Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi guru adalah menghayati profesi. Apa yang membedakan sebuah


profesi dengan pekerjaan lain adalah bahwa untuk sampai pada profesi itu
seseorang berproses lewat belajar. Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga
berwujud sebagai jabatan dalam sautu hierarki birokrasi, yang menuntuk
keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan itu serta pelayanan
baku terhadap masyarakat profesi.

Guru merupakan salah satu jabatan fungsional dimana hampir semua


lapisan masyarakat telah mengakui keberadaan guru sebagai seorang pendidik.
Program Pendidikan Profesi Guru (PPPG) merupakan suatu program
pendidikan yang diberikan untuk para sarjana pendidikan S1 atau diploma 4
agar dapat menghasilkan para calon guru yang memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional.

Program Pendidikan Profesi Guru (PPPG) juga dilaksanakan untuk dapat


meningkatkan kompetensi dari para calon guru. Selain PPPG, pemerintah
memiliki program lain dalam rangka percepatan pembangunan pendidikan.
Program tersebut dilaksanakan untuk dapat membantu pengembangan
pendidikan di daerah terpencil, terluar dan tertinggal. Makalah ini akan
membahas mengenai naskah akademik PPPG dan menjelaskan program SM3T.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Profesi Guru (PPG)?
2. Apakah yang dimaksud dengan SM3T ?
3. Apa hubungan dari PPG dan SM3T?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah :
1. Mengetahui tentang Pendidikan Profesi Guru (PPG)
2. Mengetahui tentang SM3T
3. Mengetahui hubungan dari PPG dan SM3T
BAB II

PEMBAHASAN

A. Progam Pendidikan Profesi Guru (PPG)


1. Pengertian PPG
Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan Profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program Sarjana yang
mempersiapkan peserta memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Dengan demikian, program PPG adalah program pendidikan yang
diselenggarakan bagi lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non-
Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka dapat
menjadi guru profesional setelah mereka memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai
dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik.
Tujuan program PPG, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2013 (sebagai pengganti
Permendiknas No 8 Tahun 2009) adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan
pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan
profesionalisme secara berkelanjutan.
Program PPG merupakan Program Pendidikan Profesi Guru bagi sarjana
pendidikan yang telah melaksanakan tugas pengabdian di daerah 3T selama satu
tahun. Lulusan program PPG ini akan diberikan sertifikat guru profesional
yang diterbitkan oleh Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti.
2. Landasan PPG
Program Pendidikan Profesi Guru (PPPG) oleh Departemen Pendidikan
Nasional (Naskah Akademik, 2008) disusun berdasarkan beberapa landasan
yaitu landasan filosofis, landasan historis, landasan yuridis dan landasan
konseptual.
a. Landasan Filosofis
Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan dalam menyiapkan
masa depan suatu bangsa agar dapat berperan aktif dalam lingkup nasional
maupun internasional. Pendidikan merupakan proses pembimbingan,
pengarahan, pembelajaran, pelatihan, serta pemodelan yang dilakukan oleh
pendidik terhadap peserta didik. Dalam aktivitas pendidikan terlibat adanya
interaksi aktif antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam
ruang dan waktu yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial dan
psikologis. Pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia yang utuh
sesuai dengan citra keunikan yang dimilikinya. Atas dasar landasan filosofis
tersebut, seorang guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk
mempersiapkan peserta didik mencapai pengembangan potensinya secara
optimal.
b. Landasan Historis
Pendidikan guru di Indonesia telah mengalami sejarah yang panjang.
Tuntutan kualifikasi terus meningkat, sehingga berdampak pada lamanya
seseorang menempuh pendidikan persiapan menjadi guru. Setelah
kemerdekaan, pemerintah mendirikan Sekolah Guru B (4 tahun sesudah SD)
untuk mendidik calon guru SD, selanjutnya mulai tahun 1957 persyaratan
tersebut meningkat menjadi minimal lulusan SGA (3 tahun setelah SMP).
Pada pertengahan tahun 1960an SGB dilikuidasi dan SGA berubah menjadi
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang mendidik calon guru SD. Bagi guru
yang belum memenuhi syarat diwajibkan mengikuti pendidikan yang
sederajat, yakni Kursus Pendidikan Guru (KPG). Tahun 1989 persyaratan
untuk menjadi guru SD ditingkatkan lagi menjadi minimal lulusan program
Diploma II (2 tahun setelah SMA/SPG), sedangkan SPG dilikuidasi dan
perangkat sumber dayanya diintegrasikan ke Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan atau LPTK (IKIP/FKIP Universitas/STKIP).
Penyelenggaraan pendidikan guru di tingkat perguruan tinggi mulai
berlangsung sejak tahun 1954 dengan didirikannya Pendidikan Tinggi
Pendidikan Guru (PTPG) di Bandung, Malang, Batu Sangkar, dan Tondano
untuk mendidik calon guru SLTA. Pada tahun 1957 PTPG bergabung ke
universitas menjadi FKIP. Selanjutnya pada tahun 1963 FKIP tersebut
berdiri sendiri menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) dan
kursus B1 dan B2 dilebur masuk IKIP. Jumlah IKIP kemudian bertambah
menjadi 10 buah, di luar itu di setiap propinsi yang tidak ada IKIP
berkembang FKIP di bawah universitas negeri. Pada tahun 1999 dan 2000
sepuluh IKIP tersebut berubah nama menjadi universitas dengan tetap
mengemban tugas sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK). Jumlah tersebut terus bertambah, terutama dengan berkembangnya
jumlah LPTK swasta.
c. Landasan Yuridis
1) Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana
yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus (Penjelasan Pasal 15 UU No.20/2003).
2) LPTK adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh Pemerintah untuk
menyelenggarakan program pengadaan guru serta untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan non
kependidikan (UU No. 14/2005 Pasal 1 ayat (14)).
3) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (UU No.14/2005 Pasal
2 ayat (1) dan ayat (2)).
4) Pendidik pada PAUD memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) dengan
latar belakang pendidikan tinggi di bidang anak usia dini, kependidikan
lain, atau psikologi, dan sertifikat profesi guru untuk PAUD (PP No.
19/2005 Pasal 29 ayat (1)).
5) Pendidik pada SD/MI memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana
(S1) dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan
SD/MI, kependidikan lain atau psikologi dan sertifikat profesi guru
untuk SD/MI (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (2)).
6) Pendidik pada SMP/MTs memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru untuk
SMP/MTs (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (3)).
7) Pendidik pada SMA/MA memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru untuk
SMA/MA (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (4)).
8) Pendidik pada SDLB memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana
(S1) dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang SD/MI,
kependidikan lain, atau psikologi, dan sertifikat profesi guru untuk
SDLB (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (5)).
9) Pendidik pada SMPLB/SMALB memiliki kualifikasi akademik
minimum sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru untuk
SMPLB/SMALB (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (5)).
10) Pendidik pada SMK/MAK memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru untuk
SMK/MAK (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (6))
d. Landasan Konseptual
Sosok utuh seorang lulusan program pendidikan profesi guru secara
generik tertuang dalam Standar Kompetensi Guru (Permen no. 16 tahun
2007). Kompetensi guru diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kompetensi
dengan judul seperti tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

3. Penyelenggaraan PPG
1. LPTK Penyelenggara
Penyelenggara PPG adalah LPTK yang ditunjuk (ditugasi) oleh
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa),
Kemenristekdikti. Adapun LPTK penyelenggara Program PPG SM-3T
Angkatan V Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
a. Universitas Bengkulu
b. Universitas Mulawarman
c. Universitas Negeri Gorontalo
d. Universitas Negeri Jakarta
e. Universitas Negeri Makassar
f. Universitas Negeri Malang
g. Universitas Negeri Manado
h. Universitas Negeri Medan
i. Universitas Negeri Padang
j. Universitas Negeri Semarang
k. Universitas Negeri Surabaya
l. Universitas Negeri Yogyakarta
m. Universitas Nusa Cendana
n. Universitas Pendidikan Ganesha
o. Universitas Pendidikan Indonesia
p. Universitas Riau
q. Universitas Negeri Sebelas Maret
r. Universitas Syiah Kuala
s. Universitas Tanjungpura
t. Universitas Islam Nusantara
u. Universitas Muhammadiyah Malang
v. Universitas PGRI Semarang
w. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penunjukan LPTK sebagai penyelenggara program PPG melalui


penugasan khusus yang ditentukan dan didasarkan pada pemenuhan
beberapa persyaratan, yaitu: (1) akreditasi Program Studi dari Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan peringkat paling
rendah B; (2) ketaatan azas dalam penyelenggaraan perguruan tinggi sesuai
dengan peraturan perundangan yang ada; (3) komitmen LPTK; (4) kualitas
sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang
mendukung program studi kependidikan; (5) fasilitas asrama; (6) memiliki
program peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional atau yang
sejenis dan berfungsi efektif, dan (7) memiliki program dan jaringan
kemitraan dengan sekolah-sekolah mitra terakreditasi paling rendah B dan
memenuhi persyaratan untuk pelaksanaan program pengalaman lapangan
(PPL).

2. Persyaratan Peserta PPG


Mengingat penugasan di daerah 3T memerlukan ketangguhan,
ketahanmalangan, dan kondisi fisik yang sehat, dan peserta PPG harus
mengikuti program berasrama, mengikuti semua kegiatan baik di kampus,
maupun di sekolah tempat PPL, maka calon peserta PPG harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sarjana Pendidikan yang telah selesai melaksanakan tugas pengabdian
melalui Program SM-3T
b. memiliki latar belakang bidang studi yang sesuai dengan program studi
PPG
c. berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan Dokter
d. bebas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN) dari pejabat yang
berwenang, yang disertai dengan hasil tes urine
e. berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
kepolisian
f. mendapatkan ijin dari orangtua/wali yang dibuktikan dengan surat
pernyataan bermaterai
g. sanggup mengikuti seluruh kegiatan di kelas dan di asrama, dengan
tingkat kehadiran/partisipasi penuh
h. sanggup menaati peraturan atau tata tertib dan bersedia menerima sanksi
jika melakukan pelanggaran yang dinyatakan dalam surat pernyataan
bermeterai.
3. Persyaratan Dosen
Dosen yang mengampu pada program PPG harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. Dosen pada program PPG memiliki kualifikasi pendidikan program
Magister (S2) atau Doktor (S3), dan salah satu strata pendidikan S2 atau
S3 berlatar belakang bidang kependidikan sesuai dengan bidang keahlian
yang diajarkannya.
b. Dosen pada program PPG kejuruan memiliki kualifikasi pendidikan
program Magister (S2) atau Doktor (S3), dan salah satu strata pendidikan
S2 atau S3 berlatar belakang bidang kependidikan dan diutamakan yang
memiliki sertifikat keahlian sesuai dengan bidang yang diajarkannya.
c. Dosen pada program PPG harus mempunyai jabatan fungsional minimal
Lektor.
d. Dosen pada program PPG mempunyai kemampuan dalam menyusun
perencanaan (teori dan praktik), melaksanakan, dan melakukan penilaian
hasil pembelajaran, serta melakukan evaluasi diri.
e. Dosen pada program PPG mampu melakukan pembimbingan dan
memberikan umpan balik kepada mahasiswa dengan andragogi.

4. Kurikulum dan Sistem Pembelajaran


1. Orientasi untuk Kesiapan Belajar Peserta PPG
Pada kegiatan orientasi ini, peserta PPG SM-3T perlu dibekali dengan
materi, yaitu: (1) sistem pembelajaran dalam pendidikan profesi; (2) bela
negara; (3) motivasi dan kedisiplinan; dan (4) etika profesi. Materi-materi
tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut.
a. Sistem Pembelajaran dalam Pendidikan Profesi
Materi ini membahas tentang sistem pembelajaran dalam PPG
yang meliputi hakikat pembelajaran dalam PPG yang tidak lagi
menggunakan nomenklatur mata kuliah. Sistem pembelajaran pada
program PPG mencakup lokakarya/workshop pengembangan perangkat
pembelajaran dan Praktik Pengalaman Lapangan. Kegiatan ini dibimbing
secara intensif oleh dosen dan guru pamong yang ditugaskan khusus
untuk kegiatan tersebut. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar,
media pembelajaran, dan perangkat penilaian. Hasil pengembangan
perangkat pembelajaran tersebut diimplementasikan dalam kegiatan peer
teaching dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).
b. Bela Negara
UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menjelaskan
bahwa terdapat tiga komponen pertahanan, yaitu: komponen TNI,
komponen cadangan (Komcad), dan komponen pendukung (Komduk).
Semua sumber daya, termasuk sumber daya manusia (SDM), dan sarana
prasarana nasional termasuk Komduk. Dengan demikian, peserta PPG
termasuk dalam Komduk bela negara. Oleh karena itu, materi bela
negara dipandang perlu untuk disampaikan kepada peserta PPG. Materi
bela negara meliputi: pembekalan mental spiritual, rasa cinta tanah air
(patriotisme), dan kebugaran fisik.
c. Motivasi dan Kedisiplinan
Aspek motivasi belajar, kedisiplinan, kerja tim, jiwa
kebersamaan, maupun kejujuran sangat penting untuk
ditumbuhkembangkan melalui kegiatan orientasi PPG. Selama PPG,
peserta harus mengikuti berbagai macam kegiatan dengan jadwal padat
dan memerlukan kesungguhan. Oleh karena itu, peserta memerlukan
aspek-aspek karakter tersebut di atas.
d. Etika Profesi
Pemahaman etika profesi guru oleh peserta PPG dalam tahap
orientasi akan membantu mereka untuk bisa melakukan internalisasi
nilai-nilai etika tersebut sedini mungkin. Etika profesi merupakan
internalisasi dari tugas, peran, nilai-nilai, kode etik dan perilaku. Etika
profesi tersebut digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dan
memberikan layanan sebagai guru. Etika profesi bertujuan untuk
menghindari perbuatan negatif dan membangun komunitas keilmuan.
Guru sebagai profesi juga ditandai dengan adanya pendidikan khusus
untuk guru yang disebut dengan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

