Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang bapak/ibu dosen dan rekan-
rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT.
Tetapi penulis menyadari bahwa di dalam laporan ini masih terdapat
kekurangan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima tanggapan dan masukan demi
kesempurnaan dari laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi struktur diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas suatu bentuk kerak
bumi dan gejala – gejala pembentukannya. Dengan demikian, inti geologi struktur
adalah deformasi pada kerak bumi, apa yang menyebabkannya dan bagaimana
akibatnya. Geologi struktur merupakan studi mengenal unsur – unsur struktur
geologi, yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan sebagainya, yang terdapat
di dalam suatu satuan tektonik. Geologi struktur merupakan salah satu disiplin ilmu
yang sangat pokok dan mutlak dikuasai oleh seorang ahli ilmu kebumian. Tanpa
adanya titik berat terhadap pengetahuan serta wawasan yang luas terhadap ilmu ini,
maka seorang ahli ilmu kebumian akan sangat sukar menginterpretasikan data – data
Geologi yang di temukan di lapangan. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi
batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan
geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada
waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk
menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Geologi struktur juga merupakan bagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun
deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat
dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur
adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari
kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-
unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault),
dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit),
sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang
lebih besar, yang mempelajari objek-objek geologi seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi
maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk
bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk
arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan
yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar.
Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti
sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta
lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan
normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik
(trustfault).
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang
bekerja pada batuan batuan tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya tersebut
berasal ?. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik Lempeng”
dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak
satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan
yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen), dan atau saling
berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber
asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai gaya yang
bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan berhubungan dengan ilmu mekanika
batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang terkena oleh
suatu gaya.
1. Untuk mengetahui jenis struktur geologi yang terdapat di daerah Air Terjun
Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai.
3. Untuk menentukan arah umum struktur geologi yang terdapat di daerah Air
Terjun Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai.
4. Untuk mengetahui jenis longsoran yang terjadi pada daerah Air Terjun Ratu
Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai.
4. Dicatat arah strike yang didapatkan dan ditandai garis strike pada
clipboard
5. Diletakkan sisi west kompas pada clipboard sesuai dengan kaidah tangan
kiri
6. Dicatat nilai strike dan dip yang telah didapatkan pada lembar kerja
1. Dibuat garis lurus pada kertas A4 dengan posisi tepat ditengah kertas
sesuai dengan banyak prosentase yang didapatkan pada data pengukuran
kekar
