KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Perencanaan dan Perhitungan Geometrik Jalan Raya “.
Penulis
i
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
ii
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
LAMPIRAN
iii
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
iv
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA - PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
DAFTAR LAMPIRAN
v
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
BAB I
PENDAHULUAN
Sarana jalan sebagai salah satu urat nadi ekonomi masyarakat sangatlah
dibutuhkan sehingga menjadi suatu keharusan untuk disediakan atau dibangunkan,
dimana jalan juga sebagai sebuah lambang atau prestise dari suatu bangsa yang
secara langsung atau tidak langsung menjadi cermin keberhasilan bangsa itu
sendiri.
Sejarah manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan
hidup dan berkomunikasi dengan orang lain mempengaruhi sejarah perkembangan
jalan. Kelangsungan kehidupan manusia sangat bergantung pada bagaimana cara
mereka berpindah tempat atau sistem tranportasinya, dengan kata lain manusia
sangat tergantung pada jalan. Jalan pada dasarnya hanyalah seberkas jejak-jejak
yang telah atau sering dilewati oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka,
hal tersebut terjadi pada saat zaman pra sejarah.Seiring dengan perkembangan
kebudayaan danperadaban manusia, manusia membutuhkan “jalan” yang lebih
praktis dan pasti.Perkembangan jalan yang asalnya hanya seberkas jejak-jejak yang
sering dilewati, berangsur-angsur berkembang menjadi jalan raya modern seperti
yang kita kenal sekarang ini.
Seiring dengan berjalannya waktu dan hasrat atau keinginan manusia dalam
mempertahankan kelangsungan kehidupannya.Dengan hasrat seperti itulah
masyarakat membutuhkan sarana yang praktis dan cepat untuk memenuhi
kebutuhan mereka, seperti rumah tinggal, pekerjaan, makan, dan minum.Hal ini
berpengaruh pada perkembangan kemajuan jalan.
Jalan raya adalah suatu lajur tanah yang disediakan khusus untuk
sarana/prasarana perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk melayani
1
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
kelancaran arus lalu lintas. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang dan
barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Pengertian lalu lintas disini adalah semua gerakan jenis pemakai jalan yang
terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengankut yang digerakan oleh
manusia dan hewan, seperti Delman, Gerobak dorong, Pedati, Sepeda, Beca; serta
semua jenis kendaraan bermotor dua, roda tiga, roda empat dan seterusnya.
Melihat latar belakang yang telah dipaparkan diatas dan pentingnya kita
sebagai mahasiswa mengetahui dan dapat merencanakan suatu geometrik jalan
2
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
B. Identifikasi Masalah
Laporan ini dibatasi padaperencanaan, perhitungan, dan penggambaran
elemen geometrik jalan raya khusus kelas jalan IIC.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana perencanaan elemen geometrik jalan raya dengan kelas jalan
IIC?
2. Bagaimana perhitungan elemen geometrik jalan raya dengan kelas jalan
IIC?
3. Bagaimana penggambaran elemen geometrik jalan raya dengan kelas jalan
IIC?
3
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
4
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
5
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
BAB II
KAJIAN TEORI
Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, untuk keperluan tukar
menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang
berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi.
6
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595, dimana
dengan bahan temuan tersebut dapat dipergunakan untuk memperkeras lapisan
permukaan jalan.
b. Pierre Marie Jereme Tresaquet memperkenalkan konstruksi jalan dari batu
pecah pada periode th 1718 – 1796.
c. Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada tahun
1790 yaitu Thomas Telford.
d. Th 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih atau
konstruksi Makadam.
e. Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan th 1830 oleh Lemoine.
7
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1. Aliyement horizontal yaitu garis proyeksi sumbu jalan yang diasumsikan tegak
lurus atau sejajar dengan bidang gambar.
a) Jalan raya dipandang pada suatu bidang datar merupakan sumbu jalan (garis
sumbu jalan) rangkaian dari garis-garis lurus. Tiga syarat pokok pada jalan
yang akan dirancang (geometris) yaitu; Nyaman, Aman, Efisien/ekonomis.
b) Tikungan/titik belok
c) Lengkung horizontal
d) Kemiringan melintang/super elevasi
e) Pelebaran tikungan, khusus mengamati pergeseran antara roda muka dengan
roda belakang.
f) Penomoran jalan (stasioning), penempatan titik station yang digunakan
untuk keperluan desain.
