Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi (bahasa Inggris: Pharmacy), dalam bahasa Yunani; pharmacon, yang berarti
obat merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari
ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggungjawab memastikan efektivitas
dan keamanan penggunaan obat. Farmasi sangat erat kaitannya dengan ilmu meracik obat
sampai pada tahap pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Dalam hal ini,
mahasiswa farmasi dituntut untuk dapat mengetahui berbagai ilmu dasar mengenai obat-
obatan, terutama ilmu farmasetika dasar (Anief, 1997).
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi
pengumpulan, pengenalan, pengawetan bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai
obat. serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembutan obat dalam
bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien (Anief, 1997).
Seiring dengan perkembangan dibidang obat, bentuk sediaan dalam bidang farmasi juga
semakin bervariasi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan yang mengandung zat aktif yang
siap digunakan (dikonsumsi). Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti
serbuk, tablet, kapsul. Sediaan setengah padat seperti salep, suppositoria dan gel, serta
bentuk sediaan cair contohnya larutan, suspensi dan elixir emulsi.
Serbuk merupakan salah satu contoh sediaan padat dalam industri farmasi. Serbuk
merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian
oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk terbagi
(pulveres/divided powder/chartulae) atau tak terbagi (pulvis/bulk powder) (Syamsuni,
2006).
Umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi
dari pengaruh lingkungan. Serbuk bagi banyak diproduksi pada praktik farmasi skala kecil
yaitu apotek karena selain bentuknya lebih stabil dari sediaan cair, anak-anak yang sukar
menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk
(Syamsuni, 2006).
I.2 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu meracik dan
menghitung dosis maksimum dari resep serbuk dengan metode peracikan serbuk.
I.3 Manfaat Percobaan
Agar mahasiswa dapat meracik dan menghitung dosis maksimum dari resep serbuk
dengan metode peracikan serbuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan (Moh Anief,
1997).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang disebukkan. Serbuk
diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai
dari bahan yang jumlahnya sedikit (Dirjen POM, 1979).
II.2 Pengertian Serbuk Bagi
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum (Dirjen POM, 1979).
Serbuk bagi adalah serbuk yang setelah dicampurkan (diaduk) sepenuhnya dengan
memakai metode pengenceran geometri untuk bahan-bahan potensial, serbuk ini dibagi-
bagi kedalam unit-unit tersendiri sesuai dengan dosis yang akan ditata atau kedalam
jumlah untuk sekali pakai (minum) (Ansel, 1989).
II.3 Karakteristik Serbuk (Syamsuni, 2006)
Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut :
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan
(seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk terbagi /pulveres yang
mengandung obat keras, narkotik dan psikotropik.
II.4 Pengayak dan Derajat Kehalusan Serbuk (Syamsuni, 2006)
Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang
melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor (5, 8,
10, 22, 25, 30, 36, 44, 60, 885, 100, 120, 150, 170, 200, 300) yang menunjukan jumlah
lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat. Pengayak untuk pengujian
secara farmakope adalah anyaman kawat, bukan tenunan, kecuali ukuran no. 230, 270,
325, dan 400, anyaman terbuat dari kuningan, perunggu, baja tahan karat, atau kawat lain
yang sesuai dan tidak dilapisi atau disepuh.
II.5 Metode Pencampuran Serbuk (Syamsuni, 2006)
1. Triturition, mencampurkan bahan obat dalam mortir dan stamper
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas
3. Sifitng, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang dilengkapi
5.dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-goyangkan.
II.6 Cara Melipat Kertas Perkamen (Ansel, 1989)
1. Letakkan kertas rata diatas permukaan yang keras dan lipatkan ½ inci ke arahmu pada
garis memanjang dari kertas yang rata untuk menjaga keseragaman, langkah ini harus
dilakukan bersamaan dengan lipatan pertama sebagai petunjuk.
2. Letakkan serbuk yang telah ditimbang atau dibagi-bagi ke tengahtengah kertas yang
telah dilipat satu kali, lipatannya mengarah ke atas sebelah seberang di hadapanmu.
3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat ke atas dan letakkanlah pada kira-kira garis
lipatan pertama, ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak berceceran serbuknya.
4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan lipatlah
kehadapanmu setebal lipatan pertama (½ inci).
5. Ambillah kertas ke atas dengan lipatannya berada disebelah atas dan menghadap
padamu, hati hati agar kedudukan serbuk didalamnya terganggu, letakkanlah kertas
yang baru sebagian dilipa ini pada kotak yang terbuka (yang kemudian akan menjadi
wadahnya) sedemikian rupa sehingga kedua sisi kertas pembungkus ini melewati kedua
sisi kotak, tekanlah kebawah sehingga kedua ujung kertas mekengkung ke bawah dan
membentuk garis pada kedua ujung tersebut. Lalu lepaskan kertas ini dari kotak dan
lipat kedua ujungnya tepat pada tanda garis-garis tadi, sehingga serbuk tidak akan
keluar.
6. Kertas pembungkus yang telah terlipat satu persatu diletakkan pada kotak tadi dalam
posisi lipatan berada di sebelah atas menghadap si pembuat, sedang lipatan ujungnya
membelakangi si pembuatnya
II.7 Keuntungan Dan Kerugian Serbuk (Anief, 1997)
II.7.1 Keuntungan
1. Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan
2. Dosis lebih tepat, lebih stabil daripada sediaan cair
3. Memberikan disolusi lebih cepat
II.7.2 Kerugian
1. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak/ terurai dengan adanya kelembaban/
kontak dengan udara
2. Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya
3. Peracikannya membutuhkan waktu yang lama
II.8 Uraian Bahan
a. Aspirin (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM
Nama Lain : Asam Asetilsalisilat
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C9H8O4


Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih ; tidak berbau
atau hampir tidak berbau ; rasa asam
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P;
larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Khasiat : Analgetikum ; antipiretikum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

b. Prednison (Dirjen POM, 1995)


Nama Resmi : PREDNISONUM
Nama Lain : Prednison
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C21H26O5


Pemerian : Serbuk hablur; putih atau putih atau hampir putih; tidak berbau,
mula-mula tidak berasa kemudian pahit
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P,
dalam kloroform P, dalam dioksan P, dan dalam methanol P
Khasiat : Adrenoglukokortikoidum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. Vitamin C
Nama Resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama Lain : Asam Askorbat
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C6H8O6


Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau; rasa
asam. oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam
keadaan kering, mantap diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P;
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam
benzene P
Khasiat : Antiskorbut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

d. Erysanbe
Nama Resmi : ERYTHROMYCINUM
Nama Lain : Eritromisina
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C37H67NO13


Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau atau
hampir tidak berbau ; rasa pahit ; agak higroskopik
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1000 bagian air; larut dalam etanol
(95%) P, dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Khasiat : Antibiotikum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu :
Lumpang, alu, sudip, gunting, lap kasar/ halus dan timbangan analitik.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu :
Alkohol, kapas, kertas perkamen, obat aspirin, prednisone, vitamin C,
erysanbe, ektiket, copy resep dan plastic obat.
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan menggunakan alcohol 70%
3. Dimasukkan Aspirin sebanyak 15 tab kedalam Stamfer kemudian digerus
menggunakan mortir hingga halus
4. Ditambahkan Prednison sebanyak 15 tab kedalam Stamfer dan digerus menggunakan
mortir hingga hingga homogeny
5. Ditambahkan Vitamin C sebanyak 15 tab kedalam Stamfer dan digerus menggunakan
mortir hingga hingga homogeny
6. Ditambahkan Erysanbe sebanyak 22,5 tab kedalam Stamfer dan digerus
menggunakan mortir hingga sampai homogenitasnya tercapai
7. Dibagi serbuk sesuai dengan sediaan yang diminta
8. Diletakkan diatas kertas perkamen dan dilipat
9. Dimasukkan kedalam plastik obat dan diberi eriket berwarna putih
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil

IV.2 Pembahasan
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum (Dirjen
POM, 1979).
Pada percobaan kali ini semua alat yang digunakan terlebih dahulu disterilkan
menggunakan alcohol 70 %. Karena menurut Salim, (2013) hal ini berguna agar
menghilangkan semua jenis organisme hidup yang terdapat dalam alat yang akan
digunakan karena dapat merusak hasil akhir dari serbuk bagi.
Selanjutnya Aspirin sebanyak 15 tab, Prednison 15 tab, Vit C 15 tab dan Erysanbe
22,5 tab digerus sampai homegenitasnya tercapai. Hal ini dilakukan untuk mencegah rasa
kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat. (Ansel, 1989).
Setelah serbuk telah mecapai homegenitasnya, serbuk ditimbang diatas kaca arloji
menggunakan timbangan analitik. Hal itu disebabkan karena serbuk harus memenuhi uji
keseragaman bobot, artinya seragam dalam zat yang terkandung yang juga berlaku untuk
obat yang mengandung obat keras, narkotik dan psikotropik (Syamsuni, 2006).
Selanjutnya serbuk dibungkus menggunakan kertas perkamen, kertas- kertas
pembungkus yang terlipat harus cukup tepat dalam kotak dengan lipatan yang seragam
dan harus sama panjang dan tingginya (Ansel, 1989).
Setelah serbuk dibungkus dengan kertas perkamen, serbuk tersebut dimasukkan
kedalam sak obat/ plastic obat dan diberikan etiket berwarna putih, sebab sediaan serbuk
bagi ditujukan untuk pemakaian oral/ dalam.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa dengan meracik serbuk
menggunakan cara-cara tertentu salah satunya seperti dengan mencampur bahan obat satu
per satu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit,
kemudian diayak. Dan cara menghitung dosis maksimum dari resep serbuk dapat dilihat
dari umur, berat badan dan luas permukaan tubuh dari pasien tersebut.
V.2 Saran
a) Untuk institute agar lebih menambah alat-alat yang ada di laboratorium.
b) Untuk para asisten agar lebih mengawasi dan membimbing praktikan terutama yang
belum paham tentang metode pembuatan serbuk bagi agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak di inginkan.
c) Untuk praktikan agar lebih disiplin dalam melaksanakan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai