Anda di halaman 1dari 13

STUDI KASUS IDIOPATIK MEGAKOLON PADA KUCING PERSILANGAN

PERSIA DAN LOKAL


(CASE STUDY OF IDIOPATHIC MEGACOLON IN CROSSBREEDING OF PERSIAN AND
DOMESTIC CAT )
Bayu Setiabudi1, I Gede Soma2, Putu Ayu Sisyawati Putriningsih2, I Putu Gede Yudhi
Arjentinia2
1
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jln. Sudirman Denpasar Bali
Telepon 0361 223791 email: bayusetiabudi@outlook.com
2
Laboratorium Penyakit Dalam Rumah Sakit Hewan Pendidikan
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jln. Raya Sesetan Gg. Markisa No.6
Denpasar, telepon 0361 8423061.

ABSTRACT

The case study report aims to determine the incidence of idiopathic megacolon in
crossbreeding persian and domestic cats and have a black-brownish hair color named Momo,
2 years old, with a weight of 2,7 kilogram. Clinical signs have repeated for 2 months
constipation, difficulty in stools or defecation, enlarged abdominal, fatigue and depression.
Results of anamnesis, physical examination, and laboratory tests that cat suffering from
idiopathic megacolon. Conservative therapy with evacuated of the feces manually by
palpation abdominal and a digital rectal suppository laxative manipulation in combination
with sodium lauryl sulphoacetates, dietary fiber, laxative bisacodyl orally and prokinetic
agents showed good response in cat with idiopathic megacolon.

Key words : idiopathic megacolon, crossbreeding persian and domestic cat, conservative
therapy.

ABSTRAK

Laporan studi kasus bertujuan untuk mengetahui kejadian idiopatik megakolon pada
kucing persilangan persia dengan lokal dan memiliki warna rambut hitam-kecoklatan yang
bernama Momo, berumur 2 tahun dengan berat badan 2,7 kilogram. Tanda klinis adalah
konstipasi berulang selama 2 bulan, kesulitan dalam pengeluaran feses atau buang air besar
(BAB), bagian abdominal membesar, lemas dan depresi. Hasil dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium bahwa kucing menderita idiopathik megakolon. Terapi
secara konservatif dengan mengeluarkan feses secara manual dengan palpasi bagian
abdominal serta rectal digital manipulation dan kombinasi laxative suppository natrium
lauril sulfoasetat, dietary fiber, laxative bisacodyl per oral (PO) dan Prokinetic agent
menunjukkan respon baik pada kucing dengan idiopatik megakolon.

Kata-kata Kunci : idiopatik megakolon, kucing persilangan persia dengan lokal, terapi

konservatif.

PENDAHULUAN

Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang di berbagai daerah banyak disukai
dan banyak dipelihara oleh masyarakat. Kucing dipelihara oleh masyarakat karena beberapa
alasan, misalnya kucing memiliki karakter dan sifat yang manja, lincah dan aktif sehingga
banyak masyarakat yang merasa terhibur dengan memelihara kucing di rumahnya. Tidak
terlepas dari hal itu, kucing juga rentan terhadap beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi di beberapa sistem tubuh salah satunya yaitu sistem pencernaan, adapun
gangguan sistem pencernaan pada kucing yang dapat terjadi adalah abnormalitas dari dilatasi
dan motilitas usus besar (kolon) atau disebut megacolon. Megacolon merupakan suatu
kondisi abnormalitas dilatasi dari kolon dan rendahnya motilitas dari kolon, hal itu biasanya
dihubungkan dengan adanya akumulasi dari material feses yang tidak dapat dikeluarkan.
Megacolon dapat terjadi pada manusia dan hewan.
Pada hewan, kasus ini jarang dilaporkan pada anjing, akan tetapi kasus ini paling sering
dilaporkan terjadi pada kucing. Megacolon dapat terbentuk oleh beberapa penyebab, baik
primer ataupun sekunder. Salah satu penyebab skunder adalah obstructive lessions, pada
umumnya adalah fraktur tulang pelvis (Marthiensen, 1991; Roth, 1998). Pada studi
sebelumnya, telah dilaporkan bahwa aganglionosis dapat terjadi pada jaringan kolon dari
kucing. Dimana kucing tidak memiliki ganglia myenterik pada distal kolon hingga rektum
yang menyebabkan perstaltik dari usus besar (kolon) terganggu (Holt dan Brockmann, 2003;
Putih, 2002). Akan tetapi megakolon pada kucing paling sering diakibatkan oleh penyebab
yang tidak jelas (idiopathic).
Feline idiopathic megacolon merupakan penyakit yang disebabkan oleh konstipasi atau
obstipasi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan dipertimbangkan sebagai
rendahnya fungsi dari kolon dengan penyebab yang tidak diketahui (Burrows, 19991; De
Novo et al., 1992; Sherding, 1994; Washabau et al., 1996). Penanganan kasus megacolon
pada kucing dapat dilakukan treatment sesuai dengan penyebab dan derjat keparahannya.
Prosedur pemeriksaan lengkap dapat dipertimbangkan untuk dapat mendiagnosis penyebab
kasus megacolon pada kucing.
DESKRIPSI KASUS

