.Jakarta: Fakultas Kedokteran
DAFTAR PUSTAKA UniversitasIndonesia.
Ackley, B.J., & Ladwig, G.B. (2006). Nursing Keliat, S.P. (2011) Prevalensi
Diagnosis Handbook; a guide to hiperkolesterolemia pada pasien dengan
Planing care. 7th edition, Mosby penyakit jantung koroner di RSUP H.
Elsevier. Adam Malik. (skripsi). Universitas
SumateraUtara
Arcelia,F.(2009). Prevalensi dislipidemia pada
pasien sindrom koroner akut yang KumarV,CotranR.S,&RobbinsS.L(2007).Buku
dirawat di unit rawat kardiovaskular ajarpatologirobbin. Edisi7, Jakarta:
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam EGC.
Malik tahun 2011(skripsi). Universitas
Sumatera Utara. McCance, K.L., & Huether, S.E.
(2006).Pathophysiology, The Biologic
Ariandiny, Afriwardi, & Masrul. (2014). Basis for Disease in Adults and
Gambaran tekanan darah pada pasien Children. Page 1048.5th edition. Elsevier
sindrom koroner akut di RS Khusus Mosby.
Jantung Sumatera Barat tahun 2011-
2012. Padang. Jurnal Kesehatan Munaf, M.RA. (2012). Prevalensi kejadian
Andalas, 191-193. hipertensi pada penyakit infark
miokarddiRumahSakitUmumPusatHaji
AdamMalik tahun 2010(skripsi)

35
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

Universitas SumateraUtara. Sudoyo A.W. (Ed). (2009). Buku ajar ilmu


penyakitdalam. JilidII. Ed.V.
Oktarina,Yertizal,&Zulkrnain.(2013).Hubung Jakarta:InternaPublishing.
ankadarglukosadarah saatmasuk
rumahsakitdenganlamaharirawatpasie Torry, A.L, &Jeffrey(2013) Gambaran faktor
n sindrom koroner akut (SKA) Di RSUP risikopenderita sindromkoroner
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal akut.Manado:FakultasKedokteranUnive
KesehatanAndalas, 94-96. rsitas Sam Ratulangi, 2-3.
Yogiyanto,M.(2009)Hipertensiesensialbukuaj
Price S.A. &Wilson L.M, (Ed). (2006) arilmupenyakitdalamJilidIIVolume 5.
Patofisiologi: konsepklinis proses- Jakarta:InternaPublishing.
proses penyakit. Ed 6, Vol. 1. Jakarta:
EGC. Wilkinson, J.M. (2005). Prentice Hall
Nursing Diagnosis, Handbook with
Potter,P.A.&Perry,A.G.(2005).Fundamentalk NIC Interventions and NOC Outcomes,
eperawatan.Jakarta: EGC. 8th edition. Pearson. Prentice Hall. New
Jersey. (page 64-68).
Smeltzer& Bare (2010). Brunner& Suddart
textbook of Medical surgical Nursing.
12th. LWW

36

Anda mungkin juga menyukai