Indonesian Youth Opportunities in International Networking (IYOIN) merupakan
sebuah Non-Govermental Organization (NGO) yang dibentuk dengan tujuan untuk menjadi tempat berkumpulnya pemuda-pemudi Indonesia. IYOIN diharapkan menjadi media untuk berbagi dan bersinergi demi cita-cita pemuda-pemudi Indonesia dan Negara Indonesia melalui program-program yang berbasis pada pendidikan, kepemudaan, sosial, dan jaringan internasional. IYOIN memiliki visi memperluas jaringan antar pemuda- pemudi sebagai fasilitas pencapaian tujuan bagi individu, sesama, dan pendidikan bangsa yang berdampak positif bagi seluruh pemuda-pemudi dan Indonesia. IYOIN sendiri telah terbentuk di beberapa daerah yang kemudian disebut IYOIN Local Chapter salah satunya yaitu IYOIN Local Chapter Semarang. Inspiring Youth Talk adalah sebuah program kerja Project Departement di IYOIN Local Chapter Semarang yang merupakan sebuah Talkshow dan dilanjuti dengan sesi tanya-jawab. Talkshow ini diharapkan untuk dapat mempengaruhi pemuda-pemudi Indonesia untuk ikut serta dalam pembangunan dan perubahan sosial di masyarakat. Selain itu, talkshow ini diharapkan juga mampu untuk memberikan secercah modal bagi para audience/peserta dalam mempersiapkan beasiswa/exchange/study abroad. Pada acara Inspiring Youth Talk ini yang bertemakan “Be the Proud Changemakers for your Nation” mencoba mengangkat pembahasan mengenai pengalaman pribadi sebagai salah satu anggota gerakan perubahan yang masif dan besar serta dapat mampu memberikan dampak yang nyata bagi kehidupan dan pembangunan bangsa Indonesia yang semakin hari, semakin dinamis. Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk memperkembangkan intelektual dan karakter siswa. Perkembangan tersebut memang perlu dan gerakan-gerakan yang bertujuan untuk mewujudkan perkembangan itu perlu didukung dengan sepenuhnya untuk dapat mencapai sebuah negara yang makmur. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh John Dewey (seorang filosof, psikolog, dan reformis pendidikan) di dalam bukunya Democracy and Education, “With each generation, democracy must be reborn and that education is the mid-wife for this rebirthing.” Di sini beliau menjelaskan bahwa adanya simbiosis mutualisme antara pendidikan dan demokrasi. Beliau melanjutkan bahwa demokrasi itu sendiri seharusnya diperbarui/diupdate dan pendidikan itu adalah bidan atau yang membantu untuk melahirkan generasi intelektual atau pemuda-pemudi yang terdidik untuk melanjutkan dan memperbarui demokrasi itu sendiri. Kehidupan ini semakin kompleks maka perlunya update-update ini untuk dapat melanjutkan kehidupan dengan proses demokrasi. Di sini kita dapat melihat bahwa pendidikan itu memainkan peran penting untuk keberlangsungan kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan itu merupakan wadah dan faktor determinitas untuk masyarakat yang ideal dan beradab. Oleh karena itu, pendidikan ini merupakan kontrol untuk menghasilkan kondisi masyarakat yang baik. Jika proses pendidikan itu berkembang baik, maka aspek demokrasi masyarakat akan terjamin. Dengan pelbagai faktor adanya infiltrasi pengaruh-pengaruh baru, yang mendorong anak muda untuk mengikuti trend-trend yang justru merusak nilai dan moral bangsa, telah mendominasi kebanyakan anak muda, terutama yang di desa-desa. Adanya infiltrasi narkoba, miras dan tontonan yang tidak senonoh telah menghambat proses mereka untuk berfikir jernih mengenai efek atau dampaknya hal-hal itu. Selain itu juga terdapat konflik- konflik di dalam masyarakat mengenai hal-hal yang SARA (Suku Agama Ras dan Antar- Golongan). Ini sering terlihat di dalam TV dan juga kondisi masyarakat pedalaman (yang masih kuat sifat kesukuannya). Maka dari itu, sebagai kaum terpelajar dan pendidik, ini merupakan tugas atau kewajiban untuk mengedukasi masyarakat dan membangun SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkompeten dan terdidik. Maka dari itu, pemerataan pendidikan dan penguatan kualitas pendidikan itu perlu. Tetapi, bagaimana caranya untuk dapat membuat masyarakat sadar? Bagaimana caranya untuk memperkembangkan kualitas pendidikan? Bagaimana caranya membangun SDM yang terdidik dan berkualitas?
ASA EDU OPENING
Jutaan masyarakat Indonesia melakukan perantauan untuk menuntut ilmu atau menimba ilmu di luar daerah asal mereka, namun hanya beberapa dari para perantau yang kembali ke daerah asalnya dan melakukan kontribusi terhadap ranah sosial dan kemasyarakatan. Akankah pola ini akan terus menerus berulang? Ini merupakan sebuah paradoks dimana mereka sebagai intelektual itu, setelah menyelesaikan studi, hanya mengulang sebuah pola kehidupan yang terus menerus berulang. Yaitu, belajar dan setelah itu kerja. Hal ini justru tidak memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat sosial, melainkan sustainability individual dan sustainability kompani. Hanya bermanfaat bagi diri dan bermanfaat bagi perusahaan yang merekrutkan mereka. Tema “Be the Changemakers of Our Nation” mencoba untuk membahas dan mengangkat isu ini sebagai urgensi peran intelektual untuk memberikan dampak bagi masyarakat. Apa itu Changemaker? Terminologi ini diciptakan oleh Bill Drayton yang merupakan pendirinya Ashoka Foundation. Kata Changemaker ini pertama kali digunakan dalam majalah edisi pertama Ashoka Foundation sebagai judul majalahnya pada tahun 1981. Menurut Bill Drayton, Changemaker adalah orang-orang yang mempunyai visi atau sebuah gagasan untuk masa depan untuk merealisasikan sebuah perubahan dalam ranah sosial kemasyarakatan. Changemakers adalah orang-orang yang melakukan sesuatu untuk kebaikan. Bukan hanya sebatas kebaikan tetapi “more than doing good,” melakukan lebih dari kebaikan bersama, dan juga untuk masa depan, “for the greater good.” Melakukan hal sesuatu yang kecil mungkin dapat memberikan dampak bagi masyarakat. Kita semua dapat juga untuk berkontribusi dalam perubahan. Namun, changemakers bukanlah mereka yang sebatas memberikan dampak sosial dalam masyarakat, tapi changemakers adalah mereka yang dapat mencari solusi terhadap “the next major problem” sebuah persoalan atau permasalahan besar yang memungkinkan dapat menimba kepada masyarakat sosial. Maka dari itu, Changemakers adalah mereka yang kreatif, inovatif, reflektif, logis dan kritis terhadap kondisi sosial dan aktif dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Sifat ini hanya dapat hadir pada mereka yang berkependidikan. Akan tetapi, adanya dilema orang-orang intelektual yang telah disebutkan diatas ini menjadi hambatan bagi perubahan sosial. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa, sebagai kaum intelektual? Asa Edu merupakan salah satu organisasi yang bertujuan untuk membangun sebuah perubahan. Masyarakat pesisir, dengan pendidikannya yang terbatas, cenderung berpikir jangka pendek dan pragmatis, serta sulit untuk diajak membuat perencanaan jangka panjang. Dapatkah kita mengubah pola pikir mereka? Lantas, bagaimana Asa Edu itu bisa mengubah pola pikir pesisir untuk maju dan mendorong atau “obtain the drive” untuk menuju dalam sebuah perubahan sosial “for the greater good” untuk kebaikan yang lebih besar? Apa yang harus dilakukan Asa Edu sebagai kaum intelektual? INDONESIA MENGAJAR Ika Risqiyawati – Pendidikan Penopang Masa Depan Generasi Muda Beberapa hal yang akan ditanyakan dalam Talkshow ini adalah:
1. Gambaran umum mengenai Indonesia Mengajar.
2. Pengalaman pribadi di selama di Indonesia Mengajar. 3. Perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh Indonesia Mengajar. 4. Penjelasan mengenai desa yang sejahtera dan bagaimana untuk mewujudkannya (parameternya dan kriterianya). 5. Kontribusi selanjutnya yang akan diberikan Indonesia Mengajar terhadap Indonesia. 6. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atas pemaparan yang telah disampaikan 7. Memberikan closing statement/motivasi kepada seluruh peserta
KELAS INSPIRASI
ZIHNI IHKAMUDDIN S,Kel - “What Does it Take to be a Changemaker?”
Beberapa hal yang akan ditanyakan dalam Talkshow ini adalah:
1. Gambaran umum mengenai Kelas Inspirasi.
2. Hal yang perlu dikritisi terhadap mahasiswa perantauan Indonesia. 3. Apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum intelektual? 4. Kontribusi yang telah dilakukan oleh mas Zihni terhadap perubahan sosial sebagai changemaker. 5. Kontribusi yang akan dilakukan oleh mas Zihni terhadap Indonesia ke depan sebagai seorang Changemaker. 6. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atas pemaparan yang telah disampaikan 7. Memberikan closing statement/motivasi kepada seluruh peserta
ASA EDU Hendra Wiguna – Merajut ASa di Pesisir Pantai Jawa
Beberapa hal yang akan ditanyakan dalam Talkshow ini adalah:
1. Gambaran umum mengenai Asa Edu
2. Awal mula terbentuknya Asa Edu beserta pengalaman pahit manis mendirikannya. 3. Sebagai changemaker, mengapa harus merajut asa di pesisir pantai Jawa? Apakah visi ke depan buat masyarakat pesisir pantai? Apakah pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan untuk mengeksekusi sebuah organisasi ini? Permasalahan semacam apakah yang ditemukan di masyarakat pesisir yang ingin diatasi oleh Asa Edu? 4. Bagaimana cara Saudara untuk bisa merangkul dan mengajak pemuda-pemudi sekitar supaya berminat untuk bergabung dan berkontribusi melalui ASA Edu. 5. Sejauh ini, bagaimana pengalaman pada kegiatan di ASA Edu yang Saudara rasakan paling menarik dan berkesan untuk diceritakan? Juga pengalaman sulit mengenai hambatan dan kesulitan yang dirasakan, serta bagaimana mengatasinya. 6. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atas pemaparan yang telah disampaikan. 7. Memberikan closing statement/motivasi kepada seluruh peserta