Anda di halaman 1dari 13

SARBANES OXLEY ACTS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

ROHMA SEPTIYANI (RRC1C015067)

BELLA WAHYUNI (RRC1C015034)

M. ANGGI PUJAKUSUMA (RRC1C015026)

FALKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling awal penyusun ucapkan, selain puji syukur atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah seminar audit ini tepat pada waktunya dengan judul “Sarbanes Oxley
Acts”. Shalawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada junjungan nabi besar
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.Berkat kerja sama dengan semua pihak, kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak ada hasil karya manusia yang sempurna. Begitupun
dengan hasil penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan. Karenanya kritik dan
saran sangat kami butuhkan untuk perbaikan yang akan datang. Semoga makalah ini bisa
memberikan inspirasi dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, 03 April 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………
1.3. Tujuan Masalah …………………………………………….…..

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian SOA (Sarbanes Oxley Act)………………………….
2.2. Tujuan SOA (Sarbanes Oxley Act) ..............................................
2.3. Sejarah Sarbanes Oxley Act (SOA)……..……….........................
2.4. Legalisasi Sarbanes-Oxley Act (SOA).........................................
2.5. Kebutuhan Akan Penerapan Sarbanes- Oxley Act Pada Perusahan
……………………………….......................................................
2.6. Aktivitas Legalisasi.......................................................................
2.7. Isi Ringkas SOX..............................................................................
2.8. Resiko Tidak Complience (Mematuhi) SOA Bagi Perusahan
........................................................................................................

BAB III KESIMPULAN


3.1. PENUTUP………………………………………………….........

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konggres di Amerika Serikat menetapkan undang-undang keuangan yang


kemudian dikenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act 2002 (SOX). Undang –undang ini
dinamakan Sarbanes-Oxley Act (SOX) berdasarkan dua sponsornya, Senator Paul
Sarbanes (D-MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH). Undang-undang ini
disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta
disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush dan ditetapkan pada tanggal 30
Juli 2002. Perdebatan mengenai untung rugi penerapan SOX juga terjadi. Para
pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting
untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional antara lain
memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah
bahwa SOX tidak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen
perusahaan menempatkan perusahaan-perusahaan AS pada kerugian kompetitif
terhadap perusahaan asing.
SOX ini dikeluarkan sebagai tanggapan atas sejumlah skandal akuntansi
perusahaan besar seperti Enron yang melibatkan kantor akuntan kondang Arthur
Andersen. Skandal-skandal tersebut menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi
investor karena runtuhnya harga saham perusahaan. Hal ini kemudian mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham dunia. Kasus enron ini merupakan salah
satu contoh tidak ditetapkan Good Corporate Governance pada perusahaan. Meskipun
skandal akuntansi itu telah berlalu, tapi diperoleh dampak besar pengaruhnya terhadap
reformasi di dunia praktek akuntansi dan profesi akuntan terutama yang terkait dengan
perusahaan publik dan hal ini membawa pelajaran yang sangat besar.
SOX menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewan dan
manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak berlaku bagi
perusahaan privat. SOX juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC)
untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk menaati hukum ini. Undang-undang
ini juga disebut-sebut sebagai perubahan terbesar dalam pengaturan pengelolaan
perusahaan dan pelaporan keuangan sejak Undang-Undang Keuangan pertama kali
ditetapkan di tahun 1933 dan1934. SOX mengatur tentang akuntansi, pengungkapan &
pembaharuan tatakelola, yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak
mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen,
kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi ekskutif dan
pembentukan komite audit yang independen.
Adanya SOX akan mengefektifkan pelaksanaan corporate reporting
supply chain. Konsep dari “the corporate reporting supply chain” merupakan sebuah
model yang menggambarkan proses pembuatan laporan keuangan, hingga penggunaan
laporan tersebut untuk pengambilan keputusan. Dalam proses pembuatan laporan
keuangan, manajemen dan pimpinan dari perusahaan berada di awal dari seluruh
rangkaian proses sistem pelaporan tersebut, yakni pihak yang berada di urutan pertama
dari keseluruhan proses penyampaian laporan keuangan kepada masyarakat, sekaligus
merupakan pihak yang berada pada posisi paling dominan dalam menentukan laporan
keuangan yang akan disampaikan kepada masyarakat, dengan kata lain pihak yang
cukup dominan dalam menentukan tata kelola yang baik (good corporate governance)
1.2. Rumusan Masalah
Didasarkan pada latar belakang yang dipaparkan maka dapat disimpulkan rumusan
masalah untuk laporan adalah :
1. Apakah yang Dimaksud Dengan SOA (Sarbanes Oxley Act)
2. Apakah Tujuan SOA (Sarbanes Oxley Act)
3. Bagaimanakah Sejarah SOA (Sarbanes Oxley Act)
4. Bagaimanakah Legalisasi SOA (Sarbanes Oxley Act)
5. Mengapa Kebutuhan Akan Penerapan Sarbanes- Oxley Act Pada Perusahan
6. Bagaimanakah Aktivitas SOA (Sarbanes Oxley Act) Pada Perusahaan
7. Apasajakah Isi SOA (Sarbanes Oxley Act)
8. Bagaimanakah Resiko Tidak Complience (Mematuhi) SOA Bagi Perusahaan

1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian SOA
2. Untuk Mengetahui Tujuan SOA
3. Untuk Mengetahui Sejarah SOA
4. Untuk Mengetahui Legalisasi SOA
5. Untuk Mengetahui Kebutuhan Akan Penerapan SOA Pada Perusahaan
6. Untuk Mengetahui aktivitas SOA (Sarbanes Oxley Act)pada perusahaan
7. Untuk Mengetahui isi SOA
8. Untuk Mengetahui Resiko Tidak Mematuhi SOA Bagi Perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SOA (Sarbanes Oxley Act)

SOA adalah sebuah landasan yang disahkan pada 23 januari oleh kongres
Amerika Serikat. Undang-Undang tersebut dikenal sebagai Public Company Accounting
and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan
pengaturan akuntansi perusahaan publik yang sering kali disebut SOX atau Arbox.Untuk
auditor (eksternal dan Internal), SOX merupakan sistem baru dalam proses audit
perusahaan swasta, sebuah revisi atau independensi dan level baru dari proses pelaporan
audit pada perusahaan publik. Untuk manajemen perusahaan diwajibkan untuk
meningkatkan jaminan terhadap konflik kepentingan, sertifikasi yang jelas atas
penyimpanan dokumen penting, pelaporan internal kontrol atas laporan keuangan dan
perbaikan atas kriteria pengungkapan. Untuk audit komite, SOX merupakan sebuah
lanjutan dari peraturan bagi perusahaan-perusahaan publik termasuk tanggung jawab
langsung untuk memantau proses audit eksternal, persetujuan awal atas seluruh jasa audit
ataupun jasa bukan audit, revisi peraturan mengenai independensi dan keahlian keuangan
dan pengawasan, menerima dan mencari pemecahan yang mungkin atas keluhan
mengenai pelaporan keuangan perusahaan dan isu yang berasal dari hasil audit.

2.2 Tujuan SOA (Sarbanes Oxley Act)

SOA memiliki 5 tujuan utama yaitu:

1. Meningkatkan kepercayaan publik akan pasar modal.

2. Menerapkan tata pemerintahan yang baik.

3. Menyediakan akuntabilitas yang lebih baik dengan membuatmanajemen dan direksi


bertanggung jawab akan laporan keuangan.

4. Meningkatkan kualitas audit.

5. Menempatkan penekanan yang lebih kuat pada struktur di sekitar dunia usaha untuk
mencegah, mendeteksi, menginvestigasi kecurangan dan perbuatan tidak baik.

2.3 Sejarah Sarbanes Oxley Act (SOA)

Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat Sox atau SOA adalah hukum federal
Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. ). Undang-undang ini merupakan
suatu terobosan dan sebagai reformasi terbesar di USA khususnya dan dunia pada
umumnya bagi penilaian corporate governance sejak diterbitkannya Securities Acts of
1933 and 1934, diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative
Michael Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3dan oleh Senat
dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W.
Bush.Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat
terhadap berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco
International, Adelphia, PeregrineSystems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura
Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing,
HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen danXerox, yang juga melibatkan
beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan
PWC.Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena
runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang
kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini merupakan contoh
tragis bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pasar,
stakeholders dan para pegawai. Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah
dengan beberapa aturan pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan
beberapa self regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar
akuntabilitas perusahaan, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil
kemungkinan bagi perusahaanatau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan
fraud , serta membuat perhatian padatingkat sangat tinggi terhadap corporate
governance.Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi
semua dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun
tidak berlaku bagiperusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 bab atau bagian yang
menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga
hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC)
untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk menaati hukum ini. Saat ini, corporate
governance dan pengendalian internal bukan lagi sesuatu yang mewah lagi karena kedua
hal ini telah disyaratkan oleh undang-undang. Dengan diberlakukannya undang-undang
Sarbanes Oxley 2002 yang ditandatangani oleh Presiden George Walker Bush pada 30
Juli 2002 diharapkan dapat membawa dampak positif bagi berbagai profesi, antara lain :
akuntan publik bersertifikat (CPA); kantor akuntan publik (KAP); perusahaan yang
memperdagangkan sahamnya (listed di bursa US (termasuk direksi, komisaris, karyawan,
dan pemegang saham); perantara (broker); penyalur (dealer); pengacara yang berpraktik
untuk perusahaan publik; investor perbankan serta para analis keuangan. Penerapan
undang-undang tersebut dilatarbelakangi oleh bangkrutnya

2.4 Legalisasi Sarbanes-Oxley Act (SOA)

Telah disinggung di atas, beberapa perusahaan AS melakukan kecurangan yang


sangat merugikan investor. Menurut beberapa pengamat, penyebab jatuhnya harga saham
di bursa bukan karena accounting scandal semata, tetapi lebih dikarenakan keputusan
bisnis yang salah (bad bussiness management). Sebagai akibat dari keputusan yang salah
tersebut, kinerja perusahaan menjadi menurun dan ‘menuntut’ manajemen melakukan
windowdressing untuk menutupi adanya kerugian perusahaan. Total kerugian yang harus
ditanggung investor pada saat itu tercatat lebih dari US$ & triliun. Salah satu kasus yang
menyebabkan timbulnya kritik keras terhadap profesi akuntansi adalah kasus Enron yang
mulai mencuat pada tahun 2001, dalam kasus ini menegaskan bahwa banyak
“dysfunctional behavior” yang dilakukan oleh banyak auditor, beberapa prilaku yang
sering dilakukan adalah semisal creative accounting, earning management ataukah
income smoothing, di Indonesia sendiri bahkan seorang akuntan disebut dengan tukang
angka.

Fenomena yang ada menyebabkan pemerintah (Amerika) mengambil tindakan yang


reaktif dalam hal ini untuk melakukan pengawasan terhadap para akuntan dengan
mengeluarkan UU pertanggungjawaban auditor atau yang lebih dikenal dengan nama
Sarbanes Oxley Act, UU ini lahir dari kongres yang dianggotai oleh Sarbanes dan Oxley
sendiri, UU tersebut ditandatangani oleh presiden George W. Bush pada tanggal 20 Juli
2002 di Washington, USA.
Beberapa hal penting yang disajikan dalam UU Sarbanes Oxley Act 2002, adalah:

1. Tanggungjawab perusahaan

2. Tanggungjawab Auditor

3. Pengungkapan di perluas

4. Analis saham harus dapat mengungkapkan kemungkinan konflik kepentingan

5. SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan

2.5 Kebutuhan Akan Penerapan Sarbanes- Oxley Act Pada Perusahaan

Sarbaness-Oxley Act (SOA) diterbitkan untuk memproteksi kepentingan investor


dengan cara menciptakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance), full disclosure, dan akuntabilitas dalam perusahaan (Sarbanes dan Oxley,
2002). SOA khususnya section 404 mensyaratkan adanya laporan manajemen tahunan
(annual management report) tentang pengendalian intern perusahaan atas pelaporan
keuangan dan laporan manajemen tersebut merupakan subjek yang akan diaudit.
Pada dasarnya SOA ditujukan kepada perusahaan publik yang terdaftar dalam bursa
saham. Namun juga dapat diterapkan pada perusahaan non-publik. Karena Dalam
SOA diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance yang
mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan,
keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di
bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit
yang independen.
Perusahaan sangat perlu Sarbanes Oxley untuk menunjukkan kepada masyarakat
bahwa perusahaan tersebut tidak ada unsur fraud (manipulasi) didalamnya khususnya
pada perusahaan publik yang harus mempunyai kepercayaan terhadap masyarakat.
Sarbanes Oxley Act juga meningkatkan perlindungan bagi pegawai karena SOA
mewajibkan semua perusahaan publik untuk membuat suatu sistem pelaporan yang
memungkinkan bagi pegawai untuk melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem
pelaporan hotlines ini akan mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka
merasa aman dari tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting
dan kritis bagi program pencegahan frauds (manipulasi).

2.6. Aktivitas SOA Pada Perusahaan

Dalam Sarbanes Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan


pembaharuan governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak
mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen,
kode etik bagi pejabat dibidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan
pembentukan komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal
sebagai berikut:

a) Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komiteaudit, dan
pihak manajemen.
b) Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewanyang
independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal.

c) Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC (Securities Exchange Commision)


secara signifikand. Mendefinisikan jasa “non – audit” yang tidak boleh diberikan oleh
KAP kepada klien.

d) Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud (manipulasi perusahaan)

e) Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interestf.


Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru

Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan


publik untukmembuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau
pengadu untukmelaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan ini
diselenggarakan oleh komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan
hotlines seperti ACFE’s EthicsLine. ACFE dapat membantu menyusun hotlines
pengaduan yang akan menerima dan merahasiakan pengaduan,dan memberikan
informasi kepada perusahaan agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Sistemhotlines
ini akan mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman
daritindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis bagi
programpencegahan fraud yang kuat.

2.7. Isi Ringkas SOA

Sarbanes-Oxley terdiri dari 3 sections (bagian). Section 1 merupakan bagian yang


terdiri dari 11 judul, yaitu:

1. Title I : Public Company Accounting Oversight Board

2. Title II : Auditor Independence

3. Title III : Corporate Responsibility

4. Title IV : Enhanched Financial Disclosures

5. Title V : Analyst Conflict of Interest

6. Title VI : Commission Resources and Authority

7. Title VII : Studies and Report

8. Title VIII : Criminal and Fraud Accountability

9. Title IX : White-Collar Crime Penalty Enhancements

10. Title XI : Corporate Fraud Accountability

Adapun Section 2 merupakan definitions terdiri dari dua sub bagian yaitu bagian a) In
General (ada 16 pengertian) dan bagian b) Confirming Amandement. Ke enam belas
sub bagian adalah:
1. Appropriate state Regulatory Authority

2. Audit

3. Audit Committee

4. Audit Report

5. Board

6. Commission

7. Issuer

8. Non-Audit Services

9. Person Associated with Public Company Firm

10. Professional Standars

11. Public Accounting Firm

12. Registered Public Accounting Firm

13. Rules of The Board

14. Security

15. Securites Laws

16. State

Adapun Section 3 yaitu commission rulesand enforcement yang terdiri dari tiga sub
bagian, yaitu:

a) Regulatory Action

b) Enforcement

c) Effect on Commission Authority

Adapun ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act adalah sebagai berikut:

1. Membentuk public company board untuk melakukan pengawasan terhadap public


company,

2. Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam bidang
keuangan

3. Perusahaan harus melakukan full disclosure kepada para pemegang saham berkaitan
dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks,
4. Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) harus melakukan
sertifikasi validitas pembuatan laporan keuangan perusahaan.

5. Kantor Akuntan Publik dilarang menerima tawaran jasa lainnya, seperti konsultasi,
ketika sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama,

6. Peusahaan harus mempunyai kode etik yang terdaftar pada SEC.

7. Mutual Fund Professional harus menyampaikan suaranya kepada wakil pemegang


saham.

8. Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan


menyimpang kepada pihak berwenang.

9. Penasihat hukum perusahaan harus mengkap adanya penyimpangan kepada pejabat


senior dan kepada dewan komisaris.

2.8. Resiko Tidak Complience (Mematuhi) SOA Bagi Perusahaan

1. Dalam Financial
Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan
dalam hal financial adalah dapat menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan
khususnya perusahaan publik jika ternyata terdapat fraud (manipulasi) dalam
perusahaan tersebut. Karena dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan
masyarakat dan menarik semua saham-sahamnya dan akan menyebabkan
kebangkrutan bagi perusahaan.

2. Dalam Non-Financial
Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan
dalam hal non-financial adalah dapat menyebabkan perlakuan buruk
bagi pegawai jika terjadi pengakuan/membeberkan dan memberi informasi
jika terjadi fraud (manipulasi) dan membantu investigasi di dalam perusahaan.
seperti dipecat, didemosikan, dilecehkan dan berbagai perlakuan
diskrimatif lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

` Sarbanes Oxley Act bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca


skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-perusahan besar di Amerika. Secara umum
SOA mengatur tentang Akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance, yang
mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan,
keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang
keuangan, pembatasan komite audit yang independen, pembatasan kompensasi eksekutif
dan lain-lain. Sehingga pada intinya SOA memberikan persyaratan bagi sebuah perusahaan
terhadap pengendalian internalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno.2012. Auditing Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat.


Arens, dkk.2010. Auditing and Assurance Service, An Integrated Approach, 19th
Edition. New Jersey : Practice Hall, Englewood Cliffs .
https://my154n.wordpress.com/2012/10/07/pengertian-dan-manfaat-sarbanes-oxley/

Anda mungkin juga menyukai