ABSTRACT
The case study report aims to determine the incidence of idiopathic megacolon in
crossbreeding persian and domestic cats and have a black-brownish hair color named Momo,
2 years old, with a weight of 2,7 kilogram. Clinical signs have repeated for 2 months
constipation, difficulty in stools or defecation, enlarged abdominal, fatigue and depression.
Results of anamnesis, physical examination, and laboratory tests that cat suffering from
idiopathic megacolon. Conservative therapy with evacuated of the feces manually by
palpation abdominal and a digital rectal suppository laxative manipulation in combination
with sodium lauryl sulphoacetates, dietary fiber, laxative bisacodyl orally and prokinetic
agents showed good response in cat with idiopathic megacolon.
Key words : idiopathic megacolon, crossbreeding persian and domestic cat, conservative
therapy.
ABSTRAK
Laporan studi kasus bertujuan untuk mengetahui kejadian idiopatik megakolon pada
kucing persilangan persia dengan lokal dan memiliki warna rambut hitam-kecoklatan yang
bernama Momo, berumur 2 tahun dengan berat badan 2,7 kilogram. Tanda klinis adalah
konstipasi berulang selama 2 bulan, kesulitan dalam pengeluaran feses atau buang air besar
(BAB), bagian abdominal membesar, lemas dan depresi. Hasil dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium bahwa kucing menderita idiopathik megakolon. Terapi
secara konservatif dengan mengeluarkan feses secara manual dengan palpasi bagian
abdominal serta rectal digital manipulation dan kombinasi laxative suppository natrium
lauril sulfoasetat, dietary fiber, laxative bisacodyl per oral (PO) dan Prokinetic agent
menunjukkan respon baik pada kucing dengan idiopatik megakolon.
Kata-kata Kunci : idiopatik megakolon, kucing persilangan persia dengan lokal, terapi
konservatif.
PENDAHULUAN
Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang di berbagai daerah banyak disukai
dan banyak dipelihara oleh masyarakat. Kucing dipelihara oleh masyarakat karena beberapa
alasan, misalnya kucing memiliki karakter dan sifat yang manja, lincah dan aktif sehingga
banyak masyarakat yang merasa terhibur dengan memelihara kucing di rumahnya. Tidak
terlepas dari hal itu, kucing juga rentan terhadap beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi di beberapa sistem tubuh salah satunya yaitu sistem pencernaan, adapun
gangguan sistem pencernaan pada kucing yang dapat terjadi adalah abnormalitas dari dilatasi
dan motilitas usus besar (kolon) atau disebut megacolon. Megacolon merupakan suatu
kondisi abnormalitas dilatasi dari kolon dan rendahnya motilitas dari kolon, hal itu biasanya
dihubungkan dengan adanya akumulasi dari material feses yang tidak dapat dikeluarkan.
Megacolon dapat terjadi pada manusia dan hewan.
Pada hewan, kasus ini jarang dilaporkan pada anjing, akan tetapi kasus ini paling sering
dilaporkan terjadi pada kucing. Megacolon dapat terbentuk oleh beberapa penyebab, baik
primer ataupun sekunder. Salah satu penyebab skunder adalah obstructive lessions, pada
umumnya adalah fraktur tulang pelvis (Marthiensen, 1991; Roth, 1998). Pada studi
sebelumnya, telah dilaporkan bahwa aganglionosis dapat terjadi pada jaringan kolon dari
kucing. Dimana kucing tidak memiliki ganglia myenterik pada distal kolon hingga rektum
yang menyebabkan perstaltik dari usus besar (kolon) terganggu (Holt dan Brockmann, 2003;
Putih, 2002). Akan tetapi megakolon pada kucing paling sering diakibatkan oleh penyebab
yang tidak jelas (idiopathic).
Feline idiopathic megacolon merupakan penyakit yang disebabkan oleh konstipasi atau
obstipasi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan dipertimbangkan sebagai
rendahnya fungsi dari kolon dengan penyebab yang tidak diketahui (Burrows, 19991; De
Novo et al., 1992; Sherding, 1994; Washabau et al., 1996). Penanganan kasus megacolon
pada kucing dapat dilakukan treatment sesuai dengan penyebab dan derjat keparahannya.
Prosedur pemeriksaan lengkap dapat dipertimbangkan untuk dapat mendiagnosis penyebab
kasus megacolon pada kucing.
DESKRIPSI KASUS
Signalement
Pada tanggal 28 Juli 2015 telah dilakukan pemeriksaan klinis terhadap kucing
persilangan persia dengan kucing lokal. Kucing berjenis kelamin betina bernama Momo.
Kucing berwarna hitam-coklat berumur 2 tahun dengan berat badan 2,7 Kg. Pemilik Edward
Emanuel Mango yang beralamat di Jln. Ida Bagus Oka, Gang Suli, No. 3, Denpasar.
Anamnesa
Berdasarkan informasi pemilik, kucing beberapa kali terlihat kesulitan buang air besar
(BAB), ketika bisa BAB kotoran keras dan kering. Kucing dapat BAB dalam kisaran waktu 6
hingga 7 hari, dan itu terjadi hanya satu atau dua kali BAB. Kucing masih bisa kencing
normal. Kucing pernah diberikan Obat laxative (dulcolax® 5 mg) selama dua hari, akan
tetapi konstipasi terulang kembali. Berselang 2 minggu kucing mengalami fraktur os femur
akibat tertabrak motor saat terlepas dari kandang. Akibat hal tersebut kucing dilakukan
penanganan operasi, setelah 1,5 bulan kucing sudah dapat berjalan. Kucing masih mengalami
kesulitan dalam BAB, nafsu makan berkurang dan minum sedikit-sedikit. Kucing diberikan
pakan cat food, dipelihara di rumah dengan dikandangkan sesekali dilepas, pemilik juga
memiliki satu kucing lokal yang dipelihara.
Tanda Klinis
Tanda klinis yang terlihat yaitu kucing menunjukkan kesulitan dalan pengeluaran
feses, bagian abdomen sedikit membesar, sedikit lemas dan depresi. Tanda klinis yang terlihat
pada saat kucing yang berada di kandang (Gambar 1).
Gambar 2. Hasil X-rays pada Kucing Kasus. X-rays pada kucing kasus dengan posisi ventro-
dorsal, menujukkan tulang pelvis normal dan terdapat material feses yang
tertahan di kolon (A). Pada kucing kasus X-rays dengan posisi lateral
recumbency, menujukkan tulang lumbalis dan sakrum normal (B). Pada kucing
kasus X-rays dengan posisi lateral recumbency, terjadi dilatasi pada kolon dengan
material feses yang penuh (C).
Diagnosa
Berdasarkan anamnesa, pemerikssaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium kucing
kasus didiagnosa menderita penyakit feline idiopathic megacolon.
Prognosa
Berdasarkan kondisi fisik kucing kasus, prognosa kucing kasus yang menderita
idiopathic megacolon adalah fausta.
Terapi
Sesuai dengan diagnosis yang telah ditetapkan, kucing kasus yang mengalami
megacolon dengan penyebab yang belum jelas dilakukan dengan terapi konservatif. Adapun
terapi dilakukan dengan mengeluarkan feses secara manual, mulai dari palpasi melalui
abdomen hingga rectal digital manipulation yang dikombinasikan dengan pemberian laxative
suppository yaitu natrium lauril sulfoasetat (microlax® tube 5 ml). Perubahan makanan ke
makanan yang tinggi akan serat dengan pemberian pakan royal canine (perangsang nafsu
makan yang tinggi akan serat fiber) dan dikombinasikan dengan oat milk. Pemberian obat
laxative yaitu bisacodyl (dulcolax® tab 5 mg) diberikan satu hari sekali satu tab. Pemberian
agen prokinetik (cisapride® tab 5 mg) diberikan dua kali sehari satu tab.
3 Hari ke-3 Dietary fiber dengan pemberian Nafsu makan hewan sedikit
pakan royal canine dengan membaik meskipun dengan
modifikasi oat milk, serta diberikan sedikit paksaan, hewan tidak
air minum dengan sedikit dipaksa. terlihat lemas. Terlihat urinasi
tetapi belum terlihat defikasi.
4 Hari ke-4 Dietary fiber dengan pemberian Nafsu makan hewan sedikit
pakan royal canine dengan membaik meskipun dengan
modifikasi oat milk, serta diberikan sedikit paksaan, hewan tidak
air minum dengan sedikit dipaksa. terlihat lemas. Terlihat urinasi
tetapi belum terlihat defikasi.
6 Hari ke-6 Pemberian Laxative bisacodyl Nafsu makan hewan membaik dan
(microlax®5 mg). Dietary fiber hewan tidak terlihat lemas.
dengan pemberian pakan royal Terlihat urinasi tetapi defikasi
canine dengan modifikasi oat milk, belum terjadi.
serta diberikan air minum dengan
sedikit dipaksa.
SIMPULAN
Kucing persia mix lokal yang bernama momo didiagnosis idiopathic megacolon.
Penanganan konstipasi megacolon pada kucing dilakukan dengan terapi konservatif. Evaluasi
14 hari post-terapi menunjukkan bahwa kucing belum terlihat adanya kekambuah yang akan
menyebabkan megacolon terulang kembali.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak direktur Rumah Sakit Hewan
Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana yang telah mengijinkan dan
memberikan fasilitas selama studi kasus berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Burrows CF. Constipation, obstipation, and megacolon. 1991. Consultations in Feline Internal
Medicine, 2nd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders;445-450.
Byers CG, Leasure CS, Sanders NA. 2006. Feline Idiopathic Megacolon. VCA Veterinary
Referral Association, Inc. Gaithersbrug, Maryland.
Colin D, Lebastard N. 1995. Pressure sore in patients with spinal cord injuries, Rev Pra, 45,
2023-8.
Daniel AD. 2004. Megacolon. http://www.vetsurgerycentral.com/gimegacolon. htm. (Akses
tanggal 10 September 2015).
DeNovo RC, Bright RM. 1992. Chronic feline constipation/obstipation. In: Bonagura, JD,
Kirk RW, eds. Current veterinary therapy XI: small animal practice. Philadelphia:
WB Saunders;619-626.
Dimski DS. 1991. Pathophysiology and treatment of constipation. Proceedings of the Ninth
Annual Veterinary Medical Forum:153-155.
Holt DE and Brockman D. 2003. Large intestine. Textbook of Small Animal Surgery (3rd
edn). W B Saunders, Philadelphia: 665-682.
Marthiensen DT. 1991. Megacolon secondary to pelvic fractures. Vet Surg 20:113.
Rogers KS. 1998. Rectal hemorrhage associated with vascular octasia i a young dog. J Am
Vet Med Assoc. 200:1349.
Rosin E. 1993. Megacolon in cats; the role of colectomy. In: Leib MS, ed. Small animal
practice. Philadelphia: WB Saunders, Vet Clin North Am;23(3);587-594.
Sherding RG. Diseases of the intestine. 1994. The Cat: Diseases and Clinical Management,
2nd ed,Vol 2.New York, NY: Churchill Livingstone;:1211- 1285.
Stedman TL. 2000. Stedman's Medical Dictionary, ed 27. Philadelphia, Lippincott Williams
& Wilkins, pp:1080.
Villers E dan Blackwood L. 2005. Manual of Canine and Feline Clinical Pathology. 2nded.
Quedgeley, Gloucester GL2 2AB, England : BSAVA.
Washabau RJ, Hasler AH. 1996. Constipation, obstipation, and megacolon. In: August JR, ed.
Consultations in Feline Internal Medicine,3rd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders:
104- 1 12.
Washabau RJ, Stalis IH. 1996. Alterations in colonic smooth muscle function in cats with
idiopathic megacolon. Am J Vet Res 57(4):580.
Washabau RJ, Hall JA. 1997. Diagnosis and management of gastrointestinal motility
disorders in dogs and cats, Compend Contin Educ Pract Vet, 19, 721-37.
Williams L dan Wilkins. 2000. Schalm’s Veterinary Hematology. 5th ed. Philadelphia.
Washabau RJ, Holt DE, Brockman DJ. 2002. Mediation of acetylcholine and substance P
induced contractions by myosin light chain phosphorylation in feline colonic smooth
muscle. Am J Vet Res 63(7):1035.
White RN. 2002. Surgical management of constipation, Journal of Feline Medicine and
Surgery 4: 129-138.