PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diperlukan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk terciptanya
kondisi belajar dan proses pembelajaran sehingga siswa dapat secara aktif
mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya (UU No. 20, 2003). Potensi
(Latifah, 2012).
Indonesia. Masa sekolah dasar (6-12 tahun) adalah masa yang menyebabkan
lingkungan (Potter & Perry, 2005). Untuk mencapai tujuan tersebut maka
diperlukan kondisi belajar untuk anak yang kondusif dan jauh dari kekerasan.
1
2
Perilaku anak dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu perilaku normal
ataupun abnormal. Perilaku anak dapat dikatakan normal jika perilaku tersebut
sesuai dengan apa yang ada di masyarakat. Sedangkan perilaku anak dapat
dikatakan abnormal jika perilaku anak telah menyimpang dari tatanan yang
orang yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan menyakiti targetnya
dan ada beberapa faktor yang akan berpotensi menjadi target tindakan bullying
yaitu faktor intelektual, latar belakang sosial ekonomi, dan juga latar belakang
agama atau budaya (Novan, 2013). Bullying selalu melibatkan adanya faktor
perilaku negatif yang dilakukan secara berulang kali dan dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain dengan sengaja untuk
kalangan anak sekolah. Hampir setiap anak mungkin pernah mengalami suatu
bentuk perlakuan tidak menyenangkan dari anak lain yang lebih tua atau lebih
kuat (Krahe, 2005). Adapun bentuk dari bullying adalah bullying verbal
3
sarana elektronik seperti handphone dan meneror korban dari media sosial
(Coloroso, 2007). Dampak negatif dari bullying yang dapat terjadi yaitu anak
dengan orang lain dan dampak ini tidak hanya bersifat jangka pendek namun
fenomena yang telah tersebar hingga ke seluruh dunia. Prevelensi bullying yang
50%, dan 11,3% sampai dengan 49,8% kasus bullying terjadi khususnya di
tahun 2015 saat angka kekerasan terhadap anak sempat menurun, yakni terjadi
penurunan kasus dari tahun 2014 sejumlah 5.666 kasus menjadi 3.820 pada tahun
2015, tetapi pada tahun berikutnya kasus anak menjadi pelaku bullying di
sekolah justru meningkat lagi (hasil survei KPAI, 2016). Sekitar 10%-16%
pelajar sekolah dasar kelas IV-VI di Indonesia mengalami bullying sebanyak satu
di sekolah. Solusi bisa dilakukan dengan memutus rantai bullying dari jenjang
Hal pertama yang dapat dilakukan dimulai dari lingkungan sekolah dengan
sistem untuk mencegah dan menangani kasus bullying di sekolah. Sistem ini
akan mengatur bagaimana seorang anak yang menjadi korban bullying bisa
melaporkan kejadian yang dialaminya tanpa rasa takut atau malu. Terakhir
adalah membangun kapasitas anak dalam hal melindungi dirinya dari pelaku
penelitian yang sudah ada tentang bullying, mayoritas hanya meneliti mengenai
Peneliti telah melakukan wawancara kepada guru dan beberapa siswa serta
mereka pernah mengaku dicubit karena tidak mau menuruti perintah temannya,
dihina karena mereka dianggap memiliki wajah yang jelek dan memiliki berat
badan yang terlalu besar atau terlalu kurus. Menurut hasil wawancara yang
kejadian bullying dilakukan oleh siswa kelas V. Ada kejadian yang terparah di
kelas V yakni pertengkaran yang dilakukan oleh salah satu siswa dengan
anti bullying untuk siswa khususnya siswa sekolah dasar yang berjudul Pengaruh
agar anak memiliki kepedulian akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari bullying
kemudian anak dapat mencegah dan mengatasi bullying secara baik dan benar
Model pembelajaran learning together terdiri dari dua bagian utama yaitu
together pada bagian pertama yaitu memberikan edukasi tentang bullying. Pada
bagian ini akan diberikan edukasi tentang bullying dengan menggunakan media
video. Media video adalah media berbasis audio visual yang memanfaatkan
6
memberikan pelatihan menangani bullying. Pada bagian ini akan ada permainan
picture and picture dan role play (bermain peran). Permainan-permainan ini
dilakukan kepada siswa dan menjadi stimulasi untuk memancing siswa jika
hanya berfokus pada hasil, tetapi juga berfokus pada prosesnya. Dari segi proses
sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial
yang besar, dan percaya pada diri sendiri. Sedangkan, segi hasil pembelajaran
dikatakan efektif dan berkualitas apabila terjadi perubahan tingkah laku yang
B. Rumusan Masalah
Kejadian bullying yang terjadi saat ini telah menjadi masalah besar di
Indonesia hampir setiap sekolah telah terjadi bullying. Bahkan praktik bullying
telah terjadi di tingkat sekolah dasar. Suatu program khusus harus dilakukan
bullying yang sering terjadi pada siswa terutama di tingkat sekolah dasar. Salah
7
satu program khusus yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan model
agar siswa memiliki kepedulian akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari
bullying. Kemudian siswa dapat mencegah dan mengatasi bullying secara baik
dan benar sehingga terciptanya kondisi lingkungan sekolah yang damai tanpa
kekerasan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
Prabumulih.
Prabumulih.
8
Negeri 49 Prabumulih.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi SD N 49 Prabumulih
c. Bagi Peneliti
mengurangi bullying.
9