Anda di halaman 1dari 12

Pancasila Sebagai Sistem Etika

October 25, 2012 by gemamaulana

A. Pengantar

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus ’45 dan tercantum dalam pembukaan UUD ’45, diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD ’45.

Pada hakikatnya Pancasila mengandung dua pengertian pokok, sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dan dasar negara Republik Indonesia. Dari kedua pengertian pokok ini,
kemudian dilahirkan atau dapat ditarik berbagai pengertian-pengertian lain. Dalam berbagai
pengajaran tentang Pancasila telah didalilkan, bahwa Pancasila itu telah ada bersamaan
dengan lahirnya bangsa Indonesia.

B. Pengertian Etika

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan barbagai ajaran moral. Etika termasuk kelompok
filsafat praktis dan dibagi jadi dua kelompok, yaitu :

1. Etika Umum
2. Etika khusus

a. Etika Individual

b. Etika Sosial

Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini.
Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku
kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran Pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil
besar.

C. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral

1. Nilai

Nilai adalah kualitas dari sesuatu. Sesuatu di katakan mempunyai nilai apabila melekat pada
sesuatu, berupa : berguna, benar (nilai estetis), baik (nilai moral atau etika), religius (nilai
agama). Menilai berarti menimbang-nimbang dan membandingkan sesuatu dengan yang
lainnya untuk kemudian mengambil keputusan. Hasil pertimbangan adalah nilai.

Prof. Notonegoro membedakan nilai kedalam 3(tiga) macam :

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna begi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktifitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesutau yang berguna bagi rohani manusia.

Pancasila tergolong sebagai nilai kerohanian yakni yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
secara lengkap dan harmonis, baik nilai materil, nilai vital, nilai kebenaran. Nilai estetis, nilai
ethis/moral maupun nilai religius seperti yang tampak pada susunan sila-sila pancasila yang
sistematis,hierarkhis, dimulai dari sila pertama sampai kelima.

Prof. Dardji Darmodihardjo mengklasifikasikan tentang nilai antara lain sebagai berikut :

1. Nilai dasar, yaitu nilai yang bersifat tetap tidak berubah sepanjang masa, abstrak,
umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat. Dalam sistem ketatanegaraan nilai
dasar tercantum dalam hukum dasar tertulis, pembukaan dan Batang Tubuh yang
memuat kaidah yang hakiki antara lain cita-cita, tujuan nasional, tatanan dasar dan ciri
khasnya.

1. 2. Nilai instrumental, yaitu penjabaran dari nilai dasar, yang merupakan arahan
kinerja untuk waktu dan kondisi, mempunyai sifat dinamis konstekstual dan
mengikuti perkembangan zaman. Nilai di tuangkan dalam bentuk norma. Nilai ini
tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindak lanjuti UUD, misal
UU dan peraturan pelaksanaan termasuk konvensi. Kongkritnya diperlukan strategi
dan kebijaksanaan.

1. 3. Nilai praksis, yaitu merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental.
Nilai prakis dalam wujud penarapannya nilai pancasila oleh organisasi kegiatan
politik, ormas, badan-badan ekonomi, pemimpin kemasyarakatan, warganegara
perseorangan. Dalam kenyataan sehari-hari nilai prakis terkandung dalam cara
bagaimana kita melaksanakan nilai-nilai pancasila.

2. Norma

Adalah penjabaran/kongkretisasi dari nilai sebagai penuntun perilaku seseorang atau


masyarakat. Norma memiliki arti juga petunjuk tingkah laku yang harus dan tidak boleh
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi) dengan disertai
sanksi. Norma tersebut dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) jenis yaitu :

1. Cara
2. Kebiasaan
3. Tata kelakuan
4. Custom/ adat istiadat

3. Moral

Adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang/kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Moral pada hakikatnya berkaitan dengan integritas manusia,
dengan harkat dan martabat manusia. Ada 3(tiga) macam Prinsip Dasar Moral, yaitu :

1. Prinsip sikap baik, bahwa manusia jangan sampai berbuat sesuatu yang merugikan
orang lain.
2. Prinsip keadilan, yaitu perlakuan yang sama dalam situasi yang sama dan
menghormati semua hak orang.
3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri, agar manusia selalu memperlakukan diri
sendiri sebagi sesuatu yang sangat bernilai.

D. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral

Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang cukup
erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan antarnya dapat
diringkas sebagai berikut :

1. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan batin);

 Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayati
oleh manusia;
 Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu
pertimbangan batiniah manusia;
 Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek, dan bersifat obyektif bila
melekat pada sesuatu yang terlepas dari penilaian manusia.

1. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku manusia;
2. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika;
3. Makna mora lyang terkandung dalam kepribadian seseorang akan tercermin pada
sikap dan tingkah lakunya. Norma menjadi penuntun sikap dan tingkah laku manusia;
4. Moral dan etika sangat erat hubungannya. Etika adalah ilmu pengetahuan yang
membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.

Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta bagaimana
hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk menggolong-golongkan nilai
tersebut dan penggolongan tersebut amat beranekaragam, tergantung pada sudut pandang
dalam rangka penggolongan tersebut. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga maacam, yaitu:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia,
atau kebutuhan material ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohanimanusia nilai
kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu :

a) Nilai kebenaran

b) Nilai keindahan

c) Nilai kebaikan

d) Nilai religius

Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Indonesia


Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 menyatakan: Pancasila seperti tercantum dalam
Pembukaan UUD 45 merupakan sumber hukum yang berlaku di negara RI dan karena itu
secara obyektif ia merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cia-
cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan bangsa . Sebagai dasar pandangan
hidup bernegara dan sistem nilai kemasyarakatan, Pancasila mengandung 4 pokok pikiran,
sebagai berikut:

1. Negara merupakan negara persatuan, yang bhinneka tunggal ika. Persatuan


tidak berarti penyeragaman, tetapi mengakui kebhinnekaan yang mengacu pada
nilai-nilai universal Ketuhanan, kemanusiaan, rasa keadilan dan seterusnya.
2. Negara Indonesia didirikan dengan maksud mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat , dan berkewajiban pula mewujudkan kesejahteraan serta
mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Negara didirikan di atas asas kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat tidak bisa
dibangun hanya berdasarkan demokrasi di bidang politik. Demokrasi harus juga
dilaksanakan di bidang ekonomi.
4. Negara didirikan di atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung arti
bahwa negara menjunjung tinggi keberadaan agama-agama yang dianut bangsa .

E. Makna Nilai-Nilai setiap Sila Pancasila

Nilai-nilai yang dikandung pancasila dapat dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah silanya,
yaitu nilai dan jiwa :

1. Religius ( ketuhanan)
2. Kemanusiaan
3. Persatuan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial

 Makna Nilai Sila I

Ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai religius. Nilai ini mengandung makna,:

1. Percaya terhadap Tuhan YME sebagai pencipta

2. Kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

 Makna Nilai Sila II

Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai kemanusiaan. Nilai ini mengandung
makna antara lain :

1. Pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajiban asasi

2. Perilaku adil terhadap sesama manusia, diri sendiri, alam sekitar, dan Tuhan .

3. Manusia sebagai mahluk baradab memiliki daya cipta, rasa, karsa dan kayakinan.

 Makna Sila III


Persatuan Indonesia mengandung nilai persatuan bangsa. Nilai ini mangandung makna ;

1. Pengakuan terhadap bhineka tunggal ika

2. Pengakuan terhadap persatuan bangsa dan wilayah Indonesia serta wajib membela

Dan menjunjungnya.

3. Cinta dan bangga akan bangsa dan negara Indonesia.

 Makna Sila IV

Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan


perwakilan mengandung nilai kerakyatan. Nilai ini mangandung makna antara lain:

1. Negara adalah untuk kepentingan rakyat,

2. Kedaulatan ada di tangan rakyat

3. Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

4. Pemimpin kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat.

5. Keputusan diambil berdasarkan masyarakat mufakat.

 Makna Sila V

Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, mengandung makna :

1. Perlakuan yang adil dalam segala bidang kehidupan terutama bidang


politik, ekonomi, dan sosial budaya.
1. Perwujudan keadilan meliputi seluruh rakyat Indonesia.
2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3. Menghormati hak milik orang lain.
4. Cita-cita masyarakat adil dan makmur merata materiil spiritual.
5. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
6. F. Kesimpulan

Sungguh bangga rasanya memiliki sebuah kebudayaan yang sangat tak ternilai harganya dan
memiliki arti yang sangat besar. Pancasila sebagai dasar negara telah berhasil membentuk jati
diri bangsa ini. Akan tetapi sanggupkah kita untuk tetap mempertahankannya dan
melestarikannya keanak cucu kita ?? Sebagai generasi muda bangsa ini, penulis mengajak
segenap pembaca untuk mau mengenali pancasila terlebih memahami bahwa pancasila
sebagai suatu sistem etika bangsa ini.

KATA PENGANTAR

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang sangat penting
bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu sistem
etika”.

Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki
etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang dijunjung tinggi dan banyak
lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini
sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab didunia.

Kecenderungan menganggap acuh dan sepele akan kehadiran pancasila diharapkan dapat
ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab. Pembentukan etika
bukan hal yang susah dan bukan hal yang gampang, karena berasal dari tingkah laku dan hati
nurani.

Semoga makalah ini dapat membuka pikiran akan pentingnya arti sebuah pancasila bagi
kehidupan bangsa ini.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

A. Pengertian etika

Sebagai suatu usaha ilmiah, fisafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut

lingkaran bahasanya masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok

bahasa pokok yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Sifat toritis mempertanyakan dan

berusaha mencari jawabannya tentang segala sesuatu, misalnya hakikat manusia, alam,

hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang pengetahuan, tentang apa yang kita

ketahui, tentang yang transenden dan sebagainya. Dalam hal ini filsafat teoritispun juga

mempunyai maksud-maksud dan berkaitan erat dengan hal-hal yang bersifat praktis, karena

pemahaman yang dicari menggerakkan kehidupannya.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran moral tertantu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (suseno 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika
khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan pelbagi aspek kehidupan
manusia (suseno, 1987) etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas
kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika social yang membahas tentang kewajiban
manusia terhadap manusia yang lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan bagian
terbesar dari etika khusus.
Etika berkaitan dengan pelbagi masalah nilai karena etika pada pokoknya

membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak

susila”,”baik” dan “buruk”. Dapat juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar

filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.......

B. Hubungan Nilai, Norma dan Fakta

Norma-norma etika serta aktualisasinya dalam kehidupan manusia, sebenarnya tidak

dapat dipisahkan dengan pandangan hidup, serta filsapat hidup dari suatu masyarakat tertentu

. oleh karena itu berbagai aliran etika yang berkembang dalam masyarakat senantiasa tidak
dapat dilepaskan dengan dasar filsafat yang dianut dalam masyarakat tersebut. Bagi

masyarakat yang berpandangan filsafat materialisme, akan mendasarkan etika dalam

kehidupannya pada suatu prinsip bahwa etika nilai yang tertinggi adalah terletak pada nilai

materi. Materi adalah merupakan suatu prinsip dasar tertinggi dalam kehidupan etika

masyarakat. Demikian juga bagi masyarakat yang mendasarkan kehidupannya pada filsafat

etiesme, yang tidak mengakui adanya tuhan, akan senantiasa mendasarkan kehidupan

etikanya dengan penolakan atas otoritas wahyu tuhan.

Oleh karena itu dalam masyarakat eteis, moral ketuhanan tidak merupakan suatu

norma tertinggi bahkan mereka menolak keberadaan moral ketuhanan. Sebagaimana

dijelaskan di depan bahwa hal ini berkaitan dengan dasar filsafat yang dianut dalam

masyarakat , yaitu manusia adalah sebagai makhluk yang otonom, bebas yang tidak

mengakui adanya dhat yang mutlak atau tidak mengakui adanya tuhan. Oleh karena itu etika

dan moral manusia tidak adanya sangkut pautnya dengan kehidupan religious. Norma baik

dalam etika dan moral kehidupan manusia, belum tentu baik menurut norma moral religious.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, norma moral dan etika tidak

dapat dipisahkan dengan prinsip dasar nilai yang dianut dalam masyarakat. Pelaksanaan dan

realisasi moral dalam kehidupan masyarakat tersebut merupakan suatu fakta, atau secara

termologis disebut das sein sedangkan prinsip nilai yang merupakan dasar nilai yang

merupakan dasar filsafat itu disebut dengan das sollen yang secara harfiah disebut

“seharusnya”.

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai praksis

Dalam kaitannya dengan deriviasi atau penjabarannya maka nilai-nilai dapat

dikelompokan menjadi tiga macam yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis.

a) Nilai Dasar
Walaupun nilai memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui indra manusia,

namun dalam realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek kehidupan

manusia yang bersifat nyata (praksis) namun demikian setiap nilai memiliki nilai dasar

(dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar onotologis) yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari,

atau makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Segala sesuatu misalnya hakikat tuhan,

manusia atau segala sesuatu lainnya.

b) Nilai Instrumental

Untuk dapat direalisaikan dalam suatu kehidupan praksis maka nilai dasar tersebut diatas

harus memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas. Namun jikalau nilai

instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi ataupun Negara maka nilai-nilai

instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi ataupun Negara maka nilai-nilai

instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijaksanaan atau strategi yang bersumber pada

nilai dasar. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu

eksplisitasi dari nilai dasar.

c) Nilai Praksis

Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental

dalam suatu kehidupan yang nyata.

D. Hubungan Nilai, Norma dan Moral

Nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir

maupun batin. Nilai berkaitan juga dengan harapan, cita-cita, keinginan dan segala sesuatu

pertimbangan internal (batiniah) manusia. Nilai dengan demikian tidak bersifat konkrit yaitu

tidak dapat ditangkap dengan indra manusia, dan nilai dapat bersifat subjectip maupun

objecktip. Bersifat subjecktif manakalah nilai tersebut diberikan oleh subjek (dalam hal ini
manusia sebagai pendukung pokok nilai) dan bersifat objecktif jikalau nilai tersebut telah

melekat pada sesuatu terlepas dari penilaian manusia.

Selanjutnya nilai dan norma senantiasaberkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral

mengandung integritas dan martabat pribadi manusiaderajat kepribadian seseorang amat

ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam

kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Pengertian inilah maka

kita memasuki wilayah norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Hubungan

antara moral dengan etika memang sangat erat sekali dan kadang kalah kedua hal tersebut di

samakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Moral yaitu

merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wejangan-wejangan,patokan-patokan, kumpulan

peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaiman manusia harus hidup dan bertindak

agar menjadi manusia yang baik adapun dipihak lain etika adalah suatu cabang filsafat yaitu

suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral

tersebut (Krammer, 1988 dalam Darmodihardjo, 1996). Atau juga sebagaimana di

kemukakan oleh De Vos (1987), bahwa etika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan

tentang kesusilaan.

Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh

seseorang. Wewenang ini di pandang berada di tangan pihak-pihak yang memberikan ajaran

moral. Hal inilah yang menjadi kekurangan dari etika jikalau dibandingkan dengan ajaran

moral.

Hal ini dapat dianalogikan bahwa ajaran moral sebagai buku petunjuk tentang

bagaimana kita memperlakukan sebuah mobil dengan baik, norma moral tersebut lazimnya

sangat di junjung tinggi oleh segenap anggota masyarakat, Dan pelangaran-pelanggaran atas

norma moral tersebut juga akan miliki konsekuensi sangsi dari masyarakat, baik langsung

maupun tidak langsung.


E. Nilai-nilai Etika yang Terkandung dalam Pancasila

Sebagaimana dipahami bahwa sila-sila pancasila adalah merupakan suatu system

nilai, artinya setiap sila memang memiliki nilai akan tetapi masing-masing sila saling

berhubungan, saling ketergantungan secara sitemik dan diantara nilai satu sila dengan sila

lainnya memiliki tingkatan. Nilai-nilai tersebut berupa nilai-nilai religius,nilai adat istiadat

kebudaya dan setelah disahkan menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai

kenegaraan.

Penyelenggaraan kenegaraan, bahwa kebangsaan dan kemasyarakatan. Terdapat dua

macam norma dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan yaitu norma hokum dan norma

norma moral atau etika.

Sebagaimana dipahami bahwa sistim etika dalam pancasila tidak dapat dipisahkan

dengan dasar antologis sila-sila pancasila. Jikalau dilakukan suatu abstraksi dasar antologis

sila-sila pancasila pada hakikatnya adalah manusia, karena pancasila adalah dasar Negara dan

Negara pada hakikatnya adalah lembaga persekutuan hidup bersama yang unsur-unsurnya

adalah manusia dan demi tujuan harkat dan martabat manusia.

Etika dan moral bagi manusia kebangsaan dan kemasyarakatan, senantiasa bersifat

relasional. Etika serta moral yang terkandung dalam sils-sila pancasila oleh karena itu etika

pancasila mendasarkan hakikat manusia secara moralitas memiliki hubungan etis, antara

manusia dengan dirinya sendiri dalam pengertian jasmani dan rokhani, antara manusia

dengan manusia lain secara individual, antara manusia dengan masyarakat, bangsa dan

Negara, dan antara manusia terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Hal ini juga dikemukakan oleh Moh. Hatta, tatkala mendirikan Negara. Ia menyatakan

bahwa “........” Negara pada hakikatnya adalah berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa
serta kemanusiaan yang adil dan beradap sebagai landasan moral, yang mewajibkan kepada

pelaksana dan penyelenggara Negara agar memegang teguh moral Ketuhanan dan

Kemanusiaan yang luhur, agar Negara tidak terjerumus kedalam kekuasaan dictator”. Jelas

kita lihat dalam proses revormasi dewasa ini yang seharusnya reformasi itu melakukan suatu

penataan dan perbaikan atas Negara agar menuju kepada suatu taraf kehidupan masyarakat

dan rakyat yang lebih sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai