Anda di halaman 1dari 61

TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Perencanaan dan Perhitungan Geometrik Jalan Raya “.

Laporan ini membahas tentang perencanaan dan perhitungan elemen


geometrik jalan raya yang meliputi perhitungan dan perencanaan alinyemen
horizontal, alinyemen vertikal, perhitungan galian dan timbunan serta
penggambarannya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah tugas mata
kuliah Teknik Jalan Raya.
Menyadari akan kemampuan dan keterbatasan ilmu pengetahuan
penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’a,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini,
2. Drs. H. Supratman Agus, M.T., sebagai dosen mata kuliah Teknik Jalan Raya
3. Drs. Enjang Gunawan, DIP,Ed,M.T. , yang telah membimbing dalam
penyusunan laporan ini,
4. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan
ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandung, Januari 2017

Penulis

i
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL.................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
D. Tujuan Penulisan Laporan............................................................................ 3
E. Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah .............................................. 4
F. Sistematika Penulisan................................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 6


A. Sejarah Perkembangan Pembangunan Jalan Raya ....................................... 6
B. Jalan Raya Modern ....................................................................................... 7
C. Hal-hal yang mempengaruhi Geometrik pemahaman .................................. 8
D. Klasifikasi Jalur Lalu Lintas ........................................................................ 8
E. Klasifikasi Kelas Jalan Raya menurut Fungsinya ...................................... 10
F. Geometrik Jalan Raya ................................................................................ 15

BAB III PERENCANAN DAN PERHITUNGAN GEOMETRIK JALAN


RAYA................................................................................................................ 26
A. PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ALINYEMEN HORIZONTAL
.....................................................................................................................26
1. Perencanaan Trase Jalan / Garis Tangen ................................................ 26
2. Perencanaan dan Perhitungan Lengkung Horizontal ............................. 33
3. Perhitungan Kemiringan Melintang (Super-elevasi) .............................. 38
B. PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL . 48
1. Data Perencanaan ................................................................................... 48
2. Perencanaan Landai Jalan....................................................................... 48
3. Perhitungan Jarak Pandangan ................................................................. 48
4. Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung (PPV 1) ............................... 49
C. PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN ....................................... 52

ii
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 54


A. Simpulan .................................................................................................... 54
B. Saran ......................................................................................................... 544

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

LAMPIRAN

iii
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

iv
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Besaran Sudut Belok Maksimum


Lampiran 2. Panjang Spiral Min. dan Kemiringan Melintang emaks=10%
Lampiran 3. Standar Perencanaan Alinyemen
Lampiran 4. Ketentuan Standar Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya
Lampiran 5. k mak, f mak, Nilai R min dan D maksimum
Lampiran 6. Jarak Bebas pada Proses Menyiap (d3)
Lampiran 7. Landai Maksimum
Lampiran 8. Panjang Kritis Landai Jalan
Lampiran 9. Jarak Pandangan Menyiap Minimum
Lampiran 10. Panjang Spiran Minimum dan kemiringan Melintang e
maks=10%
Lampiran 11. ls=80m
Lampiran 12. ls=100m
Lampiran 13. Hubungan Vr terhadap R desain pada Pemilihan Tikungan
Lampiran 14. Standard Perencanaan Geomterik
Gambar Peta Situasi
Gambar Potongan Memanjang
Gambar Potongan melintang

Gambar Cut and Fill

Gambar Super Elevasi

v
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sarana jalan sebagai salah satu urat nadi ekonomi masyarakat sangatlah
dibutuhkan sehingga menjadi suatu keharusan untuk disediakan atau dibangunkan,
dimana jalan juga sebagai sebuah lambang atau prestise dari suatu bangsa yang
secara langsung atau tidak langsung menjadi cermin keberhasilan bangsa itu
sendiri.

Sejarah manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan
hidup dan berkomunikasi dengan orang lain mempengaruhi sejarah perkembangan
jalan. Kelangsungan kehidupan manusia sangat bergantung pada bagaimana cara
mereka berpindah tempat atau sistem tranportasinya, dengan kata lain manusia
sangat tergantung pada jalan. Jalan pada dasarnya hanyalah seberkas jejak-jejak
yang telah atau sering dilewati oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka,
hal tersebut terjadi pada saat zaman pra sejarah.Seiring dengan perkembangan
kebudayaan danperadaban manusia, manusia membutuhkan “jalan” yang lebih
praktis dan pasti.Perkembangan jalan yang asalnya hanya seberkas jejak-jejak yang
sering dilewati, berangsur-angsur berkembang menjadi jalan raya modern seperti
yang kita kenal sekarang ini.

Pada zaman purbakala, gerakan berpindah-pindah hanya dilakukan di


wilayah yang sempit dan berpusat di sekitar sungai, danau, rawa-rawa, dan semak
belukar untuk memperoleh air dan bahan makanan.Karena kebutuhan yang cukup
tinggi, maka manusia membuat jalan yang paling sedikit rintangannya.

Seiring dengan berjalannya waktu dan hasrat atau keinginan manusia dalam
mempertahankan kelangsungan kehidupannya.Dengan hasrat seperti itulah
masyarakat membutuhkan sarana yang praktis dan cepat untuk memenuhi
kebutuhan mereka, seperti rumah tinggal, pekerjaan, makan, dan minum.Hal ini
berpengaruh pada perkembangan kemajuan jalan.

Jalan raya adalah suatu lajur tanah yang disediakan khusus untuk
sarana/prasarana perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk melayani

1
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

kelancaran arus lalu lintas. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang dan
barang dari suatu tempat ke tempat lain.

Pengertian lalu lintas disini adalah semua gerakan jenis pemakai jalan yang
terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengankut yang digerakan oleh
manusia dan hewan, seperti Delman, Gerobak dorong, Pedati, Sepeda, Beca; serta
semua jenis kendaraan bermotor dua, roda tiga, roda empat dan seterusnya.

Kelancaran lalu lintas di jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat


kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya tersebut,
antara lain oleh lebar jalan dan jumlah jalur. Semakin bertambah banyak jenis dan
jumlah lalu lintas yang melewati suatu jalan raya, maka lalu lintas menjadi semakin
ramai. Keadaan seperti ini diartikan bahwa kepadatan lalu lintas menjadi semakin
tinggi dan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh bagian-bagian jalan raya
semakin rendah.

Agar terdapat kesesuaian antara kepadatan lalu lintas dengan tingkat


pelayanan jalan, maka ditetapkan klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya.
Klasifikasi dan spesifikasi tersebut sangat berguna dan dapat memberikan kejelasan
mengenai tingkat kepadatan lalu lintas yang perlu dilayani oleh setiap bagian-
bagian jalan.

Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dapat dibedakan menurut fungsi


pelayanannya, menurut kelas jalan, menurut keadaan topografi, penggolongan
layanan administrasi dan menurut jenis-jenis jalan raya.

Dari sini menuntut perencana, terutama Civil Enggenering harus dapat


merencana irigasi khususnya jaringan irigasi dengan baik dan efesien, sehingga
menguntungkan semua pihak.Untuk mencapai hal tersebut maka para calon
perencana mulai sejak dini (mahasiswa) harus mengetahui ilmunya, dan untuk
aplikasinya maka mahasiswa diberikan tugas struktur perencanaan peta-petak
daerah irigasi.

Melihat latar belakang yang telah dipaparkan diatas dan pentingnya kita
sebagai mahasiswa mengetahui dan dapat merencanakan suatu geometrik jalan
2
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

raya, maka pada laporan ini akan membahas mengenai tahapan-tahapan


perencanaan pada perhitungan suatu geometrik jalan raya. Laporan ini akan
membahas perencanaan, perhitungan, dan penggambaran suatu geometrik jalan
raya khususnya kelas IIC.

B. Identifikasi Masalah
Laporan ini dibatasi padaperencanaan, perhitungan, dan penggambaran
elemen geometrik jalan raya khusus kelas jalan IIC.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana perencanaan elemen geometrik jalan raya dengan kelas jalan
IIC?
2. Bagaimana perhitungan elemen geometrik jalan raya dengan kelas jalan
IIC?
3. Bagaimana penggambaran elemen geometrik jalan raya dengan kelas jalan
IIC?

D. Tujuan Penulisan Laporan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dibuatnya laporan ini


adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami perencanaan elemen geometrik jalan raya


dengan kelas jalan IIC.
2. Mengetahui dan memahami perhitungan elemen geometrik jalan raya
dengan kelas jalan IIC.
3. Mengetahui dan memahami penggambaran elemen geometrik jalan raya
dengan kelas jalan IIC.

3
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

E. Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah


Pemecahan permasalahan dalam laporan ini dilakukan dengan pendekatan
multi aspek / pendekatan multi dimensi . Dalam pemecahan masalahnya dilihat dari
beberapa sudut pandang yang berpengaruh pada pemecahan masalah yang
ada.Metode yang digunakandalam pemecahan masalah ini adalah kuantitatif,
dengan melakukan studi pustaka dan penelusuran informasi dengan sasaran antara
lain pustaka utama buku geometrik jalan raya dan penunjang, serta informasi
internet.
Dari beberapa informasi, dilakukan kombinasi dengan mempelajari data-data
yang telah terkumpul, kemudian data-data tersebut dikaji dan mengacu pada
permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini, ditambah dengan data empiris
yang penulis dapatkan selama ini. Proses tersebut ditujukan untuk menjawab
rumusan masalah, hasil dari proses tersebut digunakan untuk merumuskan
kesimpulan serta memberikan suatu rekomendasi bagi pembaca.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyajiannya sebagai tugas mata kuliah perancangan geometrik jalan,


dibahas dan dijelaskan dengan sistematika penulisan seperti berikut ini :

BAB I. PENDAHULUAN

Membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,


tujuan penulisan laporan, pendekatan dan metode pemecahan masalah, dan
sistematika penulisan.

BABII. KAJIAN TEORI

Membahas sejarah perkembangan jalan dan teori geometrik jalan raya.

BAB III. PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN GEOMETRIK JALAN


RAYA

Membahas mengenai perencanaan dan perhitungan alinyemen horizontal yang


meliputi bagaimana merencanakan dan menghitung perencanaan trase
jalan/garis tangen, perhitungan sudut belok patokan, perhitungan sudut belok
betul, perhitungan panjang tangen, kontrol sudut belok dan jarak bidang lurus

4
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

antara dua tikungan, perencanaan dan perhitungan lengkung horizontal,


perhitungan kemiringan melintang (superelevasi). Dan membahas mengenai
perencanaan dan perhitungan alinyemen vertikal yang meliputi bagaimana cara
menghitung perencanaan landai jalan, jarak pandang, lengkung vertikal
cembung dan cekung.

BAB IV. PENUTUP

Membahas simpulan dan saran-saran dari hasil perhitungan geometrik jalan


raya.

5
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Sejarah Perkembangan Pembangunan Jalan Raya

Jalan Raya memiliki sejarah perkembangan bermula dari yang tadinya


hanyalah beupa bekas jejak berubah disebabkan karena manusia memiliki hasrat
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jalan dibuat karena manusia perlu
bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melindungi dari cuaca iklim dan
gangguan binatang buas,Selain itu juga jejak jalan tersebut berfungsi sebgai
penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan seringa
berpindah-pindahnya mereka.

Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, untuk keperluan tukar
menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang
berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi.

Dari sejarah perkembangan peradaban manusia dan dari berbagai penemuan


para pakar transportasi tentang sejarah perkembangan jalan dapatlah diketahui
bahwa :

1. Jalan pertama yang menggunakan perkerasan ditemukan didaerah


Mesopotamia yang dibangun kurang lebih 3500 SM. Penemuan ini dipandang
sebagai awal dari sejarah keberadaan jalan raya.
2. Jalan dan susunan blok-blok batu besar ditemukan diantara Babilonia hingga
Mesir yang diperkirakan dibangun 2500-2568 SM yang berfungsi untuk
mengangkut batu-batu besar dalam membangun Great Pyramid.
3. Dipulau Crate (Kereta)Yunani ditemukan jalan yang diperkeras dari batu-
batuan yang dibuat kurang lebih 1500 SM.
4. Diwilayah Babilonia ditemukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-lapis
yaitu dari lapisan tanah dasar yang diatasnya disusun lapisan batu-batu besar,
batu beronjol dicampur mortar, batu kerikil dan kemudian ditutup dengan batu
Plat

6
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Kekaisaran Romawi mengalami kejayaan dalam membangun jalan pada


tahun 753- 476 SM. Hal tersebut berdasarkan atas berbagai penemuan antara lain :

a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595, dimana
dengan bahan temuan tersebut dapat dipergunakan untuk memperkeras lapisan
permukaan jalan.
b. Pierre Marie Jereme Tresaquet memperkenalkan konstruksi jalan dari batu
pecah pada periode th 1718 – 1796.
c. Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada tahun
1790 yaitu Thomas Telford.
d. Th 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih atau
konstruksi Makadam.
e. Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan th 1830 oleh Lemoine.

B. Jalan Raya Modern

Tujuan jalan raya di Indonesia meliputi;

 Sebagi sarana transportasi untuk menjamin stabilitas ekonomi dan


keamanan negara.
 Untuk mendorang pertumbuhan dan perkembangan sosial, ekonomi,
dan budaya.
 Sebagai pengembangan jaringan sistem pelayaran transportasi
perkotaan untuk berbagai aktifitas masyarakat, yang dikembangkan
adalah metoda transportasi modern yaitu dengan jalan door to door.

Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan


tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa badan/bentuk
permukaan bumi adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan hubungan yang
baik antara waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan yang bersangkutan,
menghasilkan bagian-bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan,
keamanan, serta nilai efisiensi yang optimal. Dalam membangun jalan raya itu
dipengaruhi oleh topografi, sosial, ekonomi dan masyarakatnya.

7
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

C. Hal-hal yang mempengaruhi Geometrik pemahaman

Beberapa hal yang menyangkut Geometrik pemahaman konseptual


Pemahaman konseptual

1. Aliyement horizontal yaitu garis proyeksi sumbu jalan yang diasumsikan tegak
lurus atau sejajar dengan bidang gambar.
a) Jalan raya dipandang pada suatu bidang datar merupakan sumbu jalan (garis
sumbu jalan) rangkaian dari garis-garis lurus. Tiga syarat pokok pada jalan
yang akan dirancang (geometris) yaitu; Nyaman, Aman, Efisien/ekonomis.
b) Tikungan/titik belok
c) Lengkung horizontal
d) Kemiringan melintang/super elevasi
e) Pelebaran tikungan, khusus mengamati pergeseran antara roda muka dengan
roda belakang.
f) Penomoran jalan (stasioning), penempatan titik station yang digunakan
untuk keperluan desain.

2. Alinyement vertikal yaitu seakan-akan jalan itu naik dan turun atau tegak lurus
bidang gambar. Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu;
a) Lengkung perlalihan vertikal
b) Cut and field ((penimbunan dan penggalian tanah)
c) Drainase.

D. Klasifikasi Jalur Lalu Lintas

Berhubungan dengan perbedaan kecepatan kendaraan yang


menggunakan jalan raya, maka jalan raya itu dibagi dalam berbagai jalur lalu-
Iintas, vaitu:

1. Jalur lalu lintas pejalan kaki (trotoir di dalam kota bahu-bahu di luar kota).
2. Jalur lalu lintas untuk sepeda.
3. Jalur lalu lintas untuk sepeda motor.
4. Jalur lalu lintas untuk mobil. truk dan kendaraan lain yang sejenis.

8
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

1. Lebar Jalur Lalu-Lintas Untuk Sepeda


Lebar jalur lalu lintas untuk sepeda ditetapkan 0,75 m karena ukuran lebar
sepeda berikut pengendaranya kurang lebih 0,30 m.

2. Lebar Jalur Lalu-Lintas untuk Sepeda Motor

Lebar jalur lalu lintas untuk sepeda motor ditetapkan 1 m. Tetapi jika
lalu lintas kendaraan ini digabungkan dengan lalu lintas kendaraan penumpang
lainnya (mobil dll.), maka haruslah lebar jalur itu ditambah dengan 1-1,5 m.
Kalau lalu lintas sepeda motor itu harus diperbesar maka lebar jalur lalu lintas
itu harus diperbesar menurut keperluan.

3. Lebar Jalur Lalu-Lintas Untuk Mobil, Truk Dan Kendaraan Bermotor


Lainnya Yang Sejenis

Lebar jalur lalu lintas untuk mobil, truk dan kendaraan-kendaraan lain
yang sejenis itu tidak dapat ditetapkan dengan setepat-tepatnya karena beraneka
ragam bentuk dan ukuran-ukuran kendaraan-kendaraan tersebut.

Sebelum menetapkan lebar jalur lalu lintas terlebih dahulu harus


diadakan penelitian dan pengamatan mengenai keadaan lalu lintas kendaraan-
kendaraan di jalan tersebut di kemudian hari.

Lebar jalan lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk yang ditetapkan
diberbagai negara itu tidak sama. Sebagian perbandingan diberikan contoh
sebagai berikut: Lebar jalur lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk di
Amerika (U.S.A.) dan di lnggris ialah 12 feet = 3,65 m, di Negeri Belanda 3,30
m dan di Jerman Barat 3,75 m.

Di Indonesia lebar jalur lalu lintas itu ditetapkan oleh Direktorat


Jenderal Bina Marga seperti yang tercantum, pada daftar "Standar Perencanaan
Geometrik".

9
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

E. Klasifikasi Kelas Jalan Raya menurut Fungsinya


1. Jalan Utama/ Jalan Primer

Jalan Raya Utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang
tinggi (kendaraan berat) antara kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat
produksi dan pusat-pusat eksport. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut;

Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda.
Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi (PR) > 80 km/jam.
2. Jalan Sekunder

Jalan Raya Sekunder ialah jalan raya yang melayani lalu lintas yang
cukup tinggi, baik kendaran ringan maupun berat antara kota-kota penting dan
kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah-daerah di sekitarnya. Adapun
cirinya sebagai berikut;

Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton dan berat > 10
ton
Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80 km/jam).
3. Jalan Penghubung/ Jalan Lokal

Jalan penghubung adalah jalan keperluan aktivitas daerah yang sempit


juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang
lama atau yang berlainan.

Fungsi jalan penghubung adalah untuk melayani lalu lintas yaitu memenuhi
kebutuhan aktivitas masyarakat setempat biasanya jalan perkotaan. Adapun
ciri-cirinya;

Melayani semua jenis pemakai jalan, kendaraan ringan serta kendaraan


berat namun dibatasi dari pusat pemukiman ke pusat industri.
Kecepatan kendaraan rendah (max. 30 km/jam).
Banyak persimpangan jalan serta terdapat titik simpul sebagai pusat
aktivitas masyarakat.

10
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Klasifikasi Jalan Raya Menurut Berat Kendaraan.

Menurut berat kendaraan yang Iewat, jalan raya terdiri atas:

1. Jalan Kelas I
2. Jalan Kelas IIA.
3. Jalan Kelas IlB.
4. Jalan Kelas IIC.
5. Jalan Kelas llI.

Tebal perkerasan jalan itu ditcntukan sesuai dengan kelas jalan.

Makin berat kendaraan-kendaraan yang melalui suatu jalan, makin berat


pula syarat-syarat yang ditentukan untuk pembuatan jalan itu.

Kelas I

Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk
dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak
terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam kelas
ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi
perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan
terhadap lalu lintas.

Kelas II

Kelas jalan ini mencakup semua jalaln-jalan sekunder. Dalam komposisi


Ialu lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelals jalan ini, selanjutnya
berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu :
IIA, IIB dan IIC.

Kelas IIA

Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana
dalam komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa kendaraan
tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus disediakan
jalur tcrsendiri.

11
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Kelas IIB

Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi


permukaan jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana dalam
komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang
tak bermotor.

Kelas IIC

Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi


permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu
lintasnya terdapat kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.

Kelas III

Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan


konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi pcrmukaan jalan yang
paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.

a. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Ramainya Lalu-Lintas.

Suatu jalan raya yang mempunyai banyak jalur lalu-lintas itu tergantung
pada kecepatan kendaraan-kendaraan masih harus dibagi lagi dalam beberapa
jalur lalu-lintas, yaitu jalur-jalur lalu-lintas lambat dan jalur-jalur lalu-lintas
cepat.

Jalur-jalur lalu-lintas cepat itu dibagi lagi menurut kecepatan kendaraan-


kendaraan yang melaluinya dalarn beberapa gulongan yaitu:

1. Jalur lalu-lintas untuk. 40 km/jam.


2. Jalur lalu-lintas untuk 50 km/jam.
3. Jalur lalu-lintas untuk 30 krn/jam ke atas.

Oleh karena itu, pada perencanaan pembuatan suatu jalan harus dapat
rnenjangkau perkembangan lalu-lintas untuk sesuatu waktu yang tertentu
dikemudian hari tanpa ada perbaikan yang berarti, misalnya dapat mencapai
umur rencana 15-20 tahun yang mendatang.

12
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Umur rencana jalan adalah jangka waktu sejak jalan itu dibuka hingga
saat diperlukan perbaikan berat atau telah dianggap perlu untuk memberi
lapisan pengerasan baru. Ramainya lalu-lintas kendaraan yang melewati sesuatu
jalan itu dapat diteliti dengan menghitung jumlah (volume) kendaraan yang
lewat sesuai dengan masing-masing jenis kendaraan.

Pekerjaan penelitian ini dilakukan tiap-tiap hari selama 24 jam terus-


menerus selama jangka waktu yang tertentu misalnya sdanra 2 minggu berturut-
turut. Angka-angka yang menunjukkan hasil penelitian (pencatatan) jumlah
kendaraan yang lewat itu disebut "Lalu-lintas Harian Rata-rata" disingkat
L.H.R..

Karena beraneka ragam jenis-jenisnya kendaraan maka diadakan suatu


angka perbandingan antara jenis-jenis kendaraan itu. Untuk mobil
penumpang/sepeda-motor disebut "Satuan Mobil Penumpang" disingkat S.M.P.
yang besar angka perbandingannya ditetapkan sama dengan satu. Besar angka-
angka perbandingan untuk kendaraan jenis lainnya dapat dibaca pada Daftar I.

Tabel 1. Daftar i

ANGKA
JENIS-JENIS KENDARAAN
PERBANDINGAN

Sepeda 0,5

Mobil Penumpang/seperla motor 1

Truk ringan (berat kotor 5 ton) 2

Truk sedang (5 ton) 2,5

Bus 3

Truk berat (10 ton) 3

Kendaraan tak bermotor


(gerobak, 7
Cikar den sebagainya)

13
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Bila suatu jalan terdapat berbagai jenis kcndaraan dengan jurnlah yang
berbeda, maka dengan angka perbandingan pada Daflar I dibuat daftar yang akan
menghasilkan angka "S.M.P."-nya.

Setelah didapat angka "S.M.P."-nya kita menentukan kelas jalan dengan


membaca Daftar II. Sebagai contoh perhatikan daflar yang menghasilkan jumlah
"S.M.P." suatu jalan sebesar 10.500 S.M.P. yang dapat dibaca di bawah ini.

Tabel 2. Daftar Jumlah SMP

Jenis Kendaraan Jumlah L.H.R. S.M.P.

1. Sepeda motor 4.000 buah kendaraan 4.000


2. Sedan/mobil
2.500 buah kendaraan 2.500
penumpang
3. Truk Ringan 500 buah kendaraan 1.000
4. Bus 1.000 buah kendaraan 3.000

JUMLAH 10.500 S.M.P

Daftar II. Klasifikasi Jalan.

Menurut

FUNGSI KELAS L.H.R. dalam S.M.P.

Jalan Utama Jalan Kelas I __ 20.000 __

Jalan Jalan Kelas IIA 6.000 __ 20.000


Sekunder
Jalan Kelas IIB 1.500 __ 8.000

Jalan Kelas IIC __ 2.000 __

Jalan Kelas III __ __ __


Jalan
Penghubung

Dengan memperhatian Daftar II maka jalan tersebut termasuk jalan


kelas IIA.

14
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

F. Geometrik Jalan Raya

Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter


perencanaan seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas
jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter –
parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang
dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan.

1. Penentuan Centre Line

Dalam menentukan centre line kita akan menghadapi beberapa persoalan


diantaranya mengenai bentuk dari permukaan alam yang tidak teratur, turun naik
kemudian keadaan tanah dasar dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan centreline


diantaranya :

Garis centre line dibuat sependek mungkin.


Route rencana jalan dipilih sedatar mungkin mengikuti garis kontur atau
transis.
Syarat antara sudut belokan pertama dan sudut belokan kedua
diusahakan sepanjang – panjangnya. ( 3,5 cm pada gambar dengan
skala 1 : 10.000).
Besar sudut belok disesuaikan dengan kecepatan rencana.
Perbandingan galian dan timbunan 1 : 1 s/d 1 : 3.

Walaupun kita tahu bahwa jarak yang tersingkat untuk menghubungkan


dua tempat adalah merupakan garis lurus, tetapi dalam hai ini tidak mungkin
untuk membuat centre line selurus – lurusnya karena banyak menghadapi
rintangan – rintangan yang berupa bukit, lembah, sungai yang sukar dilalui,
maka trase jalan dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan faktor
keamanan dan kenyamanan pemakai jalan.

15
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

2. Perhitungan Koordinat

Untuk menghitung koordinat ada dua alternatif hitungan, yaitu :

Pengukuran lapangan langsung.


Perhitungan pada peta topografi.

Pada perencanaan disini hanya akan dibahas perhitungan koordinat dari peta
topografi. Yaitu dengan cara menginterpolasi koordinat yang telah ada pada peta
topografi yaitu dengan adanya perpotongan sumbu X dan sumbu Y.

Perhitungan jarak dilakukan dengan rumus di bawah ini :

d 1  X1 X0 2  Y1 Y02

Perhitungan sudut tangen dengan mengurangkan azimuth awal dan azimuth


akhir.
Perhitungan azimuth awal yaitu dengan rumus :

XA X1
α  arctg  Kuadran
YA Y1

o Kuadran I :x=(+)

y=(+)

az = 

o Kuadran II :x=(+)

y=(-)

az = 1800 - 

o Kuadran III :x=(-)

y=(-)

az = 1800 + 

o Kuadran IV : x = ( - )

16
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

y=(+)

az = 3300 - 

3. Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang


horizontal. Alinyemen horizontal terdiri dari garis – garis lurus yang
dihubungkan dengan garis – garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat
terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan (spiral – circle – spiral),
busur peralihan saja (spiral–spiral), ataupun busur lingkaran saja (circle).

4. Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan merupakan lengkung untuk tempat peralihan


penampang melintang dari jalan lurus ke jalan dengan superelevasi.

Bentuk lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang sama dengan


jejeak kendaraan ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan berbentuk busur
lingkaran dan sebaliknya, dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan
kendaraan, radius lengkung, dan kemiringan melintang jalan.

Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada alinyemen horizontal :

Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan


untuknya, tanpa melintasi lajur lain yang berdampingan.
Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal ke
kemiringan sebesar superelevasi secara berangsur – angsur sesuai dengan
gaya sentrifugal yang timbul.
Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang
diperlukan dari jalan lurus ke kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan –
tikungan yang tajam.
Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi, karena sedikit
kemungkinan pengemudi keluar jalur.
Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, menghindari kesan
patahnya jalan pada batasan bagian lurus pada lengkung busur lingkaran.

17
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

5. Kemiringan Melintang (Superelevasi)

Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari


lereng normal ke superelevasi penuh, sehingga dengan menggunakan diagram
superelevasi dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di
suatu lengkung horizontal yang direncanakan.

Diagram superelevasi digambar berdasarkan elevasi sumbu jalan


sebagai garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi tanda positifatau negatif
ditinjau dari ketinggian sumbu jalan. Tanda positif untuk elevasi tepi perkerasan
yang terletaklebih tinggi dari sumbu jalan dan tanda negatif untuk elevasi yang
terletak lebih rendah dari sumbu jalan.

6. Bentuk Lengkung Peralihan


a. Spiral – Circle – Spiral

Gambar 2.1 Lengkung Peralihan Spiral Circle Spiral

Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagain lurus ke circle.


Panjang lengkung peralihan (spiral) diperhitungkan dengan

18
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentripugal dari nol (pada bagian


lurus) sampai sebesar :

m.v3
K
R.Ls

3
 Vr.1000
 
Lsmin  0,022 
360  V.K
 2,272
R C

dimana :

Ls = panjang spiral (m)


v = kecepatan rencana (km/jam)
R = jari – jari circle (m)
C = perubahan kecepatan(m/det3)
dianjurkan harga C= 0,4 m/det3
k = superelevasi

Jari – jari circle yang diambil harus sedemikian sehingga sesuai dengan
kecepatan rencana yang ditentukan serta tidak mengakibatkan adanya
kemiringan tikungan yang melebihi harga maksimum. Kemiringan tikungan
maksimum dibedakan antara jalan untuk antar kota (maksimum = 0,10) dan
untuk jalan kota (maksimum = 0,08).

Besarnya jari – jari lengkung minimum berdasarkan rumus :

Vr2
R
127(e fm)

dengan miring tikungan maksimum dan koefisien gesekan melintang


maksimum.

Dimana :

R = jari – jari lengkung minimum (m)


e = miring tikungan maksimum
fm = koefisien gesekan maksimum
v = kecepatan rencana (km/jam)
19
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

 Rumus – rumusumum

Data :

PI.Sta = nomor stasiun

d = jarak PI ke PI yang lain (m)

V = ditetapkan (km/jam)

 = diukur dari gambar (derajat)

R = ditetapkan (m)

Ls = panjang lengkung spiral (m)

s = lihat tabel (derajat)

Ts = (R + p) . tg ½  + k (m)

Es = (R + p) . cos ½  - R (m)

Lc = panjang lengkung circle (m)

e = kemiringan melintang

(superelevasi) (m/m)

Ls
2θs  x360
2.π.R

’ =  - 2s

Δc
Lc = .2π2π.
360

L = Lc + 2.L

20
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNK BANGUNAN S-1

b. Full Circle

Gambar 2.2 Lengkung Peralihan Full Circle

Batasan yang dipakai di Indonesia dimana diperbolehkan menggunakan bentuk


circle adalah sebagai berikut :

Kecepatan rencana Jari – jari lengkung minimum


(Km/jam) (m)

100 1500
80 1100
30 700
40 300
30 180

21
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

c. Spiral – Spiral

Gambar 2.3 Lengkung Peralihan Spiral-Spiral

Lengkung horizontal berbentuk spiral – spiral adalah lengkung tanpa


busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS.

 Rumus – rumusumum

Data :

PI.Sta = nomor stasiun

d = jarak PI ke PI yang lain (m)

Vr = ditetapkan (km/jam)

R = ditetapkan (m)

θs
Ls = xR (m)
28,648

Ts = (R + p) . tg ½  + k (m)

(R  p)
Es = R (m)
cos1/2α

L = 2 . Ls (m)

Dari harga s didapat p* dan k* pada tabel :

P = p* . Ls

K = k* .Ls

22
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

7. Pelebaran Perkerasan pada Lengkung horizontal

Kendaraan yang bergerakdari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali


tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini
disebabkan karena :

a) Pada waktu membelok yang diberi belkan pertama kali hanya roda depan,
sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
b) Jejak lintasan kendaraantidak lagi berimpit, karena bemper depan dan belakang
kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan lintasan roda depan
dan roda belakang kendaraan.
c) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya
tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan – tikungan yang tajam atau
pada kecepatan – kecepatan tinggi.

Untuk menghindari hal tersebut di atas, maka pada tikungan –


tikungan yang tajam perlu perkerasan jalan diperlebar. Pelebaran perkerasan ini
merupakan faktor dari jari – jari lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan
ukuran kendaraan rencana yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan.

8. Jarak Pandang Pada Lengkung Peralihan

Dalam peninjauan jarak pandangan pada suatu lengkung peralihan


(tikungan) ada dua kemungkinan :

a) Keadaaan dimana jarak pandangan (S) lebih kecil dari pada panjang tikungan
yang bersangkutan (L), sehingga seluruh jarak pandangan ada dalam daerah
lengkung ( S< L).
b) Keadaan dimana jarak pandangan (S) lebih besar dari pada panjang tikungan
(L), sehingga jarak pandangan sebagian dalam lengkungan sepanjang (L) dan
sisanya dalam garis lurus ( S< L ).
9. Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang


permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau
melalui tepidalam masing – masing perkersan untuk jalan dengan median.
Seringkali disebut juga sebagai penampang memanjang jalan.

23
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan,


seperti : Kondisi tanah dasar, Keadaan medan, Fungsi jalan, Muka air banjir,
Muka air tanah.

10. Lengkung Vertikal

Pergantian dari suatu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan


dengan mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut
direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan
drainase.

Lengkung vertikal adalah lengkung yang dipakai untuk mengadakan


peralihan secara berangsur – angsur dari suatu landai ke landai berikutnya.

Lengkung vertikal disebut cembung apabila titik perpotongan antara


kedua tangen yang bersangkutan (PPV) ada di atas permukaan jalan.

Lengkung vertikal disebut cekung apabila titik perpotongan antara


kedua tangen yang bersangkutan (PPV) ada di bawah permukaan jalan.

Jenis lengkung vertikal :

a) Busur lingkaran
b) Parabola sederhana
c) Parabola tingkat tiga
d) Spiral

Pada umumnya di Indonesia menggunakan lengkung parabola


sederhana untuk lengkung vertikal cembung maupun cekung.

Rumus – rumus umum :

A1 = (+ a ) – (– b)

A2 = (+ c ) – (– b)

A.Lv
Ev 
800
2
 x 
y  .E  A .x2
 1 Lv  v 200Lv
 2 

24
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Dimana :

Ev = pergeseran vertikal (m)

x = jarak horizontal dari setiap titik pada garis

kelandaian terhadap PLV (m)

y = panjang pergeseran vertikal dari titik yang bersangkutan (m)

Lv = jarak horizontal antara PLV dan PTV, disebut panjang

lengkung (m)
A = perbedaan aljabar landai jalan (persen)

Dalam perencanaan lengkung vertikal, biasanya elevasi PPV telah


ditentukan terlebih dahulu, kemudian baru dihitung harga – harga sebagai
berikut :

Panjang Lv
Pergeseran vertikal Ev
Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat dibawah atau di atas PPV
Elevasi dari titik – titik PLV dan PTV
Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PPV dan PTV yang diambil
pada setiap nomor – nomor stasiun yang tersebut dalam alinyemen
horizontal.

Data : PPVI. Sta = nomor stasiun

Elev = elevasi PPVI (m)

Lv = (lihat tabel berdasarkan kecepatan

rencana : v dan kelandaian jalan) (m)

A.Lv
Ev = (m)
800

25
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

BAB III
PERENCANAN DAN PERHITUNGAN
GEOMETRIK JALAN RAYA

Perencanaan geometrik jalan raya disini merupakan perencanaan dari awal


dengan menggunakan peta topografi. Data perencanaan yang digunakan dalam
perhitungan dan desain geometrik jalan raya adalah:

1. Peta topografi skala 1 : 2000


2. Kelas jalan IIC dengan spesifikasi kecepatan rencana (Vr) : 40 – 60 km/jam

A. PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ALINYEMEN HORIZONTAL


1. Perencanaan Trase Jalan / Garis Tangen
a. Perencanaan Trase Jalan / Garis Tangen

1) Data Perencanaan

Berikut ini Spesifikasi Jalan Kelas II C (Lampiran 01 Geometrik Jalan


Raya : materi perkuliahan spl.541) :

 Lalu lintas harian rata – rata (LHR) : < 2.000 smp


 Kecepatan rencana (Vr) : 40 – 60 km/jam
 Lebar daerah penguasaan (DMJ) : 30 m.
 Lebar perkerasan : 2 x 3.00 m.
 Lebar bahu jalan : 0.5 m
 Lereng melintang perkerasan :3%
 Lereng melintang bahu :6%
 Miring tikungan maksimum : 10 %
 Landai maksimum : 6 - 10 %

26
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

2) Ketentuan dan Persyaratan Desain

a) Perencanaan garis trase jalan sedapat mungkin dipilih rute yang sedater-
datarnya, selurus-lurusnya, dan sependek mungkin.
b) Perencanaan kecepatan kendaraan rencana (Vr) pada tikungan jalan
harus sesuai dengan spesifikasi kelas jalan, dan spesifikasi topografi
daerah setempat.
c) Perencanaan sudut belok (∆) pada masing-masing tikungan disesuaikan
kecepatan rencana kendaraan yang bersangkutan (Vr).