Signalement
Pada tanggal 28 Juli 2015 telah dilakukan pemeriksaan klinis terhadap kucing
persilangan persia dengan kucing lokal. Kucing berjenis kelamin betina bernama Momo.
Kucing berwarna hitam-coklat berumur 2 tahun dengan berat badan 2,7 Kg. Pemilik Edward
Emanuel Mango yang beralamat di Jln. Ida Bagus Oka, Gang Suli, No. 3, Denpasar.

Anamnesa
Berdasarkan informasi pemilik, kucing beberapa kali terlihat kesulitan buang air besar
(BAB), ketika bisa BAB kotoran keras dan kering. Kucing dapat BAB dalam kisaran waktu 6
hingga 7 hari, dan itu terjadi hanya satu atau dua kali BAB. Kucing masih bisa kencing
normal. Kucing pernah diberikan Obat laxative (dulcolax® 5 mg) selama dua hari, akan
tetapi konstipasi terulang kembali. Berselang 2 minggu kucing mengalami fraktur os femur
akibat tertabrak motor saat terlepas dari kandang. Akibat hal tersebut kucing dilakukan
penanganan operasi, setelah 1,5 bulan kucing sudah dapat berjalan. Kucing masih mengalami
kesulitan dalam BAB, nafsu makan berkurang dan minum sedikit-sedikit. Kucing diberikan
pakan cat food, dipelihara di rumah dengan dikandangkan sesekali dilepas, pemilik juga
memiliki satu kucing lokal yang dipelihara.

Tanda Klinis
Tanda klinis yang terlihat yaitu kucing menunjukkan kesulitan dalan pengeluaran
feses, bagian abdomen sedikit membesar, sedikit lemas dan depresi. Tanda klinis yang terlihat
pada saat kucing yang berada di kandang (Gambar 1).

Gambar 1. Kucing menunjukkan kesulitan dalam mengeluarkan tinja (dyschezia).


Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan anamnesa yang ada serta tanda klinis yang terlihat dari kucing kasus yang
bernama Momo dengan riwayat konstipasi yang berulang serta berdampak akan terjadi
obstipasi dan hasil akhir biasanya dapat terjadi megakolon. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan pada kasus ini untuk menentukan diagnosa dari kasus meliputi : pemeriksaan status
present dan pemeriksaan fisik dari hewan kasus.
Pada pemeriksan status present, kucing kasus terlebih dahulu dilakukan penimbangan
berat bedan, hasil menunjukkan bahwa berat badan kucing 2,7 Kg. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan suhu, denyut jantung, pulsus dan respirasi berturut-turut diperoleh hasil sebagai
berikut 38,1 0C, 124 x/menit, 120 x/menit, dan 48 x/menit. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kucing kasus hanya terdeteksi
abnormalitas pada sistem pencernaan. Pada saat dilakukan palpasi trans-abdominal
ditemukan adanya masa keras dan penuh yang berisi material feses. Meskipun pada
pemeriksaan fisik tidak terdeteksi abnormalitas dari beberapa sistem selain sistem
pencernaan. Akan tetapi pada kasus ini pemeriksaan fisik juga ditekankan pada neurogical
examination mengacu pada terjadinya konstipasi berulang atau obstipasi yang menyebabkan
megacolon. Pada neurogical examination pada pemeriksaan ini ditunjang dengan dilakukan
spinal radiograph (lumbosakral) untuk menentukan ada tidaknya kelainan pada daerah
vertebralis yang bisa mengakibatkan terjadinya konstipasi berulang atau obstipasi yang
menyebabkan megacolon. Dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa hematologi rutin,
kimia urin. Dilanjutkan dengan abdominal and pelvic radiograph untuk menentukan adanya
abdominal neoplasm dan colonic neoplasm yang juga berdampak pada obstipasi
berkepanjangan. Dilakukan digital rectal examination untuk menentukan adanya perineal
ruptur, pelvic canal mass, colonic mass dan fraktur tulang pelvis yang juga berdampak pada
konstipasi berulang pada kasus ini.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kucing kasus hanya terjadi kelainan pada
sistem pencernaan yang menyebabkan terjadinya konstipasi berulang (obstipasi) yang akan
merujuk kepada kondisi abnormalitas dilatasi pada kolon atau yang disebut megakolon yang
nanti akan didukung dengan hasil radipgraph atau x-rays.

Hasil Uji Laboratorium


Uji laboratorium yang dilakukan untuk menentukan mendukung diagnosa pada kucing
kasus meliputi pemeriksaan feses, pemeriksaan darah, pemeriksaan kimia urin dan dilakukan
juga pemeriksaan dengan x-rays. Pemeriksaan feses dilakukan bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat infestasi parasit cacing yang memperparah kondisi kucing, hasil yang
diperoleh bahwa kucing negatif (-) akan infestasi parasit cacing. Pemeriksaan hematologi
menunjukkan bahwa angka hematologi normal (Tabel 1). Serta pemeriksaan kimia urin
menunjukkan hasil normal (Tabel 2).

Tabel 1. Hasil pemeriksaan hematologi rutin kucing.


Hematologi Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Hemoglobin 12,9 9,5-15 gr/dl Normal
3
Leukosit 12,80 5,5-19,5 10 /µl Normal
Eritrosit 8,36 6-10 106/µl Normal
Trombosit 132 150-600 103/µl Normal
Hematokrit 38,24 29-45 % Normal
MCV 46 41-54 fl Normal
MCH 15,4 13,3-17,5 pg Normal
MCHC 33,8 31-36 gr/dl Normal
HitunganJenis Leukosit
Neutrofil 7,66 2,5-12,5 103/µl Normal
Limfosit 4,29 1,5-7 103/µl Normal
Monosit 0,66 0-0,85 103/µl Normal
Eosinofil 0,19 0-1,5 103/µl Normal
Keterangan : nilai rujukan hematologi rutin kucing (Williams dan Wilkins, 2000).

Tabel 2. Hasil pemeriksaan kimia urine kucing


Kimia Urine Hasil Nilai Rujukan
Berat Jenis 1,055 1,036-1,060
pH 5,0 5,0

Leukosit Negatif Negatif


Nitrit Negatif Negatif

Protein Negatif Negatif


Glukosa Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif


Urobilinogen Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif


Eritosit Negatif Negatif
Keterangan : nilai rujukan kimia urine kucing (Villiers and Blackwood. 2005)
Pada pemeriksaan x-rays dilakukan beberapa tahapan, berhubungan dengan neurogical
examination dilakukan lumbosacral spinal radiographs menunjukkan tidak adanya
abnormalitas pada hasil x-rays (Gambar 2.B), berhubungan dengan abdominal /pelvic
radiograph untuk mengevaluasi adanya kelainan tulang pelvis menunjukkan hasil normal
C
B abnormalitas bagian abdominal masa yang dicurigai feses
(Gambar 2.A), serta untuk melihat
yang tertahan dikolon, X-rays menunjukkan hasil bahwa terjadi dilatasi dari kolon yang
menyebabkan terjadinya megacolon (Gambar 2.C).

Gambar 2. Hasil X-rays pada Kucing Kasus. X-rays pada kucing kasus dengan posisi ventro-
dorsal, menujukkan tulang pelvis normal dan terdapat material feses yang
tertahan di kolon (A). Pada kucing kasus X-rays dengan posisi lateral
recumbency, menujukkan tulang lumbalis dan sakrum normal (B). Pada kucing
kasus X-rays dengan posisi lateral recumbency, terjadi dilatasi pada kolon dengan
material feses yang penuh (C).
Diagnosa
Berdasarkan anamnesa, pemerikssaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium kucing
kasus didiagnosa menderita penyakit feline idiopathic megacolon.
Prognosa
Berdasarkan kondisi fisik kucing kasus, prognosa kucing kasus yang menderita
idiopathic megacolon adalah fausta.

Terapi
Sesuai dengan diagnosis yang telah ditetapkan, kucing kasus yang mengalami
megacolon dengan penyebab yang belum jelas dilakukan dengan terapi konservatif. Adapun
terapi dilakukan dengan mengeluarkan feses secara manual, mulai dari palpasi melalui
abdomen hingga rectal digital manipulation yang dikombinasikan dengan pemberian laxative
suppository yaitu natrium lauril sulfoasetat (microlax® tube 5 ml). Perubahan makanan ke
makanan yang tinggi akan serat dengan pemberian pakan royal canine (perangsang nafsu
makan yang tinggi akan serat fiber) dan dikombinasikan dengan oat milk. Pemberian obat
laxative yaitu bisacodyl (dulcolax® tab 5 mg) diberikan satu hari sekali satu tab. Pemberian
agen prokinetik (cisapride® tab 5 mg) diberikan dua kali sehari satu tab.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang didapatkan, kucing


didiagnosa menderita abnormalitas dilatasi pada kolon atau disebut sebagai megacolon.
Kucing diterapi secara konservatif dengan beberapa tindakan untuk memulihkan keadaan
kucing menjadi normal kembali atau sehat. Adapun hasil terapi kucing dengan idiopathic
mengacolon dapat dievaluasi selama satu minggu dengan beberapa terapi yang telah
dilakukan untuk mengatasi idiopathic megacolon pada kucing kasus dan perkembangannya
(Tabel 3).

Tabel 3. Evaluasi Treatment Kucing dengan Megacolon

No. Evaluasi Treatment Kondisi Hewan


1 Hari ke-1 Pengeluaran feses secara manual Hewan dapat mengeluarkan feses
dan dilakukan rectal digital dengan konsistensi sedikit padat
manipulation serta dikombinasi dan lengket.
dengan pemberian (microlax® tube
5 ml). Pemberian air minum dengan
sedikit paksaan.

2 Hari ke-2 Pemberian laxative bisacodyl Hewan kadang-kadang terlihat


(microlax® 5 mg) satu kali sehari. dyschezia, hewan tidak terlihat
Pemberian air minum sedikit depresi dan sedikit aktif. Hewan
paksaan. tidak terlihat buang air besar
hanya terlihat urinasi.

3 Hari ke-3 Dietary fiber dengan pemberian Nafsu makan hewan sedikit
pakan royal canine dengan membaik meskipun dengan
modifikasi oat milk, serta diberikan sedikit paksaan, hewan tidak
air minum dengan sedikit dipaksa. terlihat lemas. Terlihat urinasi
tetapi belum terlihat defikasi.

4 Hari ke-4 Dietary fiber dengan pemberian Nafsu makan hewan sedikit
pakan royal canine dengan membaik meskipun dengan
modifikasi oat milk, serta diberikan sedikit paksaan, hewan tidak
air minum dengan sedikit dipaksa. terlihat lemas. Terlihat urinasi
tetapi belum terlihat defikasi.

5 Hari ke-5 Pemberian Laxative bisacodyl Nafsu makan hewan sedikit


(microlax®5 mg). Dietary fiber membaik meskipun dengan
dengan pemberian pakan royal sedikit paksaan, hewan tidak
canine dengan modifikasi oat milk, terlihat lemas. Terlihat urinasi
serta diberikan air minum dengan tetapi belum terlihat defikasi
sedikit dipaksa. sedikit dengan masa feses sedikit
padat.

6 Hari ke-6 Pemberian Laxative bisacodyl Nafsu makan hewan membaik dan
(microlax®5 mg). Dietary fiber hewan tidak terlihat lemas.
dengan pemberian pakan royal Terlihat urinasi tetapi defikasi
canine dengan modifikasi oat milk, belum terjadi.
serta diberikan air minum dengan
sedikit dipaksa.

7 Hari ke-7 Pemberian colonic prokinetic Hewan terlihat urinasi dan


agents (Cisapride® 5 mg). Dietary defikasi dalam jumlah banyak
fiber dengan pemberian pakan dengan konsistensi padat dan
royal canine dengan modifikasi oat berlendir.
milk, serta diberikan air minum
dengan sedikit dipaksa.

8 14 Hari Dietary fiber dengan modifikasi Hewan terjadi defikasi dengan


Post-terapi oat milk masih dilakukan dengan frekuensi 1 hingga 2 hari sekali
diberikan sedikit pakan catfood. sejak 7 hari setelah konsevatif
terapi.

Feline idiopathic megacolon umumnya ditandai dengan disfungsi kolon menyebabkan


terjadinya dilatasi kolon dan tinja. Tanda-tanda klinis yang umum meliputi anoreksia,
penurunan berat badan, muntah, dan dyschezia. Pemeriksaan fisik menunjukkan sejumlah
besar kotoran sangat jelas teraba dalam usus besar. Investigasi diagnostik bertujuan
mengetahui masalah mendasar yang dapat menyebabkan striktura kolon dan/atau obstruksi.
Selanjutnya dilakukan, manajemen medis dengan manual evacuation material feses, dietary
fiber dan pemberian obat pencahar, dan/atau agen promotility pilihan terakhir yang dapat
dipilih.
Feline idiopathic megacolon biasanya dikaitkan dengan ganguan neurogenik primer
dan degeneratif neuromuskuler. Studi yang dilakukan Washabau et al. (2002) menggunakan
in vitro pengukuran tegangan isometrik segmen otot polos kolon mengungkapkan bahwa
kucing dengan idiopathic megacolon terbentuk akibat kurangnya tegangan isometrik pada
otot polos melingkar dan longitudinal dalam menanggapi neurotransmiter, membran
depolarisasi, dan stimulasi medan listrik dibandingkan dengan kontrol kucing yang sehat.
Temuan ini dikaitkan dengan penurunan fosforilasi myosin light-chain, menunjukkan
gangguan mobilisasi kalsium intraseluler dan menandakan bahwa kucing dengan idiopatik
megakolon adalah disfungsi umum otot polos kolon. Sehingga motilitas kolon dapat
ditambah dengan intervensi terapi yang dirancang untuk merangsang otot polos kolon.
Untuk mendiagnosa kucing dengan idiopathic megacolon, harus dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya, meliputi gangguan sistemik, penghalang mekanik, dan kelainan
fungsional jelas. Penyebab metabolik sembelit, termasuk dehidrasi, hipokalemia, dan
hiperkalsemia, dapat dideteksi pada beberapa kucing. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh
harus mencakup tes hematologi, urinalisis dan x-rays. Hematology test dilakukan bertujuan
untuk mendeteksi kucing dengan electrolyte abnormalities (dehidrasi). Urine analisis
dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi gangguan terhadap ginjal (renal fairule)
dipertimbangkan sebagai diagnosa banding akan kejadian megacolon pada kucing. Radiografi
abdominal adalah penting untuk membantu mencirikan keparahan impaksi kolon dan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor, termasuk benda asing, lesi massa, patah tulang panggul,
striktur kolon, dan kelainan tulang belakang yang berhubungan dengan penyebab terjadinya
megacolon pada kucing (Byers et al., 2006).
Treatment yang telah dilakukan meliputi mengeluarkan feses secara manual dari
berbagai cara, mulai dari palpasi melalui abdomen hingga rectal digital manipulation yang
dikombinasikan dengan pemberian microlax® tube 5 ml. Pemberian suppository dilakukan
bertujuan untuk mempermudah keluarnya feses yang telah tertahan di kolon mengingat
kucing dengan keadaan tidak teranestesi. Treatment pertama dipilih karena untuk mengurangi
adanya toksik dan inflamasi pada dinding kolon yang penuh dengan material feses, tindakan
ini lebih mempercepat pengeluaran feses yang dikombinasikan dengan pemberian laxsative
per-oral (Bisacodyl 5 mg). Perubahan makanan ke makanan yang tinggi akan serat dengan
pemberian pakan royal canine dan dikombinasikan dengan oat milk. Dietary fiber dilakukan
bertujuan untuk merubah atau menormalkan motilitas dari kolon. Pada teratment kasus
megakolon pada kucing kasus, juga diberikan agen prokinetik cisapride tab 5 mg diberikan
dua kali sehari setengah tab.
Prokinetic agents (Cisapride® 5 mg) diberikan setelah semua terapi telah dilakukan,
mengingat bahwa agen prokinetik merupakan obat paling baik untuk kasus megacolon akan
tetapi efek samping yang diketahui jika pemberian berulang-ulang dapat menyebabkan
trauma pada myentric neuron pada usus besar (kolon). Prokinetic agents merupakan agonist
serotonin 5-HT4 dengan beberapa aktivitas antagonis 5-HT3, menyebabkan peningkatkan
asetilkolin release dari ujung saraf postganglionik dari plexus myenteric dan aksi
penghambatan antagonist serotonin (5-HT3) pada plexus myenteric. Hal itu bertujuan untuk
menghambat pemblokiran reseptor serotonin pada sistem saraf pusat dan saluran pencernaan,
sehingga terjadi peningkatan motilitas gastrointestinal dan peningkatan denyut jantung.
(Byers et al., 2006). Pada kasus feline idiopathic megacolon hasil treatment terakhir
menunjukkan bahwa hewan kasus belum terlihat adanya kejadian yang berulang, akan tetapi
ketika terjadi kejadian yang berulang maka tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan
pembedahan (subtotal colectomy).

SIMPULAN
Kucing persia mix lokal yang bernama momo didiagnosis idiopathic megacolon.
Penanganan konstipasi megacolon pada kucing dilakukan dengan terapi konservatif. Evaluasi
14 hari post-terapi menunjukkan bahwa kucing belum terlihat adanya kekambuah yang akan
menyebabkan megacolon terulang kembali.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak direktur Rumah Sakit Hewan
Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana yang telah mengijinkan dan
memberikan fasilitas selama studi kasus berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Burrows CF. Constipation, obstipation, and megacolon. 1991. Consultations in Feline Internal
Medicine, 2nd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders;445-450.

Byers CG, Leasure CS, Sanders NA. 2006. Feline Idiopathic Megacolon. VCA Veterinary
Referral Association, Inc. Gaithersbrug, Maryland.

Colin D, Lebastard N. 1995. Pressure sore in patients with spinal cord injuries, Rev Pra, 45,
2023-8.
Daniel AD. 2004. Megacolon. http://www.vetsurgerycentral.com/gimegacolon. htm. (Akses
tanggal 10 September 2015).

DeNovo RC, Bright RM. 1992. Chronic feline constipation/obstipation. In: Bonagura, JD,
Kirk RW, eds. Current veterinary therapy XI: small animal practice. Philadelphia:
WB Saunders;619-626.

Dimski DS. 1991. Pathophysiology and treatment of constipation. Proceedings of the Ninth
Annual Veterinary Medical Forum:153-155.

Holt DE and Brockman D. 2003. Large intestine. Textbook of Small Animal Surgery (3rd
edn). W B Saunders, Philadelphia: 665-682.

Marthiensen DT. 1991. Megacolon secondary to pelvic fractures. Vet Surg 20:113.

Plotnick A. 2006. Megacolon. http://manhattancats.com/Articles/megacolon.html. (Diakses


13 September 2015).

Prokic B, Todorovi V, Mitrovi O, Vignjevi S, and Savi SV. 2009. Ethiopathogenesis,


Diagnosis and Theraphy of Acquired Megacolon in Dogs.Acta Veterinaria
(Beograd), Vol. 60, No. 2-3, 273-284.

Rogers KS. 1998. Rectal hemorrhage associated with vascular octasia i a young dog. J Am
Vet Med Assoc. 200:1349.

Rosin E. 1993. Megacolon in cats; the role of colectomy. In: Leib MS, ed. Small animal
practice. Philadelphia: WB Saunders, Vet Clin North Am;23(3);587-594.

Sherding RG. Diseases of the intestine. 1994. The Cat: Diseases and Clinical Management,
2nd ed,Vol 2.New York, NY: Churchill Livingstone;:1211- 1285.

Stedman TL. 2000. Stedman's Medical Dictionary, ed 27. Philadelphia, Lippincott Williams
& Wilkins, pp:1080.

Villers E dan Blackwood L. 2005. Manual of Canine and Feline Clinical Pathology. 2nded.
Quedgeley, Gloucester GL2 2AB, England : BSAVA.

Washabau RJ, Hasler AH. 1996. Constipation, obstipation, and megacolon. In: August JR, ed.
Consultations in Feline Internal Medicine,3rd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders:
104- 1 12.
Washabau RJ, Stalis IH. 1996. Alterations in colonic smooth muscle function in cats with
idiopathic megacolon. Am J Vet Res 57(4):580.

Washabau RJ, Hall JA. 1997. Diagnosis and management of gastrointestinal motility
disorders in dogs and cats, Compend Contin Educ Pract Vet, 19, 721-37.

Williams L dan Wilkins. 2000. Schalm’s Veterinary Hematology. 5th ed. Philadelphia.

Washabau RJ, Holt DE, Brockman DJ. 2002. Mediation of acetylcholine and substance P
induced contractions by myosin light chain phosphorylation in feline colonic smooth
muscle. Am J Vet Res 63(7):1035.

White RN. 2002. Surgical management of constipation, Journal of Feline Medicine and
Surgery 4: 129-138.

Anda mungkin juga menyukai