2. Dibagi garis menjadi beberapa bagian yang sama untuk sisi kanan titik
tengah maupun sisi kiri dengan ukuran 1 cm mewakili 2 persen
7. Digaris tanda yang telah dibuat, dimana untuk setiap kelipatan sepuluh
diberi garis tegas dan untuk setiap kelipatan 5 diberi garis putus-putus
8. Ditulis nilai dari garis horizontal yang telah dibuat dan garis setengah
lingkaran yang telah dibuat
9. Diplotkan hasil pengukuran pada tabel yang telah dibuat pada diagram
tersebut dengan menggunakan warna biru
1. Dibuat garis lurus pada kertas A4 dengan posisi tepat ditengah kertas
sesuai dengan banyak prosentase yang didapatkan pada data pengukuran
kekar
2. Dibagi garis menjadi beberapa bagian yang sama untuk sisi kanan titik
tengah maupun sisi kiri dengan ukuran 1 cm mewakili 2 persen
7. Digaris tanda yang telah dibuat, dimana untuk setiap kelipatan sepuluh
diberi garis tegas dan untuk setiap kelipatan 5 diberi garis putus-putus
9. Diplotkan hasil pengukuran pada tabel yang telah dibuat pada diagram
tersebut dengan menggunakan warna biru
1. Diletakkan kertas kalkir diatas lembar The Polar Equal Area Net dan
ditusuk bagian tengah lembar dengan kalkir dengan menggunakan paku
payung
6. Dibuat segienam pada beberapa area pada hasil data pengukuran yang
telah di ploting yang mengandung titik yang telah diploting, dengan syarat
terdapat satu segienam yang mengandung titik paling banyak
7. Dibuat kontur pada titik yang telah diplotting yang dimulai dari segienam
yang mengandung titik terbanyak hingga titik terkecil
8. Dipindahkan kertas kalkir tersebut diatas lembar The Polar Equal Area
Net, kemudian diletakkan kalkir baru diatas kalkir yang telah di buat
konturnya
9. Dibuat lingkaran pada kalkir baru beserta dengan arah mata angin yang
sesuai dan dibuat kontur yang tampak pada kalkir sebelumnya
11. Ditarik garis dari tengah titik kontur menuju pusat lingkaran The Polar
Equal Area Net dengan garis tegas dan ditarik garis dari titik kontur
menuju bagian luar lingkaran dengan garis putus-putus
12. Dilepaskan kalkir dari lembar polar dan kalkir lama, kemudian disatukan
garis pada titik tengah kalkir
1.3.3.1.5 Analisis Kekar Menggunakan Stereografis
3. Dibuat garis ke arah utara dan selatan dari masing-masing arah umum
yang telah ditentukan
8. Ditentukan panjang garis bantu yang berada diantara shear 1 dan shear 2
dan antara ujung garis bantu dengan shear 2
menjadi σ 1 dan dibagi garis bantu antara shear 2 dengan ujung garis
tersebut jika posisi ke2 titik telah lurus dan diberi nama extension joint
begitu juga dengan titik σ 2 dan σ 3 dan diberi nama release joint
antara titik tengah lingkaran menuju σ merupakan garis tegas dan garis
13. Diwarnai garis dimana shear dengan warna merah, extension joint dengan
warna kunig, release joint dengan warna hijau , garis bantu dengan warna
hitam dan lingkaran dengan warna biru
Analisis kekar secara tiga dimensi dilakukan dengan cara berikut ini :
2. Ditentukan titik tengah untuk pembuatan kubus, dimana titik tengah kubus
3. Digambar kubus sesuai dengan ukuran yang sesuai dengan bentuk dari
hasil analisis kekar
BAB II
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Data Kekar di Lokasi Pengukuran I
Tabel 3.3 Tabulasi Data Untuk Pembuatan Diagram Kipas di Lokasi Pengukuran I
Arah Presentase
Notasi Jumlah
N N . . .0 E (%)
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200 II 2 6
21 – 25 201 -205 I 1 3
26 – 30 206 -210
31 – 35 211 – 215 I 1 3
36 – 40 216 – 220 II 2 6
41 – 45 221 – 225 I 1 3
46 – 50 226 – 230 III 3 10
51 – 55 231 – 235 IIII 5 16
56 – 60 236 – 240 II 2 6
61 – 65 241 – 245 IIII 4 13
66 – 70 246 – 250 II 2 6
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260 III 3 10
81 – 85 261 – 265
86 – 90 266 – 270 I 1 3
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280 I 1 3
101 – 105 281 – 285 I 1 3
106 – 110 286 – 290
111 – 115 291 – 295 I 1 3
116 – 120 296 – 300
121 – 125 301 – 305
126 – 130 306 – 310
131 – 135 311 – 315
136 – 140 316 - 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330
151 – 155 331 – 335
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345
166 – 170 346 – 350
171 – 175 351 – 355
176 – 180 356 – 360
Tabel 3.4 Tabulasi Data Untuk Pembuatan Diagram Kipas di Lokasi Pengukuran I
Arah Jumla Arah Jumla
Notasi % Notasi %
N h N...0E h
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200 II 2 6
21 – 25 201 -205 I 1 3
26 – 30 206 -210
31 – 35 211 – 215 I 1 3
36 – 40 216 – 220 II 2 6
41 – 45 221 – 225 I 1 3
46 – 50 226 – 230 III 3 10
51 – 55 231 – 235 IIII 5 16
56 – 60 236 – 240 II 2 6
61 – 65 241 – 245 IIII 4 13
66 – 70 246 – 250 II 2 6
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260 III 3 10
81 – 85 261 – 265
86 – 90 266 – 270 I 1 3
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280 I 1 3
101 – 105 281 – 285 I 1 3
106 – 110 286 – 290
111 – 115 291 – 295 I 1 3
116 – 120 296 – 300
121 – 125 301 – 305
126 – 130 306 – 310
131 – 135 311 – 315
136 – 140 316 – 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330
151 – 155 331 – 335
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345
166 – 170 346 – 350
171 – 175 351 – 355
176 - 180 356 – 360
Tabel 3.6 Tabulasi Data Untuk Pembuatan Diagram Rosset di Lokasi Pengukuran II
Arah Jumla Arah Jumla
Notasi % Notasi %
N h N...0E h
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200
21 – 25 201 -205 I 1 7
26 – 30 206 -210 I 1 7
31 – 35 211 – 215
36 – 40 216 – 220
41 – 45 221 – 225
46 – 50 226 – 230
51 – 55 231 – 235
56 – 60 236 – 240
61 – 65 241 – 245
66 – 70 246 – 250
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260
81 – 85 261 – 265
86 – 90 266 – 270
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280
101 – 105 281 – 285
106 – 110 286 – 290
111 – 115 291 – 295
116 – 120 296 – 300
121 – 125 301 – 305
126 – 130 306 – 310 II 2 15
131 – 135 311 – 315
136 – 140 316 – 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330 IIII 4 30
151 – 155 331 – 335 II 2 15
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345 I 1 7
166 – 170 346 – 350 I 1 7
171 – 175 351 – 355 I 1 7
176 - 180 356 – 360
Gambar Diagram Kipas Pada Lokasi Pengukuran I
A. Lokasi 1
Pada lokasi 1 yang berada di atas air terjun memiliki struktur geologi berupa
kekar terlihat dari adanya retakan-retakan pada singkapan batuan yang berada pada
lokasi tersebut. Untuk pengambilan data kekar tersebut digunakan kompas geologi
seperti yang telah dipelajari pada praktikum dilaboratorium sebelumnya. Total data
kekar yang kami ambil berjumlah 30 data.Adapun analisis yang digunakan untuk
mengolah data kekar ini yaitu:
1) Analisis dengan Diagram Kipas.
2) Analisis dengan Diagram Roset.
3) Analisis dengan Diagram Kontur.
4) Analisis dengan Diagram Stereografi.
5) Analisis dengan Secara 3 Dimensi.
2 5
× ×
30 100% = 6% • 30 100% = 16%
3
×
30 100% = 10%
Sehingga variasi nilai persentasenya yaitu 3%, 6%, 10%, 13%, dan 16% dimana
persentase terbesarnya adalah 16%. Berdasarkan hasil persentase tersebut untuk
penggambaran diagram kipas kami menggunakan perbandingan 1,5 cm : 3% sehingga
panjang alas diagram kipas adalah 16 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat ada 1 buah arah umum yaitu antara 51 0 – 550 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
51+55 106
= =¿
2 2 530
3
×
30 100% = 10%
Sehingga variasi nilai persentasenya yaitu3%, 6%, 10%, 13%, dan 16% dimana
persentase terbesarnya adalah 16%. Berdasarkan persentase tersebut untuk
penggambaran diagram kipas kami menggunakan perbandingan yang sama juga yaitu
1,5 : 3% sehingga panjang diameter diagram roset adalah 16 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat arah umum kelurusan mengarah pada 231 0-2350 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
231+235 466
= =¿
2 2 2330
Jumlah titik
×100
Segienam I = Banyak Data
1
×100
= 30
=3%
Jumlah titik
×100
Segienam II = Banyak Data
2
×100
= 30
=6%
Jumlah titik
×100
Segienam III = Banyak Data
3
×100
= 30
= 10 %
Jumlah titik
×100
Segienam IV = Banyak Data
4
×100
= 30
= 13 %
Jumlah titik
×100
Segienam V = Banyak Data
7
×100
= 30
= 23 %
Setelah didapatkan persentasenya kontur dapat diberikan warna sesuai dengan
degradasi warna yang diberikan.
Untuk menentukan arah umumnya yaitu pada nilai titik terbesar ditandai pusat
dari poligon segienam menggunakan stereonet Kalsbeek, kemudian diproyeksikan
kembali menggunakan stereonet The Polar. Dari acuan titik tengah dari poligon
terbesar tadi ditarik garis tegasan dari pusat stereonet hingga ke titik, lalu selebihnya
digambar garis putus-putus hingga lingkaran stereonet. Dibaca arah umum yang
didapat yaitu :
- N 2300 E / 480
- N 2620 E / 700
σ2 σ2
shear 2 sebagai . Diputar kertas kalkir hingga titik berada di garis East &
σ2
West (EW) lalu dihitung 900 dari titik melalui pusat lingkaran dengan garis
bantu EW dan digambarkan bidang bantu berupa garis putus-putus searah dengan
diagonal NS. Terlihat bidang bantu memotong shear 1 dan shear 2. Selanjutnya
diukur kedua garis bidang bantu, diambil garis terpanjang yang mana setengah dari
σ1
panjangnya merupakan titik . Diputar lagi kertas kalkir untuk mencari kelurusan
σ2 σ1
garis diagonal antara dengan lalu digaris dengan warna kuning sebagai
ekstension joint. Kemudian diukur garis bidang bantu yang tidak memotong shear 1
σ3
dan shear 2 dimana setengahnya ditandai sebagai . Diputar kertas kalkir untuk
σ2 σ3
mencari kelurusan antara dengan dan digaris dengan warna hijau sebagai
release joint. Terakhir ditarik garis tegsan dari pusat lingkaran ke masing – masing
Terakhir dibaca setiap data yang telah digambarkan pada stereonet Wulff Net,
B. Lokasi 2
Pada lokasi 2 yang berada di dataran bawah air terjun (dekat awal masuk air
terjun) memiliki struktur geologi berupa perlapisan terlihat dari adanya retakan-
retakan pada singkapan batuan yang berada pada lokasi tersebut. Untuk pengambilan
data kekar tersebut digunakan kompas geologi seperti yang telah dipelajari pada
praktikum dilaboratorium sebelumnya. Seharunya total data yang kami ambil sama
dengan data kekar yaitu 30 data, akan tetapi dikarenakan faktor cuaca yang tidak
mendukung dan hari yang semakin sore praktikan hanya dapat mengambil 13 data
saja. Adapun analisis yang digunakan untuk mengolah data perlapisan ini hanya 2
yaitu:
1) Analisis dengan Diagram Kipas.
2) Analisis dengan Diagram Roset.
Berikut akan dibahas masing-masing analisis yang dilakukan.
2
×
13 100% = 15%
4
×
13 100% = 30%
Sehingga variasi nilai persentasenya yaitu 7%, 15%, dan 30%dimana persentase
terbesarnya adalah 30%. Berdasarkan hasil persentase tersebut untuk penggambaran
diagram kipas kami menggunakan perbandingan 1,5 cm : 5% sehingga panjang alas
diagram kipas adalah 18 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat ada 1 buah arah umum yaitu antara 326 0 – 3300 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
326 +330 656
= =¿
2 2 3280
Sama dengan diagram kipas, untuk diagram roset juga perlu diolah data
pengukurannya terlebih dahulu ke dalam pengelompokan tabulasi data yang dapat
dilihat pada Tabel 3.6. Akan tetapi berbeda dengan diagram kipas tabulasi data roset
lebih banyak karena dipisahkan rangenya sehingga pada penggambaran akan
membentuk lingkaran penuh. Dari hasil pengelompokan didapat variasi jumlah notasi
yang sama dengan diagram kipasnya 1, 2, dan 4 yang kemudian dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan persentasinya yaitu :
1
×
13 100% = 7%
2
×
13 100% = 15%
4
×
13 100% = 30%
Sehingga variasi nilai persentasenya juga sama yaitu 7%, 15%, dan 30%dimana
persentase terbesarnya adalah 30%. Berdasarkan persentase tersebut untuk
penggambaran diagram kipas kami menggunakan perbandingan yang sama juga yaitu
1,5 : 5% sehingga panjang diameter diagram roset adalah 18 cm.
Dari hasil proyeksi terlihat arah umum kelurusan mengarah pada 326 0-3300 dan
kemudian dilakukan perhitungan dengan mengambil nilai tengahnya yaitu :
326 +330 656
= =¿
2 2 3280
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktik lapangan Geologi Struktur yang dilakukan
di Air Terjun Ratu Kelana Calista Irawan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis struktur geologi yang terdapat di daerah Air Terjun
Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai. Jadi, dari hasil analisis di
lapangan secara langsung dapat disimpulkan bahwa jenis struktur yang
terdapat di daerah Air Terjun Ratu Kelana Calista Irawan adalah kekar dan
perlapisan. Dimana kekar terbentuk akibat adanya gaya-gaya yang bekerja
pada singkapan ataupun struktur batuan sehingga membentuk kekar-kekar
yang dipengaruhi juga oleh aliran air terjun dan sungai itu sendiri. Sedangkan
struktur perlapisan yang dilihat merupakan proses deformasi batuan yang
membentuk perlapisan akibat adanya tekanan ataupun adanya pengaruh
tektonik lempeng sehingga batuan tersebut membentuk seperti perlapisan
yang sejajar.
3. Untuk menentukan arah umum struktur geologi yang terdapat di daerah Air
Terjun Ratu Kelana Calista Irawan Desa Lubuk Bernai. Jadi arah umum dari
struktur tersebut adalah N 230˚ E yang dilihat dari rata – rata data yang di
ambil. Arah umum struktur geologi yang terdapat di daerah Air Terjun Ratu
Kelana Calista Desa Lubuk Bernai yaitu :
Lokasi 1
4.2 Saran
Saran untuk selanjutnya agar saat di lapangan yang berbeda nantinya akan
mendaptkan wawasan dan ilmu yang lebih untuk praktik lapangan Geologi Struktur
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Triono, Untung. 2003. Inventaris dan Evaluasi Endapan Gambut di Daerah Indragiri
Hilir (Riau) dan Tanjung Jabung Barat (Jambi).
LAMPIRAN
(Foto 1. Singkapan)
(Foto 2. Singkapan)
(Foto 3. Singkapan)
(Foto 4. Bentang alam)
(Foto 6. Singkapan)
(Foto 7. Sampel 1)
(Foto 7. Sampel )
BIODATA
Kesan
Saya sangat terkesan saat melakukan perjalanan menuju lokasi bersama dengan
seluruh teman – teman, saudara – saudara dan asisten laboratorium petrologi
meskipun terjadi beberapa kendala dan insiden. Akan tetapi, semua dapat terbalaskan
dengan indahnya dan ilmu serta wawasan yang dapat di ambil dari hasil pengamatan
lapangan di Objek Air Terjun Ratu Calista Irawan, Desa Lubuk Bernai, Kecamatan
Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Serta dari perjalanan
panjang ini hubungan antar praktikan dan asisten laboratorium menjadi lebih sangat
dekat lagi tanpa adanya kesenjangan yang berlebihan.
Pesan
Pesan saya untuk semuanya agar kedepannya saat melakukan perjalanan jauh,
alangkah baiknya direncanakan dan dikoordinasikan terlebih dahulu kepada seluruh
pihak terkait dosen – dosen jurusan, dosen – dosen program studi dan dosen
pengampu agar perjalan menjadi lebih nyaman dan aman.