3) Langkah – Langkah Perencanaan

a) Pelajari keadaan garis-garis kontur pada topografi secermat mungkin,


kemudian pilih rute alternatif trase jalan yang paling memenuhi syarat.
b) Tetapkan Vr sesuai dengan kelas jalan yang telah ditentukan.
c) Hitung sudut belok patokan maksimum dan minimum untuk masing-
masing Vr.
d) Rencanakan beberapa alternatif garis trase jalan yang diminta.
e) Periksa nilai masing-masing sudut belok dan panjang garis tangen yang
bersangkutan dengan perhitungan sistem koordinat.
f) Tetapkan satu garis trase jalan yang paling memenuhi syarat.

4) Perhitungan Sudut Belok Patokan

Rumus yang digunakan untuk menghitung sudut belok patokan (Dmax)


adalah:

181913,53emaks  f maks 
Dmaks  + α toleransi
Vr 2

Untuk jalan luar kota emaks diambil 10% dan nilai f maks ditetapkan berdasarkan
kecepatan rencana yang bersangkutan (daftar 16, hal. 70 buku geometrik jalan
raya). Maka diperoleh Dmaks masing-masing kecepatan sebagai berikut, mulai
dari kecepatan 30, 40, 30 dan 80 :

27
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

181913,53(e max  f max)


D max    toleransi
Vr 2
181913,53(0.10  0.173)
D max 30  2
 25  80 010 ' 49,57 ''
30
181913,53(0.10  0.166) '
D max 40  2
 21  51014 ' 35,25 ''
40
181913,53(0.10  0.153)
D max 60  2
 13  25 0 47 ' 4,12 ''
60

Dan berikut ini didapat nilai Dmax dan Dmin untuk masing-masing
kecepatan rencana adalah sebagai berikut :

Vr PI1 = 40 km/jam

181913,53(0.10  0.173)
D max 30  2
 25  80 010 ' 49,57 ''
30
181913,53(0.10  0.166)
D min  2
 21  51,2430
40

Vr PI2 = 60 km/jam

181913,53(0.10  0.166)
D max  2
 21  51,243 0
40
181913,53(0.10  0.153)
D min   13  25,784 0
60 2

5) Perencanaan Garis Trase Jalan

Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan desain trase jalan tersebut di atas,
maka dipilih kecepatan rencana untuk setiap belokan adalah sebagai berikut:

Vr 1 = 40 km/jam

Vr 2 = 60 km/jam

28
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

6) Perhitungan Sudut Belok Betul

Mencari Koordinat Titik Belok (PI), dengan Koordinat A (+200 ; -350)

Koordinat PI1

Diketahui : dA-PI1 = 13.8 x 20 = 277 cm


 XA-PI1 = dA-PI1 x sin β1
= 277 x cos 69°
= 258,602 m
 YA-PI1 = dA-PI1 x cos β1
= 277 x sin 69°
= 99,268 m
maka, koordinat PI1 adalah :
 XPI1 = XA + XA-PI1 = 200 + 258,602 = 458,601 m
 YPI1 = YA + YA-PI1 = -350 + (99,268) = -250,732 m

Jadi, PI1 (458,601; -250,732)

Dengan kelandaian = 5.41% < maks = 10%

29
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Koordinat PI2

Diketahui : dPI1-PI2 = 20,4 x 20 = 321 cm


 XPI1-PI2 = dPI1-PI2 x cos β1
= 321 x cos 104°
= 395,881 m
 YPI1-PI2 = dPI1-PI2 x sin β1
= 321 x sin 104°
= -98,704 m
maka, koordinat PI2 adalah :
 XPI2 = XPI1 + X PI1-PI2 = 458,601 + 395,881 = 854,482 m
 YPI2 = YPI1 + Y PI1-PI2 = -250,732 + -98,704 = -349,436 m

Jadi, PI2 (854,482 ; -349,436)

Dengan kelandaian = 1% < maks = 8%

Koordinat PI2

Diketahui : dPI2-B = 9.8 x 20 = 309 cm


 XPI2-B = dPI2-B x cos β1
= 309 x cos 117°
= 174,637 m
 YPI2-B = dPI2-B x sin β1
= 309 x sin 117°
= -88,982 m
maka, koordinat B adalah :
 XB = XPI2 + X PI2-B = 854,482 + 174,637 = 1029 m
 YB = YPI2 + Y PI2-B = -349,436 + -88,982 = -438,418 m

Jadi, B (1029 ; -665,918)

Dengan kelandaian = 0% < maks = 8%

Rumus yang digunakan dalam perhitungan sudut belok betul adalah:

30
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

1. Perhitungan azimuth:
X A  X1
  Arc tan
Y AY1

Perhitungan hasil koordinat:

X PI 1  X A 458,601  200
a.  A P1  Arc tan  Arc tan = 69
YPI 1  YA  250,732  (350)

(KUADRAN II) maka  AP1 = 180  69  110

X PI 2  X PI1 854,482  458,601


b.  PI1 PI 2  Arc tan  Arc tan  104
YPI 2  YPI1  349,436  (250,732
(KUADRAN I) maka  PI1 P12 =104°

X B  X PI 2 1029,119  854,482
c.  PI 2 B  Arc tan  Arc tan  117
YB  YPI 2  438,418  (349,436)

(KUADRAN II) maka  PI 2 B = 1800 – 63°= 117°


2. Perhitungan sudut tangen:

Maka, diperoleh sudut belok betul:


ΔPI1 = | 180-αA-PI1 - α PI1PI 2 |
= |180-110- 1050|
= 350 …………….. OK
ΔPI2 = | α PI1PI 2 –  PI 2 B |

= |1050 - 1170 |
= 130 …………….. OK

31
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

7) Perhitungan Panjang Tangen

Rumus yang digunakan adalah:

d1  ( X 1  X 0 ) 2  (Y1  Y0 ) 2

dA-PI1 = (458,601  200) 2  (250,732  (350)) 2


= 226,5 meter

dPI1-PI2 = (854,482  458,601) 2  (349,436  (250,732)) 2 = 321 meter

dPI2-B = (1029  854,482) 2  (438,418  (349,436)) 2 = 309 meter

Jadi, ∑d = dA-PI1 + dPI1-PI2 + dPI2-B = 856,5 meter

 Kontrol hasil perencanaan sudut belok

Sudut Belok
Sudut Belok Kontrol
Rencana
Vr Sudut
<5%
Dmax Dmin Peta Dihitung

30 km/jam 50.33 0 26.33° 35 350 00 OK

40 km/jam 77,33° 50.080 130 130 00 OK

 Kontrol hasil perencanaan panjang garis tangen

Panjang tangen Kontrol jarak


Garis tangen
Pada peta (m) Dihitung (m) <3%

d1 226.5 226,5 0

d2 321 321 0

d3 309 309 0

Total 856,5 856,5 <3%

Maka perencanaan dan perhitungan trase jalan = 0 % < 3% …OK

32
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

2. Perencanaan dan Perhitungan Lengkung Horizontal


a. Perencanaan dan Perhitungan Tikungan

PERHITUNGAN TIKUNGAN PERTAMA (PI1)

1) Data Perencanaan

ΔPI1 = 35 0 d1 = 277 meter


Vr1 = 40 km/jam emax = 0,1 fmax = 0,166

2) Menentukan Bentuk Lengkung dan Rumus Tikungan yang dipakai

Vr 2 40 2
Rmin =   47,3625
127(e  f ) 127(0,1  0,166)

Rmin < Rdesain < Rmax , maka diambil Rdesain = 250 meter, dengan
menggunakan rumus Spiral-Circle-Spiral (Sp-C-Sp).

Elemen yang dihitung :

a). Panjang TS d). Panjang L

b). Panjang LC e). Panjang LS

c). Panjang ES

ST

Gambar 3.1 Ilustrasi Tikungan dengan Spiral-Circle-Spiral

33
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

3) Perhitungan Elemen Tikungan

Vr 3 Vr.k
Ls min  0,022  2,727
R.c c

Tabel. Daftar nilai C (perubahan percepatan)


Kecepatan C (m/s3)
30 0.75
40 0.68
60 0.54
80 0.4

40 3 40.0,05039
Ls min  0,022  2,272
250.0,68 0,68
Ls min  4,323meter

Diambil Ls desain = 80 m.

Ls 80
2s  x360  x360  18,3439 0
2. .R 22
2x x 250
7

s = 9,17197
0

’ =  - 2s= 350 - 18,3439 0 =16,6561°

Ls 3 80 3 Ls 2 80 2
x  Ls   100   79,964 m y   1,786 m
40.R 2 40.250
2
6.R 6.250

K *  39,966
P *  1,073

Maka diperoleh :

Ts1 = (R + P*) tg ½  + K*

= (80+1,073) tg ½  16,656 0 + 39,966

= 119,129 m

( R  P*) (80  1,073)


Es1  R  80  13,258m.eter
cos 2 
1 cos 1 2 (16,656) 0

34
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Lc = 0,01744 . ’ . R = 0,01744 x 16,656°x 80 = 72,620 m

L = Lc + 2Ls = 72,260 + 2 .80 = 236,620 meter

Kontrol : L < 2Ts

236,620 < 238,2576 OK...!!!

PERHITUNGAN TIKUNGAN KEDUA (PI2)

1) Data Perencanaan

ΔPI2 = 130 d2 = 408 meter


Vr2 = 60 km/jam emax = 0,1 fmax = 0,153

2) Menentukan Bentuk Lengkung dan Rumus Tikungan yang dipakai

Vr 2 60 2
Rmin =   112,041
127(e  f ) 127(0,1  0,153)

Rmin < Rdesain < Rmax , maka diambil Rdesain = 500 meter, dengan
menggunakan rumus Spiral-Circle-Spiral (Sp-C-Sp).

Elemen yang dihitung :

a). Panjang TS d). Panjang L

b). Panjang LC e). Panjang LS

c). Panjang ES

Gambar 3.2 Ilustrasi Tikungan dengan Spiral-Circle-Spiral

3) Perhitungan Elemen Tikungan


ST
Vr 3 Vr.k
Ls min  0,022  2,727
R.c c

60 3 60.0,0566
Ls min  0,022  2,727
500.0,54 0,54
Ls min  2,611 meter

Didapat Ls desain = 100 m.

35
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Ls 100
2s  x360  x360  11,464 0
2. .R 22
2 x x500
7

s = 5,73240

’ =  - 2sn = 130 – 11,464 0 = 1,535°

Ls3 1003
x  Ls   120   79,736 m
40.500
2
40.R 2

Ls 2 100 2
y   4,837 m
6.R 6.500

K *  49,984
P *  0,833

Maka diperoleh :

Ts2 = (R + P*) tg ½  + K*

= (500 +0,833) tg ½ 130 + 44,984

= 107,047 m

( R  P*) (500  0,833)


Es2  R  500  4,073meter
cos 12  cos 12 13 0

Lc = 0,01744 . ’ . R = 0,01744 x 1,535°x 500 = 13,385 m.

L = Lc + 2Ls = 13,385 + 2 .100 = 213,385 meter

Kontrol : L < 2Ts

213,835 < 214,0934 OK...!!!

KONTROL PANJANG TANGEN

Data PI-1 → Ts1 = 119,129m


d1 =277
L1 = 232,620m
Data PI-2 → Ts2 = 107,047 m
d2 = 408m
L2 = 213,385 m
36
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Maka x = d2 – ½ (L1 + L2)


= 408 m– ½ (232,620 + 213,385) = 184,99707 m
Maka x =184,99707 m < 200 m ……………………OK!!

b. Perhitungan Pelebaran Tikungan

Rumus : b'  n( R  R 2  P 2 )  (n  1).Td  z

Td  R 2  A(2 P  A)  R

Vr
z  0,105
R
Dimana :
b’ = Lebar tambahan perkerasan pada tikungan.
Td = Lebar tambahan akibat tonjolan depan mobil.
n = jumlah jalur ( direncanakan 2 jalur ).
R = Jari – jari.
P = Jarak gandar ( untuk kendaraan jenis Su, P = 6,09 m (daftar 18,
hal 103).
A = Panjang tonjolan depan ( untuk jenis Su, A = 1,218m )(daftar 18,
hal 103.
z = Lebar tambahan untuk mengimbangi pergeseran roda akibat
kelalaian pengemudi.
a. Tikungan PI-1

Tabel 10. Jenis dan dimensi kendaraan

Tonjolan Kebebasan Lebar


Jarak As,
Kendaraan depan samping kendaraan
P (m)
A (m) (m) (m)

Mobil penumpang
3.654 0.914 0.365 1.980
(PC)

37
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Truk tunggal (SU) 6.09 1.218 0.609 2.435

Semi trailer
10.648 1.218 1.066 2.436
kombinasi (C45)

Trailer (C50) 13.41 1.218 1.34 2.436

Vr 40
z  0,105  0,105  0,266m
R 250
Td  R 2  A2 P  A  R  250 2  0.914(2.3.654  0.914)  250  0,015m
b'  n( R  R 2  P 2 )  (n  1).Td  z
b'  2(250  250 2  3.654 2 )  (2  1).0,015  0,266  0,334m

karena b’=0,334 m, maka lebar perkerasan pada tikungan selebar 0,5 m.

b. Tikungan PI-2

Vr 60
z  0,105  0,105  0.282 m
R 500
Td  R 2  A2 P  A  R  500 2  0.914(2.3,654  0,914)  500  0,008m
b'  n( R  R 2  P 2 )  (n  1).Td  z
b'  2(500  500 2  3.654 2 )  (2  1).0,008  0.282  0,316 m

karena b’=0,316 m, maka diperlukan lebar perkerasan pada tikungan selebar 0,7
m.

3. Perhitungan Kemiringan Melintang (Super-elevasi)


a. Data Perencanaan

Data-data yang diperlukan untuk perhitungan superelevasi dapat dilihat


pada tabel berikut ini:

Data perhitungan superelevasi

PI1 PI2

Vr 40 km/jam 60 km/jam

R 250 m 500m

38
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

En 3% 3%

Em 6,9 % 6,2 %

B 2x3m 2x3m

b’ 0,334 m 0,315 m

Ls 80 m 100 m

Lc 72,620 m 13,385 m

S’ 1/120 1/160
Ket :
D = panjang tangen
b' = lebar tambahan jalan
B = lebar jalur lalu lintas
Vr = kecepatan rencana
R = lengkung atau radius
L = panjang lengkung
panjang lengkung
=
Ls spiral
emax = kemiringan melintang maksimum
en = kemiringan melintang normal
* = Lihat lampiran 01 buku Supratman Agus, tergantung kls jalan
** = Lihat lampiran 06 buku Supratman Agus, tergantung R & Vr
Rumus :
1
ℎ𝑛 = 𝑒𝑛 × (𝐵 + 𝑏 ′ )
2
1
ℎ𝑚′ = 𝑒𝑚𝑎𝑥 × (𝐵 + 𝑏 ′ )
2
1
𝑚 = 𝑒𝑚𝑎𝑥 × (𝐵 + 𝑏 ′ )
2
ℎ𝑛 + ℎ𝑚′
× 100%
𝐵 + 𝑏′
< 𝑒𝑚𝑎𝑥
Syarat
𝑒𝑛 × 𝐿𝑠
𝑎=
𝑒𝑛 + 𝑒𝑚𝑎𝑥
𝑎 < 𝐿𝑠 − (2 × 𝑎)

39
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

b. Perhitungan Kemiringan Melintang Maksimum ( 𝒆𝒎𝒂𝒙 )

1) Tikungan PI1

hn = en . ½ (B+b) = 0,03 . ½ (6 + 0,334) = 0,095


hm = em . ½ (B + b’) = 0,069. ½ (6 + 0,334) = 0,219
hm’ = em . ½ (B + b’) = 0,069. ½ (6 + 0,334) = 0,219

en.Ls 0,03x80
a   24,242m
en  em 0,03  0,069

Kontrol = Ls – ( 2.a )
= 80 – ( 2. 24,242 m ) = 31,515 m > 24,242 m .........OK!
Syarat Aman

hn  hm'
e max  x100%  e max data
B  b'
0,095  0,219
e max  x100%  6,9%
6  0,334
e max  4,95%  6,9% 
 OK ( aman )
2) Tikungan PI2

hn = en . ½ (B+b) = 0,03 . ½ (6 + 0,315) = 0,0947


hm = em . ½ (B + b’) = 0,062. ½ (6 + 0,315) = 0,1958
hm’ = em . ½ (B + b’) = 0,062. ½ (6 + 0,315) = 0,1958

en.Ls 0,03x100
a   32,6087m
en  em 0,03  0,062
Kontrol = Ls – ( 2.a )
= 100 – ( 2.32,6087m ) = 34,782 m > 32,6 m ........OK!

Syarat Aman

hn  hm'
e max  x100%  e max data
B  b'
0,0947  0,1958
e max  x100%  6,2%
6  0,315
e max  4,6%  6,2% 
 OK ( aman )

40
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

c. Perhitungan Landai Pencapaian Maksimum ( 𝑺𝒎𝒂𝒙 )

1) Tikungan PI1
Syarat Nyaman

en  em 1
S x ( B  b' )  S '   0,008
Ls 80
0,03  0,069
S x(6  0,334)  0,008
80
S  0.0078  0,008  OK ( nyaman )
2) Tikungan PI2
Syarat Nyaman

en  em 1
S x ( B  b' )  S '   0.006
Ls 100
0,03  0,13
S x(6  0,315)  0.006
100
S  0,005  0,006 
 OK ( nyaman )

d. Titik Stationing

1) Tikungan PI1

Sta A = 0 + 0,00 Sta 0 + 000


Sta PI1 = Sta A + d1= 0 + 277 = 277 m Sta 0+ 277
Sta TS1 = Sta PI1 – TS1= 277 – 119,129 = 157,8712 Sta0+157,8712
Sta SC1 = Sta TS1 + Ls1= 157,8712 + 80 = 237,8712 m Sta0+237,8712
Sta CS1 = Sta SC1 + Lc1= 237,8712 + 72,620 = 310,4916 m Sta 0+ 310,491
Sta ST1 = Sta CS1 + Ls1= 310,4916 + 80 = 390,4916 m Sta0+390,4916

2) Tikungan PI2

Sta PI2 = Sta ST1 + d2 – TS1=390,4916+408–119,129=679,363m Sta0+679,363

Sta TS2 = Sta PI2 – TS2= 679,363 – 107,047 = 572,316 m Sta 0 + 572,316

Sta SC2 = Sta TS2 + Ls2= 679,363 + 100 =672,316 m Sta 0 + 672,316

Sta CS2 = Sta SC2 + Lc2= 572,316 + 13,385 = 685,702 m Sta 0 + 685,702

41
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Sta ST2 = Sta CS2 + Ls2= 672,316 + 100 = 785,702 m Sta 0 + 785,702

Sta B = Sta ST2 + d3 – TS2= 774,413 + 196 –107,047= 874,65 m Sta 0 +874,655
  d  Sta.B 
   100%  3%
 d 
 881  874,655 
   100%  3% 0
 881 
0,007% < 3 % → Ok!!!
e. Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Melintang

Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan stationing dapat dilihat


pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Data perhitungan stationing

PI1 PI2

Ts1 = 119,129 m Ts2=107,0467m

Lc1 = 72,620m Lc2= 13,385m

Ls1 = 80 m Ls2 = 100 m

Jarak:

d1 = 277 m

d2 = 408 m

d3 = 196 m
TIKUNGAN PERTAMA (PI1, belok kanan)
1) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik A

* Sta. A = Sta. TS1 = d1 – TS1

= 277 m – 119,129 m

= 157,871 meter

* Keadaan Miring

Kemiringan sebelah kiri = kemiringan sebelah kanan = hn = - 0,095011 m

42
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

2) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik B

* Sta B = Sta A + a

= 157,871 m + 24,242 m = 182,114 meter

* Keadaan Kemiringan : Kemiringan sebelah kiri = 0 meter

Kemiringan sebelah kanan = - hn = -0,095011 m

3) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik C

* Sta C = Sta B + a atau Sta A + 2a

= 182,114 + 24,242 m = 206,356 meter

Keadaan kemiringan :
K. Kanan
(m) = (a x etotal) / (d - a)
= 25.217391 x 0,1
277 - 24,242
= 0.09511
K. Kiri (m) = -K. Kiri
= -0.09511

4) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik D

* Sta.D = Sta.C + ( d-2a ), atau Sta. SC1

= 206,356 + 310,4916 m

= 434,871 m

* Keadaan Kemiringan : sebelah kiri = + hm = 0,219meter

Sebelah kanan = - hm = -0,219 meter

5) Keadaan Kemeringan Titik E s/d H, adalah Kebalikan dari D s/d A

TIKUNGAN KEDUA (PI2, belok kanan)

1) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik A

43
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

* Sta. A= Sta. B = Sta. PI2 – TS2 = d2 – TS2

= 408 – 107,047

= 300,953 meter

* Keadaan miring:Kemiringan sebelah kiri = kemiringan sebelah


kanan = -hn = -0,094739 m

2) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik B

* Sta B = Sta A + a

= 300,953 m + 32,6087 m = 333,562 meter

* Keadaan Kemiringan : Kemiringan sebelah kiri = + 0,00 meter

Kemiringan sebelah kanan = - hn = -0,094739

3) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik C

* Sta. C = Sta. B + a; atau Sta. A + 2a

= 333,562 m + 32,6087 m

= 366,17068

Keadaan kemiringan :
K. Kiri (m) = (a x etotal) / (d - a)
= 32,6087 x 0.1
408 - 32,6087
= 0.094739
K. Kanan
(m) = -K. Kiri
= -0.094739

4) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik D

* Sta. D = Sta. C + 1(d – 2a);

= 366,17068 m + (408– 32,6087)

= 708,953 m

44
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

* Keadaan miring:

Kemiringan sebelah kiri = + hm = 0,1957 m

Kemiringan sebelah kanan = - hm = -0,1957m

5) Keadaan Kemeringan Titik E s/d H, adalah Kebalikan dari D s/d A

Perhitungan Kebebasan Samping


1. Tikungan I
 Jarak Pandang Menyiap

Data : Vr = 40 km/jam ; m = 20 km/jam ; L = 232,62 m; a = 2,196 m

t1 = 2,12 + 0,026 . Vr = 2,12 + 0,026 . 40 = 3,16

t2 = 6,56 + 0,048 . Vr = 6,56 + 0,048 . 40 = 8,48

Maka :

d1 = 0,278 . t1 . [Vr – m + ( ½ . a . t1 )]

= 0,278 . 3,16 . [ 40 – 20 + (½ . 2,196. 3,16)] = 20,617 m.

d2 = 0,278 . Vr . t2

= 0,278 . 40 . 8,48 = 94,2976 m.

d3 = 30 m (Daftar 21 Hal. 126)

d4 = 2/3 . d2 = 62,865067 m.

d = d1 + d2 + d3 + d4 = 207,78031 m.

d hitung = 207,78031 m > d min PPGJR= 140 m.

Diambil panjang pandang menyiap rencana d = 207 m.

 Jarak Pandang Henti

Untuk Vr = 40 km/jam ; fm = 0,33

vr 2 40 2
dp =   46,870322 m
254. fm  l 254.0,33  0,08

45
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

dp hitung = 46,870322 m > d min PPGJR= 40 m

Diambil jarak pandang henti rencana 207 m

maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap = 207 m, dan Shenti
= 207 m (lampiran 02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)

Untuk jarak pandang menyiap Nilai Smenyiap = 207 m < L1 = 233,62m, maka
digunakan rumus : Maka rumus yang digunakan

 90 0.S   90 0.207 
m = R 1  cos   2501  cos   15, ,967022m
  .R   3,14.250 

Untuk jarak pandang henti nilai Shenti = 100 m < L1 = 232,62 m, maka
digunakan rumus :

Maka rumus yang digunakan

 90 0.S   90 0.100 
m = R 1  cos   5501  cos   4,9833m
  .R   3,14.250 

Maka diambil jarak henti rencana dengan S = 100 m dan m = 3 m


pada perencanaan ini digunakan jarak pandang Henti, karena jika
menggunakan jarak pandang menyiap tidak memenuhi syarat 3 < m < 5

Perhitungan Kebebasan Samping Tikungan II


 Jarak Pandang Menyiap

Data : Vr = 60 km/jam ; m = 20 km/jam ; L = 213,385m; a = 2,2683 m

t1 = 2,12 + 0,026 . Vr = 2,12 + 0,026 . 60 = 3,68

t2 = 6,56 + 0,048 . Vr = 6,56 + 0,048 . 60 = 9,44

Maka :

d1 = 0,278 . t1 . [Vr – m + ( ½ . a . t1 )]

= 0,278 . 3,68 . [ 60– 20 + (½ . 2,2683. 3,68)] = 45,1908 m.

46
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

d2 = 0,278 . Vr . t2

= 0,278 . 60 . 9,44 = 157,4592 m.

d3 = 30 m (Daftar 21 Hal. 126)

d4 = 2/3 . d2 = 104,973 m.

d = d1 + d2 + d3 + d4 = 337,6228 m.

d hitung =400m > d min PPGJR= 140 m.

Diambil panjang pandang menyiap rencana d = 400 m.

