Anda di halaman 1dari 14

ANALISA USAHA

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah kewirausahaan
Dosen Pengampun : Arifuddin, M.T.

Disusun oleh :
Gina Galih Pratiwi (1602014)
D3TP2A

JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA


POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU (POLINDRA)
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing karena telah memberi
pemahaman sehingga saaya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Dan saya juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman semuanya karna telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, makalah saya buat agar teman-teman semua tahu rencana rancangan
analisis usaha saya dan investasi usaha selain itu juga agar teman-teman tahu bagaimana cara
perhitungan dengan NVP, IRR, Net B/C Net Benefit Cost Ratio, PAY BACK PERIOD
(PBP), dan BREAK EVEN POINT (BEP).
Saya menyadari bahwa tulisan ini tidak sepenuhnya sempurna. Oleh karna itu, saya
memohon maaf atas kekurangan yang terdapat di dalam tulisan ini. Dan saya mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak agar saya mengetahui segala kekurangan yang terdapat di
dalam tulisan ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PEMBAHASAN ............................................................................................................ 1
1. NPV (Net Present Value) ................................................................................................... 1
2. IRR (Internal Rate of Return)............................................................................................. 2
3. Net B/C Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ........................................................................ 3
4. PAY BACK PERIOD (PBP) ............................................................................................. 3
5. BREAK EVEN POINT (BEP) ........................................................................................... 4
BAB II ANALISA PERHITUNGAN USAHA ......................................................................... 5
1. Break Event Point (BEP) Perusahaan jasa Transportasi .................................................... 5
1.1 Break Event Point Quantity (BEPQ) ............................................................................. 5
1.2 Break Event Point atas Dasar Nilai Penjualan (BEPp) ............................................ 7

iii
BAB I
PEMBAHASAN

1. NPV (Net Present Value)

NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan
menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain
merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada
saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.
Net Present Value (NPV) merupakan keuntungan bersih yang berupa nilai bersih sekarang
berdasarkan jumlah dari Present Value (PV). Rumus umum yang digunakan dalam
perhitungan NPV adalah:

Dimana:

NB = Net benefit = Benefit – Cost

C = Biaya investasi + Biaya operasi

= Benefit yang telah didiskon

= Cost yang telah didiskon

i = diskon faktor

n = tahun (waktu)

Berikut ini merupakan hubungan antara nilai NPV dalam hubungannya dengan kelayakan
suatu proyek/usaha:

1
Kriteria Kesimpulan
NPV>0 Proyek/usaha layak untuk dilaksanakan
NPV=0 Proyek/usaha berada di dalam keadaan BEP
dimana TR = TC dalam bentuk persent value
NPV<0 Proyek/usaha tidak layak untuk dilaksanakan

2. IRR (Internal Rate of Return)

IRR adalah suatu nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga yang dapat
diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku umum
(suku bunga pasar atau Minimum Attractive Rate of Return/MARR). Pada suku bunga IRR
akan diperoleh NPV=0, dengan kata lain bahwa IRR tersebut mengandung makna suku
bunga yang dapat diberikan investasi, yang akan memberikan NPV = 0. Syarat kelayakannya
yaitu apabila IRR> suku bunga MARR.

Menurut Gray et al (2007) IRR merupakan discount rate yang membuat NPV sama
dengan nol, tetapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan discount 41 rate yang dihitung
berdasarkan data di luar proyek sebagai social opportunity cost of capital (SOCC)
yang berlaku umum di masyarakat (bunga deposito). Untuk menghitung IRR sebelumnya
harus dicari discount rate yang menghasilkan NPV positif, kemudian dicari
discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Langkah selanjutnya adalah melakukan
interpolasi dengan rumus berikut:

Keterangan: IRR = Internal Rate of Return

i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+

i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-

NPV1=Net Present Value bernilai positif

NPV2= Net Present Value bernilai negatif

Menurut Yacob Ibrahim, Internal Rate of Return atau IRR adalah suatu tingkat discount rate
yang menghasilkan NPV sama dengan 0. IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing
memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu:

1) IRR < SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara
finansial.

2) IRR = SOCC, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada dalam
keadaan break even point.

2
3) IRR > SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.

SOCC (Social Opportunity Cost of Capital) merupakan discount factor yang biasanya
digunakan sebagai acuan dalam perhitungan IRR, untuk menentukan layak tidaknya gagasan
usaha yang diajukan. SOCC berhubungan erat dengan IRR, yaitu jika IRR > SOCC usaha
dikatakan layak, jika IRR = SOCC maka usaha mencapai BEP, dan jika IRR < SOCC maka
usaha dikatakan tidak layak.

3. Net B/C Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek atau usaha setiap kita
mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau usaha tersebut. Net B/C
merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Nilai Net B/C memiliki
arti sebagai berikut:

1) Net B/C > 1, maka berarti proyek atau usaha layak dijalankan secara finansial.

2) Net B/C = 1, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan
break even point.

3) Net B/C < 1, maka berarti proyek atau usaha tidak layak dijalankan secara finansial.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Net B/C adalah:

4. PAY BACK PERIOD (PBP)

Pay Back Period (PBP) adalah dimana periode pengembalian – payback


period dalam jangka waktu tertentu yang menentukan terjadinya arus penerimaan (cash in
flow) yang secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value.
Periode “Payback” digunakan untuk menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun)
suatu investasi akan bisa kembali. Periode “Payback” menunjukkan perbandingan antara
“initial investment” dengan aliran kas tahunan. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan – penerimaan yang dihasilkan oleh proyek
investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi.

Adapun rumus PBP yaitu :

Fungsi Payback Method :


1) Digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian
investasi dengan resiko yang besar dan sulit.
3
2) Dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan
resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya
cepat.
3) Cukup sederhana untuk memilih usul-usul investasi.

5. BREAK EVEN POINT (BEP)

Break Even Poin (BEP)adalah titik pulang pokok dimana TR (total pendapatan) =
TC (ongkos total), atau sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah
seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi bila
perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup
untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Terjadinya BEP tergantung pada lama arus
penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya
modal lainnya. BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami
kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur.

Adapun rumus BEP yaitu :

Fungsi Break Even Poin :


1) Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2) Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
3) Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4) Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Perbedaan PBP dan BEP sama-sama digunakan untuk menghitung seberapa cepat
waktu yang dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi. Perbedaan antara PBP dan
BEP adalah PBP hanya digunakan untuk mengetahui berapa lama proyek dapat
mengembalikan nilai sisa uang dari investasi, sedangkan BEP digunakan untuk mengetahui
berapa lama proyek dapat mengembalikan investasi dan biaya operasi (investasi). Pada usaha
jasa atau manufaktur BEP bermanfaat untuk alat perencanaan untuk hasilkan laba,
memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya
dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan,
mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan, dan mengganti sistem laporan yang
tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.

4
BAB II
ANALISA PERHITUNGAN USAHA

1. Break Event Point (BEP) Perusahaan jasa Transportasi

Terdapat dua jenis analisis break even point yaitu berdasarkan quantity dan tarif yang
sudah ada sebelumnya.

1.1 Break Event Point Quantity (BEPQ)


Perhitungan BEP atas dasar quantity atau unit dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus : (Riyanto, 1999)

TFC
𝐵𝐸𝑃𝑞 =
P − VCperunit

Dimana :

P = harga jual perunit

VCperunit = total biaya variable perunit atau TVC dibagi Q

TFC = total biaya tetap

Q = jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

Besarnya biaya variabel perunit dapat dihitung dengan membagi total biaya
variabel dengan jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan (Q), yg dalam hal ini
Q diproxi oleh jumlah penumpang pada tiga bulan tersebut sebagaimana terdapat
pada persamaan 2. (Riyanto, 1999)

TVC
VCPerunit  Q

Berdasarkan beberapa data fixed cost dan variable costyang terdapat pada tabel 1
yang disubstitusikan pada persamaan 2 diatas, maka nilai variabel cost perunit
dapat ditentukan sebagaimana terdapat pada tabel 2.

5
Tabel 1
Total Fixed Cost/ StandingCost dan Variable Cost
Jenis Biaya Biaya Bulan (Rupiah)
Januari Februari Maret

Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya Awak Bus 361.221.586 734.065.156 1.090.278.645

Biaya Penyusutan 274.815.016 412.222.524 549.630.032

Biaya Pegawai 125.957.618 251.406.444 377.863.066

Biaya Kantor 106.502.795 224.208.490 401.433.105

Jumlah Biaya Tetap 868.497.015 1.621.902.614 2.419.204.848

Biaya variabel (variable


cost)
Biaya Bahan Bakar 154.824.251 288.027.876 454.512.954

Biaya Pelumnas 4.800.000 10.597.500 28.848.020.

Biaya Ban 38.188.000 50.638.000 72.763.000

Pemeliharaan 58.113.500 140.374.500 170.698.500

Jumlah biaya variabel 255.925.751 489.637.876 726.822.474

6
Tabel 2
Variabel Cost Perunit

Bulan Januari Februari Maret


Total Variabel
Cost Rp 255.925.751 Rp 489.637.876 Rp 726.822.474
Quantity 241208 210370 258678

Variabel Cost Rp 1.061 Rp 2.328 Rp 2.810


Perunit

Se
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan 1, dapat dihitung besarnya

BEPQ bulan Januari 2014 dan seterusnya sebagai berikut:

Besarnya Break Event Point Quantity (BEPQ) bulan Januari adalah :


868.497.015
𝐵𝐸𝑃Q =
4.500 − 1.061
BEPQ  252.543
Pada bulan Januari, titik impas terjadi pada saat memenuhi 252.543
penumpang

Besarnya Break Event Point Quantity (BEPQ) bulan Februari adalah :


1.621.902.614
BEPQ =
4.500 − 2.173
BEPQ = 746.389
Pada bulan Februari titik impas terjadi pada saat memenuhi 746.389 penumpang.

Besarnya Break Event Point Quantity (BEPQ) bulan Maret adalah :


2.419.204.848
𝐵𝐸𝑃𝑄 =
4.500 − 2.809
BEPQ =1.430.636
Pada bulan Maret titik impas terjadi pada saat memenuhi 1.430.636 penumpang.

1.2 Break Event Point atas Dasar Nilai Penjualan (BEPp)


Perhitungan BEP atas dasar nilai penjualan dalam rupiah dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus:(Riyanto, 1999)

7
FCperunit
𝐵𝐸𝑃𝑝 = 𝑉𝐶𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
1−
𝑃
Dimana :
FCPerunit = Fixed costdibagi quantity
P = Harga / Tarif
VCPerunit = Total Variable Cost dibagi quantity

Besarnya biaya tetap (fixed cost) perunit dapat dihitung dengan membagi total
biaya tetap dengan jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan (Q), yg dalam hal
ini Q diproxi oleh jumlah penumpang pada tiga bulan tersebut

Berdasarkan beberapa data fixed cost dan variable cost yang terdapat pada tabel 1
yang disubstitusikan pada persamaan 4, maka nilai fixed cost perunit selama
periode Januari sampai dengan Maret 2017 dapat ditentukan sebagaimana terdapat
pada tabel 3 berikut.

Tabel 3
Perhitungan Fixed Cost Perunit

Bulan Januari Februari Maret

Fixed Cost Rp 868.497.015 Rp 1.621.902.614 Rp 2.419.204.848


Quantity 241208 210370 258678

Fixed Cost Rp 3.600 Rp 7.710 Rp 9.352


Perunit

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan 3, dapat dihitung besarnya

Besarnya Break Event Point atas dasar nilai penjualan (BEPP) bulan
Januari adalah :
FCperunit
𝐵𝐸𝑃𝑝 = 𝑉𝐶𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
1−
𝑃
3.600
𝐵𝐸𝑃𝑝 = 1.061
1−
4.500
3.600
𝐵𝐸𝑃𝑝 =
1 − 0,24

8
BEPP = 4.736
Pada bulan Januari, titik impas terjadi pada saat nilai penjualan sebesar Rp 4.736,-
Besarnya Break Event Point atas dasar nilai penjualan (BEPP) bulan
Februari adalah :