2. Alinyement vertikal yaitu seakan-akan jalan itu naik dan turun atau tegak lurus
bidang gambar. Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu;
a) Lengkung perlalihan vertikal
b) Cut and field ((penimbunan dan penggalian tanah)
c) Drainase.
1. Jalur lalu lintas pejalan kaki (trotoir di dalam kota bahu-bahu di luar kota).
2. Jalur lalu lintas untuk sepeda.
3. Jalur lalu lintas untuk sepeda motor.
4. Jalur lalu lintas untuk mobil. truk dan kendaraan lain yang sejenis.
8
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Lebar jalur lalu lintas untuk sepeda motor ditetapkan 1 m. Tetapi jika
lalu lintas kendaraan ini digabungkan dengan lalu lintas kendaraan penumpang
lainnya (mobil dll.), maka haruslah lebar jalur itu ditambah dengan 1-1,5 m.
Kalau lalu lintas sepeda motor itu harus diperbesar maka lebar jalur lalu lintas
itu harus diperbesar menurut keperluan.
Lebar jalur lalu lintas untuk mobil, truk dan kendaraan-kendaraan lain
yang sejenis itu tidak dapat ditetapkan dengan setepat-tepatnya karena beraneka
ragam bentuk dan ukuran-ukuran kendaraan-kendaraan tersebut.
Lebar jalan lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk yang ditetapkan
diberbagai negara itu tidak sama. Sebagian perbandingan diberikan contoh
sebagai berikut: Lebar jalur lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk di
Amerika (U.S.A.) dan di lnggris ialah 12 feet = 3,65 m, di Negeri Belanda 3,30
m dan di Jerman Barat 3,75 m.
9
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Jalan Raya Utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang
tinggi (kendaraan berat) antara kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat
produksi dan pusat-pusat eksport. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut;
Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda.
Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi (PR) > 80 km/jam.
2. Jalan Sekunder
Jalan Raya Sekunder ialah jalan raya yang melayani lalu lintas yang
cukup tinggi, baik kendaran ringan maupun berat antara kota-kota penting dan
kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah-daerah di sekitarnya. Adapun
cirinya sebagai berikut;
Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton dan berat > 10
ton
Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80 km/jam).
3. Jalan Penghubung/ Jalan Lokal
Fungsi jalan penghubung adalah untuk melayani lalu lintas yaitu memenuhi
kebutuhan aktivitas masyarakat setempat biasanya jalan perkotaan. Adapun
ciri-cirinya;
10
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1. Jalan Kelas I
2. Jalan Kelas IIA.
3. Jalan Kelas IlB.
4. Jalan Kelas IIC.
5. Jalan Kelas llI.
Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk
dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak
terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam kelas
ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi
perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan
terhadap lalu lintas.
Kelas II
Kelas IIA
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana
dalam komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa kendaraan
tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus disediakan
jalur tcrsendiri.
11
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Kelas IIB
Kelas IIC
Kelas III
Suatu jalan raya yang mempunyai banyak jalur lalu-lintas itu tergantung
pada kecepatan kendaraan-kendaraan masih harus dibagi lagi dalam beberapa
jalur lalu-lintas, yaitu jalur-jalur lalu-lintas lambat dan jalur-jalur lalu-lintas
cepat.
Oleh karena itu, pada perencanaan pembuatan suatu jalan harus dapat
rnenjangkau perkembangan lalu-lintas untuk sesuatu waktu yang tertentu
dikemudian hari tanpa ada perbaikan yang berarti, misalnya dapat mencapai
umur rencana 15-20 tahun yang mendatang.
12
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Umur rencana jalan adalah jangka waktu sejak jalan itu dibuka hingga
saat diperlukan perbaikan berat atau telah dianggap perlu untuk memberi
lapisan pengerasan baru. Ramainya lalu-lintas kendaraan yang melewati sesuatu
jalan itu dapat diteliti dengan menghitung jumlah (volume) kendaraan yang
lewat sesuai dengan masing-masing jenis kendaraan.
Tabel 1. Daftar i
ANGKA
JENIS-JENIS KENDARAAN
PERBANDINGAN
Sepeda 0,5
Bus 3
13
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Bila suatu jalan terdapat berbagai jenis kcndaraan dengan jurnlah yang
berbeda, maka dengan angka perbandingan pada Daflar I dibuat daftar yang akan
menghasilkan angka "S.M.P."-nya.
Menurut
14
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
15
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
2. Perhitungan Koordinat
Pada perencanaan disini hanya akan dibahas perhitungan koordinat dari peta
topografi. Yaitu dengan cara menginterpolasi koordinat yang telah ada pada peta
topografi yaitu dengan adanya perpotongan sumbu X dan sumbu Y.
XA X1
α arctg Kuadran
YA Y1
o Kuadran I :x=(+)
y=(+)
az =
o Kuadran II :x=(+)
y=(-)
az = 1800 -
y=(-)
az = 1800 +
o Kuadran IV : x = ( - )
16
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
y=(+)
az = 3300 -
3. Alinyemen Horizontal
4. Lengkung Peralihan
17
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
18
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
m.v3
K
R.Ls
3
Vr.1000
Lsmin 0,022
360 V.K
2,272
R C
dimana :
Jari – jari circle yang diambil harus sedemikian sehingga sesuai dengan
kecepatan rencana yang ditentukan serta tidak mengakibatkan adanya
kemiringan tikungan yang melebihi harga maksimum. Kemiringan tikungan
maksimum dibedakan antara jalan untuk antar kota (maksimum = 0,10) dan
untuk jalan kota (maksimum = 0,08).
Vr2
R
127(e fm)
Dimana :
Rumus – rumusumum
Data :
V = ditetapkan (km/jam)
R = ditetapkan (m)
Ts = (R + p) . tg ½ + k (m)
Es = (R + p) . cos ½ - R (m)
e = kemiringan melintang
(superelevasi) (m/m)
Ls
2θs x360
2.π.R
’ = - 2s
Δc
Lc = .2π2π.
360
L = Lc + 2.L
20
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNK BANGUNAN S-1
b. Full Circle
100 1500
80 1100
30 700
40 300
30 180
21
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
c. Spiral – Spiral
Rumus – rumusumum
Data :
Vr = ditetapkan (km/jam)
R = ditetapkan (m)
θs
Ls = xR (m)
28,648
Ts = (R + p) . tg ½ + k (m)
(R p)
Es = R (m)
cos1/2α
L = 2 . Ls (m)
P = p* . Ls
K = k* .Ls
22
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
a) Pada waktu membelok yang diberi belkan pertama kali hanya roda depan,
sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
b) Jejak lintasan kendaraantidak lagi berimpit, karena bemper depan dan belakang
kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan lintasan roda depan
dan roda belakang kendaraan.
c) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya
tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan – tikungan yang tajam atau
pada kecepatan – kecepatan tinggi.
a) Keadaaan dimana jarak pandangan (S) lebih kecil dari pada panjang tikungan
yang bersangkutan (L), sehingga seluruh jarak pandangan ada dalam daerah
lengkung ( S< L).
b) Keadaan dimana jarak pandangan (S) lebih besar dari pada panjang tikungan
(L), sehingga jarak pandangan sebagian dalam lengkungan sepanjang (L) dan
sisanya dalam garis lurus ( S< L ).
9. Alinyemen Vertikal
23
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
a) Busur lingkaran
b) Parabola sederhana
c) Parabola tingkat tiga
d) Spiral
A1 = (+ a ) – (– b)
A2 = (+ c ) – (– b)
A.Lv
Ev
800
2
x
y .E A .x2
1 Lv v 200Lv
2
24
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Dimana :
lengkung (m)
A = perbedaan aljabar landai jalan (persen)
Panjang Lv
Pergeseran vertikal Ev
Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat dibawah atau di atas PPV
Elevasi dari titik – titik PLV dan PTV
Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PPV dan PTV yang diambil
pada setiap nomor – nomor stasiun yang tersebut dalam alinyemen
horizontal.
