Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat


kesehatan masyarakat yang optimal. Oleh karena itu perlu
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang diselenggarakan secara menyeluruh,terpadu, dan
berkesinambungan. Dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat
serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan
strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah, tokoh masyarakat,
dan khususnya kepada masyarakat.

Masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yakni faktor


perilaku dan faktor non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab
itu, upaya untuk memecahkan masalah kesehatan juga ditujukan atau
diarahkan kepada dua factor tersebut. Perbaikan lingkungan fisik dan
peningkatan lingkungan sosio-budaya, serta peningkatan pelayanan
kesehatan merupakan intervensi atau pendekatan (intervensi) terhadap
factor perilaku. Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap factor
perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan


Promosi Kesehatan adalah sesuatu pedekatan untuk meningkatan
kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan
bukan standar masyarakat mau hidup sehat (Will Lingness), tetapi juga
mampu (Obility) untuk hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan
sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan
agar masyarakat mengetahui dan berprilaku hidup sehat, tetapi juga
bagaimana masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan.

1
Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep
dan bina suasana. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan
atau hantuan erhada seseorang yang mampunyai permasalahan.
Sedangkan Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau
lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk
mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

B. Pertanyaan Kajian
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan,
pertanyaan kajian yang ingin diungkapkan yaitu:
1. Apakah pengertian strategi promosi kesehatan?
2. Apakah pengertian advokasi dalam strategi promosi kesehatan?
3. Apakah pengertian bina suasana dalam strategi promosi
kesehatan?
4. Apakah pengertian pemberdayaan dalam strategi promosi
kesehatan?
5. Apakah pengertian kemitraan dalam strategi promosi
kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pertanyaan kajian yang penulis kemukakan, tujuan
penelitian yang ingin disajikan penulis adalah:
1. Menjelaskan pengertian strategi promosi kesehatan.
2. Menjelaskan advokasi dalam strategi promosi kesehatan.
3. Menjelaskan bina suasana dalam strategi promosi kesehatan.
4. Menjelaskan pemberdayaan dalam strategi promosi kesehatan.
5. Menjelaskan kemitraan dalam strategi promosi kesehatan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini untuk memberikan
pengertian dan dapat memperluas wawasan serta pemahaman mengenai
materi yang terkait yaitu Strategi Promosi Kesehatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Strategi Promosi Kesehatan


Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis.
Cara ini sering disebut strategi, yakni teknik atau cara bagaimana
mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut
secara berhasil guna dan berdaya guna.
1. Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan
secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu :
a. Advokasi (Advocacy)
b. Dukungan Sosial (Social support)
c. PemberdayaanMasyarakat (Empowerment)
2. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa
Di dalam piagam Ottawa dirumuskan pula strategi baru promosi
kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
a. KebijakanBerwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
e. Gerakan masyarakat (Community Action)
Tinjauan terbaru tentang efektivitas intervensi telah menemukan
bahwa intervensi menggunakan pendekatan berbasis teori - terlepas dari
teori apa yang mereka gunakan - cenderung lebih efektif daripada yang
tidak, yang mengindikasikan bahwa mungkin menggunakan pendekatan
berbasis teori untuk merencanakan intervensi dapat melakukan intervensi.
lebih baik direncanakan dan disampaikan Model memberikan dasar untuk
peningkatan ketelitian dalam desain intervensi. Intervensi berbasis model
tentu lebih eksplisit. Exner dkk. (1997) mengidentifikasi komponen desain
yang penting sebagai 'memiliki tujuan atau hipotesis yang dinyatakan

3
secara eksplisit, dengan hasil operasi yang jelas'. Model mensyaratkan
bahwa intervensi tersebut mengartikulasikan faktor-faktor penentu yang
mempengaruhi hasil perilaku dan klinis dan secara eksplisit mengenai hal-
hal yang mereka ajukan untuk berubah; bagaimana mereka mengusulkan
untuk mengubahnya; bagaimana mereka akan menunjukkan perubahan
itu; dan bagaimana, jika sama sekali, perubahan itu telah berkontribusi
pada hasil perilaku atau klinis. Model juga membantu Anda untuk
mengetahui mengapa, dan juga apakah, intervensi efektif, menyoroti
sejauh mana elemen intervensi dapat diterapkan dalam konteks yang
berbeda dengan populasi yang berbeda. Model yang berbeda bekerja
lebih baik dalam kaitannya dengan beberapa kondisi atau tindakan
pencegahan daripada yang lain. Pendekatan yang dapat mengakomodasi
perilaku irasional dan menggabungkan fungsi faktor penentu yang lebih
luas cenderung mencakup isu-isu potensial yang lebih luas namun kurang
baik saat berhadapan dengan spesimen dan intervensi panduan. Tidak
ada teori tunggal atau model yang memiliki penerapan universal dan
pilihan pendekatan tertentu harus bergantung pada fokus perhatian pada
perubahan. Tidak ada teori atau model tunggal yang secara universal
dapat memprediksi niat atau hasil perilaku untuk semua populasi,
walaupun banyak yang dapat memprediksi dan menggambarkan
beberapa perubahan secara akurat, terutama bila berfokus pada individu.
Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau
pengambil kebijakan agar dapat memberikan dukungan masksimal,
kemudahan perlindungan pada upaya kesehatan (Depkes 2001).
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Promosi Kesehatan


Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis.
Cara ini sering disebut strategi, yakni teknik atau cara bagaimana
mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut
secara berhasil guna dan berdaya guna.

Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO


Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan
secara global ini
Terdiri dari 3 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang
lain. Membantu atau mendukung terhadap apa yang di inginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di
berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat keputusantersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada
bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupuninformal. Secara
formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminartentangissu atau
usulan program yangingin dimintakan dukungan dari para pejabat
yangterkait. Kegiatan advokasi secarainformal misalnya sowan kepada
para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara
informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin
dalam bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat di simpulkan
bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif

5
maupunlegislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yangterkait dengan
masalah kesehatan (sasarantertier).

2. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah
agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui
toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program
kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi
terhadap program-program tersebut.Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat
dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan.Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara
lain: pelatihan pelatihan paratoma, seminar,lokakarya, bimbingan
kepadatoma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama
dukungan sosial atau bina suasana adalah paratokoh masyarakat di
berbagai tingkat. (sasaran sekunder)

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
pada
Masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri (visi promosi kesehatan).Bentuk kegiatan pemberdayaanini
dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam
bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan
berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan

6
mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa,
berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacamini di
masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari
uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat.

Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada
padatahun 1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam
piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan,
yang mencakup 5 butir, yaitu:
a. KebijakanBerwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
c.Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
e. Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi
promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ad
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu,
promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscayaterwujud perilaku yang
kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

B. Advokasi
Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen
politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari
para pembuat keputusan atau pejabat pembuat kebijakan (WHO, 1989).
Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah memberikan dorongan dan

7
dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang berkaitan
dengan program-program kesehatan.

Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada


masyarakat dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam
bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai
pengaruh terhadap masyarakat. Dengan demikian, para pembuat
keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan
dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi yang diharapkan
menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Srategi ini akan
berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini adalah para
pejabat eksekutif dan legislatif, para pejabat pemerintah, swasta,
pengusaha, partai politik dan organisasi atau LSM dari tingkat pusat
sampai daerah. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan
atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para
pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan
yang mempengarui kesehatan masyarakat setempat, dan seminar-
seminar kesehatan. .( Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayantin2009 ).

Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau


pengambil kebijakan agar dapat memberikan dukungan masksimal,
kemudahan perlindungan pada upaya kesehatan (Depkes 2001). Menurut
para ahli retorika Foss dan Foss et. All 1980, Toulmin 1981 (Fatma Saleh
2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup kegiatan-kegiatan
penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut
mngenai sesuatu.

Organisasi non pemerintah (Ornop) mendefensisikan Advokasi


sebagai upaya penyadaran kelompok masyarakat marjinal yang sering
dilanggar hak-haknya (hukum dan azasi). Yang dilakukan dengan
kampanye guna membentuk opini public dan pendidikan massa lewat aksi
kelas (class action) atau unjuk rasa.

 Tujuan Advokasi

8
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat
suatu perubahan dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan
memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin.

 Fungsi Advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam
kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-
pihak lain.
 Persyaratan untuk Advokasi
a. Dipercaya (Credible), dimana program yang ditwarkan harus dapat
meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan , oleh
karena itu harus didukung akurasi data dan masalah.
b. Layak (Feasible), program yang ditawarkan harus mampu
dilaksanakan secara tejhnik prolitik maupun sosial.
c. Memenuhi Kebutuhan Masyarakat (Relevant)
d. Penting dan mendesak (Urgent), program yang ditawarkan harus
mempunyai prioritas tinggi

C. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan.Seseorang akan terdorong untuk
mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat
umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.

Dukungan Sosial (Socil support) Strategi dukunngan sosial ini


adalah suatu kegitan untuk mencar i dukungan sosial melalui tokoh -tokoh
masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal

Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini


publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti :

9
tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan
lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas
pelaksana diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).

Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-


norma dan kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung
PHBS. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan
kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran
sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana
dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan
masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.

Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang


memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang
lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan
sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau
informasi yang memudahkan kita atau dukungan emosional dari
masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.

Tujuan Bina Suasana


Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para t okoh masyarakat
sebagai jemba tan antara sector kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan denganmasyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan
kegiatan mencari dukungan sosial melaui toma pada dasarnya adalah
mensosi alisasikan program -program kesehatan,agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisi pasi terhadap program kesehatan tersebut
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina
suasana,atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
Bentuk kegiatan dukungansosial ini antara lain : pelatihan pelatihan para
toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya.
Dengan demikian maka sasaran utama dukungan social atau bina

10
suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran
sekunder)

Teori Cara Melakukan Pendekatan Bina Suasana Pada Masyarakat


Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh
masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan :

a. Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang


sedang diperkenalkan.
b. Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan.Yaitu dengan bersedia atau mau
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
(misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M
yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah
munculnya wabah demam berdarah).
c. Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.

2. Pendekatan Kelompok

Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok


dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus
Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi
Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi
Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau
bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.

Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi


peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut
bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan,

11
mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan melakukan kontrol sosial
terhadap individu-individu anggotanya.

3. Pendekatan Masyarakat Umum


Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti
radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat
tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut.

Dengan pendekatan ini diharapkan :


a. Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan.
b. Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam
rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang
positif tentang perilaku tersebut.
c. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula
sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

Metode bina suasana dapat berupa


 Pelatihan
 Konferensi pers
 Dialog terbuka
 Penyuluhan
 Pendidikan
 Pertunjukkan tradisional.
 Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
 Pertemuan berkala di desa
 Kunjungan lapangan
 Studi banding
 Traveling seminar.

12
D. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Batasan
pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:

 Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan


kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
 Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan
kesehatan mereka.
 Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung
terwujudnya tindakan atau perilaku sehat.

Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:


 Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan
tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi
pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan
sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan
gangguan kesehatan.
 Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat.
 Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai
ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
 Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-
menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok
kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.

Prinsip pemberdayaan masyarakat

13
 Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
 Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
 Menggali kontribusi masyarakat.
 Menjalin kemitraan.
 Desentralisasi.

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat


 Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun
program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan
dan pengorganisasian masyarakat.
 Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat
mau berkontribusi terhadap program tersebut.
 Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
vokasional.
Ciri pemberdayaan masyarakat
 Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan
kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya
Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.
 Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna,
majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan
mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
 Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip
gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan
masyarakat.
 Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang
dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan.
Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk
melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke
puskesmas.

14
 Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan
yang menggunakan pendekatan community based health
education.
 Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat
digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya
penyaringan air dengan pasiratau arang.

Indikator hasil pemberdayaan masyarakat


 Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang
mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
 Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi
pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang
terlibat, dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.
 Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber
daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan
pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota
keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga,
dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
 Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi
dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka
kelahiran serta meningkatkan status gizi masyarakat.

E. Kemitraan
Pengertian kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja
sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai
pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:

15
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi
minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak
merupakan ”mitra” atau ”partner”.

b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk


kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.

c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,


kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.

d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok


atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan
melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang
berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-
masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)

Syarat Kemitraan
1. Kesamaan perhatian ( common interest )
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota
harusmerasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama.
Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap
suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan
harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi
sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan
advokasi secara intensif.

2. Saling mempercayai dan menghormati


Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan
antar manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi
partnernya

16
3. Saling menyadari pentingnya arti kemitraan
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar
anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan
kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi

4. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai


Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu
disepakatibersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya
komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama,
hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas
Lapangan
Prinsip Kemitraan
1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi,
yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas
dan berorientasi pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang
berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas
operasional yang konkrit
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan m-amsainsging
anggota mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi
dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan
konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan
transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan
kepercayaan antar organisasi
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama
rendah dan berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan
kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan rasa saling
menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan

17
kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan
kemandirian dari anggota yang lain serta memahami keterbatasan dan
komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak
menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran
pendapat yang konstruktif
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu
sama lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab
dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi
kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen
terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat,
kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen
tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan
yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang
berkelanjutan
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila
dibangun atas kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi
kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu
aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang.
Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang
untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap
darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang
strategis yaitu strategi promosi kesehatan.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan
secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi (Advocacy), Dukungan
Sosial (Social support), dan Pemberdayaan Masyarakat.
Di dalam piagam Ottawa dirumuskan pula strategi baru promosi
kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu KebijakanBerwawasan Kebijakan
(Health Public Policy), Lingkungan yang mendukung (Supportive
Environment),Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health
Service), Keterampilan Individu (Personnel Skill), dan Gerakan
masyarakat (Community Action).
Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen
politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari
para pembuat keputusan atau pejabat pembuat kebijakan.
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan atau bina suasana sama juga
dengan Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang
lain yang berinteraksi dengan petugas
Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam
promosi kesehatan yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar
mampu memelihara dan meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih
baik dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas
kesehatan berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan

19
pengetahuan, kemauan dan kemampuannya untuk memlihara dan
meningkatkan status kesehatannnya.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita
sebagai analis kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi
kesehatan dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dengan promosi
kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan
kita sebagai analis kesehatan dapat mencegah berbagai penyakit.
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang
terlibat, sumberdaya (3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan,
lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya jaringan
kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output),
membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome)

20
DAFTAR RUJUKAN

Davies Meggie, Wendy Macdowall, 2006, Health Promotion Theory,


London
Rootman, Irving, Ed., Goodstadt, dkk, 2001 Evaluation in health promotion
Denmark.
Edi Suharto, 2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pkerjaan Sosial,
PT Refika Aditama, Bandung 2005.
Noto Atmodjo, S, 2002, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta..
Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, PT. Refika
Aditama, Bandung, 2006
Adisasmito wiku, Sistem kesehatan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
2007
www. depkes.co.id. Profile Direktorat Jenderal Pusat Promosi Kesehatan
RI, 05 Mei 2006.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach. Toronto:
W.B. Sanders.
http://www.kesehatanmasyarakat.com/2009/02/pemberdayaan-
masyarakat-dalam-konsep.html

http://documents.tips/documents/kemitraan-dalam-promosi-
kesehatan.html

https://marlin170494mbleast.wordpress.com/2012/12/27/advokasi-dalam-
kesehatan-masyarakat/

https://chevichenko.wordpress.com/2009/11/26/pemberdayaan-
masyarakat-dalam-promosi-kesehatan/

21

Anda mungkin juga menyukai