Pemberian Nutrisi pada pasien Kritis dan Konsep ASKEP Tetanus
Nama : Dhea Aryanti Dono
NIM : 34403515031
Mata Kuliah : Keperawatan Kritis
Dosen : Sally Yustinawati. S.Kep., M.Kep
Tanggal : 17 Oktober 2017
Isi Rangkuman
A. Konsep pemberian nutrisi pada pasien kritis
Sebagai seorang perawat dalam melaksanakan pemberian nutisi pada pasien kritis tindakan seorang perawat harus mengetahui kondisi pasien dan rute pemberiannya apakah nutrisi yang harus di penuhi melalui jalur oral, Enteral dan parenteral. ada pula jalur pemberian yaitu melalui jejunustomi dan menggunakan tekanan mesin, alatnya berupa syring pump yang di bagi menjadi 4 bagian. Ciri pasien Pemberian nutrisi pada rute oral yaitu dengan pasien yang memiliki reflek menelan dan kesadaran compos mentis dengan nila 13 – 15 atau pasien mampu melakukan kebutuhan pemenuhan kebutuhan nutrisinya, pemberian melalui Enteral dengan alat tube pada pasien yang masih memiliki reflek menelan, pasien sadar yang gangguan mobilitas fisik atau ketidak mampuan bergerak, rute parenteral yaitu pada pasien dengan tidak ada reflek menelan biasa pada pasien koma, jalur memalui vena dengan cairan yang berisi nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh langsung kedalam aliran darah.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka. Kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium Tetani. Kuman tetanus ini membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan ujung yang butat, khas seperti batang korek api (drum stick) Sifat spora ini tahan dalam air mendidih selama 4 jam, obat antiseptik tetapi mati dalam autoclaf bila dipanaskan selama 15–20 menit pada suhu 121°C. Kuman tetanus tidak invasif. tetapi kuman ini memproduksi 2 macam eksotoksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin.
Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas:
a. Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang. b. Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang. c. Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.