A.Lv
Ev = (m)
800
25
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
BAB III
PERENCANAN DAN PERHITUNGAN
GEOMETRIK JALAN RAYA
1) Data Perencanaan
26
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
a) Perencanaan garis trase jalan sedapat mungkin dipilih rute yang sedater-
datarnya, selurus-lurusnya, dan sependek mungkin.
b) Perencanaan kecepatan kendaraan rencana (Vr) pada tikungan jalan
harus sesuai dengan spesifikasi kelas jalan, dan spesifikasi topografi
daerah setempat.
c) Perencanaan sudut belok (∆) pada masing-masing tikungan disesuaikan
kecepatan rencana kendaraan yang bersangkutan (Vr).
181913,53emaks f maks
Dmaks + α toleransi
Vr 2
Untuk jalan luar kota emaks diambil 10% dan nilai f maks ditetapkan berdasarkan
kecepatan rencana yang bersangkutan (daftar 16, hal. 70 buku geometrik jalan
raya). Maka diperoleh Dmaks masing-masing kecepatan sebagai berikut, mulai
dari kecepatan 30, 40, 30 dan 80 :
27
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Dan berikut ini didapat nilai Dmax dan Dmin untuk masing-masing
kecepatan rencana adalah sebagai berikut :
Vr PI1 = 40 km/jam
181913,53(0.10 0.173)
D max 30 2
25 80 010 ' 49,57 ''
30
181913,53(0.10 0.166)
D min 2
21 51,2430
40
Vr PI2 = 60 km/jam
181913,53(0.10 0.166)
D max 2
21 51,243 0
40
181913,53(0.10 0.153)
D min 13 25,784 0
60 2
Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan desain trase jalan tersebut di atas,
maka dipilih kecepatan rencana untuk setiap belokan adalah sebagai berikut:
Vr 1 = 40 km/jam
Vr 2 = 60 km/jam
28
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Koordinat PI1
29
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Koordinat PI2
Koordinat PI2
30
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1. Perhitungan azimuth:
X A X1
Arc tan
Y AY1
X PI 1 X A 458,601 200
a. A P1 Arc tan Arc tan = 69
YPI 1 YA 250,732 (350)
X B X PI 2 1029,119 854,482
c. PI 2 B Arc tan Arc tan 117
YB YPI 2 438,418 (349,436)
= |1050 - 1170 |
= 130 …………….. OK
31
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
d1 ( X 1 X 0 ) 2 (Y1 Y0 ) 2
Sudut Belok
Sudut Belok Kontrol
Rencana
Vr Sudut
<5%
Dmax Dmin Peta Dihitung
d1 226.5 226,5 0
d2 321 321 0
d3 309 309 0
32
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1) Data Perencanaan
Vr 2 40 2
Rmin = 47,3625
127(e f ) 127(0,1 0,166)
Rmin < Rdesain < Rmax , maka diambil Rdesain = 250 meter, dengan
menggunakan rumus Spiral-Circle-Spiral (Sp-C-Sp).
c). Panjang ES
ST
33
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Vr 3 Vr.k
Ls min 0,022 2,727
R.c c
40 3 40.0,05039
Ls min 0,022 2,272
250.0,68 0,68
Ls min 4,323meter
Diambil Ls desain = 80 m.
Ls 80
2s x360 x360 18,3439 0
2. .R 22
2x x 250
7
s = 9,17197
0
Ls 3 80 3 Ls 2 80 2
x Ls 100 79,964 m y 1,786 m
40.R 2 40.250
2
6.R 6.250
K * 39,966
P * 1,073
Maka diperoleh :
Ts1 = (R + P*) tg ½ + K*
= 119,129 m
34
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1) Data Perencanaan
Vr 2 60 2
Rmin = 112,041
127(e f ) 127(0,1 0,153)
Rmin < Rdesain < Rmax , maka diambil Rdesain = 500 meter, dengan
menggunakan rumus Spiral-Circle-Spiral (Sp-C-Sp).
c). Panjang ES
60 3 60.0,0566
Ls min 0,022 2,727
500.0,54 0,54
Ls min 2,611 meter
35
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Ls 100
2s x360 x360 11,464 0
2. .R 22
2 x x500
7
s = 5,73240
Ls3 1003
x Ls 120 79,736 m
40.500
2
40.R 2
Ls 2 100 2
y 4,837 m
6.R 6.500
K * 49,984
P * 0,833
Maka diperoleh :
Ts2 = (R + P*) tg ½ + K*
= 107,047 m
Td R 2 A(2 P A) R
Vr
z 0,105
R
Dimana :
b’ = Lebar tambahan perkerasan pada tikungan.
Td = Lebar tambahan akibat tonjolan depan mobil.
n = jumlah jalur ( direncanakan 2 jalur ).
R = Jari – jari.
P = Jarak gandar ( untuk kendaraan jenis Su, P = 6,09 m (daftar 18,
hal 103).
A = Panjang tonjolan depan ( untuk jenis Su, A = 1,218m )(daftar 18,
hal 103.
z = Lebar tambahan untuk mengimbangi pergeseran roda akibat
kelalaian pengemudi.
a. Tikungan PI-1
Mobil penumpang
3.654 0.914 0.365 1.980
(PC)
37
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Semi trailer
10.648 1.218 1.066 2.436
kombinasi (C45)
Vr 40
z 0,105 0,105 0,266m
R 250
Td R 2 A2 P A R 250 2 0.914(2.3.654 0.914) 250 0,015m
b' n( R R 2 P 2 ) (n 1).Td z
b' 2(250 250 2 3.654 2 ) (2 1).0,015 0,266 0,334m
b. Tikungan PI-2
Vr 60
z 0,105 0,105 0.282 m
R 500
Td R 2 A2 P A R 500 2 0.914(2.3,654 0,914) 500 0,008m
b' n( R R 2 P 2 ) (n 1).Td z
b' 2(500 500 2 3.654 2 ) (2 1).0,008 0.282 0,316 m
karena b’=0,316 m, maka diperlukan lebar perkerasan pada tikungan selebar 0,7
m.
PI1 PI2
Vr 40 km/jam 60 km/jam
R 250 m 500m
38
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
En 3% 3%
Em 6,9 % 6,2 %
B 2x3m 2x3m
b’ 0,334 m 0,315 m
Ls 80 m 100 m
Lc 72,620 m 13,385 m
S’ 1/120 1/160
Ket :
D = panjang tangen
b' = lebar tambahan jalan
B = lebar jalur lalu lintas
Vr = kecepatan rencana
R = lengkung atau radius
L = panjang lengkung
panjang lengkung
=
Ls spiral
emax = kemiringan melintang maksimum
en = kemiringan melintang normal
* = Lihat lampiran 01 buku Supratman Agus, tergantung kls jalan
** = Lihat lampiran 06 buku Supratman Agus, tergantung R & Vr
Rumus :
1
ℎ𝑛 = 𝑒𝑛 × (𝐵 + 𝑏 ′ )
2
1
ℎ𝑚′ = 𝑒𝑚𝑎𝑥 × (𝐵 + 𝑏 ′ )
2
1
𝑚 = 𝑒𝑚𝑎𝑥 × (𝐵 + 𝑏 ′ )
2
ℎ𝑛 + ℎ𝑚′
× 100%
𝐵 + 𝑏′
< 𝑒𝑚𝑎𝑥
Syarat
𝑒𝑛 × 𝐿𝑠
𝑎=
𝑒𝑛 + 𝑒𝑚𝑎𝑥
𝑎 < 𝐿𝑠 − (2 × 𝑎)
39
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1) Tikungan PI1
en.Ls 0,03x80
a 24,242m
en em 0,03 0,069
Kontrol = Ls – ( 2.a )
= 80 – ( 2. 24,242 m ) = 31,515 m > 24,242 m .........OK!
Syarat Aman
hn hm'
e max x100% e max data
B b'
0,095 0,219
e max x100% 6,9%
6 0,334
e max 4,95% 6,9%
OK ( aman )
2) Tikungan PI2
en.Ls 0,03x100
a 32,6087m
en em 0,03 0,062
Kontrol = Ls – ( 2.a )
= 100 – ( 2.32,6087m ) = 34,782 m > 32,6 m ........OK!
Syarat Aman
hn hm'
e max x100% e max data
B b'
0,0947 0,1958
e max x100% 6,2%
6 0,315
e max 4,6% 6,2%
OK ( aman )
40
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1) Tikungan PI1
Syarat Nyaman
en em 1
S x ( B b' ) S ' 0,008
Ls 80
0,03 0,069
S x(6 0,334) 0,008
80
S 0.0078 0,008 OK ( nyaman )
2) Tikungan PI2
Syarat Nyaman
en em 1
S x ( B b' ) S ' 0.006
Ls 100
0,03 0,13
S x(6 0,315) 0.006
100
S 0,005 0,006
OK ( nyaman )
d. Titik Stationing
1) Tikungan PI1
2) Tikungan PI2
Sta TS2 = Sta PI2 – TS2= 679,363 – 107,047 = 572,316 m Sta 0 + 572,316
Sta SC2 = Sta TS2 + Ls2= 679,363 + 100 =672,316 m Sta 0 + 672,316
Sta CS2 = Sta SC2 + Lc2= 572,316 + 13,385 = 685,702 m Sta 0 + 685,702
41
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Sta ST2 = Sta CS2 + Ls2= 672,316 + 100 = 785,702 m Sta 0 + 785,702
Sta B = Sta ST2 + d3 – TS2= 774,413 + 196 –107,047= 874,65 m Sta 0 +874,655
d Sta.B
100% 3%
d
881 874,655
100% 3% 0
881
0,007% < 3 % → Ok!!!
e. Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Melintang
PI1 PI2
Jarak:
d1 = 277 m
d2 = 408 m
d3 = 196 m
TIKUNGAN PERTAMA (PI1, belok kanan)
1) Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Titik A
= 277 m – 119,129 m
= 157,871 meter
* Keadaan Miring
42
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
* Sta B = Sta A + a
Keadaan kemiringan :
K. Kanan
(m) = (a x etotal) / (d - a)
= 25.217391 x 0,1
277 - 24,242
= 0.09511
K. Kiri (m) = -K. Kiri
= -0.09511
= 206,356 + 310,4916 m
= 434,871 m
43
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
= 408 – 107,047
= 300,953 meter
* Sta B = Sta A + a
= 333,562 m + 32,6087 m
= 366,17068
Keadaan kemiringan :
K. Kiri (m) = (a x etotal) / (d - a)
= 32,6087 x 0.1
408 - 32,6087
= 0.094739
K. Kanan
(m) = -K. Kiri
= -0.094739
= 708,953 m
44
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
* Keadaan miring:
Maka :
d1 = 0,278 . t1 . [Vr – m + ( ½ . a . t1 )]
d2 = 0,278 . Vr . t2
d4 = 2/3 . d2 = 62,865067 m.
d = d1 + d2 + d3 + d4 = 207,78031 m.
vr 2 40 2
dp = 46,870322 m
254. fm l 254.0,33 0,08
45
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap = 207 m, dan Shenti
= 207 m (lampiran 02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
Untuk jarak pandang menyiap Nilai Smenyiap = 207 m < L1 = 233,62m, maka
digunakan rumus : Maka rumus yang digunakan
90 0.S 90 0.207
m = R 1 cos 2501 cos 15, ,967022m
.R 3,14.250
Untuk jarak pandang henti nilai Shenti = 100 m < L1 = 232,62 m, maka
digunakan rumus :
90 0.S 90 0.100
m = R 1 cos 5501 cos 4,9833m
.R 3,14.250
Maka :
d1 = 0,278 . t1 . [Vr – m + ( ½ . a . t1 )]
46
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
d2 = 0,278 . Vr . t2
d4 = 2/3 . d2 = 104,973 m.
d = d1 + d2 + d3 + d4 = 337,6228 m.
vr 2 60 2
dp = 79,455 m
254. fm l 254.0,375 0,1
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap = 400 m, dan Shenti
= 100 m (lampiran 02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
90 0.S 90 0.400
m = R 1 cos 2201 cos 75,805m
.R 3,14.500
90 0.S 90 0.100
m = R 1 cos 2201 cos 2,4979 m
.R 3,14.500
47
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
1. Data Perencanaan
Dari perencanaan dan perhitungan alinyemen horizontal pada awal proyek (titik
A) sampai dengan Titi B, diperoleh data-data sebagai berikut:
Data t1 = 55 m ; t2 = 70 m ; d1 = 484,501 m
t 2 t1 55 70
Maka g1 = 100% 100% 3,095% (naik)
d1 484,501
t2 = 70 m ; t3 = 75 m ; d2 = 386,607 m
t3 t2 70 75
g2 = x100% 100% 1,293% (naik)
d2 386,607
Data :
Maka :
d1 = 0,278 . t1 . [Vr – m + ( ½ . a . t1 )]
48
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
d2 = 0,278 . Vr . t2
d4 = 2/3 . d2 = 62,865 m.
d = d1 + d2 + d3 + d4 = 207,78 m.
vr 2 40 2
dp = 46,870 m
254. fm l 254.0,33 0,08
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap = 207 m, dan Shenti
= 100 m (lampiran 02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
Rumus :
200.( h1 h2 ) 2
Lv 2.s 71,114m
A
Untuk henti rencana =100 m>L
Rumus :
C
Lv 2.S 38,354m
A
Oleh sebab itu Lv yang memenuhi syarat untuk keadaan ini digunakan
berdasarkan jarak pandangan menyiap. Diambil Lvdeain =50m
b) Perhitungan Eksternal Vertikal (Ev)
A.Lv 1.802.100
Rumus : E v 0,112m
800 800
Maka didapat Ev = 0,112 m
c) Perhitungan parabola lengkung vertikal Cembung
Pada Perhitungan ini dihitung untuk jarak 1/2 Lv
Rumus :
2
x
y .Ev A .x 2
1 Lv 200 Lv
2
Pada perhitugan ini Lengkung parabola cembung ditinjau pada interval setiap
jarak 1 meter. Sesungguhnya semakin pendek jarak interval yang dipilih, maka
gambar lengkung parabola akan semakin baik.
Jika
y (m)
No x (m)
(x/(0,5. Lv))^2 . Ev
X0 0 0.0000
x1 5 0.0045
X2 10 0.0180
X3 15 0.0406
X4 20 0.0721
X5 25 0.1127
50
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
Jarak A PLV
PLV elevasi A xbeda tinggi A PPV 69,22
Jarak A PPV
X
Titik 1 elevasi PLV 1
xPLV PPV 69,38
1 .LV
2
X
Titik 2 elevasi PLV 1
xPLV PPV 69,53
1 .LV
2
X
Titik 3 elevasi PLV 1
xPLV PPV 69,69
1 .LV
2
X
Titik 4 elevasi PLV 1
xPLV PPV 69,845
1 .LV
2
X
Titik 5 elevasi PLV 1
xPLV PPV 70
1 .LV
2
PPV 70
e) Perhitungan elevasi grade line lengkung vertikal cembung
Rumus yang digunakan :
2
d A xi xi
elev.grade line ti xh Yi .Ev
d A PPV1 1 .Lv
2
51
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
5 70 0,1127 70,112
(a1 a2 )
Volume xd
2
Keterangan :
a1 = Luas bidang galian atau timbunan pada titik awal proyek (m2)
a2 = Luas bidang galian atau timbunan pada irisan penampang berikutnya (m2)
52
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN S-1
53
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA – PENDIDIKAN TEKNK BANGUNAN S-1
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
54
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIMUR 1405137
TEKNIK JALAN RAYA
DAFTAR PUSTAKA
Sutjipto,M dan Ir.Soetriman . 1979 . Konstruksi Jalan Raya dan Jalan Baja
1.Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah dan kejuruan.
60
ORYZA RIDZKI ABDILLAH 1406838
RIZXY INSANH TIIMUR 1405137
LAMPIRAN