Anda di halaman 1dari 35

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

MODUL : Tray Dryer


PEMBIMBING : Emma Hermawati, Ir., MT

Praktikum : 23 Maret 2015


Penyerahan : 30 Maret 2015
(Laporan)

Oleh

Kelompok : VII
Nama : 1. Nisa Mardiyah 131424018
2.Wynne Raphaela 131424027

Kelas : 2A Teknik Kimia Produksi Bersih

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengeringan merupakan bagian dalam rangkaian operasi pada industry proses.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat sampai dengan batas yang dapat
diterima.
Dalam operasi pengeringan, zat padat yang digunakan bisa dalam bentuk serpihan,
bij-bijian, serbuk, Kristal, lempeng, atau lembaran sinambung. Dari macam-macam bentuk
padatan yang akan dikeringkan maka alat pengeringnya ada dalam berbagai bentuk
menyesuaikan hasil padatan yang akan dikeringkan, antara lain tray dryer, screen conveyor
dryer, tower dryer, rotary dryer, fluidized-bed dryer, flash dryaer, dan spray dryer.

1.2 Tujuan
 Dapat mengenal karakteristik pengeringan dengan tray dryer
 Mampu mengoperasikan alat pengeringan jens tray dryer skala laboratorium
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam pengolahan
pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air produk seperti berbagai
buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah panen. Pengeringan adalah
proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan panas untuk
menguapkan air dari permukaan bahan tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar
dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air
dari bahan akan mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi
kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima,
menggunakan panas. Pada proses pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak
jenuh yang dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap
pada suhu yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air
pada bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas
disebut medium pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air dan
sekaligus membawa air keluar. Air juga dapat dipisahkan dari bahan padat, secara mekanik
menggunakan cara pengepresan sehingga air keluar, dengan pemisah sentrifugal, dengan
penguapan termal ataupun dengan metode lainnya. Pemisahan air secara mekanik biasanya
lebih murah biayanya dan lebih hemat energi dibandingkan dengan pengeringan.
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan lain.
Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama sekali (bone dry). Pada umumnya
zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat. Kandungan air dalam suatu
bahan dapat dinyatakan atas dasar basah (% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan
jumlah air dengan jumlah bahan kering.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan
uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam hal ini, kandungan uap air udara
lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi
penguapan. Kemampuan udara membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara
kelembaban nisbi udara pengering dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu
faktor yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang
mengalir. Udara yang tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang
dikeringkan semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan
organisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri
terhenti sama sekali. Dengan demikian bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan
lebih lama.
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara tersebut dilakukan dengan
menurunkan kelembapan nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan,
sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan
itu menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara.
Di Industri kimia proses pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses
pengeringan ini dilakukan biasanya sebagai tahap akhir sebelum dilakukan pengepakan suatu
produk ataupun proses pendahuluan agar proses selanjutnya lebih mudah, mengurangi biaya
pengemasan dan transportasi suatu produk dan dapat menambah nilai guna dari suatu bahan.
Dalam industri makanan, proses pengeringan ini digunakan untuk pengawetan suatu produk
makanan. Mikroorganisme yang dapat mengakibatkan pembusukan makanan tidak dapat
dapat tumbuh pada bahan yang tidak mengandung air, maka dari itu untuk mempertahankan
aroma dan nutrisi dari makanan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama,
kandungan air dalam bahan makanan itu harus dikurangi dengan cara pengeringan
(Revitasari, 2010).

2.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan


A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air menguap melalui
permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian
permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan
pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini
terjadi karena:
(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah
keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus
bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak
melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian
keluar dari bahan tersebut.

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya


Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin
cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari
bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu
pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai
dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut
"Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah.

C. Kecepatan Aliran Udara


Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan
bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara
yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga
akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan
mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila
aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan
semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.

D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan
disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka
udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air
terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.

E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka
makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air
Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban
pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau
tidak akan mengambil uap air dari atmosfir (Supriyono, 2003).

2.3 Prinsip dasar dan mekanisme pengeringan


Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa
yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di transfer dari medium
pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus
dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran
fluida di mana cairan harus di transfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan
berlangsung. Jadi panas harus di sediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi
melalui berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air
yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang di keringkan dan cara
pemanasan yang digunakan. Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan
makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering, makin
besar energi panas yang di bawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang di
uapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin
tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfer.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air. Pada kelembaban udara
tinggi, perbedaan tekanan uap air didalam dan diluar bahan kecil, sehingga pemindahan uap
air dari dalam bahan keluar menjadi terhambat. Pada pengeringan dengan menggunakan alat
umumnya terdiri dari tenaga penggerak dan kipas, unit pemanas (heater) serta alat-alat
kontrol. Sebagai sumber tenaga untuk mengalirkan udara dapat digunakan blower. Sumber
energi yang dapat digunakan pada unit pemanas adalah tungku, gas, minyak bumi, dan
elemen pemanas listrik.
Proses utama dalam pengeringan adalah proses penguapan air maka perlu terlebih
dahulu diketahui karakteristik hidratasi bahan pangan yaitu sifat-sifat bahan yang meliputi
interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang dikandungnya dan molekul air di
udara sekitarnya. Peranan air dalam bahan pangan dinyatakan dengan kadar air dan aktivitas
air, sedangkan peranan air di udara dinyatakan dengan kelembaban relatif dan kelembaban
mutlak.
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai
berikut:
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan
permukaan komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.
(Dewi, 2010)

2.4 Metode Umum Pengeringan


Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara yang berbeda.
Proses pengeringan dapat dikelompokkkan sebagai:
1. Batch; bahan dimasukkan ke dalam peralatan pengering dan pengering berlangsung
selama periode waktu tertentu.
2. Kontinu; bahan ditambahkan secara terus-menerus ke dalam pengering dan bahan kering
dipindahkan secara terus-menerus.
(Dewi, 2010)

2.5 Jenis-jenis dryers


2.5.1 Tray dryer
Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau pengering kabinet, dapat
digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang ditebarkan pada baki
logam dengan ketebalan 10-100 mm. Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan
meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan
media pengering. Cara perpindahan panas yang umum digunakan adalah konveksi dan
perpindahan panas secara konduksi juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
Rangka bak pengering terbuat dari besi, rangka bak pengerik di bentuk dan dilas,
kemudian dibuat dinding untuk penyekat udara dari bahan plat seng dengan tebal 0,3mm.
Dinding tersebut dilengketkan pada rangka bak pengering dengan cara di revet serta
dilakukan pematrian untuk menghindari kebocoran udara panas. Kemudian plat seng dicat
dengan warna hitam buram,agar dapat menyerap panas dengan lebih cepat. Pada bak
pengering dilengkapi dengan pintu yang berguna untuk memasukan dan mengeluarkan
produk yang dikeringkan. Di pintu tersebut dibuat kaca yang mamungkinkan kita dapat
mengetahui temperature tiap rak, dengan cara melihat thermometer yang sengaja
digantungkan pada setiap rak pengering. Di bagian atas bak pengering dibuat cerobong udara,
bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara pada proses pengeringan.
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Sebagai bahan yang dikeringkan, dipersilahkan para praktikan memilih sendiri.
 Alat
Alat utama yang dipakai untuk praktikum adalah:
1. Tray dryer beserta kelengkapannya, seperti blower dan timbangan
2. Termometer bola basah dan kering
3. Jam digital yang dapat di-reset

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Persiapan

•Jika bahan yang dikeringkan harus diiris, lakukan pengirisan seragam dengan ketebalan tidak
lebih dari 3 mm. Bentuk irisan sebaiknya kotak.
1.
•Jika diinstruksikan pebimbing, rendam bahan yang sudah diiris dalam air biasa sampai 5 menit, langsung
tiriskan. Untuk bahan yang mengalami pencoklatan (browning), perendaman dilakukan dalam air
2. garam. Langkah ini tidak perlu dilakukan jika tidak ada instruksi pebimbing.

• Timbang berat tray kosong


3.

• Letakkan bahan dalam tray sampai memenuhi permukaannya,


4. atau jika tidak penuh ukur luasnya

• Pasang tray ke dalam penggantungnya, pasangkan timbangan,


5. dan hubungkan semua koneksi listrik

• Catat berat yang ditunjukkan oleh timbangan, sebagai berat awal.


6.
3.2.2 Pengamatan Berat Kering

Timbang sebuah cawan pijar

Ambil sepotong sampel yang sudah


diketahui luasnya, tidak boleh lebih
dari 2cm x 2cm. Letakkan sampel
diatas awan pijar, timbang beratnya.

Panaskan dalam oven bersuhu 1000C


sampai tercapai berat konstan, atau
waktu pengeringan 24 jam.

Setelah selesai langkah di atas,


Timbang berat cawan pijar berisi
sampel kering

3.2.3 Start Up

Nyalakan bower
Set temperatur,
1. dengan bukaan yang
sesuai dengan
pemanasan
2. kemudian nyalakan
pemanas

Peringatan ! Dilarang menyalakan pemanas jika blower tidak hidup

3.2.4 Pengamatan

Jika telah teramati berat konstan


Catat berat tray yang berisi bahan
selama 20 menit berturut-turut,
setiap 5 menit
hentikan pengamatan
3.2.5 Shut Down

• Matikan pemanas, biarkan blower tetap


1. hidup setidaknya 5 menit

• Lepaskan tray, dan bersihkan


2.

3. • Matikan
blower
BAB IV
DATA PRAKTIKUM
4.1 Obyek Pengamatan
a. Jenis sampel : Ubi
b. Tebal irisan : 3 milimeter
4.2 Variabel Operasi
a. Set point temperatur pemanas : 60 0C
b. Tray yang dipakai : atas
4.3 Kondisi Udara Lingkungan
0
a. Suhu bola kering : 25 C
0
b. Suhu bola basah : 25 C
c. Cuaca : Sedikit mendung
4.4 Pengukuran Berat Kering Solid
a. Berat basah sampel : 114,3 gram
b. Berat kering sampel : 72,8 gram
4.5 Pengamatan Berat dalam Tray Dryer
a. Berat tray kosong : 180 gram
b. Berat tray awal setelah diisi sampel : 294,3 gram
Hasil ini dimasukkan ke dalam tabel perkembangan berat total untuk waktu=0
c. Panjang tray : 22 cm
d. Lebar tray : 16 cm
e. Luas Permukaan tray atas dan bawah (A) : 2 (22 cm x 16 cm) = 704 cm2
f. Perkembangan berat total sampel dan tray sepanjang waktu sesuai tabel berikut
Temperatur
Waktu Berat Udara Masuk Sebelum Udara Keluar
Kering Basah Tray Kering Basah
0 294,3 21 21,5 39 23 37
5 300,2 22 24 39 24 36
10 299,1 23 26 39 25 37
15 293,3 23 26 39 25 37
20 289,0 23 28 39 24 35
25 284,7 22 25 39 25 34
30 292,2 22 25 37 24 32
35 291 22 25 39 25 33
40 289,5 22 26 40 25 37
45 287,4 22 26 40 25 33
50 285,1 22 27 39 25 33
55 283,2 22 27 40 25 33
60 280,3 22 27 38 25 33
65 278,8 22 27 40 25 33
70 275,4 22 28 39 25 34
75 273,6 22 27 38 25 35
80 269,8 22 25 39 24 32
85 268,6 22 26 40 24 30
90 267,2 21 25 40 24 30
95 265,6 22 25 38 25 37
100 263,4 22 25 38 26 35
105 261,0 23 25 38 26 35
110 259,2 24 26 40 28 37
115 257,7 24 26 39 22 35
120 256,2 26 26 38 30 35
125 254,5 26 26 38 29 38
130 255,8 27 28 39 32 35
135 255,0 22 27 40 30 33
140 253,0 27 26 39 31 37
145 252,5 26 26 40 30 38
150 252,8 30 27 41 35 36
Satuan yang dipakai : waktu dalam menit, berat dalam gram, temperatur dalam 0C
BAB V
HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 Pembuatan Grafik Berat terhadap Waktu
1. Tabel harga berat bersih atau berat bahan yang dikeringkan (W) terhadap waktu (t).
Harga berat bersih sama dengan harga berat total dikurangi berat tray kosong
Waktu Berat bahan + Berat Tray Berat bersih (W)
(t) Tray Kosong
0 294,3 114,3
5 300,2 120,2
10 299,1 119,1
15 293,3 113,3
20 289,0 109
25 284,7 104,7
30 292,2 112,2
35 291 111
40 289,5 109,5
45 287,4 107,4
50 285,1 105,1
55 283,2 103,2
60 280,3 180 100,3
65 278,8 98,8
70 275,4 95,4
75 273,6 93,6
80 269,8 89,8
85 268,6 88,6
90 267,2 87,2
95 265,6 85,6
100 263,4 83,4
105 261,0 81
110 259,2 79,2
115 257,7 77,7
120 256,2 76,2
125 254,5 74,5
130 255,8 75,8
135 255,0 75
140 253,0 73
145 252,5 72,5
150 252,8 72,8

2. Grafik harga berat bersih bahan yang dikeringkan terhadap waktu pengeringan

130

120

110
Berat bersih (W)

100

90

80

70

60
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Waktu Pengeringan (t)

5.2 Perhitungan Berat Kering Bahan


1. Data berat basah sampel sebelum dipanaskan dalam oven dan setelah dipanaskan
dalam oven, serta berat bersih bahan dalam tray pada waktu t=0
 Berat basah sampel sebelum di oven = 1,4 gram
 Berat sampel setelah di oven = 0,56 gram
 Berat bersih bahan dalam tray t=0 = 114,3 gram

2. Berat kering bahan dinyatakan dengan persamaan :


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝐿𝑠 = × (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑦 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡 = 0)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝐿𝑠 = 45,72 𝑔
Dengan Ls = berat kering bahan di tray
5.3 Pembuatan Grafik Kadar Air terhadap Waktu
1. Tabel harga kadar air (X) bahan terhadap waktu (t).
Harga kadar air dicari dengan persamaan:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑦 − 𝐿𝑠
𝑋=
𝐿𝑠
Berat bersih
Ls X (Kadar air) Waktu (t)
bahan al tray
114,3 1,5 0
120,2 1,6290 5
119,1 1,6049 10
113,3 1,4781 15
109 1,3840 20
104,7 1,29 25
112,2 1,4540 30
111 1,4278 35
109,5 1,3950 40
107,4 1,3490 45
105,1 1,2987 50
103,2 1,2572 55
100,3 45,72 g 1,1937 60
98,8 1,1609 65
95,4 1,0866 70
93,6 1,0472 75
89,8 0,9663 80
88,6 0,9378 85
87,2 0,9072 90
85,6 0,8722 95
83,4 0,8241 100
81 0,7716 105
79,2 0,7837 110
77,7 0,6994 115
76,2 0,6667 120
74,5 0,6294 125
75,8 0,6579 130
75 0,6404 135
73 0,5966 140
72,5 0,5857 145
72,8 0,5923 150

2. Grafik harga X terhadap t.


1.8

1.6

1.4

1.2
Kadar Air (X)

0.8
0.6294
0.6 0.5923

0.4

0.2

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (t)

5.4 Penentuan Periode Laju Konstan


Dalam langkah ini, jika teramati ada ruas garis di kurva X vs t yang mengindikasikan
adanya tahap adaptasi, terlebih dahulu abaikan data di ruas itu.
1. Dari grafik X vs t, teramati secara visual adanya garis lurus yang terbentuk.
2. Memisahkan data yang membentuk garis lurus, dan membuat grafik X vs t sendiri
dengan program Excel

Kadar air (X) Waktu (t)


0,6294 125
0,6579 130
0,6404 135
0,5966 140
0,5857 145
0,5923 150

Grafik X Vs t
1.4
1.2
y = -0.0025x + 0.9674
1
Kadar Air (X)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
120 130 140 150 160
waktu (t)

3. Persamaan garis yang didapat pada grafik di atas.

Y = -0,0025x + 0,9674  X = -0,0025 t + 0,9674

𝑑𝑥
4. Menurunkan persamaan di atas, sehingga didapat sebagai sebuah konstanta
𝑑𝑡

X = -0,0025 t + 0,9674
𝑑𝑥
= −0,0025
𝑑𝑡
5. Mencari laju pengeringan konstan dengan prinsip :
𝐿𝑠 𝑑𝑥
𝑅𝑐 = − . ( ) 𝑙𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟
𝐴 𝑑𝑡
𝑔 𝑔
𝑅𝑐 = 1,625 × 10−4 = 1,625
𝑐𝑚2 𝑚2

4.5 Penentuan Titik Kesetimbangan


1. Titik-titik yang membuat harga konstan atau berubah tidak signifikan dalam grafik
grafik X vs t.
Kadar Air (X) Waktu (t)
0,6294 125
0,6579 130
0,6404 135
0,5966 140
0,5857 145
0,5923 150
0,6170 Rata-rata

2. Membuat harga X rata-rata atas titik-titik yang hampir sama sebagai harga X* (X
kesetimbangan)
Pada tabel di atas rata-rata titik yang didapat adalah = 0,6170, maka nilai X* = 0,6170

4.6 Pembuatan Grafik R vs X


1. Membuat garis datar di ruas Laju Pengeringan Konstan dengan mengalurkan Rc
terhadap X mulai Xawal sampai harga X terakhir yang membuat garis linier di kurva X
vs t dalam grafik sebelumnya. X terakhir ini dideklarasikan sebagai Xc.
Kadar Air (X) Laju Pengeringan Konstan (Rc)
0,6294
0,6579
0,6404 1,625 g/m2
0,5966
0,5857
0,5923 Xc
Grafik Rc Vs X
1.8
Laju Pengeringan Konstan (Rc)
1.75

1.7

1.65

1.6

1.55

1.5
0.58 0.59 0.6 0.61 0.62 0.63 0.64 0.65 0.66 0.67
Kadar Air (X)

2. Memplotkan harga X=X* dengan R=0 sehingga membentuk titik (X*,0)


X*= 0,6170 ; R=0  (0,6170 ; 0)
1.8
1.6
Laju Pengeringan Konstan (Rc)

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2 (0,6170 ; 0)
0
0.58 0.59 0.6 0.61 0.62 0.63 0.64 0.65 0.66 0.67
Kadar Air (X)
3. Menghubungkan (Xc,Rc) dengan (X*,0)
(Xc,Rc)  (0,5923 ; 1,625)
(X*,0)  (0,6170 ; 0)
1.8 (0,5923 ; 1,625)
1.6
Laju Pengeringan Konstan (Rc)

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2
(0,6170 ; 0)
0
0.58 0.59 0.6 0.61 0.62 0.63 0.64 0.65 0.66 0.67
Kadar Air (X)

4. Dengan terbentuknya garis datar, garis miring, serta titik (X*,0) maka kurva
karakteristik pengeringan telah lengkap. Dengan mudah dapat dilihat 3 harga
karakteristik pengeringan, yaitu Xc, Rc, serta X*
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dlakukan operasi pengeringan suatu bahan dengan metode pengeringan
secara adiabatic yaitu dengan menggunakan tray dryer. Bahan yang digunakan dalam operasi
pengeringan dengan tray drayer adalah ubi. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengenal
karakteristik pengeringan dengan tray dryer dan Mampu mengoperasikan alat pengeringan
jens tray dryer skala laboratorium.

Tray dryer adalah salah satu alat pengering yang beroperasi secara adiabatic.
Pengeringan adiabatik adalah pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering oleh udara
panas. Udara panas ini akan memberikan panas pada bahan pangan yang akan dikeringkan
dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan. Bahan yang akan dikeringkan
disimpan dalam tray dan dikontakkan secara langsung dengan udara panas. Komponen utama
dari tray dryer adalah tray, blower, heater, dan timbangan.

Sebelum operasi pengeringan, bahan yang akan dikeringan harus dalam bentuk
lembaran-lembaran kecil. Oleh karena itu ubi yang digunakan dipotong-potong bentuk
persegi sekitar 4cm2 dengan ketebalan ±3 mm. Maksud pemotongan menjadi lembaran
adalah agar laju penguapan kandungan air dapat berlangsung merata dalam tray. pemotongan
atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat
berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar. Potongan-potongan
kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai ke pusat
bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan
yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut

Prinsip kerja tray dryer adalah udara panas dari ruang pemanas dengan bantuan
blower akan bergerak menuju tray lalu mengalir melewati bahan yang dikeringkan dan
melepaskan sebagian panasnya sehingga terjadi proses penguapan air dari bahan.
Perpindahan massa dalam praktikum pengeringan dengan tray dryer ini adalah ketika terjadi
penurunan massa ubi sebelum pengeringan dan sesudah pengeringan. Proses perpindahan
massa kandungan air dari bahan ke udara terjadi ketika terdapat perbedaan kondisi
permukaan padatan dengan fasa ruah, dimana padatan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi
dari fasa ruah menyebabkan terjadinya perpindahan massa.
Dalam praktikum ini waktu operasi pengeringan berjalan selama 150 menit dengan
temperature pemanas diset 60˚C. Dari grafik didapat penurunan massa ubi dalam tray
berbading lurus dengan lamanya waktu pengeringan. Berat bersih ubi sebelum dikeringkan
dan setelah dikeringkan dalam tray adalah masing-masing 114,3 gram dan 72,8 gram.
Kandungan air yang menguap dapat dibuktikan dengan penurunan berat bersih ubi sebanyak
36% dari berat awal. Kadar air dalam bahan(X) adalah berat bersih bahan al tray-berat kering
bahan (Ls) dibagi Ls. Dari grafik didapat kadar air ubi menurun berbanding lurus dengan
waktu operasi pengeringan. Kadar air awal dari ubi adalah 1,5 dan kadar air akhir 0,5923.
Namun penurunan kadar air dari t=0 menit hingga t=150 menit, terdapat periode laju konstan
kadar air yaitu dari t=125 menit hingga t=150 menit. Dari periode konstan ini selanjutnya
dibuat grafik kadar air (X) terhadap waktu pemanasan lalu didapat persamaan garis lurus X =
-0,0025 t + 0,9674. Yang artinya kadar air akan menurun sebesar -0,0025 t. penurunan
dx
persamaan diatas menjadi = −0,0025 unutk memperoleh nilai Laju pengeringan konstan
dt
g
(Rc) yang dalam praktikum ini diperoleh sebesar 1,625 m2.

Kadar air kesetimbangan adalah rata-rata kadar air pada periode waktu konstan,
didapat kadar air kesetimbangan (X*) 0,6170 dan kadar air akhir (Xc) 0,5923 dan Xo sebesar
0.5923. Xo praktikum lebih besar daripada X* sebesar 0,6170 yang artinya proses
perpindahan massa air dari dalam ubi ke udara dengan bantuan udara panas berlangsung
sebagaimana mestinya. Namun apabila nilai Xo lebih kecil daripada X* proses pengeringan
tidak akan terjadi, yang terjadi adalah proses adsorpsi air sampai Xo mendekati nilai X*
.
Karakterisitik pengeringan terdiri dari tiga aspek yaitu kadar air akhir (Xc), Laju
pengeringan konstan (Rc) dan kadar air kesetimbangan (X*). Dalam praktikum ini didapat
nilai Xc, Rc, dan X* masing-masing sebesar 0,5923; 1,625 g/m2; dan 0,6170.

Dalam operasi pengeringan dengan tray dryer terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi yaitu Luas permukaan, perbedaan suhu dan udara sekitar, kecepatan aliran
udara, tekanan udara, dan Kelembapan udara. Secara teoritis semakin besar luas permukaan
maka laju pengeringan akan semakin cepat oleh karena itu bahan yang dikeringkan harus
dipotong dan diiris tipis menjadi lembaran. Lalu semakin besar perbedaan suhu antara
medium pemanas dengan bahan pangan maka penguapan air dalam bahan akan lebih cepat.
Berdasarkan praktikum didapat perbedaan suhu antara udara masuk dan udara keluar semakin
besar seiring dengan lamanya waktu pengeringan. Namun kadangkala perubahan suhu yang
tida konstan menyebabkan lamanya pengeringan memakan waktu hingga 150 menit. Hal ini
dapat dihindari apabila perbedaan suhu antara udara masuk dan keluar konstan sehinnga
udara sebelum tray akan semakin panas seiring waktu pengeringan dan akhirnya pengeringan
bahan dapat berlangsung lebih cepat. Kecepatan aliran udara juga mmengaruhi pengeringan
suatu bahan, semakin cepat aliran udara maka waktu pengeringan akan lebih cepat. Namun
faktor tersebut tidak diamati ketika praktikum karena tidak tersedia anemometer untuk
melihat laju kecepatan aliran uadara. Kelembaban udara juga adalah faktor yang membuat
waktu pengeringan akan semakin cepat apabila kelembapan udara cukup kecil. Untuk melihat
faktor kelembapan udara dapat diamati dari keadaan cuaca, secara tidak langsug saat
praktikum cuava sedikit mendung yang berkaitan dengan tingginya kelembapan udara.
Sehingga dari faktor-faktor yang sudah disebutkan diatas turut memnegaruhi hasil dari
praktikum pengeringan ini.

Kesimpulan yang didapat dari praktikum tray dryer adalah ubi yang dikeringkan
memiliki kadar air awal (Xo) 1,5, kadar air akhir (Xc) sebesar 0,5923, kadar air
kesetimbangan (X*) sebesar 0,6170, dan laju pengeringan konstan (Rc) 1,625 g/m2 .
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan

Simpulan yang didapat dari praktikum trau dryer adalah :

 Tray dryer adalah pengering bahan panagan yang bekerja secara batch. Bahan
pangan yang dikeringkan disimpan dalam waktu tertentu dan dikontakkan
langsung dengan udara panas. Sehingga mekanisme pengeringan dengan tray
dryer adalah pemanasan adiabatic.
 Prinsip kerja pengeringan dengan tray dryer adalah udara panas dari ruang
pemanas dengan bantuan blower akan bergerak menuju tray lalu mengalir
melewati bahan yang dikeringkan dan melepaskan sebagian panasnya
sehingga terjadi proses penguapan air dari bahan.
 Karakteristik pengeringan yang didapat dari praktikum tray dryer adalah ubi
yang dikeringkan memiliki kadar air awal (Xo) 1,5, kadar air akhir (Xc)
sebesar 0,5923, kadar air kesetimbangan (X*) sebesar 0,6170, dan laju
pengeringan konstan (Rc) 1,625 g/m2 .

7.2 Saran

 pengeringan dengan tray dryer hanya bisa dilakukan apabila bahan yang akan
dikeringkan berbentuk lembaran tipis. Bentuk lembaran yang tipis membuat
luas permukaan kontak antara bahan dan udara panas semakin besar sehingga
penguapan akan berlangsung lebih cepat. Oleh karena itu ketebalan ubi
sebaiknya tidak lebih besar daripada 3mm.
 Supaya pengeringan berlangsung lebih cepat suhu pemanas harus diatur agar
stabil dan perbedaan suhu sebelum masuk dan keluar tray berselisih besar,
sehingga waktu pengeringan akan lebih cepat
 Supaya pengeringan dapat berlangsung lebih maksimal, laju udara harus besar.
Namun faktor tersebut tidak dapat diamati karena tidak tersedia anemometer.
Sebaiknya disediakan anemometer untuk mengetahui laju udara saat
pengeringan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Falasah, Mohammada Ari danMukti, Wibawa. 1999. Rancang Bangun Pengering Talam
untuk Granul NPK. Bandung: Jurusan Teknik Kimia POLBAN.
Geankoplis, J. Christie. 1993.”Transport Process and Unit Operation 3rd Edition”. New
Jersey: University of Minnesota
McCabe, Warren L., Julian C. Smith, dan Peter Harriot. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid ke-
4. Jakarta: PT. Erlangga.
Perry, Robert H., Don Green. 1998.”Perry’s Chemical Engineers Handbook”. Australia:
McGraw-Hill Book.
Rifandi, Ahmad. 2005. Peralatan Industri Proses. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Schefler, William C. 1987. Statiska untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan ilmu yang
Bertautan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
LAMPIRAN

1. Perhitungan berat kering bahan di tray (Ls)

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝐿𝑠 = × (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑦 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡 = 0)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
0,56 𝑔
𝐿𝑠 = × 114,3 𝑔
1,4 𝑔
𝐿𝑠 = 0,4 × 114,3 𝑔
𝐿𝑠 = 45,72 𝑔
Dengan Ls = berat kering bahan di tray

2. Perhitungan kadar air (X) bahan


Harga kadar air dicari dengan persamaan:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑦 − 𝐿𝑠
𝑋=
𝐿𝑠
 Waktu (t) = 0 mnt
114,3 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
68,58 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,5

 Waktu (t) = 5 mnt


120,2 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
74,48 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,6290

 Waktu (t) = 10 mnt


119,1 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
73,38 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,6049
 Waktu (t) = 15 mnt
113,3 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
67,58 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,4781

 Waktu (t) = 20 mnt


109,0 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
63,28 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,3840

 Waktu (t) = 25 mnt


104,7 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
58,98 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,29

 Waktu (t) = 30 mnt


112,2 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72𝑔
66,48 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,4540

 Waktu (t) = 35 mnt


111 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72𝑔
65,28 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,4278
 Waktu (t) = 40 mnt
109,5 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
63,78 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,3950

 Waktu (t) = 45 mnt


107,4 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
61,68 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,3490

 Waktu (t) = 50 mnt


105,1 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
59,38 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,2987

 Waktu (t) = 55 mnt


103,2 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
57,48 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,2572

 Waktu (t) = 60 mnt


100,3 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
54,58 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,1937
 Waktu (t) = 65 mnt
98,8 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
53,08 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,1609

 Waktu (t) = 70 mnt


95,4 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
49,68 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,0866

 Waktu (t) = 75 mnt


93,6 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
47,88 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 1,0472

 Waktu (t) = 80 mnt


89,8 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
44,18 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,9663

 Waktu (t) = 85 mnt


88,6 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
42,88 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,9378
 Waktu (t) = 90 mnt
87,2 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
41,48 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,9072
 Waktu (t) = 95 mnt
85,6 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
39,88 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,8722

 Waktu (t) = 100 mnt


83,4 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
37,68𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,8241

 Waktu (t) = 105 mnt


81 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
35,28 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,7716

 Waktu (t) = 110 mnt


79,2 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
33,48 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,7837
 Waktu (t) = 115 mnt
77,7 𝑔 − 45,72 𝑔
𝑋=
45,72𝑔
31,98 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,6994

 Waktu (t) = 120 mnt


76,2 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72𝑔
30,48 𝑔
𝑋=
45,72𝑔
𝑋 = 0,6667

 Waktu (t) = 125 mnt


74,5 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72𝑔
28,78𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,6294

 Waktu (t) = 130 mnt


75,8 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72𝑔
30,08 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,6579

 Waktu (t) = 135 mnt


75 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
29,28 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,6404
 Waktu (t) = 140 mnt
73 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
27,28 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,5966

 Waktu (t) = 145 mnt


72,5 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
26,78 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,5857

 Waktu (t) = 150 mnt


72,8 𝑔 − 45,72𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
27,08 𝑔
𝑋=
45,72 𝑔
𝑋 = 0,5923

𝒅𝒙
3. Perhitungan penurunan persamaan grafik, sehingga didapat sebagai sebuah
𝒅𝒕

konstanta
X = -0,0025 t + 0,9674
𝑑𝑥 𝑑(−0,0025 𝑡 + 1,7632)
=
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑(−0,0025 𝑡) 𝑑(1,7632)
= +
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥
= −0,0025 + 0
𝑑𝑡
𝑑𝑥
= −0,0025
𝑑𝑡
4. Perhitungan mencari laju pengeringan konstan dengan prinsip :
𝐿𝑠 𝑑𝑥
𝑅𝑐 = − . ( ) 𝑙𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟
𝐴 𝑑𝑡
Dik : Ls = 45,72 g
A = 704 cm2
𝑑𝑥
= −0,0025
𝑑𝑡
Dit : Rc ?
Jawab :
45,72 𝑔
𝑅𝑐 = − . (−0,0025)
704 𝑐𝑚2
𝑅𝑐 = −0,065 𝑔/𝑐𝑚2 × (−0,0025)
𝑅𝑐 = 1,625 × 10−4 𝑔/𝑐𝑚2
𝑅𝑐 = 1,625 𝑔/𝑚2

5. Dokumentasi selama praktikum


Gambar Keterangan

Ubi basah yang akan dikeringkan di


dalam oven.

Ubi yang sedang dikeringkan di tray


Ubi yang sedang dikeringkan di tray
tampak dari bagian udara keluar

Blower sebagai udara masuk

Suhu set pada 600C

Termometer untuk mengukur suhu


sebelum tray
Timbangan untuk mengukur berat tray
+ ubi

Termometer basah dan kering untuk


mengukur suhu basah dan kering pada
udara masuk dan keluar.

Anda mungkin juga menyukai