Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN RESMI

KULIAH LAPANGAN GEOLOGI STRUKTUR 1

NAMA : M. AGUNG ANDIKA. O


NIM : F1D114017
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Penguasa Alam,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktik lapanganini yang berjudul “Laporan
Praktik Lapangan Geologi Struktur Desa Lubuk Bernai, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Kecamatan Tungkal Hilir, Provinsi Jambi”. Laporan ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan Praktikum Geologi Struktur.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu,
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1 Ibu Magdalena Ritonga S.T, M.T, selaku dosen pembimbing.
2 Para Asisten Laboratorium Geologi Struktur.
3 Rekan-Rekan Teknik Pertambangan 2014

Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang bapak/ibu dosen dan rekan-
rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT.
Tetapi penulis menyadari bahwa di dalam laporan ini masih terdapat
kekurangan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima tanggapan dan masukan demi
kesempurnaan dari laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

Jambi, 16 April 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Geologi struktur diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas suatu bentuk kerak
bumi dan gejala – gejala pembentukannya. Dengan demikian, inti geologi struktur
adalah deformasi pada kerak bumi, apa yang menyebabkannya dan bagaimana
akibatnya. Geologi struktur merupakan studi mengenal unsur – unsur struktur
geologi, yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan sebagainya, yang terdapat
di dalam suatu satuan tektonik. Geologi struktur merupakan salah satu disiplin ilmu
yang sangat pokok dan mutlak dikuasai oleh seorang ahli ilmu kebumian. Tanpa
adanya titik berat terhadap pengetahuan serta wawasan yang luas terhadap ilmu ini,
maka seorang ahli ilmu kebumian akan sangat sukar menginterpretasikan data – data
Geologi yang di temukan di lapangan. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi
batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan
geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada
waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk
menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Geologi struktur juga merupakan bagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun
deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat
dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur
adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari
kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-
unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault),
dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit),
sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang
lebih besar, yang mempelajari objek-objek geologi seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi
maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk
bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk
arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan
yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar.
Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti
sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta
lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan
normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik
(trustfault).
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang
bekerja pada batuan batuan tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya tersebut
berasal ?. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik Lempeng”
dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak
satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan
yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen), dan atau saling
berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber
asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai gaya yang
bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan berhubungan dengan ilmu mekanika
batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang terkena oleh
suatu gaya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan diadakannya praktik lapangan Geologi Struktur yang
dilakukan di Air Terjun Ratu Kelana Calista Irawan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jenis struktur geologi yang terdapat di daerah Air Terjun
Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai.

2. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan struktur geologi yang terdapat di


daerah Air Terjun Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai.

3. Untuk menentukan arah umum struktur geologi yang terdapat di daerah Air
Terjun Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai.

4. Untuk mengetahui jenis longsoran yang terjadi pada daerah Air Terjun Ratu
Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai.

1.3 Metode Kerja


1.3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan pada praktik lapangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Singkapan batuan yang terdapat di sekitaran Air Terjun Ratu Kelana Calista
Irawan Desa Lubuk Bernai

1.3.2 Peralatan yang Digunakan


1.3.2.1 Alat-Alat Penelitian Lapangan
Peralatan yang digunakan pada praktik lapangan pada saat ini adalah sebagai
berikut:
1. Palu geologi sedimen
2. Kompas geologi
3. Kamera
4. Alat Tulis
1.3.3 Tahap Penyusunan Rencana Kerja
1.3.3.1 Tahap Kegiatan Kerja

1.3.3.1.1 Pengukuran Kekar Di Lapangan

Pengukuran kekar dilapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:


1. Ditentukan kekar yang akan dilakukan pengukuran
2. Diletakkan clipboard pada kekar sesuai dengan bentuk kekar

3. Diletakkan sisi east kompas pada clipboard dan disesuaikan dengan


bidang clipboard hingga gelembung pada nivo mata sapi berada ditengah

4. Dicatat arah strike yang didapatkan dan ditandai garis strike pada
clipboard

5. Diletakkan sisi west kompas pada clipboard sesuai dengan kaidah tangan
kiri

6. Disesuaikan kompas dengan memutar bagian bawah kompas hingga


gelembung berada ditengah pada nivo tabung

7. Dicatat hasil dip yang dihasilkan

1.3.3.1.2 Pengukuran Perlapisan Di Lapangan

Pengukuran perlapisan dilapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Ditentukan arah utara terlebih dahulu menggunakan kompas geologi

2. Diamati singkapan yang terdapat dilapangan

3. Ditentukan arah perlapisan yang berada di singkapan dengan cara melihat


struktur bidang yang memiliki posisi arah yang sejajar. Arah perlapisan
yang ada merupakan arah dip yang dimiliki oleh perlapisan di lapangan
4. Di tentukan strike dari perlapisan singkapan tersebut dengan menentukan
menggunakan kaidah tangan kiri

5. Diukur strike dan dip dari perlapisan tersebut dengan menggunakan


kaidah tangan kiri

6. Dicatat nilai strike dan dip yang telah didapatkan pada lembar kerja

7. Diukur perlapisan lain disekitarnya dengan cara yang sama yaitu


menentukan posisi garis yang mengarah sejajar pada singkapan yang ada

8. Dilakukan pengukuran sebanyak 30 kali sehingga diperoleh data arah


umum yang akan diolah dengan metode statistic menggunakan diagram
kipas dan diagram roset.

1.3.3.1.3 Analisis Dengan Menggunakan Metode Statistik 1 Parameter

Analisis metode statistic dilakukan dengan membuat diagram kipas dan


diagram roset. Berikut ini adalah tahapan kegiatan pembuatan diagram kipas:

1. Dibuat garis lurus pada kertas A4 dengan posisi tepat ditengah kertas
sesuai dengan banyak prosentase yang didapatkan pada data pengukuran
kekar

2. Dibagi garis menjadi beberapa bagian yang sama untuk sisi kanan titik
tengah maupun sisi kiri dengan ukuran 1 cm mewakili 2 persen

3. Diletakkan paku jangka tepat berada di titik tengah garis, kemudian


dibuat setengah lingkaran dari ujung garis menuju ujung garis lainnya

4. Dibuat kembali setengah lingkaran pada titik selanjutnya hingga


membentuk seperti busur
5. Diletakkan busur derajat dengan titik tengah busur berimipitan dengan
titik tengah setengah ligkaran

6. Ditandai derajat yang terdapat didalam busur tersebut

7. Digaris tanda yang telah dibuat, dimana untuk setiap kelipatan sepuluh
diberi garis tegas dan untuk setiap kelipatan 5 diberi garis putus-putus

8. Ditulis nilai dari garis horizontal yang telah dibuat dan garis setengah
lingkaran yang telah dibuat

9. Diplotkan hasil pengukuran pada tabel yang telah dibuat pada diagram
tersebut dengan menggunakan warna biru

Berikut ini adalah tahapan kerja pembuatan diagram roset :

1. Dibuat garis lurus pada kertas A4 dengan posisi tepat ditengah kertas
sesuai dengan banyak prosentase yang didapatkan pada data pengukuran
kekar

2. Dibagi garis menjadi beberapa bagian yang sama untuk sisi kanan titik
tengah maupun sisi kiri dengan ukuran 1 cm mewakili 2 persen

3. Diletakkan paku jangka tepat berada di titik tengah garis, kemudian


dibuat lingkaran dari ujung garis menuju ujung garis lainnya

4. Dibuat kembali lingkaran pada titik selanjutnya hingga membentuk


lingkaran yang berlapis
5. Diletakkan busur derajat dengan titik tengah busur berimipitan dengan
titik tengah setengah ligkaran, dilakukan untuk kedua sisi yaitu atas dan
bawah

6. Ditandai derajat yang terdapat didalam busur tersebut

7. Digaris tanda yang telah dibuat, dimana untuk setiap kelipatan sepuluh
diberi garis tegas dan untuk setiap kelipatan 5 diberi garis putus-putus

8. Ditulis nilai dari garis pada lingkaran yang telah dibuat

9. Diplotkan hasil pengukuran pada tabel yang telah dibuat pada diagram
tersebut dengan menggunakan warna biru

1.3.3.1.4 Analisis Dengan Menggunakan Metode Statistik 2 Parameter

Analisis metode statistic 2 parameter dengan membuat diagram kontur.


Berikut ini adalah tahapan kegiatan pembuatan diagram kontur :

1. Diletakkan kertas kalkir diatas lembar The Polar Equal Area Net dan
ditusuk bagian tengah lembar dengan kalkir dengan menggunakan paku
payung

2. Digambarkan lingkaran yang tampak pada kertas kalkir dan dituliskan


arah mata angin yang sesuai dengan lembar The Polar Equal Area Net

3. Dilakukan proses pemlotingan data hasil pengukuran struktur kekar


dengan cara nilai strike merupakan nilai yang tertera disamping-samping
lingkaran sedangkan nilai dip merupakan nilai yang dihitung dari pusat
lingkaran menuju bagian luar lingkaran. Kotak pada lembar tersebut
mewakili 2o
4. Dititikkan kertas kalkir sesuai dengan nilai strike dan dipnya pada setiap
proses pemlotingan berdasarkan nilai strike dip pada data hasil
pengukuran

5. Dipindahkan kalikir hasil pemlotingan pada lembar Kalsbeek Counting


Net dengan menyesuaikan bentuk dari lingkarannya

6. Dibuat segienam pada beberapa area pada hasil data pengukuran yang
telah di ploting yang mengandung titik yang telah diploting, dengan syarat
terdapat satu segienam yang mengandung titik paling banyak

7. Dibuat kontur pada titik yang telah diplotting yang dimulai dari segienam
yang mengandung titik terbanyak hingga titik terkecil

8. Dipindahkan kertas kalkir tersebut diatas lembar The Polar Equal Area
Net, kemudian diletakkan kalkir baru diatas kalkir yang telah di buat
konturnya

9. Dibuat lingkaran pada kalkir baru beserta dengan arah mata angin yang
sesuai dan dibuat kontur yang tampak pada kalkir sebelumnya

10. Ditentukan titik tengah pada kontur yang paling kecil

11. Ditarik garis dari tengah titik kontur menuju pusat lingkaran The Polar
Equal Area Net dengan garis tegas dan ditarik garis dari titik kontur
menuju bagian luar lingkaran dengan garis putus-putus

12. Dilepaskan kalkir dari lembar polar dan kalkir lama, kemudian disatukan
garis pada titik tengah kalkir
1.3.3.1.5 Analisis Kekar Menggunakan Stereografis

Analisis kekar menggunakan stereografis dilakukan dengan cara berikut ini :

1. Ditempelkan kalkir diatas wulfnet

2. Diploting arah umum yang telah didapatkan dari diagram kontur

3. Dibuat garis ke arah utara dan selatan dari masing-masing arah umum
yang telah ditentukan

4. Ditentukan shear 1 dan shear 2, dimana shear 1 merupakan nilai strike


terkecil

5. Ditandai titik perpotongan antara shear 1 dan shear 2 dengan σ 2

6. Dipindahkan titik σ 2 pada garis lurus East-West kemudian dihitung

senilai 90o kearah west

7. Ditandai titik tersebut kemudian ditarik garis putus-putus menuju North


dan South, dimana garis tersebut merupakan garis bantu

8. Ditentukan panjang garis bantu yang berada diantara shear 1 dan shear 2
dan antara ujung garis bantu dengan shear 2

9. Dibagi menjadi 2 garis bantu tersebut ditandai pembagian 2 garis tersebut

menjadi σ 1 dan dibagi garis bantu antara shear 2 dengan ujung garis

bantu dan ditandai pembagian garis tersebut menjadi σ 3


10. Diluruskan antara titik σ 2 dan σ 1 pada wulf net dan digaris titik

tersebut jika posisi ke2 titik telah lurus dan diberi nama extension joint

begitu juga dengan titik σ 2 dan σ 3 dan diberi nama release joint

11. Digaris pusat lingkaran menuju σ 1, σ 2 dan σ 3, dimana garis

antara titik tengah lingkaran menuju σ merupakan garis tegas dan garis

antara σ dengan garis pinggir lingkaran merupakan garis putus-putus

12. Ditentukan nilai σ 1, σ 2 dan σ 3 berdasarkan garis tersebut

13. Diwarnai garis dimana shear dengan warna merah, extension joint dengan
warna kunig, release joint dengan warna hijau , garis bantu dengan warna
hitam dan lingkaran dengan warna biru

1.3.3.1.6 Analisis Kekar Secara 3 Dimensi

Analisis kekar secara tiga dimensi dilakukan dengan cara berikut ini :

1. Ditempelkan kalkir baru diatas kalkir hasil analisis stereografis

2. Ditentukan titik tengah untuk pembuatan kubus, dimana titik tengah kubus

3. Digambar kubus sesuai dengan ukuran yang sesuai dengan bentuk dari
hasil analisis kekar

4. Ditentukan arah utara dan arah dari sigma 1, 2 dan 3

1.4 Waktu Pelaksanaan


Praktik lapangan Geologi Struktur dilakukan pada Minggu, 27 Maret 2016.
Praktik Geologi Struktur dilakukan selama satu hari.

BAB II

KERANGKA GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geologi Regional dan Fisiografi


Gambar 2. 1 Peta Tpografi Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Secara regional daerah inventarisasi merupakan bagian dari Sub Cekungan


Jambi, berdasarkan peta Geologi Lembar Rengat, Sumatera, skala 1 : 250.000,
terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (N. Suwarna, T.Budhistira, S.
Santosodan S. AndiMangga, 1994), terlihat bahwa secara umum, tampak bahwa
daerah uji petik tersusun oleh endapan yang berumur Kuarter dan Tersier, dengan
urutan sebagai berikut: Endapan Kuarter terdiri dari, Satuan endapan Alluvium dan
Endapan Pantai, dimana satuan ini tersusun oleh litologi pasir, lanau, lempung dan
Lumpur, kerikil, kerakal serta sisa tumbuh-tumbuhan, setempat di jumpai endapan
gambut.
Satuan Endapan Rawa, Satuan ini tersusun oleh litologi lempung, Lumpur,
lanau, pasir dan gambut. Satuan Endapan Kipas, Satuan ini tersusun oleh litologi
pasir, konglomerat dan Lumpur. Endapan Tersier didaerah uji petik merupakan
dasar atau alas dimana terakumulasinya endapan gambut, di kenal sebagai
Formasi Kasai, formasi ini tersusun oleh litologi batu pasir tufaan, batu pasir
kuarsa, konglomerat aneka bahan, tuf, batu lempung tufaan, batu pasir tufaan
kerikilan, kayu terkersikkan, berwarna putih – abu – abu muda (untung, triono,
2003).

2.2 Stratigrafi Regional


Formasi tersier terdiri dari Formasi Palembang Anggota atas, Palembang
Anggota Tengah, Palembang Anggota Bawah, Lahat Anggota Tengah dengan
kondisi Geologis formasi sebagai berikut :

2.2.1 Formasi Palembang AnggotaAtas

Formasi Palembang Anggota Atas (Qtpv) tersusun atas tufa batu


gamping dan tufa batu apung bersifat masam, batu pasir tufa bersisipan
bentonit, lignit dan kayu kersik yang terbentuk selama dan setelah
arogenesis Pliot - Pliestosen dan berasal dari Rombakan Bukit Barisan dan
Pegunungan Tiga Puluh yang terangkat.

2.2.2 Formasi Palembang AnggotaTengah

Formasi Palembang Anggota Tengah (Tppp) terletak membujur dari


arah Barat Laut Tenggara dengan susunan batu pasir, batu liat serpihan dan
pasir yang mengandung lignit diendapkan dalam lingkungan laut dangkal
terjadi pada Miosen - Pliosen.

2.2.3 Formasi Palembang Anggota Bawah

Formasi Palembang Anggota Bawah (Tmpl) tersusun atas batu


lempung, serpih atau batu pasir glaukonitan yang merupakan endapan
lingkungan neritik. Tmpl di sekitar Dusun Tengah Kecamatan Tungkal Ulu
mempunyai kemiringan lapisan ke utara 300 merupakan sayap antiklinal
yang bersumbu kira-kira Timur Barat.

2.2.4 Formasi Lahat Anggota Tengah

Formasi Lahat Anggota Tengah (Tomp) tersusun atas konlomerat


dibagian bawah dan batu pasir kuarsa berbutir halus sampai kasar dibagian
atas dengan perlapisan bersilang - siur. Formasi ini dijumpai pada sekitar
sungai Rengas dan Bukit Hulu Ketalo.

2.2.5 Formasi Telisa Anggota Atas


Formasi Telisa Anggota Atas (Tmts) tersusun atas serpih, batu
gamping napalan dengan sisipan tufa andesitik yang tersingkap terpisah
dalam Formasi Pre-Tersier (Ptsb) di Kawasan Pegunungan Tiga Puluh
bagian kaki bukit. Di daerah sebelah Tenggara Formasi Tmts (MiosenAtas)
terdapat Formasi Palembang Anggota Bawah (Tmpl) dengan susunan batu
liat bersisipan batu pasir sebagai glukonitik, Serpih Napalan dan Serpih
dengan sisipan tipis Lignit dan tumbuh. Di bagian bawah terdapat batu
gamping dan serpih Gampingan (anonim.2010)

2.3 Gondwana Park Pegunungan Tiga Puluh seluas 115.20 km2


Kawasan ini berbeda dengan tiga kawasan yang tersebut di atas yang
terangkai dalam sistem DAS. Pada kawasan Gondwana yang berada di
Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat, merupakan bentang
kawasan dari lempeng Gondwana pada Pegunungan Bukit Tiga Puluh. Kawasan
ini sebenarnya berbatasan dengan Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dan
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Kawasan ini sebagian besar merupakan
kawasan nasional habitat dari fauna besar seperti gajah maupun jenis primata
seperti orang hutan dan berbagai jenis kera.
Secara keseluruhan kawasan geopark merangin Jambi berikut keletakan
formasi cakupan sub dan elemen masing-masingnya terlihat pada peta wilayah
yang tertera dibawah ini (anonim.2010):

Gambar 2.2 Peta Kawasan Geopark Merangin


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 3.1 Data Kekar di Lokasi Pengukuran I

No N ... 0E / ...0 No N ... 0E / ...0 No N ... 0E / ...0


1 268/70 11 245/50 21 245/50
2 240/49 12 234/46 22 282/32
3 246/56 13 256/72 23 221/49
4 242/64 14 196/40 24 234/46
5 227/61 15 248/59 25 226/45
6 240/57 16 197/49 26 214/48
7 220/67 17 260/65 27 277/70
8 232/31 18 231/42 28 291/66
9 234/50 19 203/42 29 245/41
10 217/54 20 230/52 30 256/32

Tabel 3.2 Tabulasi Data Pembuatan Diagram Kipas di Lokasi Pengukuran II


No N ... 0E / ...0 No N ... 0E / ...0 No N ... 0E / ...0
1 328/42 6 347/20 11 331/32
2 329/30 7 354/15 12 209/35
3 310/45 8 335/48 13 203/30
4 328/30 9 330/30
5 344/20 10 308/33

Tabel 3.3 Tabulasi Data Untuk Pembuatan Diagram Kipas di Lokasi Pengukuran I
Arah Presentase
Notasi Jumlah
N N . . .0 E (%)
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200 II 2 6
21 – 25 201 -205 I 1 3
26 – 30 206 -210
31 – 35 211 – 215 I 1 3
36 – 40 216 – 220 II 2 6
41 – 45 221 – 225 I 1 3
46 – 50 226 – 230 III 3 10
51 – 55 231 – 235 IIII 5 16
56 – 60 236 – 240 II 2 6
61 – 65 241 – 245 IIII 4 13
66 – 70 246 – 250 II 2 6
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260 III 3 10
81 – 85 261 – 265
86 – 90 266 – 270 I 1 3
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280 I 1 3
101 – 105 281 – 285 I 1 3
106 – 110 286 – 290
111 – 115 291 – 295 I 1 3
116 – 120 296 – 300
121 – 125 301 – 305
126 – 130 306 – 310
131 – 135 311 – 315
136 – 140 316 - 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330
151 – 155 331 – 335
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345
166 – 170 346 – 350
171 – 175 351 – 355
176 – 180 356 – 360
Tabel 3.4 Tabulasi Data Untuk Pembuatan Diagram Kipas di Lokasi Pengukuran I
Arah Jumla Arah Jumla
Notasi % Notasi %
N h N...0E h
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200 II 2 6
21 – 25 201 -205 I 1 3
26 – 30 206 -210
31 – 35 211 – 215 I 1 3
36 – 40 216 – 220 II 2 6
41 – 45 221 – 225 I 1 3
46 – 50 226 – 230 III 3 10
51 – 55 231 – 235 IIII 5 16
56 – 60 236 – 240 II 2 6
61 – 65 241 – 245 IIII 4 13
66 – 70 246 – 250 II 2 6
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260 III 3 10
81 – 85 261 – 265
86 – 90 266 – 270 I 1 3
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280 I 1 3
101 – 105 281 – 285 I 1 3
106 – 110 286 – 290
111 – 115 291 – 295 I 1 3
116 – 120 296 – 300
121 – 125 301 – 305
126 – 130 306 – 310
131 – 135 311 – 315
136 – 140 316 – 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330
151 – 155 331 – 335
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345
166 – 170 346 – 350
171 – 175 351 – 355
176 - 180 356 – 360

Tabel 3.5 Tabulasi Data Pembuatan Diagram Kipas di Lokasi Pengukuran II


Arah Presentase
Notasi Jumlah
N N . . .0 E (%)
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200
21 – 25 201 -205 I 1 7
26 – 30 206 -210 I 1 7
31 – 35 211 – 215
36 – 40 216 – 220
41 – 45 221 – 225
46 – 50 226 – 230
51 – 55 231 – 235
56 – 60 236 – 240
61 – 65 241 – 245
66 – 70 246 – 250
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260
81 – 85 261 – 265
86 – 90 266 – 270
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280
101 – 105 281 – 285
106 – 110 286 – 290
111 – 115 291 – 295
116 – 120 296 – 300
121 – 125 301 – 305
126 – 130 306 – 310 II 2 15
131 – 135 311 – 315
136 – 140 316 - 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330 IIII 4 30
151 – 155 331 – 335 II 2 15
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345 I 1 7
166 – 170 346 – 350 I 1 7
171 – 175 351 – 355 I 1 7
176 – 180 356 – 360

Tabel 3.6 Tabulasi Data Untuk Pembuatan Diagram Rosset di Lokasi Pengukuran II
Arah Jumla Arah Jumla
Notasi % Notasi %
N h N...0E h
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200
21 – 25 201 -205 I 1 7
26 – 30 206 -210 I 1 7
31 – 35 211 – 215
36 – 40 216 – 220
41 – 45 221 – 225
46 – 50 226 – 230
51 – 55 231 – 235
56 – 60 236 – 240
61 – 65 241 – 245
66 – 70 246 – 250
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260
81 – 85 261 – 265
86 – 90 266 – 270
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280
101 – 105 281 – 285
106 – 110 286 – 290
111 – 115 291 – 295
116 – 120 296 – 300
121 – 125 301 – 305
126 – 130 306 – 310 II 2 15
131 – 135 311 – 315
136 – 140 316 – 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330 IIII 4 30
151 – 155 331 – 335 II 2 15
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345 I 1 7
166 – 170 346 – 350 I 1 7
171 – 175 351 – 355 I 1 7
176 - 180 356 – 360
Gambar Diagram Kipas Pada Lokasi Pengukuran I

Gambar Diagram Roset Pada Lokasi Pengukuran I


Gambar Analisa Kekar Dengan Diagram Kontur Pada Lokasi Pengukuran I
Gambar Arah Umum Dengan Diagram Kontur Pada Lokasi Pengukuran I

Degradasi Persentase (%)


Warna
3
6
10
13
23
Gambar Arah Umum Kekar Sereografis Pada Lokasi Pengukuran I

Gambar Analisis Kekar 3 Dimensi Pada Lokasi Pengukuran I


Gambar Analisis SesarPada Pengukuran I
Gambar Diagram Klasifikasi Sesar Menurut Rickard, 1972

Gambar Diagram Kipas Pada Lokasi Pengukuran II


Gambar Diagram Roset Pada Lokasi Pengukuran II
3.2 Pembahasan
Praktikum lapangan Geologi Struktur dilaksanakan selama 1 hari pada hari
Minggu tanggal 27 Maret 2016 di sekitaran Air Terjun Ratu Kelana Calista Desa
Lubuk Bernai. Pengambilan data struktur geologi dilakukan pada dua lokasi, yaitu
lokasi pertama (lokasi 1) berada di dataran atas dekat air terjun, sedangkan lokasi
kedua (lokasi 2) berada didekat arah masuk air terjun. Pada lokasi 1 data yang kami
ambil adalah kekar yang merupakan struktur geologi yang terlihat pada lokasi
tersebut, sedangkan pada lokasi 2 data yang kami ambil adalah perlapisan berbeda
dengan lokasi 1 karena struktur geologi yang terlihat pada lokasi tersebut adalah
perlapisan. Berikut akan kami bahas proses pengambilan data dan analisis data pada
masing-masing lokasi.

A. Lokasi 1
Pada lokasi 1 yang berada di atas air terjun memiliki struktur geologi berupa
kekar terlihat dari adanya retakan-retakan pada singkapan batuan yang berada pada
lokasi tersebut. Untuk pengambilan data kekar tersebut digunakan kompas geologi
seperti yang telah dipelajari pada praktikum dilaboratorium sebelumnya. Total data
kekar yang kami ambil berjumlah 30 data.Adapun analisis yang digunakan untuk
mengolah data kekar ini yaitu:
1) Analisis dengan Diagram Kipas.
2) Analisis dengan Diagram Roset.
3) Analisis dengan Diagram Kontur.
4) Analisis dengan Diagram Stereografi.
5) Analisis dengan Secara 3 Dimensi.

Analisis Diagram Kipas


Penggambaran diagram kipasini berupa setengah lingkaran dengan jari-jari
sepanjang harga porsentase maksimum. Sebelum digambarkan (diproyeksikan),
tentunya ke-30 data pengukuran dikelompokan terlebih dahulu ke dalam tabulasi data
yang dapat dilihat pada Tabel 3.3. Dari hasil pengelompokan didapat variasi jumlah
notasi 1,2,3,4 dan 5 yang kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
persentasinya yaitu :
1 4
× ×
 30 100% = 3% • 30 100% = 13%

2 5
× ×
 30 100% = 6% • 30 100% = 16%

3
×
 30 100% = 10%

Sehingga variasi nilai persentasenya yaitu 3%, 6%, 10%, 13%, dan 16% dimana
persentase terbesarnya adalah 16%. Berdasarkan hasil persentase tersebut untuk
penggambaran diagram kipas kami menggunakan perbandingan 1,5 cm : 3% sehingga
panjang alas diagram kipas adalah 16 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat ada 1 buah arah umum yaitu antara 51 0 – 550 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
51+55 106
= =¿
 2 2 530

Sehingga didapatkan nilai arah umumnya adalah 530

Analisis Diagram Roset


Sama dengan diagram kipas, untuk diagram roset juga perlu diolah data
pengukurannya terlebih dahulu ke dalam pengelompokan tabulasi data yang dapat
dilihat pada Tabel 3.4. Akan tetapi berbeda dengan diagram kipas tabulasi data roset
lebih banyak karena dipisahkan rangenya sehingga pada penggambaran akan
membentuk lingkaran penuh. Dari hasil pengelompokan didapat variasi jumlah notasi
yang sama dengan diagram kipas 1, 2, 3, 4 dan 5 yang kemudian dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan persentasinya yaitu :
1 4
× ×
 30 100% = 3% • 30 100% = 13%
2 5
× ×
 30 100% = 6% • 30 100% = 16%

3
×
 30 100% = 10%

Sehingga variasi nilai persentasenya yaitu3%, 6%, 10%, 13%, dan 16% dimana
persentase terbesarnya adalah 16%. Berdasarkan persentase tersebut untuk
penggambaran diagram kipas kami menggunakan perbandingan yang sama juga yaitu
1,5 : 3% sehingga panjang diameter diagram roset adalah 16 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat arah umum kelurusan mengarah pada 231 0-2350 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
231+235 466
= =¿
 2 2 2330

Sehingga didapatkan nilai arah umumnya adalah 2330

Analisis Diagram Kontur


Menurut literatur, diagram kontur adalah pengolahan data jurus dan
kemiringan batuan dengan memproyeksikan data tersebut secara stereografi. Proyeksi
ini digunakan untuk memecahkan masalah hubungan sudut baik garis dan bidang di
dalam ruang. Pada penggambaran analisis ini menggunakan 2 stereonet yaitu The
Polar Equal Area Net dan Kalsbeek Counting Net. Pengerjaannya yaitu mengeplotkan
ke-30 data kekar pada stereonet The Polar yang kemudian di gambarkan poligon
segienam pada ploting data tersebut menggunakan stereonet Kalsbeek. Didapatkan
variasi jumlah titik pada poligon segienam yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Terlihat pada
stereonet Kalsbeek penggambaran terbagi 2 karena terbelah oleh bidang garis dari
stereonet tersebut, dimana titik poligon terbesar yaitu 7 dan 4. Kemudian
digambarkan pola konturnya dan dilakukan perhitungan untuk menentukan degradasi
warna. Adapun perhitungannya :

Jumlah titik
×100
 Segienam I = Banyak Data
1
×100
= 30

=3%
Jumlah titik
×100
 Segienam II = Banyak Data

2
×100
= 30

=6%
Jumlah titik
×100
 Segienam III = Banyak Data

3
×100
= 30

= 10 %
Jumlah titik
×100
 Segienam IV = Banyak Data

4
×100
= 30

= 13 %
Jumlah titik
×100
 Segienam V = Banyak Data

7
×100
= 30

= 23 %
Setelah didapatkan persentasenya kontur dapat diberikan warna sesuai dengan
degradasi warna yang diberikan.
Untuk menentukan arah umumnya yaitu pada nilai titik terbesar ditandai pusat
dari poligon segienam menggunakan stereonet Kalsbeek, kemudian diproyeksikan
kembali menggunakan stereonet The Polar. Dari acuan titik tengah dari poligon
terbesar tadi ditarik garis tegasan dari pusat stereonet hingga ke titik, lalu selebihnya
digambar garis putus-putus hingga lingkaran stereonet. Dibaca arah umum yang
didapat yaitu :
- N 2300 E / 480
- N 2620 E / 700

Analisis Diagram Stereografi


Tujuan akhir dari metode diagram stereografis adalah untuk menentukan
kedudukan atau arah umum dari kekar dan menentukan arah umum dari gaya utama.
Diagram stereografis dapat dikatakan gabungan diagram kontur, dengan mengunakan
proyeksi streografi dan proyeksi kutub. Sehingga untuk memproyeksikannya, perlu
digambarkan diagram kontur terlebih dahulu. Pada penggambarannya menggunakan
stereonet Wulff Net yang memerlukan data arah umum dari diagram kontur sebagai
shear 1 dan shear 2.
Caramemplotingnya seperti memproyeksikan geografis struktur bidang pada
praktikum terdahulu hanya saja tidak dibuat garis potong lingkaran yang kedua
titiknya mengikuti nilai dip. Selanjutnya ditandai titik perpotongan antara shear 1 dan

σ2 σ2
shear 2 sebagai . Diputar kertas kalkir hingga titik berada di garis East &

σ2
West (EW) lalu dihitung 900 dari titik melalui pusat lingkaran dengan garis

bantu EW dan digambarkan bidang bantu berupa garis putus-putus searah dengan
diagonal NS. Terlihat bidang bantu memotong shear 1 dan shear 2. Selanjutnya
diukur kedua garis bidang bantu, diambil garis terpanjang yang mana setengah dari

σ1
panjangnya merupakan titik . Diputar lagi kertas kalkir untuk mencari kelurusan

σ2 σ1
garis diagonal antara dengan lalu digaris dengan warna kuning sebagai

ekstension joint. Kemudian diukur garis bidang bantu yang tidak memotong shear 1

σ3
dan shear 2 dimana setengahnya ditandai sebagai . Diputar kertas kalkir untuk
σ2 σ3
mencari kelurusan antara dengan dan digaris dengan warna hijau sebagai

release joint. Terakhir ditarik garis tegsan dari pusat lingkaran ke masing – masing

titik σ dan garis putus-putus setelah melewati titik σ tersebut.

Terakhir dibaca setiap data yang telah digambarkan pada stereonet Wulff Net,

Analisis Secara 3 Dimensi


Analisis secara 3 dimensi dapat digunakan untuk menentukan jenis longsoran
yang terjadi pada daerah analisis. Dalam dunia pertambangan analisis longsor pada
kekar sangat penting karena kita dapat mengetahui tingkat bahaya pada daerah
tersebut dan metode penambangan yang tepat untuk digunakan.
Semakin dekat titik tiap kekar atau semakin dekat nilai strike dan dipnya pada
kekar maka hasil analisis kekar akan menyebar sehingga kekar tersebut longsor busur
penuh. Sedangkan jika nilai strike dan dip pada kekar tidak berdekatan atau nilai
strike dan dipnya berbeda maka hasil analisis kekar akan memiliki 2 arah umum
sehingga kekar tersebut longsor baji. Dari hasil proyeksi penggambaran dapat
dikatakan bahwa longsor yang terjadi pada lokasi 1 ini adalah longsor baji.

B. Lokasi 2
Pada lokasi 2 yang berada di dataran bawah air terjun (dekat awal masuk air
terjun) memiliki struktur geologi berupa perlapisan terlihat dari adanya retakan-
retakan pada singkapan batuan yang berada pada lokasi tersebut. Untuk pengambilan
data kekar tersebut digunakan kompas geologi seperti yang telah dipelajari pada
praktikum dilaboratorium sebelumnya. Seharunya total data yang kami ambil sama
dengan data kekar yaitu 30 data, akan tetapi dikarenakan faktor cuaca yang tidak
mendukung dan hari yang semakin sore praktikan hanya dapat mengambil 13 data
saja. Adapun analisis yang digunakan untuk mengolah data perlapisan ini hanya 2
yaitu:
1) Analisis dengan Diagram Kipas.
2) Analisis dengan Diagram Roset.
Berikut akan dibahas masing-masing analisis yang dilakukan.

Analisis Diagram Kipas


Seperti yang dilakukan pada analisis diagram kipas di lokasi 1 pertama,
tentunya ke-13 data pengukuran dikelompokan terlebih dahulu ke dalam tabulasi data
yang dapat dilihat pada Tabel 3.5. Dari hasil pengelompokan didapat variasi jumlah
notasi 1, 2, dan 4 yang kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
persentasinya yaitu :
1
×
 13 100% = 7%

2
×
 13 100% = 15%

4
×
 13 100% = 30%

Sehingga variasi nilai persentasenya yaitu 7%, 15%, dan 30%dimana persentase
terbesarnya adalah 30%. Berdasarkan hasil persentase tersebut untuk penggambaran
diagram kipas kami menggunakan perbandingan 1,5 cm : 5% sehingga panjang alas
diagram kipas adalah 18 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat ada 1 buah arah umum yaitu antara 326 0 – 3300 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
326 +330 656
= =¿
 2 2 3280

Sehingga didapatkan nilai arah umumnya adalah 3280

Analisis Diagram Roset

Sama dengan diagram kipas, untuk diagram roset juga perlu diolah data
pengukurannya terlebih dahulu ke dalam pengelompokan tabulasi data yang dapat
dilihat pada Tabel 3.6. Akan tetapi berbeda dengan diagram kipas tabulasi data roset
lebih banyak karena dipisahkan rangenya sehingga pada penggambaran akan
membentuk lingkaran penuh. Dari hasil pengelompokan didapat variasi jumlah notasi
yang sama dengan diagram kipasnya 1, 2, dan 4 yang kemudian dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan persentasinya yaitu :
1
×
 13 100% = 7%

2
×
 13 100% = 15%

4
×
 13 100% = 30%

Sehingga variasi nilai persentasenya juga sama yaitu 7%, 15%, dan 30%dimana
persentase terbesarnya adalah 30%. Berdasarkan persentase tersebut untuk
penggambaran diagram kipas kami menggunakan perbandingan yang sama juga yaitu
1,5 : 5% sehingga panjang diameter diagram roset adalah 18 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat arah umum kelurusan mengarah pada 326 0-3300 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
326 +330 656
 = =¿
2 2 3280

Sehingga didapatkan nilai arah umumnya adalah 3280


.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktik lapangan Geologi Struktur yang dilakukan
di Air Terjun Ratu Kelana Calista Irawan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jenis struktur geologi yang terdapat di daerah Air Terjun
Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai. Jadi, dari hasil analisis di
lapangan secara langsung dapat disimpulkan bahwa jenis struktur yang
terdapat di daerah Air Terjun Ratu Kelana Calista Irawan adalah kekar dan
perlapisan. Dimana kekar terbentuk akibat adanya gaya-gaya yang bekerja
pada singkapan ataupun struktur batuan sehingga membentuk kekar-kekar
yang dipengaruhi juga oleh aliran air terjun dan sungai itu sendiri. Sedangkan
struktur perlapisan yang dilihat merupakan proses deformasi batuan yang
membentuk perlapisan akibat adanya tekanan ataupun adanya pengaruh
tektonik lempeng sehingga batuan tersebut membentuk seperti perlapisan
yang sejajar.

2. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan struktur geologi yang terdapat di


daerah Air Terjun Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai. Jadi,
setelah dilihat dan dianalisis dapat diduga bahwa kekar yang terbentuk
merupakan hasil dari pegerakan tektonik yang memberikan gaya pada struktur
tersebut. Tidak dapat dipastikan jenis kekar tersebut karena perlu data-data
beberapa analisis yang lebih detail untuk menyimpulkan mekanisme
pembentukan struktur tersebut dan jenis dari struktur tersebut.

3. Untuk menentukan arah umum struktur geologi yang terdapat di daerah Air
Terjun Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai. Jadi arah umum dari
struktur tersebut adalah N 230˚ E yang dilihat dari rata – rata data yang di
ambil. Arah umum struktur geologi yang terdapat di daerah Air Terjun Ratu
Kelana Calista Desa Lubuk Bernai yaitu :

 Lokasi 1

- Analisis Diagram Kipas = 530


- Analisis Diagram Roset = 2330

- Analisis Kontur = N 2300 E / 480 dan N 2620 E / 700


4. Untuk mengetahui jenis longsoran yang terjadi pada daerah Air Terjun Ratu
Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai. Jadi jenis longsoran yang terjadi
pada daerah Air Terjun Ratu Kelana Calista Desa Lubuk Bernai adalah
longsor baji.

4.2 Saran
Saran untuk selanjutnya agar saat di lapangan yang berbeda nantinya akan
mendaptkan wawasan dan ilmu yang lebih untuk praktik lapangan Geologi Struktur
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2003. Psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium2003/Batubara/ProsidingTanjangInhil


03.pdf. Diakses Kamis, 7 April 2016 pada Pukul 20:26 di Jambi.

Anonim. 2010. Kecamatan Renah Mendalu.https:/kecamatanrenahmendaluh.


blogspot.co.id. Diakses Kamis, 7 April 2016 pada Pukul 20:53 di
Jambi.

Triono, Untung. 2003. Inventaris dan Evaluasi Endapan Gambut di Daerah Indragiri
Hilir (Riau) dan Tanjung Jabung Barat (Jambi).
LAMPIRAN

(Foto 1. Singkapan)

(Foto 2. Singkapan)

(Foto 3. Singkapan)
(Foto 4. Bentang alam)

(Foto 5. Bentang alam)

(Foto 6. Singkapan)
(Foto 7. Sampel 1)

(Foto 7. Sampel )
BIODATA

Nama : Muhammad Agung Andika Oktafiansyah


Nim : F1D114017
Prodi : Teknik Pertambangan
Universitas : Universitas Jambi
Tempat/Tanggal Lahir : Jambi/ 04 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Pattimura Perumahan Yeyes Lestari III RT 38
Blok B 15, Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Kota
Baru, Kota Jambi, Jambi
Email : magungandikao.ma@gmail.com
KESAN DAN PESAN

Kesan
Saya sangat terkesan saat melakukan perjalanan menuju lokasi bersama dengan
seluruh teman – teman, saudara – saudara dan asisten laboratorium petrologi
meskipun terjadi beberapa kendala dan insiden. Akan tetapi, semua dapat terbalaskan
dengan indahnya dan ilmu serta wawasan yang dapat di ambil dari hasil pengamatan
lapangan di Objek Air Terjun Ratu Calista Irawan, Desa Lubuk Bernai, Kecamatan
Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Serta dari perjalanan
panjang ini hubungan antar praktikan dan asisten laboratorium menjadi lebih sangat
dekat lagi tanpa adanya kesenjangan yang berlebihan.

Pesan
Pesan saya untuk semuanya agar kedepannya saat melakukan perjalanan jauh,
alangkah baiknya direncanakan dan dikoordinasikan terlebih dahulu kepada seluruh
pihak terkait dosen – dosen jurusan, dosen – dosen program studi dan dosen
pengampu agar perjalan menjadi lebih nyaman dan aman.

Anda mungkin juga menyukai