c2 PDF
c2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
X X X
Oleh karena pembawa rantai dapat berupa radikal bebas ataupun ion, maka
polimerisasi adisi selanjutnya dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu
Polimerisasi Radikal Bebas dan Polimerisasi Ion.
Disproporsionasi
H H H H
CH2C• + •CCH2- -CH2C-H + C=CH
X X X X
Tranfer hidrogen menghasilkan dua bentuk akhir molekul jenuh dan tak
jenuh. Terminasi Polystyrene lebih banyak menggunakan cara kombinasi.
Sedangkan Poly (methylmethacrylate) menggunakan disproporsionasi.
B. Polimerisasi Ion
Menurut M.A.Cowd pada tahun 1991, polimerisasi ion dapat berlangsung
dengan mekanisme yang tidak melibatkan radikal bebas. Misalnya, pembawa rantai
dapat berupa ion carbonium (polimerisasi kation) atau carbonium (polimerisasi
anion).
a. Polimerisasi Kation
Pada polimerisasi ini, monomernya CH2=CHX dan pembawa rantainya
adalah ion karbonium. Katalis yang digunakan pada reaksi polimerisasi
adalah asam Lewis (penerima pasangan elektron) dan katalis Friedel-Crafts
(AlCl3, AlBr3, BF3, TiCl4, SnCl4, H2SO4 dan asam kuat lainnya). Berbeda
dengan polimerisasi radikal bebas yang umumnya berlangsung pada suhu
tinggi, polimerisasi kation paling baik berlangsung pada suhu rendah.
Misalnya, polimerisasi 2-methyl propena (isobutilena) berlangsung sangat
cepat pada suhu -100 oC dengan adanya katalis AlCl3 atau BF3. Pelarut sangat
berpengaruh, sebab mekanisme ion melibatkan partikel-partikel bermuatan.
Sedangkan radikal bebas umumnya netral. Polimerisasi kation sering terjadi
pada monomer yang mengandung gugus pelepasan elektron. Dengan katalis
asam, proses dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Inisiasi
H
HA + CH2=CHX CH3-C+ + A-
X
H HH H
CH3-C+ + CH2=CHX CH3C-C-C+
X XH X
H H
~~~CH2-C+ + A- ~~~CH2-C-A
X X
b. Polimerisasi Anion
Pada polimerisasi anion, monomer H2C=CX, dan karbonium bertindak
sebagai pembawa rantai. Monomer yang dapat mengalami polimerisasi
seperti ini adalah propenitril (akrilonitril), metil 2-metil propeonat (metil
H H
H2N- + H2C=C H2N-CH2-C-:
H X
2. Propagasi
Ion lawan (penetral) bagi karbonium adalah K+
HH H HH HH
H2N-C-C-: + H2C=C H2N-C-C-C-C:
HX X HXHX
3. Terminasi
Polimerisasi hanya berhenti ketika seluruh monomer pereaksi habis
terpakai. Walaupun demikian, pusat aktif (atau karbonium) tidak
rusak, dan jika lebih banyak monomer ditambahkan, maka dapat
dipicu lagi. Untuk mengakhiri pertumbuhan rantai, hanya diperlukan
sedikit air, karbondioksida dan alkohol.
H H HH
C-C-:K+ + H2O ~~~C-C-H + K+ OH-
H X HX
2.3 Polyethylene
Polyethylene atau polyethene merupakan polimer termoplastik yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Polyethylene tidak larut dalam pelarut
apapun pada suhu kamar. Polimer ini juga tahan terhadap asam dan basa tetapi tidak
dapat dirusak oleh asam nitrat pekat.
Nama polyethylene berasal dari monomer penyusunnya yaitu etana
(ethylene). Polyethylene pertama kali disintesis secara tidak sengaja dari pemanasan
diazomethane oleh ahli kimia Jerman bernama Hans von Pechmann pada tahun 1898.
Secara industri, polyethylene pertama kali disintesis oleh E.W. Fawcett pada tahun
1936 di Laboratorium Imperial Chemical Industries, Ltd (ICI), Inggris dalam sebuah
percobaan tak terduga dimana ethylene yang merupakan bahan baku sisa reaksi
diteliti sampai tekanan 1446,52 kg/cm2 dan temperatur 170 oC. Pada tahun 1940,
polimer mulai diperkenalkan secara komersial, dan polimer ethylene yang pertama
kali diperdagangkan adalah polyethylene dengan densitas rendah (low density) dan
tekanan tinggi (high pressure). Setelah mengalami perkembangan, produksi low
density polyethtylene meluas dengan cepat. Pada tahun 1953, Ziegler berhasil
menemukan cara pembuatan polyethylene secara organometalic dan setahun
kemudian berhasil diproduksi. Polyethylene yang dihasilkan oleh Ziegler yaitu
polyethylene tanpa tekanan. Sampai sekarang, polyethylene merupakan jenis polimer
yang paling banyak diproduksi.
Sifat Kimia :
Tidak larut dalam pelarut apapun pada suhu kamar
Tahan terhadap asam/basa, tetapi dapat dirusak oleh asam nitrat
pekat
Tidak tahan terhadap cahaya dan oksigen
Bila dipanasi secara kuat akan membentuk sambung silang yang
diikuti dengan pembelahan ikatan secara acak pada suhu lebih
tinggi, tetapi di polimerisasi tidak terjadi
Larutan dari suspensi polyethylene dengan tetra klorida pada
suhu 60 oC dapat direaksikan dengan Cl membentuk produk
lunak dan kenyal
Pemasukan atom Cl secara acak ke dalam rantai dapat
menghancurkan kekristalan polyethylene.
• Tubular Reaktor
- Tekanan operasi yang digunakan antara 200-250 Mpa
(typical)
- Temperatur reaksinya tergantung dari jenis inisiator oksigen
maka temperatur reaksinya 1900 oC dan jika menggunakan
inisiator peroxycarbonate maka temperatur reaksinya
menjadi 1400 oC.
2.4.2.2 Nitrogen
Sifat fisik dari nitrogen yaitu :
Berat Molekul : 28,02 g/mol
Spesific gravity : 0,8081
Fase : gas
Titik didih : -195,8 oC
Titik leleh : -209,86 oC
Temperatur kritis : -147 oC
Tekanan kritis : 34 bar (abs)
2.4.2.3 Hidrogen
Sifat Fisik Hidrogen (H2) adalah sebagai berikut :
Berat Molekul : 2,016 g/mol
Spesific gravity : 0,0709-252,7
Fase : gas
Titik didih : -252,7 oC
Titik leleh : -259,1 oC
2.4.2.4 Katalis
Katalis yang digunakan LLDPE plant terdiri dari tiga jenis, tergantung pada
spesifikasi produk yang diinginkan. Ketiga jenis katalis tersebut yaitu :
1. Katalis M-1
Katalis M-1 terdiri dari metal aktif Titanium yang di-support dengan silika
dan aluminium. Berdiameter 700-900 µ m.
Karaktristik
a. Memiliki distribusi berat molekul (MWD) terbatas,
b. Harga Melt Index tinggi dan densitas yang cukup luas,
c. Aktivitas yang baik (2-4 ppm Ti),
d. Produktivitas Katalis 3000-5000 kg resin/kg katalis,
Penggunaan : untuk memproduksi LLDPE.
2. Katalis S-2
Katalis S-2 terdiri dari chrome aktif yang di-support dengan silika dan
aluminium. Berdiameter 500-600 µ m.
Karaktristik
a. Memiliki distribusi berat molekul (MWD) sangat luas,
b. Harga Melt Indekx rendah dan densitas tinggi,
c. Aktivitas yang baik (kurang dari1ppm Cr),
d. Produktivitas Katalis 6000-8000 kg resin/kg katalis,
e. Polimerisasi baik, sturtur molekul produk yang lebih luas.
Penggunaan : untuk memproduksi HDPE, tipe blow molding, film, pipa,
geomembran.
3. Katalis F-3
Katalis F-3 merupakan katalis yang tergolong katalis chrome. Berdiameter
500-600 µ m.
Karaktristik
a. Memiliki distribusi berat molekul (MWD) produk yang luas,
b. Produktivitas Katalis 15000 kg resin/kg katalis.
Penggunaan : untuk memproduksi HDPE.
2.4.2.5 Co-catalyst
Sifat Fisik TEAL (Al(C2H5)3) yaitu :
Berat Molekul : 114,17 g/mol
Densitas : 0,834 g/ml
Viskositas : 2,6 mPa.sg
Contoh struktur katalis Ziegler Natta dengan kombinasi Titanium (IV)
Chloride (TiCl4) dan co-catalyst TEAL (Triethylalumunium) dapat dilihat pada
gambar 2.1
C2H5
C2H5 Cl Cl
Al
Ti
C2H5 Cl
Cl
Umpan yang dialirkan pada R-201 akan mengalami reaksi polimerisasi yang
akan menghasilkan resin LLDPE dengan tingkat konversi 10% setiap pass-nya.
Umpan yang tidak terkonversi disesuaikan kembali tekanannya agar sesuai dengan
tekanan operasi yang dibutuhkan untuk fluidisasi dalam R-201. Setelah itu, untuk
mempertahankan suhu operasi di dalam reaktor dipergunakan cycle gas cooler (E-
201). Untuk menurunkan energi aktivasi reaksi, maka ditambahkan katalis TiCl3 dan
co-katalis Al(C2H5)3 (TEAL). Setelah terbentuk produk berupa resin LLDPE (500 -
900 μm), maka secara periodik dialirkan ke product chamber (V-201), lalu
diumpankan ke product blow tank (V-202) secara gravitasi.
Kemudian, produk dari V-202 dibawa ke product purge bin (R-301) yang
beroperasi pada 100 oC dan 1 atm. Pada R-301, impuritis yang terbawa akan
disingkirkan dengan N2 yang dialirkan pada cone I dan katalis serta co-katalis
dideaktivasi dengan hidrolisis menggunakan steam yang dialirkan pada cone II,
menurut reaksi :
2TiCl3 + 4H2O → 2TiO2 + 6HCl + H2
Al(C2H5)3 + 3H2O → Al(OH)3 + 3C2H6
Setelah itu, resin LLDPE dialirkan ke mixer (M-301) yang bersuhu 160 oC.
Dengan suhu ini resin LLDPE akan meleleh. Lelehan ini akan dialirkan ke pelletizer
(PE-301). Pada PE-301, lelehan ini akan dibentuk menjadi pellet LLDPE, lalu
disalurkan ke gudang produk (V-304).
Impuritis yang berupa gas akan ter-purging keluar dari R-301 melalui filter.
Gas yang lolos melalui filter akan dialirkan ke scrubber (V-301) yang beroperasi
pada 100 oC dan 1 atm. Pada V-301 akan terjadi pelarutan HCl yang terdapat di
dalam gas. Ouput dari V-301 berupa larutan HCl akan ditampung di tangki HCl (V-
303). Ouput dari scrubber yang lainnya akan dialirkan ke flash drum (V-302) yang
beroperasi pada 40 oC dan 85 bar. Untuk selanjutnya, senyawa yang terkondensasi di
V-302 akan dipergunakan sebagai fuel boiler pada unit utilitas.
C2H4 C2H4
Blower
N2 N2
C2H4 (g) H2 H2
1-butena 1-butena
H2 (g) LLDPE Katalis
Katalis
N2 (g)
kompresor
Low pressure Product
purified N2 purge bin
(LPPN) reaktor kompresor LPPN
TEAL
Katalis
TiCl4 STEAM
Pelleter
Etilen (C2H4), H2, dan N2 dialirkan ke kompresor dan ke-3 campuran tersebut
kemudian dicampurkan dengan comonomer (1-butena) ke cycle gas cooler. Tujuan dari
pengumpanan ke kompresor adalah untuk menaikkan tekanan sehingga dapat menfluidisasi
partikel di dalam reaktor dan cycle gas cooler digunakan untuk mengatur suhu di dalam
reaktor agar tetap stabil. Reaktor beroperasi pada 80oC dan tekanan 1 – 2 Mpa. Untuk
menurunkan energi aktivasi, maka ditambahkan katalis Ziegler – Natta. Setelah terbentuk
produk berupa serbuk (500 - 900 μm), maka secara periodik dialirkan ke product chamber
(sekaligus untuk menjaga kestabilan tinggi standar isian), lalu diumpankan ke product blow
tank.
Dengan blower, produk di bawa ke product purge bin dimana pengotor LLDPE yang
terbawa seperti etilen, N2, H2, dan comonomer disingkirkan dan katalis dideaktivasi dengan
hidrolisis menggunakan steam menurut reaksi :
Al(C2H5)3 + 3H2O → Al(OH)3 + C2H6
Setelah itu, LLDPE dinaikkan suhunya menjadi 150 – 230oC ke heater agar meleleh
sehingga dapat dibentuk pada pelleter.
C2H 4 N2
C 2H 6 39
Steam H2
C 2H 4 N2
C2H4 C 2H 6 H2
N2 N2 1-butena
H2 H2
H2 (l) 37
1 2
1-butena 1-butena
Blower LLDPE H 2O
V-101 C-101 Katalis Al(OH)3
21 36
V-303 C2H 4
C2H4 (l)
3 4
C-301 40 C 2H 6
V-102 1-butena
C-102 27
S-101 V-302 H 2O
38
N2 (l) separator Al(OH)3
5 6 7 22
8 9
C-104 13 23
28
V-301
Product
18 S-302
Purge Bin
C-201 24 25 26
TEAL (l) 10
E-302
P-101 17
V-104 30
Katalis 32
TiCl4 Product
(s) 11 Chamber
14
V-105 SC-101 Cycle gas 29 31 35 Kondensat
Screw V-201
cooler 19 S-303
Conveyer Melt pump
R-201 16 15 M-301 33
E-201 Pelleter 34
Product P-301
1-butena (l)
12 Blow
V-106 Tank SC-301
P-102 P-301 V-304
V-202 LLDPE
20
Etilen (C2H4), H2, dan N2 dialirkan dari tangki penyimpanannya masing-masing (V-101,V-102, dan V-103)
menuju ke kompresornya agar sesuai dengan tekanan yang diinginkan. Pada N2, pemakaian kompresor
dibagi menjadi 2 untuk menghasilkan 2 produk yaitu nitrogen bertekanan tinggi (NBT) dan nitrogen
bertekanan rendah (NBR). NBT digunakan sebagai carrier gas pada reaktor fluidization batch (R-201) yang
beroperasi pada 80-100oC dan 1-2MPa sedangkan NBR digunakan sebagai purger gas untuk Product Purge
Bin (V-301). Ke-3 senyawa kimia yang telah diumpankan ke alur 13 kemudian disesuaikan kembali
tekanannya agar sesuai dengan tekanan operasi yang dibutuhkan untuk fluidisasi pada kompresor C-201.
Setelah itu, diumpankan suhu operasi pada cycle gas cooler E-201. Untuk menurunkan energi aktivasi reaksi,
maka ditambahkan katalis Ziegler – Natta. Setelah terbentuk produk berupa serbuk (500 - 900 μm), maka
secara periodik dialirkan ke product chamber (sekaligus untuk menjaga kestabilan tinggi standar isian), lalu
diumpankan ke product blow tank (V-202).
Dengan blower, produk dari product blow tank di bawa ke product purge bin (V-301) dimana
pengotor LLDPE yang terbawa seperti etilen, H2, dan comonomer disingkirkan dengan N2 dan katalis
dideaktivasi dengan hidrolisis menggunakan steam menurut reaksi :
Al(C2H5)3 + 3H2O → Al(OH)3 + C2H6
Proses penghilangan etilen, H2, dan comonomer terjadi pada cone I dari atas dan proses deakivasi
katalis terjadi pada cone II dari atas.
Setelah itu, LLDPE dinaikkan suhunya menjadi 150 – 230oC ke heater (M-301) agar meleleh
sehingga dapat dibentuk pada pelleter (P-301).
Hasil pemisahan zat pengotor dengan LLDPE masuk ke separator (V-302) untuk memisahkan hasil
reaksi dari katalis dengan steam dan hidrokarbon yang bercampur dengan H2 dan N2. Pemisahan ini
dilanjutkan dengan memisahkan H2 dan N2 dengan hidrokarbon. Hidrokarbon ini akan digunakan sebagai
bahan bakar boiler.