2. Capaian Pembelajaran Program PPG


Capaian pembelajaran program PPG dijabarkan dari empat kompetensi guru
dan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 7.
Capaian pembelajaran Program PPG dirumuskan sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik:
- merencanakan pembelajaran
- melaksanakan pembelajaran
- menilai dan mengevaluasi pembelajaran
b. Kompetensi Kepribadian: berperilaku sesuai dengan norma agama,
norma hukum, norma sosial, etika, dan nilai budaya
c. Kompetensi Sosial: memiliki kemampuan berkomunikasi, berinteraksi,
dan beradaptasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
guru, orangtua/wali dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional :
- menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam
- menguasai dan menemukan konsep, pendekatan, teknik, dan metode
ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni yang relevan
3. Struktur Kurikulum Program PPG
Struktur kurikulum PPG berisi workshop pengembangan perangkat
pembelajaran bidang studi yang mendidik (subject-specific pedagogy/ SSP)
disertai dengan implementasi pembelajaran dalam bentuk peer teaching, dan
dilanjutkan dengan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Proporsi antara
Workshop SSP dan PPL adalah 60:40 dari beban belajar PPG. Gambaran
struktur kurikulum ini disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Struktur Kurikulum Program PPG

No Isi Kurikulum Proporsi


1 Workshop/Lokakarya pengembangan 60%
perangkat pembelajaran bidang
studi yang mendidik (subject-
specific pedagogy)
2 Praktik Pengalaman Lapangan 40%

4. Beban Belajar
Beban belajar peserta Program PPG untuk menjadi guru pada satuan
pendidikan TK/RA/TKLB, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, adalah 36
(tiga puluh enam) sampai dengan 38 (tiga puluh delapan) satuan kredit
semester.
Selanjutnya, dalam mengembangkan kurikulum Program PPG sekurang-
kurangnya perlu mengacu pada hal-hal berikut.
a. Kompetensi yang berimplikasi kepada perancangan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran dengan mengacu pada perangkat kompetensi
yang dicapai.
b. Pengembangan yang lebih menitikberatkan pada peningkatan
keterampilan yang kontekstual dengan profesi guru, didukung oleh
kegiatan praktik, praktikum, dan workshop tanpa mengabaikan aspek-
aspek teoritis yang relevan.
c. Pentingnya keterlibatan pihak-pihak pemangku kepentingan
(stakeholders), antara lain asosiasi profesi program studi dan pengguna
lulusan dalam keseluruhan proses pengembangan kurikulum.

5. Uji Kompetensi
Uji kompetensi sebagai ujian akhir PPG terdiri atas ujian tulis dan ujian
kinerja. Uji tulis terdiri dari Uji Tulis LPTK (UTL) dan Uji Tulis Nasional
(UTN). Ujian ini ditempuh setelah peserta lulus dalam kegiatan workshop
dan PPL. UTL dilaksanakan oleh program studi/jurusan penyelenggara,
sedangkan UTN diselenggarakan oleh Ditjen Belmawa. Uji kinerja
dilaksanakan oleh program studi/jurusan dengan melibatkan organisasi
profesi dan atau pihak eksternal yang profesional dan relevan. Peserta yang
lulus uji kompetensi memperoleh sertifikat pendidik bernomor register yang
dikeluarkan oleh LPTK.
Uji kompetensi dilaksanakan di akhir Program PPG. Apabila peserta
belum lulus pada uji kompetensi, diberi kesempatan dua kali uji kompetensi
ulang. Jika sampai dengan uji kompetensi ulang yang kedua belum lulus,
peserta diberi kesempatan mengikuti uji kompetensi ulang dengan biaya
sendiri dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak yang bersangkutan
terdaftar sebagai peserta PPG. Uji kompetensi ulang tersebut dilaksanakan
oleh Ditjen Belmawa bertempat di LPTK yang ditunjuk.
a. Uji Tulis
1) Uji Tulis LPTK (UTL)
UTL diselenggarakan dengan menggunakan seperangkat tes essai yang
berupa pemecahan masalah.
2) Uji Tulis Nasional (UTN)
UTN diselenggarakan oleh Ditjen Belmawa bertempat di LPTK yang
ditunjuk. UTN mengukur kompetensi mahasiswa dalam aspek
pedagogis dan profesional. UTN berbentuk pilihan ganda,
diselenggarakan secara online dan serentak. UTN untuk prodi yang
sama dilakukan dalam waktu yang bersamaan (real time).
b. Ujian Kinerja
Ujian kinerja fokus pada uji kemampuan untuk membuat
perencanaan dan mengelola pembelajaran di kelas (real teaching). Ujian
kinerja dilakukan dengan durasi 2 JP satu kali pertemuan. Lama JP
disesuaikan dengan sekolah tempat PPL.

B. Program Sarjana Mendidik Di Daerah Terdepan, Terluar Dan Tertinggal


(SM-3T)
1. Pengertian SM-3T
Program SM-3T adalah program pengabdian sarjana pendidikan untuk
berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T selama
satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan
program pendidikan profesi Guru. Program Sarjana Mengajar merupakan salah
satu proses rekruitmen guru profesional yang baik dan diharapkan akan berhasil
guna. Pesertanya ditransfer ke pelosok untuk mengajar, dan setelahnya juga
harus mengikuti pendidikan profesi guru dan pengangkatannya untuk menjadi
guru PNS tidak secara otomatis, harus mengikuti proses rekrutmen dan seleksi.

Guru yang dipersiapkan juga tidak sekadar memenuhi kebutuhan jumlah


dan profesionalitas di wilayah pengabdian, tetapi juga diharapkan bisa menjadi
agen perubahan di masyarakat. Tidak hanya dalam soal pendidikan, tetapi secara
sosial kemasyarakatan, mereka belajar menjadi pribadi kokoh, adaptif, tapi juga
mengubah kultur masyarakatnya menjadi lebih baik. Selain untuk kemajuan
dalam kehidupan bermasyarakat, kehadiran SM3T juga menjadi pintu masuk
yang efisien dan efektif untuk menjaring asupan informasi tentang potret
pendidikan di daerah dengan kategori 3T, mulai dari penemuan bibit potensial di
daerah itu hingga pemetaan fisik sekolah dan verifikasi data sekolah secara cepat
dan akurat dengan teknologi informasi demi sebuah perubahan ke arah yang
lebih baik.

2. Tujuan SM-3T

1. Membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan terutama


kekurangan tenaga pendidik.
2. Memberikan pengalaman pengabdian kepada sarjana pendidikan sehingga
terbentuk sikap profesional, cinta tanah air, bela negara, peduli, empati,
terampil memecahkan masalah kependidikan, dan bertanggung jawab
terhadap kemajuan bangsa, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dalam
mengembangkan pendidikan pada daerahdaerah yang tergolong 3T.
3. Menyiapkan calon pendidik yang memiliki jiwa keterpanggilan untuk
mengabdikan dirinya sebagai pendidik profesional pada daerah 3T.
4. Mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti Program
Pendidikan Profesi Guru (PPG).
3. Ruang Lingkup SM-3T
1. Melaksanakan tugas pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai dengan
bidang keahlian dan tuntutan kondisi setempat.
2. Mendorong kegiatan inovasi pembelajaran di sekolah.
3. Melakukan kegiatan ekstrakurikuler.
4. Membantu tugas-tugas yang terkait dengan manajemen pendidikan di
sekolah.
5. Melakukan tugas sosial dan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung
program pembangunan pendidikan dan kebudayaan di daerah 3T.
4. Landasan Yuridis
1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
5. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru.
6. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Konselor.
7. Permendiknas Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi
Guru Prajabatan.
8. Permendiknas Nomor 9 Tahun 2010 tentang Program Pendidikan Profesi
Guru bagi Guru Dalam Jabatan.
9. Kepmendiknas Nomor 126/P/2010 tentang Penetapan LPTK Penyelenggara
PPG bagi Guru Dalam Jabatan.
10. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 64/DIKTI/Kep/2011
tentang Penetapan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
Penyelenggara Rintisan Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi
(Berkewenangan Ganda).
5. Sasaran SM-3T

Sasaran dari program SM3T adalah lulusan dari program studi pendidikan
pada jenjang S-1 yang telah terakreditasi atau PGPAUD dan PGSD yang sesuai
dengan bidang yang dituju.

6. Masukkan Program SM-3T

Masukan dari program SM3T adalah seseorang yang telah menempuh


pendidikan S-1 dengan program PPG (Pendidikan Profesi Guru) sesuai dengan
bidang yang akan ditempuh.
Adapun ketentuan dalam rekruitmen program SM3T berdasarkan
(sm3t.unp.ac.id) yaitu:

a. Proses penerimaan dilakukan secara jujur, terbuka, dan bertanggung jawab


agar mendapatkan calon yang berkualitas tinggi.
b. Kelulusan calon peserta ditentukan dengan menggunakan acuan patokan
(seleksi nasional).

7. Persyaratan Peserta SM-3T


Peserta adalah lulusan prodi kependidikan yang pada saat menjadi
mahasiswa datanya telah tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Selain itu peserta harus memenuhi persyaratan berdasarkan Pedoman
Pelaksanaan Program SM-3T (2012), sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia, dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) yang masih berlaku.
b. Berusia maksimum 28 tahun per 31 Desember 2012.
c. Lulusan program studi kependidikan S-1 empat tahun terakhir (2009,
2010, 2011, 2012) dari program studi terakreditasi (kecuali PGPAUD
minimal sudah memiliki ijin operasional) yang sesuai dengan mata
pelajaran dan/atau bidang keahlian yang dibutuhkan, dibuktikan dengan
fotokopi ijazah yang telah disahkan.
d. IPK minimal 3.0, dibuktikan dengan fotokopi transkrip nilai yang telah
disahkan.
e. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan Dokter.
f. Bebas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN) dari pejabat yang
berwenang, yang disertai dengan hasil tes urine.
g. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
kepolisian.
h. Mendapatkan ijin dari orangtua/wali, yang dibuktikan dengan surat
pernyataan bermaterai.
i. Belum menikah dan bersedia tidak menikah selama mengikuti Program
SM-3T dan PPG, yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai.
j. Diutamakan yang memiliki pengalaman organisasi kemahasiswaan
k. Memiliki motivasi dan semangat pengabdian yang tinggi
l. Mampu menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat di daerah sasaran

8. Seleksi Calon Peserta


Rekrutmen calon peserta Program SM-3T tahun 2015 dilakukan melalui
seleksi di tingkat nasional dan di LPTK.
a. Seleksi Tingkat Nasional
Seleksi nasional dilakukan secara online dalam bentuk seleksi
administrasi dan seleksi akademik:
1) Seleksi Administrasi
Seleksi administrasi dilaksanakan secara nasional, khususnya
untuk memverifikasi relevansi program studi yang dibutuhkan, IPK,
tahun lulus, dan peringkat akreditasi. Jika salah satu persyaratan
administrasi yang ditentukan tidak dipenuhi, peserta dinyatakan
gugur dan tidak dapat melanjutkan ke seleksi berikutnya. Bukti fisik
selengkapnya akan diverifikasi oleh LPTK penyelenggara SM-3T.
2) Seleksi Akademik
Seleksi akademik nasional meliputi empat aspek, yaitu tes
potensi akademik, tes kemampuan dasar, dan tes penguasaan
kompetensi akademik bidang studi/bidang keahlian.
a. Tes Potensi Akademik (TPA)
TPA bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan
seseorang di bidang akademik atau keilmuan. TPA terdiri atas
tes kemampuan berpikir: analogi, logis, analisis, deret numerik,
dan komparasi. TPA dilaksanakan dengan durasi waktu 45
menit.
b. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar bertujuan untuk mengukur
kemampuan dalam bidang Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
dan Matematika Dasar. Tes kemampuan dasar dilaksanakan
dengan durasi waktu 60 menit.
c. Tes Penguasaan Kompetensi Akademik Bidang Studi/Bidang
Keahlian
Tes penguasaan kompetensi akademik bidang studi level
S1, dimaksudkan untuk mengukur penguasaan bidang keahlian
calon peserta sesuai dengan latar belakang program studi
kesarjanaannya. Tes penguasaan kompetensi bidang studi
dilaksanakan dengan durasi waktu 90 menit.
3) Psikotes
Psikotes dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai kecendurungan psikis calon peserta. Psikotes meliputi
kepercayaan diri, tanggungjawab, kestabilan emosi, hubungan
sosial, intelegensi, dorongan berprestasi, dorongan bekerja dengan
teratur, dorongan bekerjasama, dorongan menolong, bekerja dengan
tekun, dorongan menyelesaikan tugas, kematangan emosi.Psikotes
dilakukan dengan durasi waktu 120 menit. Peserta yang lulus seleksi
nasional selanjutnya dapat mengikuti seleksi di tingkat LPTK.
4) Seleksi di Tingkat LPTK
Seleksi di tingkat LPTK meliputi verifikasi dokumen,
wawancara, dan tes khusus (untuk bidang seni budaya dan
penjaskes). Wawancara bertujuan untuk menemukenali potensi
minat dan bakat sebagai pendidik. Strategi penelusuran minat dan
bakat ini dapat dilakukan secara individual atau Focus Group
Discussion (FGD).
9. Prakondisi
Sebelum peserta diberangkatkan ke daerah sasaran untuk
melaksanakan program SM-3T, dilakukan program prakondisi yang
dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara. Prakondisi ini dimaksudkan untuk
membekali kesiapan peserta sekaligus sebagai seleksi kesiapan fisik dan
mental.
1. Prakondisi Akademik
a. Workshop Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Evaluasi
Kegiatan workshop dimaksudkan untuk membekali para peserta agar
memiliki kemampuan dan keterampilan mengembangkan perangkat
pembelajaran dan evalausi hasil belajar. Workshop pengembangan
perangkat pembelajaran ini dilaksanakan dengan pola 20 JP atau 2
hari (1 JP = 50 menit) dilakukan dengan skenario sebagai berikut. :
1) Instruktur mengawali workshop dengan melakukan orientasi dan
diskusi tentang model-model pembelajaran, silabus, RPP, lembar
kerja siswa (LKS), rancangan bahan ajar, media, dan instrumen
asesmen.
2) Peserta memilih standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) yang akan dikembangkan menjadi perangkat pembelajaran.
3) Peserta didampingi instruktur mengembangkan perangkat
pembelajaran, yang terdiri atas:
a. Silabus (SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, dan sumber belajar)
b. RPP (sekurang-kurangnya memuat: perumusan
tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi,
pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario
pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar).
c. Rancangan bahan ajar
d. Media pembelajaran
e. LKS dan perangkat penilaian hasil belajar.
4) Peserta mempresentasikan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan untuk mendapatkan masukan dari instruktur dan
peserta lain, kemudian melakukan perbaikan atas dasar masukan
tersebut.
b. Pelatihan Melaksanakan Tugas Kependidikan pada Kondisi
Khusus/Tertentu
Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk membekali
peserta Program SM-3T agar memiliki kemampuan mengajar
termasuk kesiapan mengajar pada kelas rangkap dan mengajar multi
subjek.
c. Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan di Sekolah
Materi ini dimaksudkan untuk membekali peserta Program
SM3T agar memiliki wawasan tentang kepemimpinan dan
manajemen pendidikan di sekolah.
2. Prakondisi Non-akademik
a. Pelatihan Keterampilan Sosial Kemasyarakatan
Pelatihan keterampilan sosial kemasyarakatan ini
dimaksudkan untuk membekali kompetensi sosial dan
kemasyarakatan kepada peserta agar mampu melaksanakan tugasnya
dalam berkomunikasi secara aktif dengan pihak sekolah dan
masyarakat.
b. Pembinaan Mental, Motivasi, dan Survival (Ketahanmalangan)
Pembinaan mental dimaksudkan untuk membangun
karakter para peserta agar memiliki karakter tangguh dan peduli
terhadap sesama, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dan tidak
mudah menyerah ketika menghadapi persoalan hidup di daerah
sasaran.
c. Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara
Materi ini dimaksudkan untuk memperkokoh wawasan
peserta Program SM-3T tentang integrasi nasional, tujuan dan cita-
cita nasional, cinta tanah air, kesadaran bela negara, dan konstelasi
geografis NKRI.
d. Kepramukaan, UKS, dan P3K
Materi kepramukaan dilaksanakan dengan maksud
membekali peserta SM-3T memiliki keterampilan dasar
kepramukaan. Materi UKS dan P3K dimaksudkan untuk membekali
peserta SM-3T memiliki kemampuan dasar tentang kesehatan
sekolah dan lingkungan, serta memiliki keterampilan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Menurut Yakobus dalam jurnalnya yang berjudul
“Program SM-3T dan PPG sebagai Persyaratan Bagi Para Calon Guru
untuk Mengikuti Rekrutmen dan Seleksi sebagai Pegawai Negeri Sipil
Di Indonesia “ , ada beberapa kelebihan dan kelemahan adanya
pelaksanaan SM-3T dan PPG :
10. Kelebihan dari program SM3T dan PPG
a. Program SM3T dan PPG menjadi program yang cukup efektif dalam
memberi kesempatan kepada para calon guru muda yang baru saja
menyelesaikan pendidikan keguruan untuk mengabdi di sekolah-sekolah
terluar, terdepan dan tertinggal di seluruh wilayah Indonesia. Program ini
sekaligus menjadi persyaratan untuk mengikuti proses rekrutmen dan
seleksi sebagai Guru Garis Depan (GDD) dan sebagai PNS.
b. Pemerintah memberi dukungan dana yang sangat memadai bagi para
calon guru muda yang bersedia dan lolos sebagai tenaga SM3T.
c. Masyarakat yang menjadi sasaran SM3T cukup antusias menerima dan
memberi dukungan terhadap kehadiran tenaga SM3T.
d. Kehadidran para peserta SM3T sangat membantu terlaksananya kegiatan
belajar mengajar di sekolah dengan kategori 3T yang selama ini tidak
dilaksanakan dengan baik, dengan berbagai alasan dan kendala.
11. Kelemahan dari program SM3T dan PPG
a. Jumlah LPTK yang dipilih dan ditetapkan oleh pemerintah (Kementerian
Pendidikan) masih sangat kurang, hanya 10 LPTK untuk seluruh
Indonesia dengan penyebaran yang tidak merata.
b. Program SM3T dan PPG adalah produk politik dan sangat tergantung
pada kondisi dan kebijakan politik. Konsekwensinya adalah jika kondisi
politik berubah atau otoritas yang mencetuskan ide dan program ini
diganti ada kemungkinan (bahkan sangat besar prosentasenya) program
ini diganti.
c. Menjadi ajang terjadinya ketidakadilan dalam merekrut dan menyeleksi
calon guru-guru menjadi PNS, jika yang membutuhkan tenaga guru baru
(permintaan dari pemerintah daerah) atau kuotanya lebih besar daripada
jumlah pelamar yang telah mengikuti program SM3T dan PPG. Bukan
tidak mungkin, pemerintah (khususnya di daerah-daerah yang menjadi
penentu kelulusan seleksi PNS) akan merekrut dan menyeleksi juga
tenaga-tenaga guru yang belum mengikuti SM3T untuk menjadi guru di
daerahnya, khususnya di daerah-daerah terpencil. Inilah kebijakan yang
dapat menuai ketidakadilan walaupun tujuannya sangat mulia.
C. Hubungan Antara PPG dan SM3T
berkaitan dengan SM-3T yang saat ini merupakan kebijakan dalam perekrutan
peserta PPG. Ada program SM-3T yang saat ini merupakan kebijakan dalam perekrutan
peserta PPG. Jadi agar bisa direkrut utk masuk program PPG seorang calon guru harus
ikut program SM-3T lebih dahulu. Rochmat mengatakan, program SM3T dan
pendidikan asrama itu sudah satu paket. Bahkan, alumni SM3T masih dites dulu
apakah layak atau tidak masuk pendidikan asrama. Meski, dalam praktiknya hampir
seluruh jebolan SM3T diterima pendidikan asrama. ”Kampus sifatnya mengikuti aturan
main dari pemerintah. Sampai saat ini tidak bisa ujuk-ujuk ikut pendidikan asrama
tanpa ikut SM3T,”.
Daftar isi :
Depdiknas. (2012). Pedoman Pelaksanaan Program Sarjana Mendidik di Daerah
Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T).
Marauke,Yakobus(2016). “Program SM-3T dan PPG sebagai Persyaratan Bagi Para
Calon Guru untuk Mengikuti Rekrutmen dan Seleksi sebagai Pegawai Negeri
Sipil Di Indonesia “. Jurnal Jumpa Vol. IV, No. 1 hal.95-96

Anda mungkin juga menyukai