FCperunit
𝐵𝐸𝑃𝑝 = 𝑉𝐶𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
1−
𝑃
7.710
𝐵𝐸𝑃𝑝 = 2.328
1−
4.500
7.710
𝐵𝐸𝑃𝑝 =
1 − 0,52
BEPP 16.062
Pada bulan Februari, titik impas terjadi pada saat nilai penjualan sebesar Rp 16.062

Besarnya Break Event Point atas dasar nilai penjualan (BEPP) bulan Maret
adalah :

FCperunit
𝐵𝐸𝑃𝑝 = 𝑉𝐶𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
1−
𝑃

9.352
𝐵𝐸𝑃𝑝 = 2.809
1−
4.500
9.352
𝐵𝐸𝑃𝑝 =
1 − 0,62

BEPP = 24.610

Pada bulan Maret, titik impas terjadi pada saat nilai penjualan sebesar Rp 24.610,-

Berdasarkan hasil pengolahan data keuangan bulan Januari 2014, dengan total
biaya tetap sebesar Rp. 868.497.015dan biaya variabel perunit sebesar Rp. 1.061,
jumlah tarif jasa angkut saat ini sebesar 4.500 hampir tidak mencapai kondisi break
even point jika jumlah pengguna jasa sebesar 241.208. Break even point baru akan
tercapai jika tarif yang dikenakan adalah sebesar Rp. 4.736. Jika ingin
mempertahankan penjualan tiket dengan tarif tetap Rp. 4.500, maka jumlah
pengguna jasa angkut tidak boleh kurang dari 252.543 orang, jika tidak, maka tidak
akan mencapai kondisi BEP.

9
Kenaikan total biaya tetap bulan Februari 2017 menjadi sebesar Rp. 1.621.902.614
dan biaya variabel perunit sebesar Rp. 2.173, menyebabkan tarif jasa angkut saat
ini sebesar 4.500 sangat jauh dari kondisi BEP jika jumlah pengguna jasa pada
bulan tersebut pun mengalami penurunan menjadi sebesar 210.370. Break even
point pada bulan Februari baru akan tercapai jika tarif yang dikenakan adalah
sebesar Rp. 16.062. Jika ingin mempertahankan penjualan tiket dengan tarif tetap
Rp. 4.500, maka jumlah pengguna jasa angkut tidak boleh kurang dari 746.389
orang, jika tidak, maka tidak akan mencapai kondisi BEP.

Kenaikan total biaya tetap bulan Maret 2017 menjadi sebesar Rp. 2.419.204.848
dan biaya variabel perunit sebesar Rp. 2.809 semakin mempersulit keadaan,
menyebabkan tarif jasa angkut saat ini sebesar 4.500 sangat jauh dari kondisi BEP.
Dengan jumlah pengguna jasa pada bulan tersebut sebesar 258.978 orang, break
even point pada bulan Maret akan tercapai jika tarif yang dikenakan adalah sebesar
Rp. 24.610. Jika ingin mempertahankan penjualan tiket dengan tarif tetap Rp.
4.500, maka jumlah pengguna jasa angkut.

tidak boleh kurang dari 1.430.636 orang. Sungguh suatu kondisi yang sangat tidak
memungkinkan dalam era persaingan global saat ini.

Inefisiensi penyelenggaraan kegiatan operasional perusahaan yang semakin tinggi


pada bulan Februari dan Maret yang ditunjukkan oleh kenaikan biaya tetap dan
biaya variabel perunit pada kedua bulan tersebut menunjukkan kondisi perusahaan
semakin kesulitan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya dengan tarif
dan jumlah pengguna jasa angkutan yang telah ada. Yang dapat dilakukan oleh
perusahaan saat ini untuk menjamin kontinuitas perusahaan adalah mengembalikan
kondisi efisiensi dalam penyelenggaraan operasional perusahaan, mempertahankan
tarif jasa angkutan pada harga Rp. 4.500 disertai dengan peningkatan jumlah
pengguna jasa Trans Pakuan.

10
11

Anda mungkin juga menyukai