 Jarak Pandang Henti

Untuk Vr = 40 km/jam ; fm = 0,375;

vr 2 60 2
dp =   79,455 m
254. fm  l 254.0,375  0,1

dp hitung = 79,455 m < d min PPGJR= 75 m

Diambil jarak pandang henti rencana 100 m

maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap = 400 m, dan Shenti
= 100 m (lampiran 02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)

Maka rumus yang digunakan

 90 0.S   90 0.400 
m = R 1  cos   2201  cos   75,805m
  .R   3,14.500 

Kebebasan samping henti S < L = 100 m < 213,385 m; R = 500 m

Maka rumus yang digunakan

 90 0.S   90 0.100 
m = R 1  cos   2201  cos   2,4979 m
  .R   3,14.500 

Maka diambil jarak henti rencana dengan S = 100 m dan m =2,4979 m

pada perencanaan ini digunakan jarak pandang Henti, karena jika


menggunakan jarak pandang menyiap tidak memenuhi syarat 3 < m < 5

47
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

B. PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ALINYEMEN


VERTIKAL

1. Data Perencanaan

Dari perencanaan dan perhitungan alinyemen horizontal pada awal proyek (titik
A) sampai dengan Titi B, diperoleh data-data sebagai berikut:

a) Sta. PI = d1 = 408 meter, Vr1 = 40 km/jam, dan ∆1 = 350


b) Sta. PI = d2 = 196 meter, Vr2 = 60 km/jam, dan ∆2 = 130

2. Perencanaan Landai Jalan


 Dari Sta 0 + 000 s/d Sta 0 + 484,501

Data t1 = 55 m ; t2 = 70 m ; d1 = 484,501 m

t 2  t1 55  70
Maka g1 =  100%   100%  3,095% (naik)
d1 484,501

 Dari Sta 0 + 484,501 s/d Sta 0 + 871,108

t2 = 70 m ; t3 = 75 m ; d2 = 386,607 m

t3  t2 70  75
g2 = x100%   100%  1,293% (naik)
d2 386,607

3. Perhitungan Jarak Pandangan


a. Jarak Pandangan Menyiap dan Jarak Pandangan Henti

Untuk Vr1= 40 km/jam ; dengan landai g = 3,095 %

Data :

t1 = 2,12 + 0,026 . Vr = 2,12 + 0,026 . 40 =3,16

t2 = 6,56 + 0,048 . Vr = 6,56 + 0,048 . 40 = 8,48

Maka :

d1 = 0,278 . t1 . [Vr – m + ( ½ . a . t1 )]

= 0,278 . 2,2 . [ 40 – 20 + (½ . 2,196. 3.16)] = 20,617 m.

48
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

d2 = 0,278 . Vr . t2

= 0,278 . 40 . 8,48= 94,297 m.

d3 = 30 m (Daftar 21 Hal. 126)

d4 = 2/3 . d2 = 62,865 m.

d = d1 + d2 + d3 + d4 = 207,78 m.

d hitung = 207 m > d min PPGJR= 140 m.

Diambil panjang pandang menyiap rencana d = 207 m.

 Jarak Pandang Henti

Untuk Vr = 40 km/jam ; fm = 0,33

vr 2 40 2
dp =   46,870 m
254. fm  l 254.0,33  0,08

dp hitung =46,870m < d min PPGJR= 140 m

Diambil jarak pandang henti rencana 100 m

maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap = 207 m, dan Shenti
= 100 m (lampiran 02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)

4. Perhitungan Lengkung vertikal cembung


Data: g1=+3,095; S-menyiap = 207m; S-henti= 100m
g2 =+1,293; Vr1=40km/jam;
L2= 232,62 m (panjang tikungan 2)
Maka beda landai (A) = (g1)-(g2)=1.802%
h1=1,2 m (didapat dari daftar 25 buku geometri jalan raya, Supratman
Agus)
h2=1,2 m (didapat dari daftar 25 buku geometri jalan raya, Supratman
Agus)
a) perhitungan Lv minimum
Untuk memperoleh pajang lengkung vertikal minimum (Lv) yang sesuai
dengan perencanaan landai jalan tersebut di atas maka dicoba dengan
pendekatan :

 Untuk S menyiap rencana =207m >L1= 232,62, maka S>L


49
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Rumus :
200.( h1  h2 ) 2
Lv  2.s   71,114m
A
 Untuk henti rencana =100 m>L
Rumus :
C
Lv  2.S   38,354m
A
Oleh sebab itu Lv yang memenuhi syarat untuk keadaan ini digunakan
berdasarkan jarak pandangan menyiap. Diambil Lvdeain =50m
b) Perhitungan Eksternal Vertikal (Ev)
A.Lv 1.802.100
Rumus : E v    0,112m
800 800
Maka didapat Ev = 0,112 m
c) Perhitungan parabola lengkung vertikal Cembung
Pada Perhitungan ini dihitung untuk jarak 1/2 Lv
Rumus :
2
 x 
y  .Ev  A .x 2
 1 Lv  200 Lv
 2 
Pada perhitugan ini Lengkung parabola cembung ditinjau pada interval setiap
jarak 1 meter. Sesungguhnya semakin pendek jarak interval yang dipilih, maka
gambar lengkung parabola akan semakin baik.
Jika

y (m)
No x (m)
(x/(0,5. Lv))^2 . Ev

X0 0 0.0000

x1 5 0.0045

X2 10 0.0180

X3 15 0.0406

X4 20 0.0721

X5 25 0.1127

50
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

 Jarak A  PLV 
PLV  elevasi A   xbeda tinggi A  PPV   69,22
 Jarak A  PPV 
 X 
Titik 1  elevasi PLV   1
xPLV  PPV   69,38
 1 .LV 
 2 
 X 
Titik 2  elevasi PLV   1
xPLV  PPV   69,53
 1 .LV 
 2 
 X 
Titik 3  elevasi PLV   1
xPLV  PPV   69,69
 1 .LV 
 2 
 X 
Titik 4  elevasi PLV   1
xPLV  PPV   69,845
 1 .LV 
 2 
 X 
Titik 5  elevasi PLV   1
xPLV  PPV   70
 1 .LV 
 2 

PPV  70
e) Perhitungan elevasi grade line lengkung vertikal cembung
Rumus yang digunakan :
2
d  A  xi  xi 
elev.grade line  ti  xh  Yi    .Ev
d  A  PPV1   1 .Lv 
 2 

Titik Grade Parabola Elevasi Garde


Line Lengkung Line
Elevasi
Ketinggian
Vertikal Permukaan
Vertikal Cembung Jalan
Cembung
1 2 (1) - (2)

PLV 69.22 0,000 69,226

1 69,38 0,0045 69,385

51
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

2 69,53 0,0018 69,553

3 69,69 0,00406 69,731

4 69,84 0,0721 69,917

5 70 0,1127 70,112

C. PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN

Untuk menghitung volume galian dan timbuan tanah masing-masing


irisan penampang melintang ( gambar pada lampiran ) tersebut dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan aplikasi autoCAD, hitung luas masing-


masing irisan gambar potongan melintang dengan cermat.
2. Setelah luas masing-masing penampang melintang diperoleh,
selanjutnya hitung volume galian dan volume timbunan dengan
rumus sebagai berikut:

(a1  a2 )
Volume  xd
2

Keterangan :

V = volume galian atau timbunan tanah (m3)

a1 = Luas bidang galian atau timbunan pada titik awal proyek (m2)

a2 = Luas bidang galian atau timbunan pada irisan penampang berikutnya (m2)

d = Panjang antara 2 titik irisan melintang

52
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1

Luas Penampang Jarak Volume (m3)


No. Stasioning
( meter )
Galian Timbunan Galian Timbunan
Sta A 0+00 95.43 219.63
1
157.87 7532.77 827210.81
Sta TS1 + 157.87 489.2 303.85
80 19568 2972868.40
Sta SC1 +237.871 3.24 399.46
3
72.62 117.64 23497.12
Sta CS1 +310.491 56.68 38.13
4
80 2267.20 43224.17
Sta ST1 +390.491 71.17 49.36
5
182.219 6484.26 160031.61
Sta TS2 +572.71 196.48 260.74
6
100 9824 1280754.88
Jumlah 912.2 1271.17 45794 5307587

53
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNK BANGUNAN S-1

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Untuk memenuhi kebutuhan manusia jalan raya sangat dibutuhkan oleh


manusia agar dapat bertahan hidup atau melangsungkan kehidupan mereka.
Perencanaan jalan yang cepat dan praktis atau sudah memenuhi syarat yang artinya
memiliki hambatan yang sedikit sangat di harapkan.Oleh karena itu, perlu adanya
perkembangan-perkembangan pada pembangunan jalan.

Dalam merencanakan dan perhitungan geometrik jalan raya meliputi 3


kegiatan, yaitu perencanaan geomrtik jalan raya, perhitungan geometrik jalan raya
dan penggambaran elemen geometrik jalan raya dengan kelas jalan IIC.
Perhitungan dan perencanaan ini di mulai dari perencanaan trase , perhitungan
alinyemen horizontal dan vertikal, serta perhitungan galian dan timbunan.

B. Saran

Mahasiswa sebaiknya harus antusias dalam mempelajari materi


perencanaan geometrik jalan, khususnya materi perkuihaan mengenai perencanaan
perkembangan pembangunan jalan raya pada saat dosen menyampaikan materi ini
di kelas. Mahasiswa harus aktif mencari referensi di luar jika materi di kelas masing
belum merasa paham.Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai dengan maksimal. Selain itu, mahasiswa juga harus mengikuti
perkembangan teknologi yang sedang berkembang, terutama dalam hal ini
teknologi dalam pembangunan jalan raya.

54
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Supratman. 2015 .Geometrik Jalan Raya. Bandung : Laboratorium


Transportasi.

Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung :


Nova.

Sutanto.1992.Pedoman Drainase Jalan Raya. Jakarta : Universitas Indonesia

Sutjipto,M dan Ir.Soetriman . 1979 . Konstruksi Jalan Raya dan Jalan Baja
1.Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah dan kejuruan.

60
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIIMUR 1405137
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai