Anda di halaman 1dari 17

KERANGKA ACUAN

PENDAMPINGAN KELUARGA MENUJU KADARZI

PUSKESMAS KEDIRI KABUPATEN LOMBOK BARAT

I. PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia sampai dengan saat ini masih dihadapkan dengan berbagai
masalah gizi. Masalah gizi tersebut diantaranya yang sering dialami adalah gizi kurang, gizi
buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan iodium dan gizi
lebih (obesitas). Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi tersebut antara
lain adalah tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai kebutuhan
anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam memilih, mengolah dan
membagi makanan di tingkat rumah tangga, ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi
dasar serta ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi
masyarakat yang berkualitas.
Untuk mengatasi masalah gizi tersebut, Departeme Kesehatan telah menetapkan
sasaran prioritas pembangunan kesehatan tahun 2005-2009 dan salah satunya adalah
Keluarga Sadar Gizi.
Perubahan perilaku merupakan suatu proses dalam menuju Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Salah satu kegiatan yang menunjang tewujudnya Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
adalah Pendampingan baik oleh tenaga profesional maupun masyarakat terlatih (kader).

II. LATAR BELAKANG


Salah satu sasaran dari strategi Departemen Kesehatan adalah seluruh keluarga Sadar
Gizi (KADARZI). KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan
mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah
berperilaku gizi yang baik secara terus menerus. Perilaku sadar gizi yang diharapkan
terwujud minimal adalah :
1. Menimbang berat badan secara teratur
2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif)
3. Makan beraneka ragam
4. Menggunakan garam beryodium
5. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

Kelima indikator tersebut merupakan tolok ukur keberhasilan suatu keluarga menuju
keluarga sadar gizi, akan tetapi masih belum diterapkan secara menyeluruh oleh
masyarakat/rumah tangga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kediri.
Masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kediri
menunjukkan bahwa asuhan gizi di tingkat keluarga belum memadai. Oleh sebab itu
diperlukan upaya pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan keluarga KADARZI
adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan memberikan kemudahan
oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang dialami.

III. TUJUAN
1. Tujuan umum
Terbentuknya keluarga sadar gizi di masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Kediri melalui proses pendampingan.
2. Tujuan khusus
Mendampingi keluga sasaran agar :
a. Membawa balitanya datang ke posyandu secara teratur setiap bulan
b. Membawa balita yang menderita gizi buruk, BGM, 2T serta balita sakit ke
Poskesdes/Puskesmas untuk dirujuk
c. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir sampai umur 6 (enam) bulan
d. Makan aneka ragam makanan
e. Menggunakan garam beryodium
f. Minum suplemen gizi bagi balita, ibu hamil dan ibu nifas

IV. SASARAN
Sasaran pendampingan adalah keluarga yang bermasalah gizi diutamakan keluarga
yang mempunyai balita dan ibu hamil dengan kriteria sebagai berikut :
1. Balita yang mengalami gizi buruk
2. Balita gizi buruk pasca rawat inap
3. Balita BGM
4. Balita yang tidak naik berat badannya 2 kali berturut-turut
5. Ibu hamil yang sangat kurus (Kurang Energi Kronis)
6. Ibu hamil Anemia
7. Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan

V. WAKTU
Waktu atau jadwal kegiatan Pendampingan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dilakukan
pada awal bulan Oktober 2015.
VI. LOKASI
Lokasi kegiatan Pendampingan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) di 6 (enam) desa wilayah
kerja Puskesmas Kediri yaitu desa Kediri, desa Kediri Selatan, desa Montong Are, desa
Gelogor, desa Ombe Baru dan desa Jagaraga Indah.

VII. PELAKSANA
Pelaksana dalam kegiatan Pendampingan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah Kader
Posyandu yang ditunjuk dan sudah mendapatkan bimbingan dan pelatihan dari petugas
Puskesmas.

VIII. BIAYA
Biaya untuk kegiatan Pendamingan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam bentuk buaya
transportasi Pendamping (kader), dengan sumber biaya dari Biaya Oiperasional Kesehatan
(BOK) tahun 2015.

IX. PRASARANA/SARANA
Prasarana/sarana yang diperlukan dalam Pendampingan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
adalah LILA, KMS, Buku Saku Kadarzi, Formulir 1 s/d 5.

X. METODE
Metode pada pelaksanaan Pendampingan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah
dengan wawancara langsung ke keluarga sasaran.

XI. RENCANA TINDAK LANJUT


Setelah data-data terkumpul dengan lengkap maka langkah selanjutnya adalah kader
melakukan rencana tindak lanjut dengan membuat jadwal kunjungan pendampingan yang
disepakati antara kader dengan keluarga sasaran. Jadwal kunjungan pendampingan dibuat
rata-rata sebanyak 10 kali secara berkelanjutan sesuai dengan berat ringannya masalah
sampai keluarga tersebut mampu mengatasi masalah gizi yang dihadapi.

XII. PENUTUP
Pendampingan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang dilaksanak oleh kader adalah salah
satu bentuk pemberdayaan masyarakat dalam upaya perubahan perilaku untuk mengatasi
masalah gizi anggota keluarga. Masalah gizi yang dihadapi diharapkan dapat diatasi sendiri
oleh masing-masing keluarga setelah sebelumnya mendapatkan pendampingan dari kader
selama rata-rata 10 kali secara berkelanjutan.
Keberhasilan KADARZI akan terwujud apabila kegiatan pendampingan, sebagai upaya
percepatan perubahan perilaku gizi, dapat terlaksana dengan baik. Kinerja kader
pendamping sangat ditentukan oleh pemahaman para kader terhadap tujuan, tugas dan
indikator kinerja yang harus dicapai.
KERANGKA ACUAN

PROGRAM ORIENTASI DI UPT BLUD PUSKESMAS KEDIRI

I. PENDAHULUAN

Program orientasi karyawan/pegawai baru adalah program yang bertujuan


memperkenalkan tentang kehidupan sosial, budaya, dan lingkungan kerja di sekitar
tempa’kerja.
Setelah memperkerjakan para pegawai baru, Puskesmas menyelenggarakan program
orientasi formal. Berdasarkan yang ada, orientasi biasanya diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu :
1. Orientasi organisasi, adalah memberitahu karyawan mengenai tujuan, riwayat,
filosofi, prosedur dan pengaturan organisasi tersebut. Itu harus mencakup tunjangan
kebijakan dan tunjangan SDM yang relevan seperti jam kerja, prosedur penggajian
tuntutan lembur dan tunjangan.
2. Orientasi unit kerja, adalah mengakrabkan karyawan itu dengan sasaran unit kerja
tersebut, memperjelas bagaimana pekerjaannya menyumbang pada sasaran unit itu
dan mencakup perkenalan dengan rekan-rekan kerja barunya.

II. LATAR BELAKANG


Mengingat beban kerja yang ada di Puskesmas cukup banyak dan tidak sebanding
dengan jumlah pegawai yang ada, maka Puskesmas merasa perlu penambahan pegawai
baru. Setiap pegawai baru yang ada di Puskesmas Kediri harus mengikuti program
orientasi sebelum mulai bekerja sesuai dengan bidang masing-masing.

III. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memperkenalkan kepada pegawai baru tentang lingkungan Puskesmas dan wilayah
kerjanya serta tupoksi masing-masing bidang.
2. Tujuan khusus
a. Menyiapkan mental pegawai baru dalam mengadapi peralihan suasana dari
lingkungan pendidikan ke lingkungan kerja yang nyata.
b. Menghilangkan hambatan psikologis dalam memasuki kelompok yang baru
c. Mengenal secara singkat lingkungan pekerjaan yang baru
d. Menghindarkan adanya kekacauan yang mungkin disebabkan oleh seorang pekerja
baru ketika diserahi pekerjaan baru
e. Menerangkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di tempat kerja baru
sedemikian rupa sehingga pegawai baru dapat menghindarkan rintangan atau
tindakan hukuman yang akan terjadi karena pelanggaran peraturan yang tidak
mereka ketahui

IV. SASARAN
Sasaran Program Orientasi adalah pegawai baru yang memiliki kemampuan dan
kemauan kerja sesuai dengan bidang tugas dan latar belakang pendidikan yang dimiliki.

V. WAKTU
Waktu pelaksanaan program orientasi di Puskesmas Kediri selama 1 (satu) bulan.

VI. LOKASI
Lokasi Program Orientasi di Puskesmas Kediri terdiri dari dalam gedung Puskesmas
dan luar gedung Puskesmas seperti Poskesdes, Sekolah, Posyandu dan kelompok-
kelompok masyarakat.

VII. PELAKSANA
Yang termasuk di dalam pelaksana pada Program Orientasi adalah semua unsur yang
ada di Puskesmas dan unsur-unsur jejaring yang ada di tingkat bawah seperti bidan
Poskesdes.

VIII. PRASARANA/SARANA
ATK dan lain-lain

IX. METODE
- Diskusi dua arah
- Bimbingan atau pendampingan

X. RENCANA TINDAK LANJUT


Rencana Tindak Lanjutnya berupa evaluasi setelah orientasi selesai.

XI. PENUTUP
Program Orientasi bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan tempat kerja baru
dan memupuk mental kerja yang lebih baik.
KERANGKA ACUAN

PROGRAM ORIENTASI BAGI TENAGA GIZI BARU

DI UPT BLUD PUSKESMAS KEDIRI

XII. PENDAHULUAN

Program orientasi karyawan/pegawai baru adalah program yang bertujuan


memperkenalkan tentang kehidupan sosial, budaya, dan lingkungan kerja di sekitar
temptkerja.
Setelah memperkerjakan para pegawai baru, Puskesmas menyelenggarakan program
orientasi formal. Berdasarkan yang ada, orientasi biasanya diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu :
1. Orientasi organisasi, adalah memberitahu karyawan mengenai tujuan, riwayat,
filosofi, prosedur dan pengaturan organisasi tersebut. Itu harus mencakup tunjangan
kebijakan dan tunjangan SDM yang relevan seperti jam kerja, prosedur penggajian
tuntutan lembur dan tunjangan.
2. Orientasi unit kerja, adalah mengakrabkan karyawan itu dengan sasaran unit kerja
tersebut, memperjelas bagaimana pekerjaannya menyumbang pada sasaran unit itu
dan mencakup perkenalan dengan rekan-rekan kerja barunya.

XIII. LATAR BELAKANG


Mengingat beban kerja di bidang gizi yang ada di UPT BLUD Puskesmas Kediri cukup
banyak dan tidak sebanding dengan jumlah pegawai yang ada, maka Puskesmas merasa
perlu penambahan pegawai baru khususnya di bidang gizi. Setiap pegawai baru yang ada
di UPT BLUD Puskesmas Kediri harus mengikuti program orientasi sebelum mulai bekerja
sesuai dengan bidang gizi.

XIV. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memperkenalkan kepada pegawai baru tentang lingkungan Puskesmas dan wilayah
kerjanya serta tupoksi di bidang gizi.
2. Tujuan khusus
a. Menyiapkan mental pegawai baru dalam mengadapi peralihan suasana dari
lingkungan pendidikan ke lingkungan kerja yang nyata.
b. Menghilangkan hambatan psikologis dalam memasuki kelompok yang baru.
c. Mengenal secara singkat lingkungan pekerjaan yang baru.
d. Menghindarkan adanya kekacauan yang mungkin disebabkan oleh seorang
pekerja baru ketika diserahi pekerjaan baru.
e. Menerangkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di tempat kerja baru
sedemikian rupa sehingga pegawai baru dapat menghindarkan rintangan atau
tindakan hukuman yang akan terjadi karena pelanggaran peraturan yang tidak
mereka ketahui.

f. SASARAN
Sasaran program orientasi adalah pegawai baru yang memiliki kemampuan dan
kemauan kerja sesuai dengan bidang tugas dan latar belakang pendidikan gizi yang
dimiliki.

g. WAKTU
Waktu pelaksanaan Program Orientasi di UPT BLUD Puskesmas Kediri selama 1 (satu)
bulan.

h. LOKASI
Lokasi Program Orientasi di UPT BLUD Puskesmas Kediri terdiri dari dalam gedung
Puskesmas dan luar gedung Puskesmas seperti Poskesdes, Sekolah, Posyandu dan
kelompok-kelompok masyarakat.

i. PELAKSANA
Yang termasuk di dalam pelaksana pada Program Orientasi adalah semua unsur yang
ada di UPT BLUD Puskesmas Kediri dan unsur-unsur jejaring yang ada di tingkat bawah
seperti bidan Poskesdes.

j. PRASARANA/SARANA
Ruangan tempat kerja, Buku-buku Pedoman, Alat Peraga, Alat Ukur Anthropometri, ATK,
dll.

k. METODE
- Diskusi dua arah
- Bimbingan atau pendampingan
l. RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana Tindak Lanjutnya berupa evaluasi setelah Program Orientasi selesai.

m. PENUTUP
Program Orientasi diterapkan sebagai upaya untuk memperkenalkan lingkungan
tempat kerja baru dan memupuk mental kerja yang lebih baik serta memberi ruang kerja
untuk penerapa disiplin ilmu yang dimiliki oleh setiap pegawai baru khususnya di bidang
gizi.
KERANGKA ACUAN
PENYELENGGARAAN MAKANAN DI PUSKESMAS PERAWATAN
PUSKESMAS KEDIRI KABUPATEN LOMBOK BARAT

I. PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas diperlukan sumber daya manusia
yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi yang
dilaksanakan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pelayanan gizi merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan di Puskesmas, yang saling menunjang dan tidak
dipisahkan dengan pelayanan.
Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition
related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan
usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan
pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga
tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan.
Pelayanan gizi di Puskesmas Perawatan merupakan hak setiap orang, memerlukan
adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang
bermutu di Puskesmas Perawatan akan membantu mempercepat proses penyembuhan
pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakitnya.

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi di Puskesmas Perawatan dengan memperhatikan
berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara
menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di Puskesmas
Perawatan.

B. Tujuan Khusus
1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan anamnesis,
anthropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh
2. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan
pola makan.
3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
4. Penentuan bentuk pebelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah
pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan
keadaan klinis,status gizi dan status laboratorium.
6. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
7. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada klien/pasien
dan keluarga.

III. SASARAN
Banyak pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan makanan untuk pasien di
Puskesmas Perawatan seperti :
- Dokter
- Petuigas gizi/Nutrisionis
- Perawat
- Bidan
- Juru masak
- Clening service

IV. WAKTU
Waktu penyelenggaraan makan mulai dari persiapan, pengolahan dan distribusi ke
pasien terbagi menjadi :
1. Makan Pagi, dari jam 05.00 – 08.00
2. Makan Siang, dari jam 09.00 – 13.00
3. Makan Malam, dari jam 15.00 – 19.00

V. LOKASI
Penyelenggaraan makanan dilakukan di dapur/instalasi gizi Puskesmas Kediri.

VI. PELAKSANA
Sebagai pelaksana adalah Ahli Gizi/Nutrisionis yang telah ditunjuk oleh Kepala
Puskesmas, dibantu oleh tenaga pemasak yang diambil dari masyarakat sekitar
Puskesmas.
VII. BIAYA
Biaya penyelenggaraan makanan untuk pasien dibebankan kepada Puskesmas yang
bersumber dari dana non Kapitasi.
VIII. PRASARANA/SARANA
Prasarana terdiri dari :
- 1 orang Ahli Gizi/Nutrisionis
- 2 orang tukang masak
- 1 orang clening service
- Data jumlah pasien
Sarana terdiri dari :
- Dapur
- Alat masak
- Alat penyajian
- Alat kebersihan

IX. RENCANA TINDAK LANJUT

- Mengusulkan biaya makan pasien sesuai dengan jumlahnya kepada Kepala


Puskesmas melalui bendahara yang telah ditunjuk.
- Merencanakan kebutuhan bahan makanan
- Belanja bahan makanan
- Penyimpanan bahan makanan
- Persiapan bahan makanan
- Pengolahan
- Pendistribusian

X. PENUTUP
Penyelenggaraan makan di Puskesmas Perawatan dimaksudkan untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisi pasien sesuai denga penyakit dan kondisi pasien.
Penyelenggraan makanan akan berhasil apabila didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai dan tenaga yang berkompeten dalam bidang gizi dan makanan.
KERANGKA ACUAN

PEMBINAAN DAN BUKTI PEMBINAAN

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai dengan yang tersebut di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN-2004) bahwa
Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun
fungsi Puskesmas ada tiga yaitu : sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan; pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta sebagai pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas
mengacu pada empat asas penyelenggaraan yaitu wilayah kerja, pemberdayaan
masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program
kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen
Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang
meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan
penilaian.
Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang
dikenal dengan lokakarya mini.

II. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerjasama tim baik lintas
program maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan Puskesmas sesuai dengan
perencanaan.
2. Tujuan khusus
a. Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program dan lintas sektor.
b. Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
c. Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
Puskesmas.
d. Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan masalah.
e. Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya.

III. SASARAN
Sasaran Pembinaan adalah petugas pelaksana UKM.
IV. WAKTU
Waktu pelaksanaan pembinaan selama satu bulan.

V. LOKASI
Lokasi pembinaan pelaksana UKM di lingkungan Puskesmas Kediri baik di dalam maupun
luar gedung.

VI. PELAKSANA
Yang termasuk pelaksana adalah semua program dalam UKM yang ada di Puskesmas.

VII. PRASARANA/SARANA
ATK dan lain-lain

VIII. METODE
- Diskusi
- Bimbingan atau pendampingan

IX. RENCANA TINDAK LANJUT


Rencana Tindak Lanjutnya berupa evaluasi setelah pembinaan selesai.

X. PENUTUP
Dengan kegiatan pembinaan pelaksana UKM diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan tenaga pelaksana masing-masing program, sehingga dapat
dilakukan perbaikan kegiatan untuk periode berikutnya secara berkesinambungan.
KERANGKA ACUAN

PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)

BAGI KADER POSYANDU

I. PENDAHULUAN
Berdasarkan beberapa study, memburuknya keadaan gizi masyarakat disebabkan
oleh pola asuh gizi yang kurang baik. Perilaku pemberian makan sejak hamil, masa bayi dan
balita belum dipahami dan diaplikasikan dengan baik. Pola pemberian makan pada bayi
atau balita sakit juga belum memadai sehingga memperburuk keadaan. Oleh karena itu
untuk memperbaiki pola asuh gizi keluarga balita telah diupayakan pendidikan gizi baik
melalui penyuluhan gizi di posyandu atau dikesempatan lainnya yang salah satunya adalah
melalui pelatihan pemberian makan bayi dan anak.
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan
kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi.
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompk usia balita dalam
jangka panjang perlu dimulai dari pemberian pemahaman pada orang tua / pengasuh
balita mengenai pola pemberian makan bayi dan anak. Pelatihan PMBA dimaksudkan
sebagai pembelajaran bagi ibu balita dirumah mengenai bagaimana pemberian makan
pada bayi dan anak, cara pengolahan makanan dan pola makan anak serta meningkatkan
partisipasi masyarakat terutama kelompok sasaran untuk datang ke posyandu.
II. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan kader/ibu dalam merubah perilaku dan memberdayakan
para ibu balita tentang cara pengasuh anak terutama pola pemberian makan pada bayi
dan anak untuk rehabilitasi gizi anak – anak mereka dengan menggunakan
pengetahuan dan sumber daya lokal.
2. Meningkatkan BB anak
3. Menurunkan angka gizi buruk dan gizi kurang
III. SASARAN
Pesrta pelatihan adalah kader posyandu atau ibu balita yang bertugas sebagai kader untuk
melanjutkan pengetahuan mereka pada ibu balita.
IV. WAKTU
Penyelenggaraan pelatihan dilakukan satu kali dalam setahun (jika diperlukan).
V. LOKASI
Lokasi penyelenggaraan pelatihan dilakukan di aula Puskesmas, jika tidak memungkinkan
maka dicari alternatif lain seperti di poskesdes/polindes yang ada di wilayah Puskesmas
Kediri
VI. PELAKSANA
Sebagai pelaksana dalam penyelenggara pelatihan adalah petugas gizi, bidan dan promkes
yang pernah dilatih.
VII. BIAYA
Biaya penyelenggaraan pelatihan dibebankan melalui dana BOK atau dana dari sumber
lainnya.
VIII. PRASARANA/SARANA
Prasaran/sarana terdiri dari :
- Petugas yang sudah dilatih
- Kader yang akan dilatih
- Set modul pelatihan
IX. METODE
- Diskusi
- Ceramah
- Tanya jawab
- Demo
X. RENCANA TINDAK LANJUT
Mengusulkan biaya penyelenggaraan pelatihan sesuai kebutuhan, menentukan lokasi,
menentukan peserta, menunjuk petugas sebagai pelatih, membuat undangan
XI. PENUTUP
Demikian petunjuk teknis pelaksanaan pelatihan PMBA ini dibuat sebagi acuan
pelaksanaan dilapangan. Hal lain yang tidak termasuk dalam juknis ini agar berkoordinasi
dengan Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat.
KERANGKA ACUAN

.........................................................................................

I. PENDAHULUAN
II. LATAR BELAKANG
III. TUJUAN
IV. SASARAN
V. WAKTU
VI. LOKASI
VII. PELAKSANA
VIII. BIAYA
IX. PRASARANA/SARANA
X. METODE
XI. RENCANA TINDAK LANJUT
XII. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai